0 penilaian0% menganggap dokumen ini bermanfaat (0 suara)
56 tayangan17 halaman
Studi ini bertujuan mengeksplorasi pengalaman pasien diabetik yang mengalami amputasi di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2019. Amputasi dapat mempengaruhi aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual pasien. Studi ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengalaman pasien dan menjadi dasar perawatan yang lebih baik.
Studi ini bertujuan mengeksplorasi pengalaman pasien diabetik yang mengalami amputasi di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2019. Amputasi dapat mempengaruhi aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual pasien. Studi ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengalaman pasien dan menjadi dasar perawatan yang lebih baik.
Studi ini bertujuan mengeksplorasi pengalaman pasien diabetik yang mengalami amputasi di RSUD Kabupaten Bekasi tahun 2019. Amputasi dapat mempengaruhi aspek fisik, psikologis, sosial, dan spiritual pasien. Studi ini diharapkan dapat memberikan gambaran pengalaman pasien dan menjadi dasar perawatan yang lebih baik.
PASKA AMPUTASI DI RSUD KABUPATEN BEKASI TAHUN 2019
OPAN SUKIMAN NPM. 2018980081
PROGRAM STUDI MAGISTER KEPERAWATAN
FAKULTAS ILMU KEPERAWATAN JAKARTA, 2019 KOMITE ETIK PENELITIAN KEPERAWATAN PROGRAM MAGISTER KEPERAWATAN UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JAKARTA
FORMULIR ETIK PENELITIAN KEPERAWATAN
Peneliti Utama Opan Sukiman Judul Penelitian Studi Fenomenologi: Pengalaman Diabetisi Paska Amputasi di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2019. Subjek/Responden Responden dalam penelitian ini adalah diabetisi paska amputasi yang dirawat di RSUD Kabupaten Bekasi. Perkiraan Waktu Waktu penelitian ini dilakukan selama ±1 bulan (Februari- Penelitian Maret) 2020. Tujuan Penelitian Tujuan penelitian ini dibedakan menjadi tujuan umum dan tujuan khusus yaitu: 1. Tujuan Umum Mengeksplorasi pengalaman diabetisi paska amputasi di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2019. 2. Tujuan Khusus a. Mengidentifikasi permasalahan diabetisi paska amputasi di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2019. b. Mengidentifikasi pengalaman mengatasi permasalahan diabetisi paska amputasi di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2019. c. Mengidentifikasi harapan yang dibutuhkan diabetisi paska amputasi di RSUD Kabupaten Bekasi Tahun 2019. Manfaat Penelitian Penelitian ini diharapkan memberikan kontribusi yang bermanfaat secara aplikatif bagi institusi pelayanan, institusi pendidikan dan pengembangan ilmu keperawatan. 1. Institusi Pelayanan Mendapatkan gambaran tentang pengalaman yang dialami diabetisi paska amputasi. Perawat yang bekerja ditatanan layanan keperawatan dapat menjadikannya sebagai landasan dalam memberikan pelayanan yang holistik. Hasil penelitian ini juga sebagai dasar bagi perawat untuk lebih meningkatkan pemahamannya tentang pengalaman diabetisi paska amputasi. 2. Institusi Pendidikan Hasil penelitian ini diharapkan menambah kekayaan keilmuan keperawatan di Indonesia berhubungan dengan aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual diabetisi paska amputasi dan menjadikan masukan bagi pengembangan kurikulum pendidikan keperawatan. 3. Pengembangan Ilmu Keperawatan Hasil penelitian ini diharapkan dapat menjadi rujukan bagi peneliti lainnya yang mempunyai perhatian dan minat terhadap pengalaman diabetisi yang sudah mengalami komplikasi amputasi. Latar Belakang Diabetes Mellitus merupakan masalah kesehatan masyarakat yang penting dan menjadi salah satu dari empat penyakit tidak menular prioritas karena jumlah kasus dan prevalensi diabetes terus meningkat setiap tahunnya dinegara-negara seluruh dunia (WHO Global Report, 2016).
Data prevalensi Diabetes Mellitus di Dunia pada tahun
2019 yaitu 463 juta dari total populasi seluruh dunia atau sekitar 9,3% orang dewasa yang berumur 20-79 tahun (International Diabetes Federation, 2019). Indonesia menempati urutan ke-7 sebagai jumlah pasien diabetes dewasa tertinggi di dunia dengan total lebih dari 10,7 juta orang setelah China (116,4 juta), India (77,0 juta), Amerika Serikat (31,0 juta), Pakistan (19,4 juta), Brazil (16,8 juta) dan Meksiko (12,8 juta) dan angka ini diprediksi akan terus mengalami peningkatan dan mencapai 16,6 juta pada tahun 2045 (International Diabetes Federation, 2019). Prevalensi Diabetes Mellitus menurut Provinsi di Indonesia pada tahun 2018, menunjukkan bahwa prevalensi Diabetes Mellitus tertinggi terdapat di Provinsi DKI Jakarta yaitu sebesar 2,6% dan prevalensi terendah terdapat di Provinsi Nusa Tenggara Timur yaitu sebesar 0,6% sedangkan prevalensi Diabetes Mellitus di Provinsi Jawa Barat sebesar 1,3% (Riskesdas, 2018).
Peningkatan prevalensi Diabetes Mellitus disebabkan oleh
faktor risiko yang tidak dapat diubah dan faktor risiko yang dapat diubah (Teixeria, et al., 2011). Penatalaksanaan secara komprehensif yaitu dengan menerapkan 5 pilar penatalaksanaan Diabetes Mellitus yang terdiri dari edukasi, terapi nutrisi medis (diet), latihan jasmani, terapi farmakologi dan kepatuhan dalam pemantauan kadar glukosa bertujuan untuk menurunkan angka kejadian dan keparahan dari Diabetes Mellitus, meningkatkan kualitas hidup pasien Diabetes Mellitus, dan mencegah terjadinya komplikasi pada pasien (PERKENI, 2015).
Penatalaksanaan Diabetes Mellitus yang tidak tepat
menyebabkan timbulnya berbagai komplikasi yakni berupa komplikasi mikrovaskuler dan makrovaskuler (Waspadji, 2009). Komplikasi mikrovaskuler adalah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah kecil seperti di ginjal dan di mata yang dapat mengakibatkan pasien mengalami gangguan penglihatan bahkan terjadinya kebutaan, sedangkan komplikasi makrovaskuler adalah terjadinya penyumbatan pada pembuluh darah besar seperti di jantung dan di otak yang sering mengakibatkan terjadinya kematian serta penyumbatan pembuluh darah besar di bagian ekstremitas bawah yang mengakibatkan ulserasi atau ganggren di kaki sehingga banyak pasien Diabetes Mellitus yang harus kehilangan kaki karena harus di amputasi (Yuhelma, Hasneli & Nauli, 2014).
Amputasi adalah tindakan yang dilakukan untuk
memisahkan bagian tubuh sebagian atau seluruh bagian ekstremitas seperti kaki, tangan dan lutut (Wright, 2014). International Working Group On The Diabetic Foot (IWGDF, 2015), menyatakan bahwa setiap 20 detik, pasien diabetes harus kehilangan kaki akibat amputasi. Angka kejadian amputasi diseluruh negara di dunia yaitu 0,7 per 1000 penduduk, sedangkan di Asia yaitu 31 dari 1000 penduduk (National Diabetes Statistics Report, 2014). Data Riskesdas tahun 2018, didapatkan prevalensi penderita ulkus diabetikum di Indonesia sebanyak 26%, angka amputasi 35% dan angka mortalitas 39%. Tingginya angka mortalitas paska amputasi akibat ulkus diabetikum setiap tahunnya adalah 15-40% serta meningkat 39-80% setiap 5 tahunnya (Bilous dan Donelly, 2014). Perubahan akibat tindakan amputasi akan mempengaruhi berbagai aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual pasien (Aguilar, Teran Soto, & la Pen, 2011).
Perubahan aspek fisik yang dirasakan sebagian besar
pasien amputasi yaitu nyeri pantom (Penn-Barwell, 2011). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Casale, Alaa, Mallick & Ring (2009) dengan judul “Phantom limb related phenomena and their rehabilitation after lower limb amputation”, yang menyatakan bahwa insiden nyeri pantom dan sensasi pantom paska operasi dilaporkan masing-masing adalah 72% dan 84%, sedangkan insiden pada 6 bulan paska operasi berubah menjadi masing- masing 67% dan 90%.
Perubahan aspek psikologis yang dirasakan seperti yang
dijelaskan oleh Price dan Wilson (2006) yaitu berupa depresi, stres, penolakan terhadap diri, cemas, mudah marah dan tidak menerima kenyataan, yang berdampak tidak hanya dirasakan oleh pasien tetapi juga dirasakan oleh keluarga pasien. Hasil penelitian yang dilakukan oleh Sahu, et al (2016) dengan judul “Psychological effects of amputation: a review of studies from India”, menyatakan bahwa prevalensi gangguan kejiwaan diantara yang di amputasi yaitu dalam kisaran 32%-84%, tingkat depresi antara 10,4%-63%, tingkat gangguan stres pasca trauma berkisar antara 3,3%-56,3%, dan tingkat gangguan kecemasan berkisar antara 3,4% hingga 10%.
Perubahan aspek sosial yang dirasakan yaitu pasien akan
mengalami gangguan sosial seperti gangguan terhadap hubungan sosial, hubungan interpersonal, dan gangguan yang mengakibatkan pasien mudah putus asa (Price dan Wilson, 2006). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Bjorkman, et al (2016) dengan judul “The meaning and consequences of amputation and mastectomy from the perspective of pain and suffering”, menyatakan bahwa para pasien amputasi akan mengalami perubahan hidupnya terutama dalam hal hidup bersosialisasi, sehingga pasien amputasi sangat membutuhkan dukungan sosial ketika harus menjalani kehidupan sehari-hari. Perubahan aspek fisik, psikologis dan sosial akan memberikan dampak keputusasaan dan krisis psikologis seperti pasien akan sering merasa mudah marah, cepat tersinggung, cenderung berdiam, depresi, takut, sedih, cemas, kelelahan yang luar biasa, kebingungan, ketidakberdayaan dan dendam yang mengakibatkan terjadinya spiritual health disorder yang menjadikan suatu pengalaman hidup yang traumatis, dimana individu mengalami kemarahan terhadap fakta yang terjadi yang ditujukan kepada siapa saja, apakah dirinya sendiri, orang- orang sekitar yang dekat dengannya, dan bahkan dengan Tuhan (Kaban, 2014). Hasil penelitian yang dilakukan oleh Salehi, Ghodousi & Ojaghloo (2012) dengan judul “The spiritual experiences of patients with diabetes related limb amputation”, mengungkapkan bahwa pengalaman pasien paska amputasi terhadap kesehatan rohani dalam proses pengobatan yaitu kekecewaan, keputusasaan, rasa bersalah, merasa jauh dari Tuhan, berhenti melakukan ibadah dan memandang Tuhan kejam. Masalah Etik Dalam penelitian ini ada empat prinsip etik yang harus dipegang teguh yaitu: 1. Menghormati harkat dan martabat manusia (resfect for human dignity) Pada penelitian ini, peneliti perlu mempertimbangkan hak-hak partisipan untuk mendapatkan informasi yang terbuka berkaitan dengan jalannya penelitian serta kebebasan menentukan pilihan dan bebas dari paksaan untuk berpartisipasi dalam kegiatan penelitian (autonomy).
Pada penelitian ini partisipan diberi kebebasan untuk
menolak dan mengundurkan diri dari partisipasinya dalam penelitian (self determination). Setelah sebelumnya diberikan penjelasan tentang maksud, tujuan penelitian serta proses penelitian. Setelah diberi penjelasan, apabila seluruh calon partisipan pada penelitian ini setuju menjadi partisipan, maka partisipan menandatangani lembar persetujuan (informed concent). 2. Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian (resfect for privacy and confidentiality) Menghormati privasi dan kerahasiaan subjek penelitian artinya setiap manusia memiliki hak-hak dasar individu termasuk privasi dan kebebasan individu. Pada proses penelitian partisipan memberikan informasi termasuk informasi yang bersifat pribadi dan tidak semua orang menginginkan informasinya diketahui oleh orang lain, sehingga peneliti memperhatikan hak-hak dasar partisipan. Partisipan mempunyai hak otonomi dan peneliti harus melindungi otonomi partisipan. Untuk menjamin hak ini, partisipan mempunyai hak untuk membuat keputusan secara sadar, bebas dari paksaan untuk ikut berpartisipasi atau tidak dalam penelitian. Partisipan mempunyai hak untuk menolak menjadi partisipasi atau mengundurkan diri dari penelitian tanpa tindakan apapun atau prejudicial treatment. 3. Menghormati keadilan dan inklusivitas/keterbukaan (resfect for justice and inclusiveness) Pada penelitian ini semua partisipan diperlakukan secara adil dan sama tanpa membeda-bedakan antara satu dengan yang lainya. Semua informasi tentang partisipan dan pengalaman semua partisipan hanya digunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak digunakan untuk kepentingan lain diluar tujuan penelitian. Kerahasiaan identitas dijamin melalui pemberian kode seperti P1, P2, P3 dan seterusnya untuk masing-masing partisipan. Hasil rekaman diberi kode partisipan tanpa nama dan selanjutnya ditransfer ke dalam komputer dan disimpan dalam file khusus. 4. Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan (balancing harms and benefits) Memperhitungkan manfaat dan kerugian yang ditimbulkan artinya peneliti melaksanakan penelitian sesuai dengan prosedur penelitian guna mendapatkan hasil yang bermanfaat bagi partisipan dan dapat digeneralisasikan atau diterapkan ditingkat populasi (beneficence). Peneliti meminimalisasi dampak yang dapat merugikan bagi partisipan (non maleficence). Proses penelitian harus dijelaskan kepada partisipan dengan jelas sehingga partisipan memahami manfaatnya dan terhindar dari dampak yang merugikan. Kerugian yang mungkin muncul dalam penelitian ini yaitu partisipan merasa terganggu waktu aktivitasnya karena penelitian ini dilakukan dengan cara wawancara secara mendalam, sehingga waktu pelaksanaan wawancara menyesuaikan dengan keadaan partisipan supaya tidak mengganggu aktivitas yang dilakukan partisipan sehari-hari. Prosedur Penelitian Prosedur pengumpulan data dilakukan dengan beberapa tahapan yaitu tahap persiapan, tahap pelaksanaan dan tahap terminasi: 1. Tahap Persiapan Pengumpulan data dimulai dengan peneliti meminta surat pengantar ijin penelitian dari pihak kampus yang ditujukan kepada Direktur RSUD Kabupaten Bekasi, Kepala Bidang Keperawatan RSUD Kabupaten Bekasi dan Kepala Kepegawaian RSUD Kabupaten Bekasi. Setelah mendapat izin dari Rumah Sakit tempat penelitian, maka kemudian peneliti mengidentifikasi calon partisipan berdasarkan data yang diperoleh dari Rekam Medis RSUD Kabupaten Bekasi. Partisipan diberi penjelasan oleh peneliti tentang tujuan penelitian, prosedur penelitian, dan hak-hak partisipan dengan memberi lembar informed consent pada partisipan untuk berpartisipasi dalam penelitian ini. Setelah partisipan membaca lembar informed consent dan memberikan persetujuannya, maka peneliti membuat kontrak dengan partisipan mengenai waktu pelaksanaan wawancara. 2. Tahap Pelaksanaan Pada tahap pelaksanaan peneliti melakukan wawancara yang meliputi tiga fase yaitu fase orientasi, fase kerja dan fase terminasi: a. Fase Orientasi Pada fase orientasi, peneliti menyiapkan handphone dan alat tulis dengan mengidentifikasi posisi handphone agar dapat merekam dengan jelas. Peneliti melakukan wawancara pada partisipan dengan posisi berhadapan dengan jarak yang cukup dekat yakni ±30 cm, dengan pertimbangan handphone dapat merekam pembicaraan dengan jelas. Handphone diletakkan ditempat terbuka dengan jarak ±30 cm dari partisipan. Peneliti mengawali pertanyaan mengenai kondisi kesehatan partisipan dan kesiapan untuk melakukan wawancara, jika kondisi partisipan tidak memungkinkan dan tidak siap untuk diwawancarai, maka peneliti membuat kontrak baru untuk pertemuan selanjutnya. Proses wawancara dilakukan di Rumah Sakit di ruang perawatan dengan menjaga privasi partisipan dengan menutup tirai pada saat wawancara, sedangkan untuk wawancara yang dilakukan dirumah partisipan hanya ada partisipan dan peneliti sebagai pemandu wawancara. Apabila dalam proses wawancara, partisipan merasa tidak nyaman atau timbul emosi, maka peneliti akan menghentikan wawancara sejenak dengan menenangkan partisipan terlebih dahulu dengan cara mempersilahkan partisipan untuk meminum minuman yang telah disiapkan peneliti sambil beristigfar, serta menyiapkan tissue. b. Fase Kerja Wawancara dilakukan dengan mengajukan pertanyaan inti, menggunakan panduan wawancara yang berisi pertanyaan terbuka untuk menguraikan pertanyaan inti. Peneliti memberikan ilustrasi agar partisipan dapat memahami pertanyaan peneliti. Peneliti berusaha untuk tidak memberikan penilaian berdasarkan pemahaman atau pengalaman yang dimiliki sebelumnya oleh peneliti. Proses wawancara berakhir pada saat informasi yang dibutuhkan telah diperoleh sesuai tujuan penelitian.
Waktu wawancara dilakukan sekitar ±45 menit
sampai 1 jam, dengan jumlah pertemuan sampai dengan melakukan konfirmasi dan validasi data dalam bentuk transkrip verbatim antara 2-3 kali pertemuan. Selama proses wawancara, peneliti menulis catatan lapangan (field note) yang penting dengan tujuan untuk melengkapi hasil wawancara agar tidak lupa dan membantu unsur kealamiahan suat data. Catatan lapangan digunakan untuk mendokumentasikan suasana, ekspresi wajah, perilaku dan respon non verbal partisipan selama proses wawancara. Catatan lapangan ditulis ketika wawancara berlangsung dan digabungkan pada transkrip. c. Fase Terminasi Terminasi dilakukan pada saat semua pertanyaan yang ingin ditanyakan sudah selesai dijawab oleh partisipan. Peneliti menutup wawancara dengan mengucapkan terima kasih atas partisipasi dan kerjasamanya selama wawancara. Peneliti kemudian membuat kontrak kembali dengan partisipan untuk pertemuan selanjutnya yaitu untuk validasi data. 3. Tahap Terminasi Pada tahap terminasi, peneliti melakukan validasi tema akhir terhadap hasil transkrip wawancara. Peneliti memberikan hasil transkrip verbatim kepada partisipan untuk disesuaikan dan menanyakan antara fakta yang dialami oleh partisipan dengan hasil wawancara yang diperoleh, apakah sesuai dengan transkrip verbatim atau tidak. Peneliti memberikan penjelasan kepada partisipan yang belum memahami tentang tema yang diangkat. Dalam validasi tema akhir, peneliti menyatakan pada partisipan bahwa proses penelitian telah berakhir. Peneliti mengucapkan terima kasih atas kesediaan dan kerjasama partisipan selama proses penelitian. Bahaya langsung Penelitian ini tidak akan menimbulkan bahaya langsung maupun tidak bagi partisipan, karena partisipan akan diberitahu terlebih langsung yang akan dahulu sebelum dilakukan wawancara, apakah partisipan terjadi dalam bersedia atau tidak untuk dilakukan wawancara. Jika penelitian partisipan tidak bersedia atau mengundurkan diri dari penelitian, maka tidak diberikan tindakan apapun atau prejudicial treatment. Tetapi jika partisipan bersedia untuk dilakukan wawancara, maka akan dilakukan kontrak untuk dilakukan wawancara. Pada penelitian ini, peneliti ingin mengetahui pengalaman diabetisi paska amputasi yang meliputi aspe fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pengalaman 1. Agustin, Nurachmah & Kariasa, (2013) dengan judul terdahulu/Penelitia “Pengalaman klien diabetes melitus tipe 2 pasca n terkait amputasi mayor ekstremitas bawah di Poliklinik RSUP. Cipto Mangunkusumo Jakarta”, dengan jumlah partisipan 6 orang. Hasil penelitian ditemukan 6 tema yang menjelaskan tentang pengalaman klien DM tipe 2 pasca amputasi mayor ekstremitas bawah, yaitu perubahan dalam kehidupan setelah amputasi, respon atau perasaan terkait amputasi, mekanisme koping, dukungan sosial yang diterima, makna hidup, dan pelayanan kesehatan yang diterima. 2. Livingstone, Van De Mortel & Taylor, (2011) dengan judul “A path of perpetual resilience: exploring the experience of a diabetes related amputation through grounded theory” dengan jumlah partisipan 5 orang. Hasil penelitian ditemukan 3 kategori inti yang menggambarkan pengalaman peserta tentang amputasi, yaitu ketidakberdayaan yang ditimbulkan, fungsi adaptif yang dipaksakan dan daya tahan yang dipaksakan. 3. Foster & Lauver, (2014) dengan judul “When a Diabetic Foot Ulcer Results in Amputation: a Qualitative Study of The Lived Experience of 15 Patients” dengan jumlah partisipan 15 orang. Hasil penelitian ditemukan 5 tema utama mengenai kepedulian pasien tentang kemampuan untuk menjadi anggota masyarakat yang produktif, yaitu beban keuangan, ketidakberdayaan, dukungan sosial, menyalahkan, dan ketidakpastian dalam kemampuan seseorang yang berkelanjutan. Perbedaan Perbedaan penelitian sekarang dengan penelitian penelitian sekarang sebelumnya adalah: dengan peneliti 1. Partisipan yang digunakan dalam penelitian ini adalah terdahulu diabetisi paska amputasi dengan semua jenis amputasi, baik amputasi mayor maupun amputasi minor. 2. Dalam penelitian ini, pengalaman diabetisi paska amputasi akan digali pada semua aspek kehidupan yaitu aspek fisik, psikologis, sosial dan spiritual. Pemilihan Subjek/ Pemilihan partisipan dalam penelitian ini menggunakan Subjek Penelitian tehnik consecutive sampling dengan kriteria inklusi: 1. Mampu berkomunikasi verbal dengan baik dan jelas. 2. Partisipan paska amputasi diabetes. 3. Bersedia menjadi responden. Cara pencacatan Pengumpulan data dilakukan melalui proses wawancara, selama penelitian dimana wawancara dilakukan sekitar ±45 menit sampai dan penyimpanan 1 jam, dengan jumlah pertemuan sampai dengan data setelah melakukan konfirmasi dan validasi data dalam bentuk penelitian transkrip verbatim antara 2-3 kali pertemuan. Selama proses wawancara, peneliti menulis catatan lapangan (field note) yang penting dengan tujuan untuk melengkapi hasil wawancara agar tidak lupa dan membantu unsur kealamiahan suat data. Catatan lapangan digunakan untuk mendokumentasikan suasana, ekspresi wajah, perilaku dan respon non verbal partisipan selama proses wawancara. Catatan lapangan ditulis ketika wawancara berlangsung dan digabungkan pada transkrip. Hasil rekaman partisipan disimpan ditempat yang aman, sedangkan transkrip verbatim hanya dipergunakan untuk kepentingan penelitian dan tidak akan dipublikasikan untuk kepentingan yang lain. Setelah hasil rekaman selesai digunakan, maka akan segera dimusnahkan. Informed Consent Peneliti akan memperkenalkan diri kepada calon yang akan partisipan, menyampaikan informasi penelitian, dilakukan dalam menjelaskan tujuan penelitian dan prosedur penelitian penelitian kepada calon partisipan dan keluarga serta meminta kesediaan calon partisipan menjadi partisipan dalam penelitian ini. Tidak ada paksaan terhadap calon partisipan untuk mengikuti penelitian ini. Setelah memperoleh penjelasan dari peneliti tentang tujuan, manfaat dan prosedur, partisipan akan diberikan lembar persetujuan/informed consent tersebut. Lembar persetujuan (informed consent) terdiri dari: 1) penjelasan tujuan penelitian, 2) penjelasan manfaat penelitian, 3) penjelasan kemungkinan risiko dan ketidaknyamanan yang dapat ditimbulkan, 4) persetujuan subjek dapat mengundurkan diri kapan saja, 5) persetujuan peneliti dapat menjawab setiap pertanyaan yang diajukan subjek berkaitan dengan prosedur penelitian, dan 6) jaminan anonimitas dan kerahasiaan. Kemungkinan ganti Berdasarkan penelitian sebelumnya tidak ditemukan efek rugi bila ada samping yang membahayakan bagi partisipan, akan tetapi bila selama pelaksanaan penelitian terdapat hal yang dapat merugikan bagi partisipan, maka peneliti akan melakukan antisipasi dengan: proses wawancara dilakukan di Rumah Sakit di ruang perawatan dengan berusaha untuk melindungi privacy partisipan pada saat wawancara dengan menutup tirai dan berbicara dalam batas volume suara yang normal dan menghentikan wawancara jika partisipan merasa tidak nyaman ketika menjawab pertanyaan dengan mempersilahkan partisipan untuk beristirahat sejenak menenangkan diri, mempersilahkan partisipan untuk meminum minuman yang disiapkan dan selalu beristigfar. Wawancara akan dialnjutkan setelah partisipan merasa sudah nyaman, sedangkan wawancara yang dilakukan dirumah hanya melibatkan peneliti dan partisipan dalam proses wawancara. Semua partisipan diperlakukan secara adil dan sama tanpa membeda- bedakan antara satu dengan yang lainya. Kerugian lain yang mungkin muncul dalam penelitian ini yaitu partisipan merasa terganggu waktu aktivitasnya, sehingga waktu pelaksanaan wawancara menyesuaikan dengan keadaan partisipan supaya tidak mengganggu aktivitas yang dilakukan partisipan sehari-hari. Setelah proses wawancara berakhir, peneliti memberikan sebuah kenang-kenangan kesemua partisipan sebagai ucapan terima kasih karena telah bersedia menjadi partisipan dan memberikan informasi yang dibutuhkan oleh peneliti. Identitas Peneliti, 1. Peneliti Pembimbing dan a. Nama : Opan Sukiman Sponsor Penelitian b. Alamat : Lingkungan Empat Lima, RT 001/RW 001, Kel. Padang Subur, Kec. Ponrang, Kab. Luwu, Provinsi Sulawesi Selatan. 2. Pembimbing a. Pembimbing I Agung Waluyo, S.Kp., M.Sc., Ph.D b. Pembimbing II Ns. Diana Irawati, M.Kep., Sp. Kep.MB