Anda di halaman 1dari 16

LAPORAN PENDAHULUAN

OMPHALOCELE

STASE PEDIATRIK

DISUSUN OLEH :

YOSUA KRISMON, S.Kep

(113063J120109)

PRESEPTOR AKADEMIK :

SELLY KRESNA DEWI, S.Kep., Ners, SP.Mat

PROGRAM STUDI PROFESI NERS

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN SUAKA INSAN

BANJARMASIN

2021
LEMBAR KONSULTASI

Nama : Yosua Krismon, S.Kep

NIM : 113063J120109

Nama Preseptor Akademik : Selly Kresna Dewi, S.Kep., Ners, SP.Mat

No Hari/Tanggal Materi Bimbingan Paraf


Pembimbing
LEMBAR PERSETUJUAN

Laporan Pendahuluan Omphalocele disusun oleh Nama Yosua Krismon,S.Kep, NIM


113063J120109 Laporan Pendahuluan ini telah diperiksa dan disetujui oleh Preseptor
Akademik dan Preseptor Lahan.

Banjarmasin, Januari 2021


Preseptor Akademik

Selly Kresna Dewi, S.Kep., Ners, SP.Mat


I. Konsep Anatomi
A. Anatomi dan Fisiologi
Kulit mempunyai fungsi sebagai pelindung tubuh dari berbagai trauma dan
penahan terhadap bakteri, virus, dan jamur. Kehilangan panas dan
penyimpanan panas diatur oleh vasodilatasi atau sekresi kelenjar-kelenjar
keringat. Kulit terdiri dari tiga lapisan, yaitu epidermis, dermis dan jaringan
subkutan
Omfalokel adalah kelainan yang berupa protusi isi rongga perut ke luar
dinding perut sekitar umbilicus, benjolan terbungkus dalam suatu kantong. umumnya
isi kantong terdiri atas usus saja sedangkan pada yang besar dapat pula berisi hati atau
limpa.

Dinding perut mengandung strukturmuskulo aponeuresis yang kompek


Dibagian belakang struktur ini melekat pada tulang belakang. Disebelah atas
melekat pada iga, dibagian bawah melekat pada panggul. Dinding perut ini terdiri
dari beberapa lapis yaitu dari luar kedalam lapisan kulit yang terdiri dari kutan dan
subkutan, lemak subkutan, dan fasia superfisialis. Kemudian ketiga otot dinding
perut muskulus oblikus abdominis internus, muskulus transfersus abdominis dan
akhirnya lapisan preperitonium (Harnawatiaj, 2008).

Otot dibagian depan tengah terdiri dari sepasang otot rectus abdominis dengan
fasisnya yang digaris tengah dipisahkan oleh linea alba. Dinding perut membentuk
rongga yang melindungi isi dalamnya. Integritas lapisan muskulo aponeuresis
sangat penting untuk mencegah terjadinya hernia bawaan maupun iatogenik.
Fungsi lain otot dinding perut adalah pada waktu pernafasan, saat berkemih, dan
buang air besar dengan meningkatkan tekanan intra abdomen. Vaskularisasi
dinding perut berasal dari beberapa arah (Harnawatiaj, 2008).

Omphalocele disebabkan oleh terbukanya (cacat) bagian tengah dari dinding


perut pada pusar (umbilicus). Kulit, otot dan jaringan berserat tidakada. Usus
menonjol pada bagian yang terbuka dan dilapisi dengan membrane yang tipis. Tali
pusar berada pada pusat pembalikan. Masalah yang terkait adalah Defek abdomen
Omphalokel atau Eksompalos : Herniakongenital dengan isi abdomen pada
umbilikus (didalam umbilical cord), terbagi menjadi dua : Umbilical cord hernia
(defek < 4 cm) danOmphalocele (defek >4 cm) (Wong.L Donna.2008)

II. Konsep Teori


A. Definisi
Omphalocele adalah kondisi bayi waktu dilahirkan perut bagian depannya
berlubang dan usus hanya dilapisi selaput yang sangat tipis (dr. Irawan Eko,
Spesialis Bedah RSU Kardinah, 2008).
Omphalocele terjadi saat bayi masih dalam kandungan, karena gangguan
fisiologis pada sang ibu, dinding dan otot - otot perut janin tidak terbentuk
dengan sempurna. Akibatnya organ pencernaan seperti usus, hati, tali pusar,
serta lainnya tumbuh diluar tubuh. Jenis gastroschizis terjadi seperti
omphalocele. Bedanya tali pusar tetap ada pada tempatnya (dr. Redmal
Sitorus, 2008).

B. Etiologi
1. Faktor kehamilan dengan resiko tinggi, seperti ibu hamil sakit dan
terinfeksi, penggunaan obat-obatan, merokok dan kelainan genetik. Faktor-
faktor tersebut berperan pada timbulnya insufisiensi plasenta dan lahir pada
umur kehamilan kurang atau bayi prematur, di antaranya bayi dengan
gastroschizis dan omfalokel paling sering dijumpai.
2. Defisiensi asam folat, hipoksia dan salisilat menimbulkan defek dinding
abdomen pada percobaan dengan tikus tetapi kemaknaannya secara klinis
masih sebatas perkiraan. Secara jelas peningkatan MSAFP (Maternal
Serum Alfa Feto Protein) pada pelacakan dengan ultrasonografi
memberikan suatu kepastian telah terjadi kelainan struktural pada fetus.
Bila suatu kelainan didapati bersamaan dengan adanya omfalokel, layak
untuk dilak ukan amniosintesis guna melacak kelainan genetik.
3. Penggunaan obat-obatan berbahaya, merokok
4. Kelainan genetic
5. Defisiensi gizi seperti asam folat, protein dan vitamin B. komplek
6. Hipoksia
7. Salisilat dapat menyebabkan defek pada dinding abdomen
8. Unsur polutan logam berat dan radioaktif yang masuk kedalam tubuh ibu
hamil.

C. Manifestasi Klinik
Omphalocel dapat dilihat dengan jelas, karena isi abdomen menonjol atau
keluar melewati area perut yang tertekan. Berikut ini perbedaan ukuran
omphalocel, yaitu : Omphalocel kecil hanya usus yang keluar atau menonjol,
sedangkan. Omphalocel besar : usus, hati atau limpa yang mungkin bisa keluar
dari tubuh yang sehat. Omphalocel memperlihatkan sedikit pembesaran pada
dasar tali pusat atau kantong membrane yang menonjol pada umbilicus.
Kantong tersebut berukuran dari kecil sampai berukuran raksasa dan mengenai
hati, limfe dan tonjolan besar pada bowel (isi perut). Tali pusat biasanya
diinsersi ke dalam kantong jika kantong rupture pada uterus, maka usus akan
terlihat gelap dan edematous. Jika tidak ditutup maka selama pelepasan, usus
menunjukkan normal yang esensial.
D. Patofisiologis
Omfalokel disebabkan oleh kegagalan untuk dapat kembali kerongga
abdomen pada waktu janin berumur 10 minggu sehingga menyebabkan
timbulnya omfalokel. Kelainan ini dapat terlihat dengan adanya prostrusi dari
kantong yang serisi usus dan visera abdomen melalui defek dinding abdomen
pada umbilicus (umbilicus terlihat menonjol keluar). Angka kematian tinggi
bila omfalokel besar karena kantong dapat pecahdan terjadi infeksi.
Suatu portusi pada dinding abdomen sampai dasar tali pusat. Selama 6 – 10
minggu kehamilan. Protrusi tersebut tumbuh dan keluar dari dalam abdomen,
pada tali pusat karena abdomen berisi terlalu sedikit sekitar 10 – 11 minggu,
normalnya usus akan berpindah kembali ke dalam abdomen. Ketidakmampuan
usus untuk bermigrasi secara normal akan menyebabkan Omphalocele.
Omphalocele biasanya ditutupi oleh membrane yang dilindungi oleh visera.
Bayi dengan omphalocele mempunyai insiden yang tinggi terhadap
Abnormalitas yang lain, seperti imperforasi, agenesis colon dan defek
diafragma.
E. Pemeriksaan Diagnostik
1. Pemeriksaan fisik, pada gastroschizis usus berada diluar rongga perut
tanpa adanya kantong
2. Pemeriksaan laboratorium
3. Pnatal ultrasound, Pemeriksaan radiologi, fetal sonography dapat menggam
menggambarkan kelainan genetik dengan memperlihatkan marker
struktural dari ktural dari kelainan kariotipik. Echocardiography fetal
membantu mengidentifikasi kelainan jantung

F. Penatalaksanaan
1. Perawatan pra-bedah
a) Terpeliharanya suhu tubuh, kehilangan panas berlebihan karena usus
yang mengalami prolaps sangat meningkatkan area permukaan.
b) Pemasangan NGT dan pengisapan yang kontinu gisapan yang kontinu
untuk mencegah untuk mencegah distensi usus-usus distensi yang
mempersulit pembedahan.
c) Penggunaan bahan synthetic (silatik) dengan lapisan tipis yang tidak
melengket seperti xeroform, kemudian dengan kerlix dan pembungkus
Saran untuk menutup usus atau menutup dengan kasa steril lembab
dengan cairan NACL steril untuk  mencegah kontaminasi
d) Omphalocele dianjurkan tidak melakukan traksi yang berlebihan pada
mesenterium.
e) Terapi intravena untuk hidrasi
2. Pembedahan
Pembedahan dilakukan secara bertahap tergantung besar kecilnya lubang
pada dinding abdomen. Tujuan pebedahan adalah untuk mengembalikan
visera kedalam kavum abdomen dan menutup diding abdomen.
3. Paska Bedah
a) Perawatan paska bedah neonatus rutin
b) Terapi oksigen maupun ventilasi mekanik kemungkinan diperlukan
c) Dilakukan aspirasi setiap jam pada tuba nasogastric
d) Pemberian antibiotika

ASUHAN KEPERAWATAN

I. Pengkajiana.
1) Mengkaji Kondisi Abdomen
2) Kaji area sekitar dinding abdomen yang terbuka
3) Kaji letak defek, umumnya berada di sebelah kanan umbilicus
4) Perhatikan adanya tanda-tanda infeksi/iritasi
5) Nyeri abdomen, mungkin terlokalisasi atau menyebar,akut/ironis sering
disebabkan oleh inflamasi, obstruksi
6) Distensi abdomen, kontur menonjol dari abdomen yang mungkin
disebabkan oleh pelambatan penyosongan lambung, akumulasi gas/feses,
inflamasi/obstruksi.
7) Tanda-tanda vital Suhu
8) Lakukan pengkajian fisik pada dada dan paru, terhadap
9) Frekuensi : Cepat (takipneu), normal atau lambat
10) Kedalaman : normal, dangkal (Hipopnea), terlalu dalam(hipernea)
11) Kemudahan : sulit (dispneu), othopnea
12) Irama : variasi dalam frekuensi dan kedalaman pernafasan
13) Observasi adanya tanda-tanda infeksi, batuk, seputum dannyeri dada
14) Kaji adanya suara nafas tambahan (mengi/wheezing)
15) Perhatikan bila pasien tampak pucat/sianosis

II. Diagnosa dan Intervensi


a. Perawatan Pre Operatif
1. Diagnosa
Pola napas tidak efektif berhubungan dengan penekanan rongga
abdomen
 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x 24 jam,
pola napas pasien kembali normal dan efektif
 Kriteria Hasil:
a) Suara napas yang bersih, tidak ada sianosis dan dypsneu,
mampu bernapas dengan mudah.
b) Menunjukkan jalan napas yang paten (klien tidak
merasatertekik, irama napas, frekuensi pernapasan dalam
rentang normal, tidak ada suara napas abnormal seperti
whezing/mengi).
c) TTV dalam batas normal
 Intervensi
a) Posisikan pasien untuk memaksimalkan ventilasi
b) Identifikasi pasien perlunya pemasangan alat jalan napas
buatan
c) Monitor respirasi dan status oksigen
d) Keluarkan skret dengan batuk atau suction
2. Diagnosa
Termoregulasi tidak efektif berhubungan dengan immaturitas
 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Regulasi
suhuselama 3 x jam, diharapkan termoregulasi pasien kembali
normal dan efektif.
 Kriteria Hasil:
a) Suhu tubuh pasien dalam batas normal
b) Tidak ada stress pernapasan
c) Tidak ada letargid. Perubahan warna kulit dalam rentang
yang diharapkan
d) Pasien tidak menggigil
 Intervensi Keperawatan
a) Observasi TTV
b) Monitor dan laporkan tanda dan gejala hipotermi dan atau
hipertermi
c) Monitor warna kulit dan suhu
d) Bantu meningkatkan keadekuatan cairan dan intake nutrisi
3. Diagnosa
Resiko kurang volume cairan berhubungan dengan dehidrasi
 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan 3 x jam
kebutuhan cairan klien terpenuhi.
 Kriteria hasil:
a) Keseimbangan intake & output dalam batas normal
b) Elektrolit serum dalam batas normal
c) Tidak ada tanda dehidrasi
d) Tidak ada hipertensi ortostatik
 Intervensi
a) Pertahankan intake & output yang adekuat
b) Monitor status hidrasi (membran mukosa yang adekuat)
c) Monitor status hemodinamik
4. Diagnosa
Resiko infeksi berhubungan dengan isi abdomen yang keluar
 Tujuan: Setelah dilakukan tindakan keperawatan Kontrol
Infeksiselama 3 x jam, diharapakan infeksi tidak terjadi
(terkontrol) dengan status kontrol infeksi.
 Kriteria hasil:
a) Klien bebas dari tanda dan gejala infeksi
b) Menunjukkan kemampuan untuk mencegah timbulnya
infeksi
c) Jumlah leukosit dalam batas normal
 Intervensia
a) Pertahankan teknik isolasi
b) Batasi pengunjung bila perlu
c) Cuci tangan setiap sebelum dan sesudah tindakan
keperawatan
d) Tingkatkan intake nutrisi
b. Perawatan Post Operatif
1. Diagnosa
Nyeri Akut berhubungan dengan agen pencedera biologis,
prosedur pembedahan menutup abdomen.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Menejemen
nyeri selama 3 x jam diharapkan pasien tidak mengalami nyeri,
antara lain penurunan nyeri pada tingkat yang dapat diterima
anak.
 Kriteria hasil :
a) Anak tidak menunjukkan tanda-tanda nyeri (rewel)
b) Nyeri menurun sampai tingkat yang dapat diterima anak
 Intervensi Keperawatan
a) Kaji nyeri secara komprehensif (lokasi, durasi,
frekuensi,intensitas).
b) Observasi isyarat-isyarat non verbal dari ketidaknyamanan
c) Berikan pereda nyeri dengan manipulasi lingkungan (missal
ruangan tenang, batasi pengunkung).
d) Berikan analgesia sesuai ketentuane. Kontrol faktor – faktor
lingkungan yang dapat mempengaruhi respon pasien
terhadap ketidaknyamanan (lingkungan yang berisik)
2. Diagnosa
Resiko Infeksi berhubungan dengan trauma jaringan luka post op.
 Tujuan : Setelah dilakukan tindakan keperawatan Pengendalian
Infeksi selama 3 x jam diharapkan pasien tidak mengalami
infeksi dan tidak terdapat tanda-tanda infeksi.
 Kriteria hasil :
a) Anak tidak menunjukkan tanda-tanda infeksi
b) temperatur badan normal
 Intervensi Keperawatan
a) Pantau tanda / gejala infeksi
b) Informaiskan kepada orang tua tentang jadwal imunisasi
c) Rawat luka op dengan teknik steril
d) Memelihara teknik isolasi (batasi jumlah pengunjung)
e) Ganti peralatan perawatan pasien sesuai dengan protap
DAFTAR PUSTAKA

Betz Cecily Lynn. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri Edisi 5.Jakarta: EGC
Henderson.Crist. 2001 Buku Ajar Konsep Kebidanan. Jakarta:EGC hal 234

Hernawatiaj. 2008. Tumbuh Kembang Anak 3-5 Tahun. Jakarta:EGC

Hull david. Jhontson derek.2008. Dasar-dasar pediatri edisi 3 . Jakarta: EGC.Hal 66

Journal of Maternal, Child and Adolescent Health; California Birth


DefectsMonitoring Program at.2009

Manuaba.I.B.G. 2007. Pengantar Kuliah Obstetri. 2007. Jakarta: EGC

Makrum.a.h.Ismael .1991. Buku Ajar Ilmu Kesehatan Anak Jilid 1. Jakarta:FKUI

Ngastiyah, Setiawan.1997. Perawatan Anak Sakit. Jakarta: EGC

Suriadi & Yuliani R.2001. Asuhan Keperawatan Pada Anak Edisi 1 . Jakarta :
CV.Wong.L Donna.2008.

Pedoma Klinis Keperawatan Pediatrik Edisi 4. Jakarta: EGC

Anda mungkin juga menyukai