Anda di halaman 1dari 19

BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi BBLR

Bayi Berat Lahir Renda ( BBLR ) merupakan bayi baru lahir yang berat badannya
saat lahir kurang dari 2.500 gram (Prawironarjo,2006). BBLR Merupakan bayi (neonatus)
yang lahir dengan memiliki berat badan kurang dari 2500 gram atau sampai dengan 2499
gram. (Hidayat, 2005).
Jadi dapat disimpulkan bahwa bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan
berat badan kurang dari 2500 gram tanpa melihat apakah prematur atau dismatur yang dapat
menyebabkan terjadinya gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta
menimbulkan kematian.

Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah di
bedakan dalam :

a).BBLR = berat lahir 1.500-2.500 gram

b).BBLSR = berat lahir < 1.500 gram

c). BBLER = berat lahir < 1.000 gram

2.2 Klasifikasi BBLR

Ada dua golongan BBLR, yaitu:


a. Prematuritas murni
Yaitu bayi yang lahir dengan masa kehamilan kurang dari 37 minggu dan berat bayi
sesuai dengan gestasi atau yang disebut neonatus kurang bulan sesuai untuk masa kehamilan.
b. Bayi small for gestational age (SGA)
Berat bayi lahir sesuai dengan masa kehamilan. SGA sendiri terdiri atas tiga jenis:
-simetris ( intrauterus for gestatational age ) yaitu terjadi gangguan nutrisi pada awal
kehamilan dan dalam jangka waktu yang lama
-Asimetris ( intrauterus growth retardation ) yaitu terjadi defisit nutrisi pada fase akhir
kehamilan
-Dismaturitas yaitu bayi yang lahir kurang dari berat badan yang seharusnya untuk masa
gestasi dan si bayi mengalami retardasi pertumbuhan intrauteri serta merupakan bayi kecil
untuk masa kehamilan. (Mitayani, 2009).
2.3 Penggolongan derajat prematuritas bayi

A. Bayi yang sangat prematur (extremly prematur).


1. 24 – 30 mg gestasi
2. Masa gestasi 24-27 mg masih sukar hidup terutama dinegara yang blm maju.
3. Masa gestasi 28-30 mg mgk dapat hidup dengan perawatan intensif yang memerlukan
alat-alat canggih untuk mencapai hasil yang optimum
4. BB 500-1400 gram
5. 0,8% seluruh kelahiran hidup
6. Hampir seluruh kematian neonatal dan defisit neurologis tidak disebabkan oleh defek
atau trauma lahir
7. Penampilan: kecil, tidak memiliki lemak, kulit sangat tipis

B. Bayi dengan derajat prematur sedang (moderatly prematur).


1. Gestasi 31-36 mg
2. Kesanggupan hidup jauh lebih baik dari yang pertama
3. Gejala sisa yang dihadapi kemudian hari ringan bila pengelolaan bayi intensif
4. BB >1500 gram – 2500 gram
5. 6%-7% seluruh kelahiran hidup
6. Penampilan: kulit tipis, lipatan pada kaki lebih sedikit, banyak rambut halus, genetalia
kurang berkembang
7. Masa gestasi 37mg
8. Mempunyai sifat prematur dan matur
9. Biasanya berat seperti bayi matur dan dikelola seperti bayi matur
10. Kadang timbul problem yang dialami seperti bayi prematur seperti sindroma gawat
napas, hiperbilirubinemia, refleks isap lemah
11. Perlu penanganan lebih seksama
12. Borderline prematur
13. Prosentase Kematian
14. Gestasi kurang dari 24 mg : umumnya meninggal
15. Gestasi 27-28 minggu: survive 50%
16. Gestasi 29 minggu: survive 80%
17. Gestasi 30 minggu: survive 85%

2.4 Etiologi

a). Faktor ibu


Faktor ibu merupakan hal yang dominan dalam mempengaruhi kejadian prematur :
1. Toksemia gravidarum (pre- eklampsia)
2. Riwayat kelahiran prematur sebelumnya,perdarahan antepartum dan malnutrisi,anemia
sel sabit
3. Kelainan bentuk uterus (misal : uterus bikurnis,inkompeten serviks)
4. Tumor (misal : mioma uteri,eistoma)
5. Ibu yang menderita penyakit antara lain :
a. Akut dengan gejala panas tinggi (misal : tifus abdominalis dan malaria
),kronis (misal : TBC ,penyakit jantung,hipertensi,penyakit
ginjal(glomerulonefritis akut )
6. Trauma pada masa kehamilan
7. Kebiasaan ibu ( ketergantungan obat narkotika,rokok dan alkohol)
8. Usia ibu pada waktu hamil kurang dari 20 tahun atau lebih dari 35 tahun
9. Bekerja terlalu berat
10. Jarak hamil dan bersalin terlalu dekat
11. Perdarahan antepartum

b). Faktor Janin


Beberapa faktor janin yang mempengaruhi kejadian prematur antara lain :
b. Kehamilan ganda
c. Hidramnion
d. Ketuban pecah dini
e. Cacat bawaan
f. Kelainan kromosom
g. Infeksi (rubella,sifilis,toksoplasmosis)
h. Inkompatibilitas darah ibu dari janin (faktor rhesus,golongan darah A,B, dan O )
i. Infeksi dalam rahim

c). Faktor Lain


Selain faktor ibu dan janin faktor lain adalah
j. Faktor plasenta
k. Plasenta privea
l. Solusi plasenta
m. Faktor lingkungan
n. Radiasi atau zat – zat beracun
o. Keadaan sosial ekonomi yang rendah
p. Kebiasaan ( pekerjaan yang melelahkan dan merokok)

Menurut (Mitayani, 2009),Beberapa faktor yang mempengaruhi BBLR antara lain :


1. Pengaruh umur ibu saat hamil terhadap kejadian BBLR
Hendaknya ibu merencanakan kehamilannya pada kurun waktu umur produksi sehat
yaitu 20-35 tahun. Dari segi biologis, wanita pada umur muda (kurang dari 20 tahun)
memiliki perkembangan organ-organ reproduksi yang belum matang. Keadaan ini akan
menyebabkan kompetisi dalam mendapatkan nutrisi antara ibu yang masih dalam tahap
perkembangan dan janinnya. Dari segi kejiwaan, belum siap dalam menghadapi tuntutan
beban moril, mental, dan emosional yan menyebabkan stress psikologis yang dapat
mengganggu perkembangan janin. Usia remaja memberikan risiko terjadinya kelahiran
BBLR empat kali lebih besar dibandingkan dengan kelahiran pada usia reproduktif sehat.
Para peneliti juga menemukan bahwa kelahiran BBLR pada usia remaja ternyata tidak hanya
disebabkan oleh umur ibu yang masih muda tetapi juga disebabkan oleh faktor lain yang
berhubungan dengan usia remaja seperti tingkat pendidikan, perawatan antenatal, berat badan
sebelum hamil, kesiapan psikologik dalam menerima kehamilan, penerimaan lingkungan
sekitar terhadap kehamilannya, yang nantinya akan menimbulkan stress.
Kehamilan pada umur lebih dari 35 tahun juga mempunyai resiko lebih tinggi untuk
terjadinya kelahiran BBLR sehubungan dengan alat reproduksinya telah berdegenerasi dan
terjadi gangguan keseimbangan hormonal. Fungsi plasenta yang tidak adekuat sehingga
menyebabkan kurangnya produksi progesterone dan mempengaruhi iritabilitas uterus,
menyebabkan perubahan-perubahan serviks yang pada akhirnya akan memicu kelahiran
prematur. Umur ibu hamil yang lebih tua juga dihubungkan dengan adanya penyakit-penyakit
yang menyertainya.

2. Pengaruh pendidikan ibu terhadap kejadian BBLR


Tingkat pendidikan seorang ibu akan sangat berpengaruh dalam penerimaan informasi
yang diterima. Ibu dengan pendidikan yang cukup akan melakukan hal-hal yang diperlukan
oleh bayi. Misalnya kesadaran untuk memenuhi gizi, imunisasi, pemeriksaan berkala
(antenatal care). Sebaliknya pendidikan yang rendah akan sulit bagi seorang ibu untuk
menerima inovasi dan sebagian besar kurang mampu menciptakan kebahagiaan dalam
keluarganya, selain itu kurang menyadari betapa pentingnya perawatan sebelum melahirkan.
Pemerintah telah berupaya untuk meningkatkan pengetahuan ibu hamil melalui program
kesehatan ibu dan anak, penyuluhan-penyuluhan kesehatan selama ibu hamil. Dengan
demikian para ibu hamil, diharapkan dapat memilih makanan yang bergizi, guna menghindari
lahirnya bayi dengan berat badan lahir rendah. Hal ini jelas berpengaruh positif terhadap
pertumbuhan janin dalam kandungannya. Selain itu dengan pendidikan dan informasi cukup
yang dimiliki ibu diharapkan pelaksanaan Keluarga Berencana dapat berhasil sehingga dapat
membatasi jumlah anak, menjarangkan kehamilan, dan dapat menunda kehamilan jika
menikah pada usia muda.
3. Pengaruh paritas terhadap risiko kejadian BBLR
Paritas adalah jumlah anak yang telah dilahirkan oleh seorang ibu baik lahir hidup
maupun lahir mati. Jumlah paritas yang tinggi mempunyai risiko yang lebih besar untuk
melahirkan bayi BBLR.
Hal ini dapat diterangkan bahwa pada setiap kehamilan yang disusul dengan
persalinan akan menyebabkan perubahan-perubahan pada uterus. Kehamilan yang berulang
akan mengakibatkan kerusakan pada pembuluh darah dinding uterus yang mempengaruhi
sirkulasi nutrisi ke janin dimana jumlah nutrisi akan berkurang bila dibandingkan dengan
kehamilan sebelumnya. Keadaan ini menyebabkan gangguan pertumbuhan janin.

4. Pengaruh umur kehamilan terhadap risiko kejadian BBLR


Untuk mengetahui umur kehamilan dengan mengetahui hari pertama haid terakhir
(HPHT), sedangkan secara klinik umur kehamilan dapat diketahui dengan mengukur berat
lahir, panjang badan, lingkaran kepala. Bayi dengan berat badan lahir rendah dapat
merupakan hasil dari umur gestasi yang pendek dengan kecepatan pertumbuhan janin yang
normal, umur gestasi yang normal dengan kecepatan pertumbuhan janin yang terganggu, atau
umur gestasi yang pendek dengan kecepatan pertumbuhan janin yang terganggu.

5. Pengaruh status gizi ibu terhadap kejadian BBLR


Bila ibu mengalami kekurangan gizi selama hamil akan menimbulkan masalah, baik
pada ibu maupun janin, seperti diuraikan berikut ini :

a. Terhadap Ibu
Gizi kurang pada ibu hamil dapat menyebabkan risiko dan komplikasi pada ibu antara
lain : anemia, perdarahan, berat badan ibu tidak bertambah secara normal, dan terkena
penyakit infeksi misalnya TORCH.
b. Terhadap Persalinan
Pengaruh gizi kurang terhadap proses persalinan dapat mengakibatkan persalinan sulit
dan lama, persalinan sebelum waktunya (prematur), perdarahan setelah persalinan, serta
persalinan dengan operasi cenderung meningkat.
c. Terhadap Janin
Kekurangan gizi pada ibu hamil dapat mempengaruhi proses pertumbuhan janin.
Malnutrisi pada awal kehamilan mengakibatkan terbentuknya organ-organ yang lebih kecil
dengan ukuran sel normal dan jumlah sel yang kurang secara permanen, sedangkan
malnutrisi pada kehamilan lanjut mengakibatkan terbentuk organ yang lebih kecil dengan
jumlah sel yang cukup dan ukuran sel yang lebih kecil, sehingga dapat menimbulkan cacat
bawaan. Tetapi hal ini refersibel dan akan memberikan respon yang baik apabila nutrisi
diperbaiki. Kekurangan gizi juga dapat menimbulkan keguguran, abortus, bayi lahir mati,
kematian neonatal, anemia pada bayi, asfiksia intra partum (mati dalam kandungan), dan lahir
dengan berat badan lahir rendah (BBLR).
Keadaan status gizi ibu hamil sangat berpengaruh terhadap kondisi janin. Pada masa
kehamilan seorang ibu memerlukan makanan lebih banyak dibandingkan wanita tidak hamil.
Ganggua yang menyebabkan tidak terpenuhinya gizi akan menyebabkan gangguan pada janin
dan beresiko untuk melahirkan bayi BBLR.

6. Pengaruh kadar haemogloin ibu terhadap kejadian BBLR


Anemia dapat didefenisikan sebagai kondisi dengan kadar Hb berada dibawah
normal. Di Indonesia anemia umumnya disebabkan oleh kekurangan zat besi, sehingga lebih
dikenal dengan istilah Anemia Gizi Besi. Anemia defisiensi besi merupakan salah satu
gangguan yang paling sering terjadi selama kehamilan. Ibu hamil umumnya mengalami
deplesi besi sehingga hanya memberi sedikit besi kepada janin yang dibutuhkan untuk
metabolisme besi yang normal. Selanjutnya mereka akan menjadi anemia pada saat kadar
hemoglobin ibu turun sampai dibawah 11 gr/dl selama trimester III.
Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan
janin baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin
didalam kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini
menyebabkan morbiditas dan mortalitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi. Karena selama hamil zat-zat gizi akan terbagi untuk ibu dan untuk janin yang
dikandungnya. Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko
morbiditas maupun mortalitas ibu dan bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan
premature juga lebih besar.6 Pada wanita hamil, anemia meningkatkan frekuensi komplikasi
pada kehamilan dan persalinan. Risiko kematian maternal, angka prematuritas, berat badan
bayi lahir rendah, dan angka kematian perinatal meningkat. Soeprono menyebutkan bahwa
dampak anemia pada kehamilan bervariasi dari keluhan yang sangat ringan hingga terjadinya
gangguan kelangsungan kehamilan abortus, partus (imatur/prematur), dan kadar Hb ibu bisa
dipengaruhi oleh paritas, yang mana seorang ibu yang sering melahirkan mempunyai risiko
mengalami anemia pada kehamilan berikutnya apabila tidak memperhatikan kebutuhan
nutrisi.

7. Pengaruh penyakit yang diderita ibu terhadap kejadian BBLR


Beberapa jenis penyakit baik secara langsung maupun tidak langsung dapat
mempengaruhi sirkulasi darah janin. Pada hipertensi dan penyakit ginjal kronik misalnya,
terjadi gangguan peredaran darah dari ibu ke janin karena gangguan sirkulasi sistemik,
sehingga nutrisi untuk janin berkurang dan menyebabkan pertumbuhan janin yang terhambat.
Penyakit yang berhubungan langsung dengan kehamilan misalnya toksemia gravidarum,
perdarahan antepartum, trauma fisis dan psikologis.
8. Pengaruh faktor kehamilan ganda terhadap kejadian BBLR
Pada ibu dengan kehamilan ganda membutuhkan asupan makanan yang lebih
dibandingkan ibu yang hamil tunggal, sehingga apabila kebutuhan janin tidak tercukupi
secara merata maka mengakibatkan bayi yang lahir mempunyai berat badan yang rendah.

9. Pengaruh sosial ekonomi terhadap kejadian BBLR


Pengaruh sosial ekonomi merupakan hal yang cukup berpengaruh dalam kejadian
BBLR, walaupun secara tidak langsung. Pendapatan yang rendah akan menyulitkan seorang
ibu untuk memenuhi kebutuhan bayi terutama dalam hal gizi. Hal ini pada akhirnya akan
menyebabkan bayi dengan BBLR. Mc Carthy dan Maine menunjukkan bahwa angka
kematian ibu dapat diturunkan secara tidak langsung dengan memperbaiki status sosial
ekonomi yang mempunyai efek terhadap salah satu dari seluruh faktor langsung yaitu
perilaku kesehatan dan perilaku reproduksi, status kesehatan dan keterjangkauan pelayanan
kesehatan.

10. Pengaruh pelayanan antenatal terhadap kejadian BBLR


Pelayanan antenatal ini diperuntukkan guna memantau perkembangan kehamilan ibu,
frekuensi minimal 4 kali selama kehamilan. Pemeriksaan antenatal yang teratur akan
memberikan kesempatan untuk dapat mendiagnosis secara dini masalah-masalah yang dapat
menyulitkan kehamilan maupun persalinan, sehingga dapat dilakukan tindakan yang tepat
secepatnya.

11. Pengaruh kebiasaan merokok dan minum alkohol terhadap kejadianBBLR


Merokok dan minum alkohol merupakan salah satu kebiasaan buruk bagi ibu hamil
yang akan berpengaruh terhadap janin yang dikandungnya. Menurut penelitian Haworth dkk,
bahwa berat badan bayi yang lahir dari ibu perokok lebih rendah dari ibu yang bukan
perokok, walaupun penambahan berat badan selama hamil dan asupan energi sama. Beberapa
penulis mengemukakan bahwa ibu hamil yang merokok lebih sering melahirkan bayi yang
lebih kecil dibanding ibu hamil yang tidak merokok. Hal ini disebabkan beberapa hal :
-Karbonmonoksida dan inaktifasi fungsionalnya pada hemoglobin janin dan ibu.
-Aksi vasokonstriksi dan nikotin menyebabkan menurunnya perfusi darah ke plasenta.
-Merokok menyebabkan menurunnya selera makan ibu sehingga asupan energi ibu hamil
berkurang, walaupun ada beberapa ibu perokok yang selera makannya tidak berubah.
-Berkurangnya volume plasma akibat hipoksia kronik.
-Ibu hamil peminum alkohol mempunyai risiko untuk melahirkan bayi dengan fetal alcohol
syndrome. Sindrom ini mencakup kelahiran prematur, retardasi pertumbuhan janin, cacat
lahir dan retardasi mental. Risiko ini berhubungan dengan jumlah alkohol yang diminum
setiap harinya, usia kehamilan saat ibu hamil minum alkohol dan lamanya ibu tersebut
mengkonsumsi minuman beralkohol. Makin banyak alkohol yang dikonsumsi, semakin besar
resiko terganggunya pertumbuhan janin; sebaliknya semakin kurang mengkonsumsi alkohol,
resiko terganggunya janin akan semakin kecil, tetapi masih ada. Bila ibu hamil
mengkonsumsi alkohol pada trimester pertama kehamilan saat berlangsung organogenesis
janin, maka resiko abortus akan lebih besar. Bila mengkonsumsi alkohol pada trimester kedua
saat terjadi perkembangan ukuran sel, maka akan berpengaruh pada berat janin yang
dikandungnya.

12. Pengaruh jenis kelamin terhadap kejadian BBLR


Perbedaan jenis kelamin ikut berperan pada berat badan lahir. rata-rata berat badan
lahir bayi laki-laki 150 gram lebih berat dibanding bayi perempuan. Setelah minggu ke-20
mulai terdapat perbedaan antara pertumbuhan janin laki-laki dan perempuan. Menurut
Kloosterman (1969) perbedaan ini dapat mencapai 135 gram pada kehamilan 40 minggu. Jadi
bayi laki-laki seringkali lebih berat dari bayi perempuan.

13. Pengaruh Riwayat Melahirkan BBLR Sebelumnya Terhadap KejadianBBLR


Ibu dengan riwayat melahirkan BBLR pada partus sebelumnya mempunyai
kemungkinan untuk melahirkan anak berikutnya dengan BBLR.

2.5 Patofisiologi BBLR

Secara umum bayi BBLR ini berhubungan dengan usia kehamilan yang belum cukup bulan
atau prematur, disamping itu juga disebabkan dismaturitas. Artinya, bayi lahir cukup bulan
(usia kehamilan 38 minggu), tapi BB lahirnya lebih kecil ketimbang kehamilannya, yaitu
tidak mencapai 2500 gram.

Biasanya hal ini terjadi karena adanya gangguan pertumbuhan bayi sewaktu dalam
kandungan yang disebabkan oleh penyakit ibu seperti adanya kelainan plasenta, infeksi,
hipertensi, dan keadaan-keadaan lain yang menyebabkan suplai makanan ke bayi
jadi berkurang.Gizi yang baik diperlukan seorang ibu hamil agar pertumbuhan janin tidak
mengalami hambatan dan selanjutnya akan melahirkan bayi dengan berat normal.
Dengan kondisi kesehatan yang baik, sistem reproduksi normal, tidak menderita sakit, dan
tidak ada gangguan gizi pada masa prahamil maupun saat hamil, ibu akan melahirkan bayi
lebih besar daripada ibu dengan kondisi kehamilan yang sebailknya, ibu dengan kondisi
kurang gizi kronis pada masa hamil sering melahirkan bayi BBLR, vitalitas yang rendah dan
kematian yang tinggi, terlebih lagi bila ibu menderitaanemia.

Kekurangan zat besi dapat menimbulkan gangguan atau hambatan pada pertumbuhan janin
baik sel tubuh maupun sel otak. Anemia gizi dapat mengakibatkan kematian janin di dalam
kandungan, abortus, cacat bawaan, BBLR, anemia pada bayi yang dilahirkan, hal ini dapat
mengakibatkan morbiditas dan mortilitas ibu dan kematian perinatal secara bermakna lebih
tinggi.

Pada ibu hamil yang menderita anemia berat dapat meningkatkan resiko morbiditas ibu dan
bayi, kemungkinan melahirkan bayi BBLR dan prematur juga lebih besar

Pada saat ini harapan hidup bayi dengan berat 1501- 2500 gram adalah 95 %, tetapi berat
bayi kurang dari 1500 gram masih mempunyai angka kematian yang tinggi. Kematian diduga
karena displasia bronkhopulmonal, enterokolitis nekrotikans, atau infeksi sekunder.

BBLR yang tidak mempunyai cacat bawaan selama 2 tahun pertama akan mengalami
pertumbuhan fisik yang mendekati bayi cukup bulan dengan berat sesuai masa gestasi. Pada
BBLR , makin imatur dan makin rendah berat lahir bayi, makin besar kemungkinan terjadi
kecerdasan berkurang dan gangguan neurologik.

2.6 Manifestasi Klinik


Secara umum gambaran klinis pada bayi berat badan lahir rendah sebagai berikut:
1. Berat badan lahir< 2500 gram, panjang badan≤ 45 Cm, lingkar dada< 30 Cm, lingkar
kepala< 33 Cm.
2. Masa gestasi< 37 minggu.
3. Penampakan fisik sangat tergantung dari maturitas atau lamanya gestasi; kepala relatif
lebih besardari badan, kulit tipis, transparan, banyak lanugo, lemak sub kutan sedikit,
osifikasi tengkoraksedikit, ubun-ubun dan sutu lebar, genetalia immatur, otot masih hipotonik
sehingga tungkaiabduksi, sendi lutut dan kaki fleksi, dan kepala menghadap satu jurusan.
4. Lebih banyak tidur daripada bangun, tangis lemah, pernafasan belum teratur dan sering
terjadi apnea, refleks menghisap, menelan, dan batuk belum sempurna.
Manifestasi klinis yang lain yaitu :
1. Berat badan kurang dari 2.500 gram
2. Kulit tipis, transparan, lanugo banyak, ubun-ubun dan sutura lebar
3. Genetalia imatur, rambut tipis halus teranyam, elastisitas daun telinga kurang
4. Tangis lemah, tonus otot leher lemah.
5. Reflek moro (+), reflek menghisap, menelan, batuk, belum sempurna.
6. Bila lapar menangis, gelisah, aktifitas bertambah
7. Tidak tampak bayi menderita infeksi/perdarahan intrakranial
8. Nafas belum teratur
9. Pembuluh darah kulit diperut terlihat banyak
10. Jaringan mamae belum sempurna, putting susu belum terbentuk dengan baik.
Hal-hal yang perlu diperhatikan dalam BBLR adalah:
1. Suhu Tubuh
-Pusat pengatur napas badan masih belum sempurna
-Luas badan bayi relatif besar sehingga penguapannya bertambah
-Otot bayi masih lemah
-Lemak kulit dan lemak coklat kurang, sehingga cepat kehilangan panas badan
-Kemampuan metabolisme panas masih rendah, sehingga bayi dengan berat badan lahir
rendah perlu diperhatikan agar tidak terlalu banyak kehilangan panas badan dan dapat
dipertahankan.

2. Pernapasan
-Fungsi pengaturan pernapasan belum sempurna
-Surfaktan paru-paru masih kurang, sehingga perkembangannya tidak sempurna
-Otot pernapasan dan tulang iga lemah
-Dapat disertai penyakit : penyakit hialin membrane, mudah infeksi paru-paru dan gagal
pernapasan.
3. Alat pencernaan makanan
-Belum berfungsi sempurna sehingga penyerapan makanan dengan lemah / kurang baik
-Aktifitas otot pencernaan makanan masih belum sempurna , sehingga pengosongan lambung
berkurang
-Mudah terjadi regurgitasi isi lambung dan dapat menimbulkan aspirasi pneumonia
4. Hepar yang belum matang (immatur)
Mudah menimbulkan gangguan pemecahan bilirubin, sehingga mudah terjadi
hyperbilirubinemia (kuning) samai ikterus
5. Ginjal masih belum matang
Kemampuan mengatur pembuangan sisa metabolisme dan air masih belum sempurna
sehingga mudah terjadi oedema
6. Perdarahan dalam otak
-Pembuluh darah bayi BBLR masih rapuh dan mudah pecah
-Sering mengalami gangguan pernapasan, sehingga memudahkan terjadinya perdarahan
dalam otak
-Perdarahan dalam otak memperburuk keadaan dan menyebabkan kematian bayi
-Pemberian O2 belum mampu diatur sehingga mempermudah terjadi perdarahan dan
nekrosis.

2.7 Komplikasi
Ada beberapa hal yang dapat terjadi apabila BBLR tidak ditangani secepatnya
menurut Mitayani, 2009 yaitu :
1. Sindrom aspirasi mekonium (menyebabkan kesulitan bernapas pada bayi)
2. Hipoglikemia simptomatik, terutama pada laki-laki
3. Penyakit membran hialin: disebabkan karena surfaktan paru belum sempurna/ cukup,
sehingga olveoli kolaps. Sesudah bayi mengadakan inspirasi, tidak tertinggal udara residu
dalam alveoli, sehingga selalu dibutuhkan tenaga negatif yang tinggi untuk yang berikutnya
4. Asfiksia neonetorum
5. Hiperbilirubinemia,Bayi dismatur sering mendapatkan hiperbilirubinemia, hal ini
mungkin disebabkan karena gangguan pertumbuhan hati.
BAB III
ANALISIS KASUS

Pada tanggal 25 agustus 2018,telah lahir bayi dari Ny.A,yang diberi nama An.P,Ny.A
mengatakan bayinya lahir secara normal tetapi dengan berat badan rendah < 2500 gram
,Ny.A juga mengatakan saat menyentuh kedua tangan dan kaki bayi teraba dingin
Setelah dilakukan pemeriksaan,didapatkan hasil sebagai berikut :
TD :-
N: 120x/mnt
RR : 65x/mnt
S : 36,20C
BB :2100 gram
TB: 49cm
DATA PENGKAJIAN

a. Data Diri Pasien.


Nama : An.P
TTL : 25 agustus 2018
Usia : 0 hari
Jenis Kelamin : Perempuan
Pekerjaan :-
Agama : Islam
Pendidikan terakhir :-

b. Identitas Penanggung Jawab.


Nama : Ny. A
Umur : 43 th
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Pendidikan : SLTA
Jenis Kelamin : Perempuan
Agama : Islam
Hubungan dengan klien : Ibu

c. Riwayat kesehatan masa sekarang


Bayi dengan berat badan 2100 gram

d. Riwayat kesehatan keluarga


Ayah px menderita hipertensi

e. Apgar skore
Nilai apgar : 1 menit/5 menit/10 menit/2 jam
No Kriteria 1 menit 5 menit 10 menit 2 jam
1 Denyut Jantung 2 2 2 2
2 Usaha nafas 2 2 2 2
3 Tonus otot 2 2 2 2
4 Reflek 2 2 2 2
5 Warna kulit 2 2 2 2
TOTAL 10 10 10 10

f. Pemeriksaan fisik
1.Pemeriksaan umum
 Keadaan umum : sedang
 TTV
TD : -
N: 120x/mnt
RR: 65x/mnt
S: 36,20C
 BB : 2100 gram
2.Kepala : simetris,rambut hitam lurus,tidak ada kelainan
3.Wajah : simetris,kulit kemerahan,tidak ikterus,tidak down syndrom
4.Ubun – ubun : UUD dan UUK belum menutup
5.Mata : simetris,konjungtiva merah muda,sklera putih,tidak ada kotoran
6.Hidung: simetris,tidak ada pernapasan cuping hidung ,tidak ada sekret,tidak ada
lesi,pernafasan spontan
7.Telinga: simertis,terbentuk tulang rawan,bersih tidak ada serumen
8.Mulut : simetris,tidak ada lesi,bibir merah muda,tidak stomatitis,palatum
tertutup,tidak palatoskisis
9.Leher: tidak ada pembesaran kelenjar tiroid,kelenjar limfe,dan vena jugularis
10.Dada : simetris,tidak adanya retraksi dinding dada
11.Tali pusat : nelum lepas dan tidak ada perdarahan tali pusat di umbilikal dan
dibungkus kasa,tidak distended atau kembung.
12.Abdomen : tidak ada bising usus,tali pusat terawat dan tidak ada tanda infeksi
13.Punggung : tidak ada spine bifida,tidak ada pembengkakan atau cekungan
14.Ekstremitas:tidak ada kelainan seperti polidaktili,sendaktili,anadaktili,amelia,atau
mikroamelia,akral hangat dan bulatan pada telapak kaki dan tangan tampak jelas,tidak
ada gangguan pergerakan
15.Genitalia : labia mayora sudah menutupi labia minora
16.Anus: bersih,tidak ada atresia ani

 Reflek moro : (+) ada


 Rooting : (+) masih lemah
 Walking : (+) msih lemah
 Graphs : (+) baik
 Sucking : (+) masih lemah
 Tonicneck : (-)
 Antropometri
- LK : 31cm
- LD : 29cm
- LLA : 9,5cm,circum ferensia/subocci pito bregmat
- Ica : 32
 Eliminasi
- Miksi : bayi belum BAK
- Defekasi : bayi belum BAB
 Pemeriksaan penunjang
- Lab Darah pada tanggal 25 agustus 2018
DATA FOKUS

DATA SUBYEKTIF DATA OBYEKTIF


Ibu px mengatakan kedua tangan dan kaki Keadaan umum : sedang
bayinya teraba dingin  TTV
TD : -
N: 120x/mnt
RR: 65x/mnt
S: 36,20C

Ibu px mengatakan bayinya lahir dengan BB :2100 gram


berat badan < 2500 gram TB: 49cm

A. Analisis Data

No DS DO Etiologi Masalah
1. Ibu px mengatakan Keadaan umum SSP imatur 00008
kedua tangan dan : sedang Ketidakefektifan
kaki bayinya teraba TTV termoregulasi
dingin TD : -
N:
120x/mnt
RR:
65x/mnt
S: 36,20C

2. Ibu px mengatakan BB :2100 gram usia dan berat 00002


bayinya lahir TB: 49cm ekstrem Ketidakseimbangan
dengan berat badan nutrisi : kurang dari
< 2500 gram kebutuhan tubuh

B. DIAGNOSA

1.Ketidakefektifan termoregulasi b.d SSP imatur ditandai dengan Keadaan umum :


sedang,TD : -,
N: 120x/mnt,RR: 65x/mnt,S: 36,20C.
2. Ketidakseimbangan nutrisi : kurang dari kebutuhan tubuh b.d usia dan berat ekstrem
ditandai dengan BB: 2100 gram,TB :49 cm.

C. PRIORITAS MASALAH

1.Hipotermi
2.BBLR
D. INTERVENSI

Diagnosa Tujuan & Kriteria Intervensi Rasional


Hasil
Ketidakefektifan Setelah dilakukan 3800 Perawatan  Untuk
termoregulasi tindakan Hipotermia mengetahu
keperawatan 2x24  Monitor suhu i
jam diharapkan pasien perubahan
masalah dapat ,menggunakan TTV
teratasi dengan alat pengukur  Untuk
kriteria hasil : dan rute yang membebas
-termoregulasi paling tepat kan pasien
menjadi efektif  Bebaskan pasien dari
sesuai dengan pakaian
dari pakaian
perkembangan yang dingin
yang dingin dan
dan basah
basah
 Untuk
Kriteria hasil :  Bagi panas memfasilit
1923 Kontrol tubuh,gunakan asi
Resiko : yang tidak terlalu pemindaha
Hipotermi tebal untuk n panas di
192307 Mengetahui memfasilitasi tubuh
hubungan usia pemindahan pasien
dengan tubuh panas  Untuk
192311  Berikan pemanas memberika
Mempertahankan pasif (misal n
keutuhan kulit selimut,penutup kehangata
192315 Memakai kepala dan n
pakaian yang sesuai pakaian hangat)  Untuk
untuk melindungi  Monitor warna memantau
kulit dan suhu kulit perubahan
192318 suhu dan
Memfasilitasi warna kulit
penyesuaian untuk pasien
menurunkan suhu
Ketidakseimbangan Setelah dilakukan 1100 Manajemen  Untuk
nutrisi : kurang dari tindakan Nutrisi menentu
kebutuhan tubuh keperawatan 2x24  Tentukan kan
jam diharapkan status gizi status
masalah dapat pasien dan gizi
teratasi dengan kemampuan pasien
Kriteria hasil : untuk dan
1020 Status memenuhi kemamp
Nutrisi Bayi kebutuhan uan
102001 Intake gizi untuk
Nutrisi  Tentukan memenu
102006 Hidrasi jumlah hi
102007 kalori dan kebutuha
Pertumbuhan jenis nutrisi n gizi
102010 Kapasitas yang  Untuk
penigkatan zat besi dibutuhkan menentu
total untuk kan
102001 intake memenuhi jumlah
makanan lewat persyaratan kalori
mulut dapat gizi dan
terpenuhi  Monitor nutrisi
102022 intake kalori dan yang
kalori intravena asupan dibutuhk
makanan an
 Monitor pasien
kecenderung  Untuk
an terjadinya memanta
penurunan u asupan
dan kalori
kenaikan pasien
berat badan  Untuk
memanta
u
kecender
ungan
terjadiny
a
penuruna
n dan
kenaikan
berat
badan
E.IMPLEMENTASI
Diagnosa Intervensi Hari/Tangga Implementasi Para
l f
Ketidakefektifan 3800 Perawatan 25/08/2018  Memonitor TTV
termoregulasi b.d Hipotermia (08.00 wib)  Membebaskan
SSP imatur  Monitor suhu pasien dari
ditandai dengan pasien pakaian yang
Keadaan umum : ,menggunakan dingin dan basah
sedang,TD : -, alat pengukur  Memberikan
N: dan rute yang pakaian yang
120x/mnt,RR: paling tepat tidak terlalu tebal
65x/mnt,S:  Bebaskan pasien untuk
36,20C. dari pakaian memfasilitasi
yang dingin dan pemindahan
basah panas
 Bagi panas  Memberikan
tubuh,gunakan pasien
yang tidak selimut,penutup
terlalu tebal kepala dan
untuk pakaian hangat
memfasilitasi  Memantau
pemindahan perubahan warna
panas kulit pasien
 Berikan
pemanas pasif
(misal
selimut,penutup
kepala dan
pakaian hangat)
Monitor warna dan
suhu kulit
Ketidakseimbanga 1100 Manajemen 25/8/2018  Menentukan
n nutrisi : Nutrisi (08.30 wib) status gizi pasien
kurang dari  Tentukan dan kemampuan
kebutuhan status gizi untuk memenuhi
tubuh b.d usia pasien dan kebutuhan gizi
dan berat kemampuan  Menentukan
ekstrem untuk jumlah kalori
ditandai dengan memenuhi dan jenis nutrisi
BB: 2100 kebutuhan yang dibutuhkan
gram,TB :49 gizi pasien
cm.  Tentukan  Memantau kalori
jumlah dan asupan
kalori dan makanan
jenis nutrisi  Memantau
yang perubahan berat
dibutuhkan badan pasien
untuk
memenuhi
persyaratan
gizi
 Monitor
kalori dan
asupan
makanan
Monitor
kecenderungan
terjadinya
penurunan dan
kenaikan berat
badan
F.EVALUASI

Tanggal waktu/nama masalah Format SOAP Paraf


25 agustus 2018 pukul 08:00 S: ibu px mengatakan
wib tangan dan kaki anaknya
(Ketidakefektifan sudah mulai teraba hangat
termoregulasi) O: suhu naik dari 36,2oC
menjadi 36,5oC
A : hipotermi teratasi
sebagian
P : Lanjutkan intervensi
25 agustus 2018 pukul 08:30 S: ibu px mengatakan
wib bayinya sudah mulai bisa
(Ketidakseimbangan nutrisi) meminum asi dengan
cukup banyak
O: keadaan umum bayi
terlihat sudah tidak lemah
lagi
A: belum ada perubahan
berat badan secara
signifikan
P: Lanjutkan intervensi
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
bayi berat lahir rendah adalah bayi baru lahir dengan berat badan kurang dari 2500
gram tanpa melihat apakah prematur atau dismatur yang dapat menyebabkan terjadinya
gangguan pertumbuhan dan pematangan (maturitas) organ serta menimbulkan kematian.
Berkaitan dengan penanganan dan harapan hidupnya bayi berat lahir rendah di
bedakan dalam :

a).BBLR = berat lahir 1.500-2.500 gram

b).BBLSR = berat lahir < 1.500 gram

c). BBLER = berat lahir < 1.000 gram

ada dua golongan BBLR yaitu

a) Prematuritas murni
b) Bayi small for gestational age (SGA)
BBLR terjadi karena
a.faktor ibu
b.faktor janin
c.faktor lain
4.2 Saran
Mahasiswa agar lebih memahami tentang BBLR pada anak dengan materi ini sedikit
memberi pengetahuan dan disarankan untuk membaca lebih banyak referensi
melalui sumber sumber yang tersedia.
DAFTAR RUJUKAN

Anik Maryunani.2014.Asuhan Neonatus,Bayi,Balita dan Anak Pra-Sekolah.Bogor:


IN MEDIA

Depkes RI & ICA.1997.Buku kesehatan Ibu dan Anak.Jakarta

Ladewig,es,dkk.2006.Asuhan Ibu dan Bayi Baru Lahir.

Suriadi,dkk.2001.Asuhan keperawatan pada anak.Jakarta:Sagung Seto

Sharon J.Reeder.dkk.2008.Keperawatan Maternitas vol.1.EGC

Lia Yulianti,dkk.2008.Asuhan Neonatus.Jakarta : Trans info Media

Irene M.Bobak,2014.Keperawatan Maternitas edisi 4.EGC

Anda mungkin juga menyukai