Disusun Oleh:
Kadek Dian Purwata, S.Kep
11194692010074
Menyetujui,
Mengetahui,
Ketua Jurusan Program Studi PROFESI Ners
Rektum merupakan sebuah saluran yang berawal dari ujung usus besar
tempat yang lebih tinggi, yaitu pada kolon desendens. Jika kolon desendens
penuh dan tinja masuk ke dalam rektum, maka timbul keinginan untuk buang
1 2
Keterangan:
1. Colon Asendens
2. Colon Transversum
3 3. Colon Desendens
7
5 4. Sigmoid
5. Rectosigmoid
6. Rektum
7. Ileum
8. Appendiks
8
6
Gambar 2.1. Anatomi kolon dan rektum (Netter dan Frank, 2014)
perinealis. Akhirnya rektum menjadi canalis analis dan berakhir pada anus.
Sepertiga atas rektum merupakan bagian yang sangat lebar yaitu ampulla
recti. Jika ampulla terisi maka timbul perasaan ingin defekasi (Leonhardt ,
1988).
pada kira-kira waktu yang sama setiap hari. Hal ini disebabkan oleh reflex
usus akibat rangsangan isi usus, gerakan peristaltik merambat ke kolon dan
mulai bergerak. Isi kolon pelvis masuk kedalam sekum disertai gerakan
sfingter anus akan mendorong dan kerjanya berakhir (Judha dkk, 2012).
Rektum merupakan bagian distal dari usus besar yang dimulai dari
setinggi corpus sacralis tiga (Tortora dan Derrickson, 2009). Rektum dibagi
Gambar 2.2
4
Bagian- bagian rektum
(Braddy, 2011).
berdasarkan jarak dari anal verge, linea dentata, atau cincin anorektal ke
Lapisan dinding rektum dari lumen ke arah luar yaitu sebagai berikut :
yang terdiri dari otot sirkuler dan otot longitudinal dan serosa
B. Definisi
kedalam hati. Pembuluh limfe dari rektum diatas garis anorektum berjalan
karsinoma rektum dan anus didasarkan pada anatomi saluran limfa ini.
Dinding rektum terdiri dari 5 lapisan, yaitu mukosa yang tersusun oleh epitel
C. Etiologi
1. Umur
2. Polip
kanker baru di area yang berbeda dari kolon dan recktum. Kemungkinan
hal ini klebih besar terjadi jika riwayat kanker kolorectal pertama terjadi
dalam jangka waktu yang lama. Orang yang mengalami IBD dalam
a. Ulcerative Colitis
Ulseratif kolitis merupakan faktor risiko yang jelas untuk kanker kolon
anatomi.
b. Penyakit Crohn
crohn’s disease.
5. Faktor Genetik
a. Riwayat Keluarga
Sekitar 15% dari seluruh kanker kolon muncul pada pasien dengan
lebih dari 1/3 dari karsinoma kolon dan adenoma yang besar. Dua
Gen yang bertanggung jawab untuk FAP yaitu gen APC, yang
untuk polip harus dimulai pada saat usia muda. Pasien dengan FAP
yang diberi 400 mg celecoxib, dua kali sehari selama enam bulan
mengurangi rata rata jumlah polip sebesar 28%. Tumor lain yang
dimulai pada umur 20 tahun atau lebih dini 5 tahun dari umur anggota
terlihat lebih baik daripada pasien dengan sporadic kanker kolon. Dari
6. Diet
Masyarakat yang diet tinggi lemak, tinggi kalori, daging dan diet
peningkatan level insulin, trigliserida dan asam lemak tak jenuh pada
sirkulasi. Faktor sirkulasi ini mengarah pada sel epitel kolon untuk
daerah yang lemah akibat terpapar toksin yang tak dapat dikenali dan
7. Gaya Hidup
Pria dan wanita yang merokok kurang dari 20 tahun mempunyai risiko
4. Lesi sebelah kiri: nyeri abdominal dank ram, feses mengecil, konstipasi
5. Lesi rectal: tenesmus (nyeri rektal, evakuasi feses yang tidak lengkap
F. Stadium Ca Recti
2. Stadium 1 : kanker telah tumbuh ke lapisan yang lebih dalam dari mukosa
rektum, yaitu pada dinding rektum tetapi belum menyebar ke luar rektum
itu sendiri
G. Komplikasi
1. Pemeriksaan Penunjang
Embrionik Antigen) dan Uji faecal occult blood test (FOBT) untuk
gastrointestinal bawah.
sigmoid.
Jika ditemuka tumor dari salah satu pemeriksaan diatas, biopsi harus
yang paling sering yaitu sekitar 90 sampai 95% dari kanker usus besar.
(CT scan) dada, abdomen, dan pelvis, complete blood count (CBC), tes
fungsi hepar dan ginjal, urinanalysis, dan pengukuran tumor marker CEA
(carcinoembryonic antigen).
invasi ekstra-rektal dan invasi organ sekitar rektum, tetapi tidak dapat
Pemeriksaan ini dilakukan dengan tujuan untuk deteksi dini lesi pada
I. Penatalaksanaan
adalah terapi standar dan beberapa lagi masih diuji dalam penelitian klinis.
Tiga terapi standar untuk kanker rektal yang digunakan antara lain ialah :
1. Pembedahan
terutama untuk stadium I dan II kanker rektal, bahkan pada pasien suspek
antara lain :
a. Eksisi lokal : jika kanker ditemukan pada stadium paling dini, tumor
dinamakan polypectomy.
2. Radiasi
dan III lanjut, radiasi dapat menyusutkan ukuran tumor sebelum dilakukan
3. Kemoterapi
atau tumor lokal yang bergerombol ( Stadium II lanjut dan Stadium III).
dengan leucovorin dalam jangka waktu enam sampai dua belas bulan. 5-
J. Masalah Keperawatan
a. Pengkajian
1. Aktivitas/istirahat
2. Sirkulasi
Gejala: Palpitasi, nyeri dada pada pergerakan kerja. Kebiasaan:
3. Integritas ego
4. Eliminasi
tinggi badan dan berat badan, lingkar perut, dan colok dubur.
5. Makanan/cairan
6. Neurosensori
7. Nyeri/kenyamanan
proses penyakit).
8. Pernapasan
9. Keamanan
10. Seksualitas
genital.
peran penyuluhan/pembelajaran.
mencari metastatik.
1. Nyeri
2. Konstipasi
3. Ansietas
4. Deficit nutrisi
5. Kerusakan integritas jaringan
6. Resiko infeksi
7. Resiko perdarahan
DIANGOSA SLKI
NO SIKI
KEPERAWATAN
1. Nyeri kronis b.d agen Tingkat Nyeri (L.08066) Menejemen nyeri (i. 08238)
infiltrasi tumor (D.0078)
Setelah dilakukan asuhan keperawatan Observasi
selama 3x24 jam diharapkan Tingkat
nyeri Menurun dengan kriteria hasil:
1. Identifikasi lokasi,
1. Keluhan nyeri dari skala 1 karakteristik, durasi,
(meningkat) ke skala 5 (menurun) frekuensi, kualitas,
2. Ekspresi meringis dari skala 1 intensitas nyeri
(meningkat) ke skala 5 (menurun) 2. Identifikasi skala nyeri
3. Rasa gelisah dari skala 1 3. Identifikasi respon nyeri
(meningkat) ke skala 5 (menurun) non verbal
4. Tanda-tanda vital dari skala 1 4. Identifikasi faktor yang
(memburuk) ke skala 5 (membaik) memperberat dan
memperingan nyeri
5. Identifikasi pengetahuan
dan keyakinan tentang
nyeri
6. Identifikasi pengaruh
budaya terhadap respon
nyeri
7. Identifikasi pengaruh nyeri
pada kualitas hidup
8. Monitor keberhasilan
terapi komplementer yang
sudah diberikan
9. Monitor efek samping
penggunaan analgetik
Terapeutik
1. Berikan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
(mis. TENS, hypnosis,
akupresur, terapi musik,
biofeedback, terapi pijat,
aroma terapi, teknik
imajinasi terbimbing,
kompres hangat/dingin,
terapi bermain)
2. Kontrol lingkungan yang
memperberat rasa nyeri
(mis. Suhu ruangan,
pencahayaan,
kebisingan)
3. Fasilitasi istirahat dan
tidur
4. Pertimbangkan jenis dan
sumber nyeri dalam
pemilihan strategi
meredakan nyeri
Edukasi
1. Jelaskan penyebab,
periode, dan pemicu
nyeri
2. Jelaskan strategi
meredakan nyeri
3. Anjurkan memonitor nyri
secara mandiri
4. Anjurkan menggunakan
analgetik secara tepat
5. Ajarkan teknik
nonfarmakologis untuk
mengurangi rasa nyeri
Kolaborasi
Kolaborasi pemberian
analgetik, jika perlu
Edukasi
1. Jelaskan
prosedur, termasuk
sensasi yang mungkin
dialami
2. Informasikan
secara factual mengenai
diagnosis, pengobatan,
dan prognosis
3. Anjurkan
keluarga untuk tetap
bersama pasien, jika perlu
4. Anjurkan
melakukan kegiatan yang
tidak kompetitif, sesuai
kebutuhan
5. Anjurkan
mengungkapkan
perasaan dan persepsi
6. Latih kegiatan
pengalihan, untuk
mengurangi ketegangan
7. Latih
penggunaan mekanisme
pertahanan diri yang tepat
8. Latih teknik
relaksasi
Kolaborasi
Terapeutik
1. Pertahankan
bed rest selama
perdarahan
2. Batasi
tindakan invasif, jika
perlu
3. Gunakan kasur
pencegah dikubitus
4. Hindari
pengukuran suhu rektal
Edukasi
1. Jelaskan tanda
dan gejala perdarahan
2. Anjurkan
mengunakan kaus kaki
saat ambulasi
3. Anjurkan
meningkatkan asupan
cairan untuk
menghindari konstipasi
4. Anjurkan
menghindari aspirin atau
antikoagulan
5. Anjurkan
meningkatkan asupan
makan dan vitamin K
6. Anjrkan segera
melapor jika terjadi
perdarahan
Kolaborasi
1. Kolaborasi
pemberian obat dan
mengontrol perdarhan,
jika perlu
2. Kolaborasi
pemberian prodok
darah, jika perlu
3. Kolaborasi
pemberian pelunak tinja,
jika perlu
7. Resiko Infeksi (D.0142) Tingkat infeksi menurun (l. 14137) Pencegahan Infeksi (I.14539)
1. Batasi jumlah
pengunjung
2. Berikan perawatan kulit
disekitar edema
Edukasi
Kolaborasi
Society; 2012
Brunner & Suddarth (2002). Buku Ajar Keperawatan Medikal Bedah, Edisi 8,
Jakarta: EGC.
Price SA., Wilson L.M., 1995, Patofisiologi Konsep Klinis Proses – Proses
Mataram.
http://semaraputraadjoezt.wordpress.com/2012/11/06/laporan-pendahuluan-