Anda di halaman 1dari 13

LAPORAN PENDAHULUHAN

KEPERAWATAN PERIOPERATIF I

CA MAMAE

Oleh

WAHYU NUR UTAMI

P17211171003

KEMENTRIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG
JURUSAN KEPERAWATAN
SARJANA TERAPAN KEPERAWATAN MALANG
FORMAT LAPORAN PENDAHULUAN

PRAKTEK KEPERAWATAN PERIOPERATIF I

A. Masalah Kesehatan
Ca Mamae
B. Pengertian
Kanker payudara atau yang biasa disebut carcinoma mamae adalah penyakit seluler
yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi yang dapat
mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturase sel (Wijaya, dkk.
2013).
Carcinoma mamae adalah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan
partumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit bukan penyakit tunggal.
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak menyerang
wanita, penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel - sel tubuh secara
tidak teratur sehingga pertumbuhan - pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan
akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker). Apabila tumor ini tidak diangkat,
dikwatirkan akan masuk dan menyebar dalam jaringan yang sehat. Ada kemungkinan
sel - sel tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh tubuh. Kanker payudara
umumnya menyerang kelompok wanita umur 40- 70 tahun tetapi resiko terus
meningkat dengan tajam dan cepat sesuai dengan pertumbuhan usia (Wijaya, dkk
2013).

C. Etiologi
Menurut Arif Mansjoer (2002) dalam Wijaya (2013) penyebab dari Ca Mamae bisa
terjadi karena perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi gen hormonal dan
pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kanker
payudara.
Faktor resiko meliputi:
1. Wanita resiko tinggi daripada pria.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki risiko
tertinggi menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat.
3. Usia
Resiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun. Sekitar 60% kanker payudara terjadi
pada usia diatas 6o tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas
75 tahun.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga Ca mamae pada ibu/ saudara perempuan. Resikonya
meningkat 2x lipat. Jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun resiko
meningkat 4-6x jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
5. Riwayat menstruasi
Early menarche (sebelum 12 tahun) dan Late menarche (setelah 50 tahun).
Resiko meningkat pada wanita yang mengalami menarche sebelum 12 tahun.
Demikian pulahalnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin
lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita
kanker payudara.
6. Obesitas pasca menopause
Berbagai penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker
payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang
obesitas.
7. Riwayat reproduksi
Melahirkan anak pertama diatas 30 tahun, menggunakan obat kontrasepsi oral
yang lama, penggunaan therapy estrogen. Faktor hormonal yang juga penting
karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama
masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal
karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang
secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.
8. Gaya hidup: diet tinggi lemak, mengkonsumsi alkohol (minum 2x sehari),
obesitas, status sosial ekonomi tinggi, merokok.
9. Faktor genetik
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampak berperan dalam terjadinya kanker
payudara, yairu BRCA1 dan BRCA2. Jika seseorang wanita memiliki salah satu
dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar.
Gen lain yang berperan adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2.

D. Gejala dan Tanda


Wijaya (2013) menyatakan bahwa gejala awal berupa sebuah benjolan yang
biasanya dirasakan berbeda dari jaringan payudara di sekitarnya, tidak menimbulkan
nyeri dan biasanya memiliki pinggiran yang tidak teratur. Fase awal (asimtomatik),
pada stadium awal jika didorong oleh jari tangan, benjolan bisa digerakkan dengan
mudah di bawah kulit. Tanda dan gejala umum yaitu benjolan/ penebalan pada
payudara. Tanda dan gejala lanjut diantaranya kulit cekung, retraksi/deviasi puting
susu, nyeri tekan, kulit tebal dan pori-pori menonjol seperti kulit jeruk, ulserasi pada
payudara. Tanda metastase diantaranya: nyeri pada bahu, pinggang, punggung bawah,
batuk menetap, anoreksia, BB menurun, Gangguan pencernaan, pandangan kabur dan
sakit kepala. Pada stadium lanjut, benjolan biasanya melekat pada dinding dada atau
kulit disekitarnya.
Pada kanker stadium lanjut, bisa terbentuk benjolan yang membengkak atau borok
di kulit payudara. Kadang kulit di atas benjolan mengkerut dan tampak seperti kulit
jeruk. Penemuan dini kanker payudara masih sulit ditemukan, kebanyakan ditemukan
jika sudah teraba oleh pasien.
Tanda-tandanya adalah:
1. Terdapat massa utuh, kenyal, biasa di kuadran atas bagian dalam, dibawah ketiak
bentuknya tak beraturan dan terfiksasi
2. Nyeri di daerah massa
3. Adanya lekukan ke dalam, tarikan danretraksi pada area mamae
4. Edema dengan “peant d’ orange” (keriput seperti kulit jeruk)
5. Pengelupasan papila mamae
6. Adanya kerusakan dan retraksi pada area puting, keluar cairan spontan, kadang
disertai darah
7. Ditemukan lesi pada pemeriksaan mamografi

E. Pohon Masalah
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik
berkaitan dengan kanker payudara namun apa yang menyebabkan genetik masih belum
diketahui. Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui
namun bisa diidentifikasi melalui beberapa faktor resiko, faktor ini penting dalam
membantu mengembangan program pencegahan. Hal yang selalu harus di ingat adalah
bahwa 60% yang didiagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang
teridentifkasi kecuali lingkungan hormonal mereka, di masa kehidupan wanita
dianggap beresiko untuk mengalami kanker payudara namun mengidentifikasi wanita
yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan
pengobatan dini.
Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk melakukan
pengobatan yang tepat, diperlukan pengatahuan tentang proses terjadinya kanker dan
perubahan strukturnya. Tumor/ neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah
dengan ciri: proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh
jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan
normal dengan meninfiltasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak ke
organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara
biokomiawi terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel
yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas
diantara sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase yaitu:
1. Fase induksi 15-30 tahun
Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai
dapat merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas
2. Fase insitu 5-10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous’ yang bisa ditemukan di
serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dan akhirnya juga di payudara
3. Fase invasi 1-5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltasi melalui membran sel ke
jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah serta limfe
4. Fase desiminasi 1-5 tahun
Terjadi penyebaran ke tempat lain
PATHWAY
Karsinogen: K.kimiawi
(nitrosamine,dll), virus
(mammary tumor, virus),
hormone (estrogen), sinar
pengion(S.UV, S. Radioaktif) Lingkungan :
Genetik Kanker
Paparan karsinogen

Sel epitel sal.kel.air susu, epitel


lobules, gelang putting susu,
tempat lain

Penyebaran

Langsung limfogen
Pertumbuhan lokal
hematogen

Kanker Payudara

Sel, jaringan Perdarahan Kurang Metastase Jauh


Pengetahuan

Pertumbuhan Kekurangan
tidak normal Kel.
volume Cemas Paru Kulit
Limfa
cairan
Benjolan
pada Sesak Ganggu Perubaha
Syok
payudara hipovolemik an n perfusi
integrit jaringan
Ganggu as kulit
Nyeri an pola
nafas

Pembedahan

Terputusnya Adanya luka Pengangkatan Kurang


jaringan terbuka organ Pengetahuan

Gangguan citra
Nyeri Resiko Infeksi Cemas
tubuh
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Ultrasonografi (USG) Payudara
Pada USG, lesi hypoechoic dengan margin irregular dan shadowing disertai
orientasi vertical kemungkinan merupakan lesi maligna. Lesi ini terkadang
menunjukkan adanya infiltrasi ke jaringan lemak di sekitarnya. Lesi solid benigna
dengan batas tegas dan lobulated yang terlihat sebagai lesi hypoechoic homogeny
dan orientasi horizontal diduga adalah fibroadenoma. USG secara umum diterima
sebagai metode terpilih untuk membedakan masa kistik dengan solid dan sebagai
guide untuk biopsy. Disamping untuk pemeriksaan pasien usia muda (kurang dari
30 tahun).
2. Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara, sekitar
75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum tahun sebelum ada ada gejala
atau tanda. Lesi dengan ukuran 2mm sudah dapat dideteksi dengan mamografi.
Akurasi mamografi untuk prediksi malignasi adalah 70%-80%.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat baik untuk deteksi local recurrence pasca BCT atau augmentasi
payudara dengan implant, deteksi multifocal cancer dan sebagai tambahan terhadap
mamografi pada kasus tertentu. MRI sangat berguna dalam skrining pasien usia
muda dengan densitas payudara yang padat yang memiliki resiko kanker payudara
yang tinggi. Sensitivitas MRI mencapai 98%.
4. Biopsi
Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi. FNAB
(Fine needle Aspiration Biopsy) merupakan salah satu prosedur diagnosis awal,
untuk evaluasi lesi kistik. Masa persisten atau rekurren setelah aspirasi berulang
adalah indikasi untuk biopsi terbuka (insisi atau eksisi).
5. Bone scan, foto toraks, USG abdomen Pemeriksaan bone scan bertujuan untuk
evaluasi metastasi di tulang. Bone scan secara rutin tidak dianjurkan pada stadium
dini yang asimtommatis karena berdasarkan beberapa penelitian hanya 2% hasil
yang positif pada kondisi ini, berbeda dengan halnya pada yang simtomatis stadium
III, insiden posistif bone scan mencapai 25% oleh karenanya pemeriksaan bone scan
secara rutin sangat bermanfaat.
6. Pemeriksaan laboratorium dan marker Pemeriksaan laboratorium darah yang
dianjurkan adalah darah rutin, alkaline phospatase, SGOT, SGPT dan tumor marker.
Tumor marker untuk kanker payudara yang dianjurkan adalah carcinoembryonic
antigen (CEA), cancer antigen (CA) 15-3, dan CA 27-29 (Suyatno, 2010).

G. Staging Kanker Payudara


Sistem staging atau tahapan kanker payudara ini sangat berguna untuk menentukan
prognosis nya. Terdapat perbedaan yang signifikan di antara stadium kanker payudara.
1. Stage 0 : pada tahap ini sel kanker payudara tetap di dalam kelenjar payudara, tanpa
invasi ke dalam jaringan payudara normal yang berdekatan
2. Stage I : terdapat tumor dengan ukuran 2 cm atau kurang dan batas yang jelas
(kelenjar getah bening normal)
3. Stage IIA : tumor tidak ditemukan pada payudara tapi sel-sel kanker ditemukan di
kelenjar getah bening ketiak, atau tumor dengan ukuran 2 cmatau kurang dan telah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak/ aksiller, atau tumor yang lebih besar dari
2 cm, tapi tidak lebih besar dari 5 cm dan belum menyebar ke kelenjar getah bening
ketiak
4. Stage IIB : tumor dengan ukuran 2-5 cmdan telah menyebar ke kelenjar getah
bening yang berhubungan dengan ketiak, atau tumor yang lebih besar dari 5 cm tapi
belum menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
5. Stage IIIA : tidak ditemukan tumor di payudara. Kanker ditemukan di kelenjar
getah bening ketiak melekat bersama atau dengan struktur lainnya, atau kanker
ditemukan di kelenjar getah bening di dekat tulang dada, atau tumor dengan ukuran
berapa pun yang telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak, terjadi
perlengketan dengan struktur lainnya, atau kanker ditemukan di kelenjar getah
bening di dekat tulang dada
6. Stage IIIB : tumor dengan ukuran tertentu dan telah menyebar ke dinding dada dan/
atau kulit payudara dan mungkin telah menyebar ke kelenjar getah bening ketiak
yang terjadi pelekatan dengan struktur lainnya, atau kanker mungkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening di dekat tulang dada. Kanker payudara
inflamatori (berinflamasi) dipertimbangkan paling tidak pada tahap IIIB
7. Stage IIIC : ada atau tidak tanda kanker di payudara mungkin telah menyebar ke
dinding dada dan/ atau kulit payudara dan kanker telah menyebar ke kelenjar getah
bening baik di atas atau di bawah tulang belakang dan kanker mungkin telah
menyebar ke kelenjar getah bening ketiak atau ke kelenjar getah bening di dekat
tulang dada
8. Stage IV : kanker telah menyebar atau metastasis ke bagian lain dari tubuh (Rasjidi,
2010).

H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wijaya (2013) ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan paliatif (non
pembedahan). Penanganan kuratif dengan pembedahan secara mastektomi parsial,
mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan penyebaran
kanker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan terapi
hormonal.
1. Terapi kuratif
a. Untuk kanker mamma stadium 0, I, II, III
1) Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternatif
tomoorektomi+ diseksi aksila
2) Terapi ajuvan
a) Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads
b) Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF (Cyclophosphamide 100
mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate 40 mg/m2 IV hari ke 1 siklus
diulangi tiap 4 minggu dan flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke 1 atau CAP
dan flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke 1 dan 8 untuk 6 siklus)
c) Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-2
tahun
2. Terapi paliatif
Untuk kanker mamma stadium IIIB dan IV:
a. Terapi utama
1) Pra menopause, bilateral ovariedektomi
2) Pasca menopause: 1) hormon reseptor positif (takmosifen) dan 2) hormon
reseptor negative (kemoterapi dengan CMF atau CAF)
b. Terapi ajuvan
1) Operable (mastektomi simple)
2) Inoperable (radioterapi)
Kanker mamae inoperative:
a) Tumor melekat pada dinding thoraks
b) Udema lengan
c) Nodul satelit yang luas
d) Mastitis karsionamtosa
3. Terapi komplikasi
a. Patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat patah
b. Udema lengan: 1) diuretik, 2) pneumatic sleeve, 3) operasi transposisi omentum
atau kondoleon
c. Borok, perawatan borok
4. Terapi sekunder Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan
segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka hidup
penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan
kemoterapi tunggal
5. Mastektomi
1) Mastektomi simplek: seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah
payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka
bekas operasi
2) Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi
mastektomi radikal: seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot
dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak
3) Mastektomi radikal: seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat

I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Fokus Keperawatan Pre Operasi
Pada pengkajian anamnesis biasanya didapatkan adanya keluhan benjolan pada
payudara. Faktor bertambahnya usia mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap
kemungkinan mengidap kanker payudara (Muttaqin, 2009).
Pada pengkajian riwayat keluarga terdapat adanya hubungan seorang wanita yang
ibu atau saudarinya (saudari dekat, keturunan pertama/ first degree relatives) pernah/
sedang menderita kanker payudara , memiliki risiko paling sedikit dua sampai tiga kali
lipat lebih besar dibandingkan dengan populasi umum. Adanya riwayat awitan haid
sebelum usia 12 tahun dan nuliparitas, kehamilan cukup bulan pertama setelah usia 35
tahun, awitan menopause yang lambat , atau riwayat haid lebih dari 40 tahun memiliki
hubungan peningktan resiko penyakit payudara jinak (Muttaqin, 2009).
Pada pemeriksaan fisik inspeksi sering didapatkan kondisi asimetri. Retraksi atau
adanya skuama pada puting payudara . Tanda-tanda stadium lanjut , yaitu nyeri,
pembentukan ulkus , dan edema. Pada palpasi payudara akan ditemukan/teraba benjolan
atau penebalan payudara yang biasanya tidak nyeri. Selain itu juga ada pengeluaran
rabas darah atau serosa dari puting payudara, dan cekungan atau perubahan kulit
payudara. Apabila ditemukan adanya benjolan di payudara, maka benjolan tersebut
harus dievaluasi terhadap satu dari tiga kemungkinan, yaitu : kista, tumor jinak, atau
tumor ganas.
Pada pengkajian diruang prabedah, perawat melakukan pengkajian ringkas
mengenai kondisi fisik pasien dan kelengkapan yang berhubungan dengan operasi.
Pengkajian ringkas tersebut adalah sebagai berikut :
1) Validasi : perawat melakukan konfirmasi kebenaran identitas pasien sebagai data
dasar untuk mencocokan prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan
2) Kelengkapan administrasi : Status rekam medik, data-data penunjang
(Laboratorium, dan Radiologi ) serta kelengkapan informed consent
3) Tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan
4) Pemeriksaan fisik terutama tanda-tanda vital dan kondisi masa pada payudara

J. Daftar Diagnosa Keperawatan


Diagnosa yang sering muncul pada pre operasi (SDKI, 2018) adalah :
1) Ansietas b.d Rencana Operasi
Tanda dan gejala mayor:
Subjektif:
a) Merasa bingung
b) Merasa khawatir dengan akibat dari kondisi yang dihadapi
c) Sulit berkonsentrasi
Objektif:
a) Tampak gelisah
b) Tampak tegang
c) Sulit tidur
Tanda dan gejala minor:
Subjektif :
a) Mengeluh pusing
b) Anoreksia
c) Palpitasi
d) Merasa tidak berdaya
Objektif:
a) Frekuensi nafas meningkat
b) Frekuensi nadi meningkat
c) TD meningkat
d) Diaforesis
e) Tremor
f) Muka tampak pucat
g) Suara bergetar
h) Kontak mata buruk
i) Sering berkemih
j) Berarientasi pada masa lalu
2) Defisit pengetahuan b.d kurang terpaparnya informasi
Tanda dan gejala mayor:
Subjektif:
a) Menanyakan masalah yang dihadapi
Objektif:
a) Menunjukkan perilaku tidak sesuai anjuran
b) Menunjukkan persepsi yang keliru terhadap masalah
Tanda dan gejala minor:
Subjektif: -
Objektif:
a) Menjalani pemeriksaan yang tidak tepat
b) Menunjukkan perilaku berlebihan
K. Intervensi Keperawatan
Menurut SIKI (2018) intervensi keperawatan yang dilakukan berdasarkan 2 diagnosa
diatas adalah reduksi ansietas dan edukasi kesehatan.
1. Reduksi ansietas
Observasi:
1) Identifikasi saat tingkat ansietas berubah ( misal : kondisi, waktu, stresor)
2) Identifikasi kemampuan mengambil keputusan
3) Monitor tanda-tanda ansietas ( verbal dan non verbal)
Teraupetik:
1) Ciptakan suasana teraupetik untuk menumbuhkan kepercayaan
2) Temani pasien untuk mengurangi kecemasan
3) Pahami situasi yang membuat ansietas
4) Dengarkan dengan penuh perhatian
5) Gunakan pendekatan yang tenang dan meyakinkan
6) Tempatkan barang pribadi yang memberikan kenyamanan
7) Motivasi mengidentifikasi situassi yang memicu kecemasan
8) Diskusikan perencanaan realistis tentang peristiwa yang akan datang
Edukasi:
1) Jelaskan prosedur serta sensasi yang mungkin dialami
2) Informasikan secara faktual mengenai diagnosis, pengobatan dan prognosis
3) Anjurkan keluarga untuk tetap bersama pasien
4) Anjurkan melakukan kegiatan yang tidak kompetitif
5) Anjurkan mengungkapkan perasaan dan persepsi
6) Latih kegiatan pengalihan untuk mengurangi ketegangan
7) Latih penggunaan mekanisme pertahanan diri yang tepat
8) Latih tekhnik relaksasi
Kolaborasi :
1) Kolaborasi pemberian obat antiansietas, jika perlu

2. Edukasi kesehatan
Observasi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat.
Teraupetik :
1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2) Ajarkan perilaku hidup dan sehat
3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat

L. Referensi
Muttaqin, A & Sari, K. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. P.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
Rasjidi. 2010. Epidemologi Kanker Pada Wanita. Jakarta: CV Sagung Seto
Suyatno P, dkk. 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto
Wijaya & Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan pertama. Yogyakarta:
Nuha medika.

Anda mungkin juga menyukai