KEPERAWATAN PERIOPERATIF I
CA MAMAE
Oleh
P17211171003
A. Masalah Kesehatan
Ca Mamae
B. Pengertian
Kanker payudara atau yang biasa disebut carcinoma mamae adalah penyakit seluler
yang dapat timbul dari jaringan payudara dengan manifestasi yang dapat
mengakibatkan kegagalan untuk mengontrol proliferasi dan maturase sel (Wijaya, dkk.
2013).
Carcinoma mamae adalah suatu penyakit yang menggambarkan gangguan
partumbuhan seluler dan merupakan kelompok penyakit bukan penyakit tunggal.
Kanker payudara merupakan penyakit keganasan yang paling banyak menyerang
wanita, penyakit ini disebabkan karena terjadinya pembelahan sel - sel tubuh secara
tidak teratur sehingga pertumbuhan - pertumbuhan sel tidak dapat dikendalikan dan
akan tumbuh menjadi benjolan tumor (kanker). Apabila tumor ini tidak diangkat,
dikwatirkan akan masuk dan menyebar dalam jaringan yang sehat. Ada kemungkinan
sel - sel tersebut melepaskan diri dan menyebar ke seluruh tubuh. Kanker payudara
umumnya menyerang kelompok wanita umur 40- 70 tahun tetapi resiko terus
meningkat dengan tajam dan cepat sesuai dengan pertumbuhan usia (Wijaya, dkk
2013).
C. Etiologi
Menurut Arif Mansjoer (2002) dalam Wijaya (2013) penyebab dari Ca Mamae bisa
terjadi karena perubahan genetik termasuk perubahan atau mutasi gen hormonal dan
pengaruh protein baik yang menekan atau meningkatkan perkembangan kanker
payudara.
Faktor resiko meliputi:
1. Wanita resiko tinggi daripada pria.
2. Pernah menderita kanker payudara.
Wanita yang pernah menderita kanker in situ atau kanker invasif memiliki risiko
tertinggi menderita kanker payudara. Setelah payudara yang terkena diangkat.
3. Usia
Resiko tertinggi pada usia diatas 30 tahun. Sekitar 60% kanker payudara terjadi
pada usia diatas 6o tahun. Resiko terbesar ditemukan pada wanita berusia diatas
75 tahun.
4. Riwayat keluarga
Riwayat keluarga Ca mamae pada ibu/ saudara perempuan. Resikonya
meningkat 2x lipat. Jika ibunya terkena kanker sebelum berusia 60 tahun resiko
meningkat 4-6x jika kanker payudara terjadi pada dua orang saudara langsung.
5. Riwayat menstruasi
Early menarche (sebelum 12 tahun) dan Late menarche (setelah 50 tahun).
Resiko meningkat pada wanita yang mengalami menarche sebelum 12 tahun.
Demikian pulahalnya dengan menopause ataupun kehamilan pertama. Semakin
lambat menopause dan kehamilan pertama, semakin besar resiko menderita
kanker payudara.
6. Obesitas pasca menopause
Berbagai penelitian menyebutkan obesitas sebagai faktor resiko kanker
payudara kemungkinan karena tingginya kadar estrogen pada wanita yang
obesitas.
7. Riwayat reproduksi
Melahirkan anak pertama diatas 30 tahun, menggunakan obat kontrasepsi oral
yang lama, penggunaan therapy estrogen. Faktor hormonal yang juga penting
karena hormon memicu pertumbuhan sel. Kadar hormon yang tinggi selama
masa reproduktif wanita, terutama jika tidak diselingi oleh perubahan hormonal
karena kehamilan, tampaknya meningkatkan peluang tumbuhnya sel-sel yang
secara genetik telah mengalami kerusakan dan menyebabkan kanker.
8. Gaya hidup: diet tinggi lemak, mengkonsumsi alkohol (minum 2x sehari),
obesitas, status sosial ekonomi tinggi, merokok.
9. Faktor genetik
Telah ditemukan 2 varian gen yang tampak berperan dalam terjadinya kanker
payudara, yairu BRCA1 dan BRCA2. Jika seseorang wanita memiliki salah satu
dari gen tersebut, maka kemungkinan menderita kanker payudara sangat besar.
Gen lain yang berperan adalah p53, BARD1, BRCA3 dan Noey2.
E. Pohon Masalah
Bukti yang terus bermunculan menunjukkan bahwa adanya perubahan genetik
berkaitan dengan kanker payudara namun apa yang menyebabkan genetik masih belum
diketahui. Meskipun belum ada penyebab spesifik kanker payudara yang diketahui
namun bisa diidentifikasi melalui beberapa faktor resiko, faktor ini penting dalam
membantu mengembangan program pencegahan. Hal yang selalu harus di ingat adalah
bahwa 60% yang didiagnosa kanker payudara tidak mempunyai faktor resiko yang
teridentifkasi kecuali lingkungan hormonal mereka, di masa kehidupan wanita
dianggap beresiko untuk mengalami kanker payudara namun mengidentifikasi wanita
yang mungkin diuntungkan dari kelangsungan hidup yang harus meningkat dan
pengobatan dini.
Untuk dapat menegakkan diagnosa kanker dengan baik, terutama untuk melakukan
pengobatan yang tepat, diperlukan pengatahuan tentang proses terjadinya kanker dan
perubahan strukturnya. Tumor/ neoplasma merupakan kelompok sel yang berubah
dengan ciri: proliferasi yang berlebihan dan tak berguna, yang tak mengikuti pengaruh
jaringan sekitarnya. Proliferasi abnormal sel kanker akan mengganggu fungsi jaringan
normal dengan meninfiltasi dan memasukinya dengan cara menyebarkan anak ke
organ-organ yang jauh. Di dalam sel tersebut telah terjadi perubahan secara
biokomiawi terutama dalam intinya. Hampir semua tumor ganas tumbuh dari suatu sel
yang mengalami transformasi maligna dan berubah menjadi sekelompok sel ganas
diantara sel normal.
Proses jangka panjang terjadinya kanker ada 4 fase yaitu:
1. Fase induksi 15-30 tahun
Kontak dengan bahan karsinogen membutuhkan waktu bertahun-tahun sampai
dapat merubah jaringan displasia menjadi tumor ganas
2. Fase insitu 5-10 tahun
Terjadi perubahan jaringan menjadi lesi “pre concerous’ yang bisa ditemukan di
serviks uteri, rongga mulut, paru, saluran cerna, kulit dan akhirnya juga di payudara
3. Fase invasi 1-5 tahun
Sel menjadi ganas, berkembang biak dan menginfiltasi melalui membran sel ke
jaringan sekitarnya dan ke pembuluh darah serta limfe
4. Fase desiminasi 1-5 tahun
Terjadi penyebaran ke tempat lain
PATHWAY
Karsinogen: K.kimiawi
(nitrosamine,dll), virus
(mammary tumor, virus),
hormone (estrogen), sinar
pengion(S.UV, S. Radioaktif) Lingkungan :
Genetik Kanker
Paparan karsinogen
Penyebaran
Langsung limfogen
Pertumbuhan lokal
hematogen
Kanker Payudara
Pertumbuhan Kekurangan
tidak normal Kel.
volume Cemas Paru Kulit
Limfa
cairan
Benjolan
pada Sesak Ganggu Perubaha
Syok
payudara hipovolemik an n perfusi
integrit jaringan
Ganggu as kulit
Nyeri an pola
nafas
Pembedahan
Gangguan citra
Nyeri Resiko Infeksi Cemas
tubuh
F. Pemeriksaan Diagnostik
1. Ultrasonografi (USG) Payudara
Pada USG, lesi hypoechoic dengan margin irregular dan shadowing disertai
orientasi vertical kemungkinan merupakan lesi maligna. Lesi ini terkadang
menunjukkan adanya infiltrasi ke jaringan lemak di sekitarnya. Lesi solid benigna
dengan batas tegas dan lobulated yang terlihat sebagai lesi hypoechoic homogeny
dan orientasi horizontal diduga adalah fibroadenoma. USG secara umum diterima
sebagai metode terpilih untuk membedakan masa kistik dengan solid dan sebagai
guide untuk biopsy. Disamping untuk pemeriksaan pasien usia muda (kurang dari
30 tahun).
2. Mamografi memegang peranan mayor dalam deteksi dini kanker payudara, sekitar
75% kanker terdeteksi paling tidak satu tahun sebelum tahun sebelum ada ada gejala
atau tanda. Lesi dengan ukuran 2mm sudah dapat dideteksi dengan mamografi.
Akurasi mamografi untuk prediksi malignasi adalah 70%-80%.
3. MRI (Magnetic Resonance Imaging)
MRI sangat baik untuk deteksi local recurrence pasca BCT atau augmentasi
payudara dengan implant, deteksi multifocal cancer dan sebagai tambahan terhadap
mamografi pada kasus tertentu. MRI sangat berguna dalam skrining pasien usia
muda dengan densitas payudara yang padat yang memiliki resiko kanker payudara
yang tinggi. Sensitivitas MRI mencapai 98%.
4. Biopsi
Biopsi pada payudara memberikan informasi sitologi atau histopatologi. FNAB
(Fine needle Aspiration Biopsy) merupakan salah satu prosedur diagnosis awal,
untuk evaluasi lesi kistik. Masa persisten atau rekurren setelah aspirasi berulang
adalah indikasi untuk biopsi terbuka (insisi atau eksisi).
5. Bone scan, foto toraks, USG abdomen Pemeriksaan bone scan bertujuan untuk
evaluasi metastasi di tulang. Bone scan secara rutin tidak dianjurkan pada stadium
dini yang asimtommatis karena berdasarkan beberapa penelitian hanya 2% hasil
yang positif pada kondisi ini, berbeda dengan halnya pada yang simtomatis stadium
III, insiden posistif bone scan mencapai 25% oleh karenanya pemeriksaan bone scan
secara rutin sangat bermanfaat.
6. Pemeriksaan laboratorium dan marker Pemeriksaan laboratorium darah yang
dianjurkan adalah darah rutin, alkaline phospatase, SGOT, SGPT dan tumor marker.
Tumor marker untuk kanker payudara yang dianjurkan adalah carcinoembryonic
antigen (CEA), cancer antigen (CA) 15-3, dan CA 27-29 (Suyatno, 2010).
H. Penatalaksanaan Medis
Menurut Wijaya (2013) ada 2 macam yaitu kuratif (pembedahan) dan paliatif (non
pembedahan). Penanganan kuratif dengan pembedahan secara mastektomi parsial,
mastektomi total, mastektomi radikal, tergantung dari luas, besar dan penyebaran
kanker. Penanganan non pembedahan dengan penyinaran, kemoterapi dan terapi
hormonal.
1. Terapi kuratif
a. Untuk kanker mamma stadium 0, I, II, III
1) Terapi utama adalah mastektomi radikal modifikasi, alternatif
tomoorektomi+ diseksi aksila
2) Terapi ajuvan
a) Radioterapi paska bedah 4000-6000 rads
b) Kemoterapi untuk pra menopause dengan CMF (Cyclophosphamide 100
mg/m2 dd po hari ke 1-14, methotrexate 40 mg/m2 IV hari ke 1 siklus
diulangi tiap 4 minggu dan flouroracil 600 mg/m2 IV hari ke 1 atau CAP
dan flouroracil 500 mg/m2 IV hari ke 1 dan 8 untuk 6 siklus)
c) Hormon terapi untuk pasca menopause dengan tamoksifen untuk 1-2
tahun
2. Terapi paliatif
Untuk kanker mamma stadium IIIB dan IV:
a. Terapi utama
1) Pra menopause, bilateral ovariedektomi
2) Pasca menopause: 1) hormon reseptor positif (takmosifen) dan 2) hormon
reseptor negative (kemoterapi dengan CMF atau CAF)
b. Terapi ajuvan
1) Operable (mastektomi simple)
2) Inoperable (radioterapi)
Kanker mamae inoperative:
a) Tumor melekat pada dinding thoraks
b) Udema lengan
c) Nodul satelit yang luas
d) Mastitis karsionamtosa
3. Terapi komplikasi
a. Patah, reposisi-fiksasi-imobilisasi dan radioterapi pada tempat patah
b. Udema lengan: 1) diuretik, 2) pneumatic sleeve, 3) operasi transposisi omentum
atau kondoleon
c. Borok, perawatan borok
4. Terapi sekunder Kemoterapi dan obat penghambat hormon seringkali diberikan
segera setelah pembedahan dan dilanjutkan selama beberapa bulan atau tahun.
Pengobatan ini menunda kembalinya kanker dan memperpanjang angka hidup
penderita. Pemberian beberapa jenis kemoterapi lebih efektif dibandingkan dengan
kemoterapi tunggal
5. Mastektomi
1) Mastektomi simplek: seluruh jaringan payudara diangkat tetapi otot dibawah
payudara dibiarkan utuh dan disisakan kulit yang cukup untuk menutup luka
bekas operasi
2) Mastektomi simplek ditambah diseksi kelenjar getah bening atau modifikasi
mastektomi radikal: seluruh jaringan payudara diangkat dengan menyisakan otot
dan kulit, disertai pengangkatan kelenjar getah bening ketiak
3) Mastektomi radikal: seluruh payudara, otot dada dan jaringan lainnya diangkat
I. Pengkajian Keperawatan
Pengkajian Fokus Keperawatan Pre Operasi
Pada pengkajian anamnesis biasanya didapatkan adanya keluhan benjolan pada
payudara. Faktor bertambahnya usia mempunyai risiko yang lebih tinggi terhadap
kemungkinan mengidap kanker payudara (Muttaqin, 2009).
Pada pengkajian riwayat keluarga terdapat adanya hubungan seorang wanita yang
ibu atau saudarinya (saudari dekat, keturunan pertama/ first degree relatives) pernah/
sedang menderita kanker payudara , memiliki risiko paling sedikit dua sampai tiga kali
lipat lebih besar dibandingkan dengan populasi umum. Adanya riwayat awitan haid
sebelum usia 12 tahun dan nuliparitas, kehamilan cukup bulan pertama setelah usia 35
tahun, awitan menopause yang lambat , atau riwayat haid lebih dari 40 tahun memiliki
hubungan peningktan resiko penyakit payudara jinak (Muttaqin, 2009).
Pada pemeriksaan fisik inspeksi sering didapatkan kondisi asimetri. Retraksi atau
adanya skuama pada puting payudara . Tanda-tanda stadium lanjut , yaitu nyeri,
pembentukan ulkus , dan edema. Pada palpasi payudara akan ditemukan/teraba benjolan
atau penebalan payudara yang biasanya tidak nyeri. Selain itu juga ada pengeluaran
rabas darah atau serosa dari puting payudara, dan cekungan atau perubahan kulit
payudara. Apabila ditemukan adanya benjolan di payudara, maka benjolan tersebut
harus dievaluasi terhadap satu dari tiga kemungkinan, yaitu : kista, tumor jinak, atau
tumor ganas.
Pada pengkajian diruang prabedah, perawat melakukan pengkajian ringkas
mengenai kondisi fisik pasien dan kelengkapan yang berhubungan dengan operasi.
Pengkajian ringkas tersebut adalah sebagai berikut :
1) Validasi : perawat melakukan konfirmasi kebenaran identitas pasien sebagai data
dasar untuk mencocokan prosedur jenis pembedahan yang akan dilakukan
2) Kelengkapan administrasi : Status rekam medik, data-data penunjang
(Laboratorium, dan Radiologi ) serta kelengkapan informed consent
3) Tingkat kecemasan dan pengetahuan pembedahan
4) Pemeriksaan fisik terutama tanda-tanda vital dan kondisi masa pada payudara
2. Edukasi kesehatan
Observasi :
1) Identifikasi kesiapan dan kemampuan menerima informasi
2) Identifikasi faktor-faktor yang dapat meningkatkan dan menurunkan motivasi
perilaku hidup bersih dan sehat.
Teraupetik :
1) Sediakan materi dan media pendidikan kesehatan
2) Jadwalkan pendidikan kesehatan sesuai kesepakatan
3) Berikan kesempatan untuk bertanya
Edukasi :
1) Jelaskan faktor resiko yang dapat mempengaruhi kesehatan
2) Ajarkan perilaku hidup dan sehat
3) Ajarkan strategi yang dapat digunakan untuk meningkatkan perilaku hidup
bersih dan sehat
L. Referensi
Muttaqin, A & Sari, K. 2009. Asuhan Keperawatan Perioperatif: Konsep, Proses, Aplikasi.
Jakarta: Salemba Medika
PPNI, T. P. 2018. Standar Intervensi Keperawatan Indonesia (SIKI): Definisi dan
Tindakan Keperawatan ((cetakan II) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
PPNI, T. P.2017. Standar Diagnosis Keperawatan Indonesia (SDKI): Definisi dan
Indikator Diagnostik ((cetakan III) 1 ed.). Jakarta: DPP PPNI
Rasjidi. 2010. Epidemologi Kanker Pada Wanita. Jakarta: CV Sagung Seto
Suyatno P, dkk. 2010. Bedah Onkologi Diagnostik dan Terapi. Jakarta: Sagung Seto
Wijaya & Putri. 2013. KMB 2 Keperawatan Medikal Bedah. Cetakan pertama. Yogyakarta:
Nuha medika.