Anda di halaman 1dari 19

ASUHAN KEPERAWATAN PADA ANAK DENGAN OSTEOSARCOMA

TUGAS MATA KULIAH KEPERAWATAN ANAK

Oleh
Ubaidillah Ustman
NIM 162310101149

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


FAKULTAS KEPERAWATAN
UNIVERSITAS JEMBER
2018
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Allah SWT, yang telah melimpahkan
rahmat dan hidayah-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Asuhan Keperawatan Pada Anak Dengan Osteosarcoma”. Makalah ini
disusun guna memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Anak Fakultas
Keperawatan Universitas Jember.
Penyusunan makalah ini tentu tidak lepas dari kontribusi dan bantuan
berbagai pihak. Oleh karena itu, penulis menyampaikan terima kasih kepada: 1. Ns.
Peni Perdani J., M.Kep selaku dosen pengampu mata kuliah Keperawatan Anak
Fakultas Keperawatan Universitas Jember; 2. Ns. Eka Afdi Septiyono , M.Kep selaku
dosen pengajar mata kuliah Keperawatan Anak Fakultas Keperawatan Universitas
Jember; 3. Semua pihak yang secara tidak langsung membantu terciptanya makalah
ini. Penulis juga menerima kritik dan saran yang membangun dari semua pihak demi
kesempurnaan makalah ini. Akhirnya penulis berharap, semoga makalah ini dapat
bermanfaat bagi pembaca.

Jember, 22 Oktober 2018

Penulis
DAFTAR ISI

Halaman
HALAMAN SAMPUL ......................................................................................... i
HALAMAN JUDUL ........................................................................................... ii
KATA PENGANTAR ....................................................................................... iii
DAFTAR ISI .................................................................................................... iv
BAB 1. PENDAHULUAN .................................................................................. 1
1.1Latar belakang .................................................................................... 1
1.2 Rumusan masalah ............................................................................ 1
BAB 2. TINJAUAN PUSTAKA ............................................................................
2.1 Definisi .................................................................................................
2.2 Patofisologi dan Manifestasi Klinis ..................................................
2.3 Pemeriksaan Penunjang ....................................................................
2.4 Pathway ...............................................................................................
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN ....................................................................
3.1 Kasus ...................................................................................................
3.2 Pengkajian Keperawatan ...................................................................
3.3 Analisis Data .......................................................................................
3.4 Diagnosa Keperawatan ......................................................................
3.5 Intervensi Keperawatan .....................................................................
BAB 4. ANALISIS JURNAL ................................................................................
BAB 5. PENUTUP ...............................................................................................
5.1 Kesimpulan..........................................................................................
5.2 Saran ...................................................................................................
DAFTAR PUSTAKA ............................................................................................
BAB 1.STUDI KASUS

1.1 Latar Belakang


Sarkoma osteogenik (Osteosarkoma) merupakan neoplasma tulang primer yang
sangat ganas. Tumor ini tumbuh di bagian metafisis tulang. Tempat yang paling
sering terserang tumor ini adalah bagian ujung tulang panjang, terutama lutut.
Menurut badan kesehatan dunia ( World Health Oganization ) setiap tahun
jumlah penderita kanker ± 6.25 juta orang. Di Indonesia diperkirakan terdapat 100
penderita kanker diantara 100.000 penduduk per tahun. Dengan jumlah penduduk
220 juta jiwa terdapat sekitar 11.000 anak yang menderita kanker per tahun. Di
Jakarta dan sekitarnya dengan jumlah penduduk 12 juta jiwa, diperkirakan terdapat
650 anak yang menderita kanker per tahun. Angka harapan hidup penderita kanker
tulang mencapai 60% jika belum terjadi penyebaran ke paru-paru. Sekitar 75%
penderita bertahan hidup sampai 5 tahun setelah penyakitnya terdiagnosis.
Sayangnya penderita kanker tulang kerap datang dalam keadaan sudah lanjut
sehingga penanganannya menjadi lebih sulit. Jika tidak segera ditangani maka
tumor dapat menyebar ke organ lain, sementara penyembuhannya sangat
menyakitkan karena terkadang memerlukan pembedahan radikal diikuti
kemotherapy.

1.2 Rumusan Masalah


1. Apa definisi dari osteosarcoma ?
2. Bagaimana patofisiologi dan manifestasi klinis dari penyakit osteosarcoma ?
3. Bagaimana pemeriksaan penunjang dari penyakit osteosarcoma ?
4. Bagaimanakah pathway dari penyakit osteosarcoma ?
BAB 2. KONSEP PENYAKIT

2.1 Definisi Osteosarcoma


Osteosarkoma adalah tumor ganas tulang primer yang berasal dari sel
mesenkimal primitif yang memproduksi tulang dan matriks osteoid (Kemenkes RI,
2017).
Osteosarkoma disebut juga osteogenik sarkoma adalah suatu neoplasma ganas
yang berasal darisel primitive (poorly differentiated cells) didaerah metafise tulang
panjang pada anak-anak. Disebut osteogenik oleh karena perkembangannya
berasal dari seriosteoblastik sel mesensim primitif. Osteosarkoma merupakan
neoplasma primer dari tulang yang tersering nomer setelah myeloma multiple
Osteoarkoma biasanya terdapat pada metafisis tulang panjang dimana lempeng
pertumbuhannya (epi-physeal growthplate) yang sangat aktif; yaitu pada distal
femur, proksimal tibia dan fibula, proksimal humerus dan pelvis (Kawiyana,).
Dari dua pengertian diatas dapat disimpulkan bahawa osteosarkoma
merupakan tumor ganas tulang yang dapat terjadi pada distal femur, proksimal tibia
dan fibula, proksimal humerus dan pelvis.

2.2 Patofisiologi dan Manifestasi Klinis Osteosarcoma


Osteosarkoma (Endicott dkk., 2017)paling sering terjadi pada rongga medular
daerah metafisis tulang panjang. Ujung bawah femar, bagian atas tibia, dan bagian
atas humerus adalah tempat yang paling sering terkena. Osteosarkoma jarang
terjadi di periosteum (osteosarkoma periosteal) atau pada permukaan luar
(osteosarkoma parosteal).
Secara makrokopis, osteosarkoma tampak sebagai massa lunak dengan daerah
nekrosis dan pendarahan. Dapat ditemukan pembentukan tulang dan kartilago.
Tulang yang terkena membesar akibat adanya tumor, yang dapat menginfitrasi
rongga medulla dan jaringan lunak di luar tulang. Secara radiologist, osteosarkoma
tampak sebagai lesi-lesi destruktif irregular. Derajat kalsifikasi menentukan
radioopasitas. Osteosarkoma merupakan neoplasma agresif yang menginfitrasi
secara luas. Metastasis hematogen, paling sering pada paru, terjadi secara dini.
Jarang terjadi metastasis limfatik dan tumor pada kelenjar limfe.
Secara mikrokopis, osteosarkoma tersusun dari osteoblas ganas disertai
anaplasia dan laju mitonik yang tinggi. Berdasarkan derajat anaplasia, osteosarkoma
diklasifikasikan menjadi derajat I-III; pasien tumor derajat I memiliki daya tahan hidup
lebih lama. Osteoid dalam jumlah yang bervariasi dihasilkan oleh sel-sel tumor dan
dapat mengalami kalsifikasi (tumor tulang). Adanya osteoid pada tumor tulang ganas
menegakkan diagnosis osteosarkoma. Pembentukan kartilago juga sering terjadi
dan dapat luas (osteosarkoma kondroblastik). Pada beberapa kasus, dapat terlihat
banyak sel raksasa. Pada kasus lain, ruang vascular kavernosa mendominasi
gambaran histologik (osteosarkoma teleangiektatik).
Adapun gejala atau tanda yang ditimbulkan yang paling umum gejala
osteosarkoma adalah rasa sakit dan bengkak di kaki atau lengan. Hal ini paling
sering terjadi di lagi tulang dari tubuh - seperti di atas atau di bawah lutut atau di
lengan atas dekat bahu. Sakit mungkin buruk selama bergerak atau di malam hari,
dan benjol atau bengkak dapat mengembangkan di kawasan hingga beberapa
minggu setelah mulai sakit. Sakit yang berlebihan dapat membangunkan di malam
hari atau sakit saat istirahat menjadi perhatian khusus. Dalam beberapa kasus,
pertama tanda penyakit itu yang rusak lengan atau kaki, karena kanker telah
melemahkan tulang untuk membuatnya rentan untuk istirahat.
Pada kasus ini, resiko osteosarkoma paling sering dilihat pada remaja anak laki-
laki, dan bukti-bukti menunjukkan bahwa remaja yang tinggi daripada rata-rata
memiliki risiko tambahan untuk mengembangkan penyakit. Anak-anak yang telah
mewarisi salah satu langka sindrom kanker juga berada di risiko tinggi untuk
osteosarkoma. Sindrom ini termasuk retinoblastoma (tumor jahat yang yang
berkembang di retina, biasanya pada anak-anak berusia di bawah umur 2) dan Li-
Fraumeni Sindrom (jenis mewarisi mutasi genetik). Karena terhubungan ke radiasi
lain, dapat memicu DNA mutasi, anak-anak yang telah menerima perawatan radiasi
untuk episode sebelum kanker juga meningkat di risiko untuk osteosarkoma.

2.3 Pemeriksaan Penunjang Osteosarcoma


1. Radiografi konvensional
Merupakan pemeriksaan radiologi pertama pada kasus-kasus osteosarkoma.
a. Osteosarkoma konvensional menunjukkan lesi litik moth eaten atau
permeatif, lesi blastik, destruksi korteks, reaksi periosteal tipe agresif (segi tiga
Codman, sunburst, hair on end), massa jaringan lunak, dan formasi matriks
(osteoid maupun campuran osteoid dan khondroid).
b. Osteosarkoma parosteal menunjukkan massa eksofitik berlobulasi dengan
kalsifikasi sentral berdensitas tinggi, berlokasi di dekat tulang, kadang disertai
gambaran string sign. Osteosarkoma periosteal memperlihatkan massa jaringan
lunak dengan reaksi periosteal perpendikuler, erosi kortikal, dan penebalan
korteks
c. High grade surface osteosarcoma menunjukkan ossifikasi berdensitas tinggi,
reaksi periosteal, erosi dan penebalan korteks. Dapat juga ditemukan invasi
intramedular
d. Osteosarkoma telangiektatik memperlihatkan lesi litik geografik ekspansil
asimetrik, tepi sklerotik minimal dan destruksi korteks yang menunjukkan pola
pertumbuhanagresif. Dapat ditemukan fraktur patologik dan matriks osteoid
minimal.
e. Small cell osteosarcoma memperlihatkan lesi litik permeatif, destruksi korteks,
massa jaringan lunak, reaksi periosteal, serta kalsifikasi matriks osteoid
f. Low grade central osteosarcoma memperlihatkan lesi litik destruktif ekspansil,
disrupsi korteks, massa jaringan lunakdan reaksi periosteal.
Pasca kemoterapi, radiografi konvensional dapat digunakan untuk menilai
pengurangan ukuran massa, penambahan ossifikasi, dan pembentukan
peripheral bony shell.
 Foto x-ray thorax proyeksi AP/PA, untuk melihat adanya
metastasis paru dengan ukuran yang cukup besar,
2. Computed Tomography (CT) Scan
Ct-scan dapat berguna untuk memperlihatkan detil lesi pada tulang kompleks
dan mendeteksi matriks ossifikasi minimal. Selain itu dapat digunakan untuk
mendeteksi metastasis paru. Kegunaan lain dari CT scan adalah tuntunan
biopsi tulang (CT guided bone biopsy). CT scan thoraks berguna untuk
mengidentifikasi adanya metastasis mikro pada paru dan organ thoraks.
3. Magnetic Resonance Imaging (MRI)
MRI merupakan modalitas terpilih untuk evaluasi ekstensi lokal tumor dan
membantu menentukan manajemen bedah yang paling sesuai. MRI dapat
menilai perluasan massa ke intramedular (ekstensi longitudinal, keterlibatan
epifisis, skip lesion), perluasan massa ke jaringan lunak sekitarnya dan
intraartikular, serta keterlibatan struktur neurovaskular. Pemberian kontras
gadolinium dapat memperlihatkan vaskularisasi lesi, invasi vaskular, dan area
kistik atau nekrotik. Pasca kemoterapi, MRI digunakan untuk menilai ekstensi
massa dan penambahan komponen nekrotik
intramassa. Dynamic MRI juga dapat digunakan untuk menilai respon pasca
kemoterapi.
4. Kedokteran Nuklir
Bone scintigraphy digunakan untuk menunjukkan suatu skip metastasis atau
suatu osteosarkoma multisentrik dan penyakit sistemik
5. Biopsi
Pemeriksaan histopatologi dilakukan dengan menggunakan biopsi jarum halus
(fine needle aspiration biopsy-FNAB) atau dengan core biopsy bila hasil FNAB
inkonklusif. FNAB mempunyai ketepatan diagnosis antara 70-90%. (Kemenkes
RI, 2017)
2.4 Pathway Osteosarcoma
BAB 3. ASUHAN KEPERAWATAN

3.1 Kasus
Anak perempuan usia 10 tahun datang kerumah sakit dengan keluhan benjolan
pada lutut kiri. Benjolan dirasakan sejak 7 bulan yang lalu, awalnya benjolan seperti
telur puyuh kemudian makin lama makin membesar. Benjolan terasa nyeri yang
dirasakan terus menerus, ketika nyeri pasien hanya bisa menggosok-gosok. Sejak 2
bulan ini pasien mengeluh tidak bisa berjalan dan menghabiskan waktu di tempat
tidur. Pemeriksaan TTV N : 116x/mnt, TD 90/50 mmHg, RR 20x/mnt, t 36,5 0C. Pada
cruris sinistra terdapat massa. Pemeriksaan Lab. Hb 5,8g/dl, RBC 2,68x106/uL, HCT
19,8%, BC 10,26x103/uL, PLT 257x103/uL. Diagnosa Medis Osteosarcoma proximal
tibia fibula sinistra. Pasien di indikasikan operasi amputasi lutut atas.

3.2 Pengkajian Keperawatan


Nama : An. X No. RM : 12345678
Umur : 10 tahun Pekerjaan :-
Jenis Kelamin : Perempuan Status Perkawinan :-
Agama :- Tanggal MRS : 21 Oktober 2018
Pendidikan :- Tanggal Pengkajian : 22 Oktober 2018
Alamat :- Sumber Informasi : klien, keluarga
A. Diagnosa Medik : Osteosarcoma proximal tibia fibula sinistra
B. Keluhan utama : Benjolan pada lutut kiri
C. Riwayat Penyakit Sekarang
Klien mengatakan terdapat benjolan sejak 7 bulan yang lalu, awalnya benjolan
hanya seperti telur puyuh kemudian makin lama makin membesar. Benjolan
terasa nyeri. Sejak 2 bulan bulan ini klien mengeluh tidak dapat berjalan dan
menghabiskan waktu di tempat tidur.
D. Riwayat Kesehatan Dahulu :-
E. Riwayat Kesehatan Keluarga :-
F. Pemeriksaan fisik
Nadi : 116x/menit
Tekanan darah : 90/50 mmHg
Suhu : 36,5°C
Frekuensi napas : 20x/menit
G. Pemeriksaan Laboratorium
Hb :5,8g/dl
RBC :2,68x106/uL
HCT :19,8%
BC :10,26x103/uL
PLT :257x103/uL

3.3 Analisa Data


No. Data Etiologi Masalah
1. Ds: Permebilitas Kapiler Nyeri kronis
1. Klien mengatakan ↓
benjolan terasa Cairan ke intrastisial
nyeri yang ↓
dirasakan terus Edema
menerus ↓
2. Klien mengatakan Tumor
ketika nyeri pasien ↓
hanya bisa Menekan saraf perifer
menggosok-gosok ↓
Do: Persepsi Nyeri
1. Pada cruris
sinistra terdapat
massa
2. Ds: Edema Hambatan
1. Klien mengeluh ↓ Mobilitas Fisik
tidak bisa berjalan Tumor
2. Klien mengatakan ↓
hanya Menekan saraf perifer
menghabiskan ↓
waktu di tempat nyeri
tidur
Do:
1. Benjolan sejak 7
bulan yang lalu,
awalnya benjolan
seperti telur puyuh
kemudian makin
lama makin
membesar.
3. Ds: - Perubahan sel-sel tulang Gangguan Citra
Do: dan jaringan lunak Tubuh
1. Pasien di ↓
indikasikan Nekrotik jaringan
operasi amputasi -Disfungsi jaringan
lutut atas -Pencegahan metastase

Amputasi

Hilangnya sebagian tubuh

3.4 Diagnosa Keperawatan


No Dignosa Keperawatan
1. Nyeri kronis b.d agens pencendera d.d Klien mengatakan benjolan
terasa nyeri yang dirasakan terus menerus dan Klien mengatakan
ketika nyeri pasien hanya bisa menggosok-gosok
2. Hambatan Mobilitas Fisik b.d nyeri d.d Klien mengeluh tidak bisa
berjalan dan Klien mengatakan hanya menghabiskan waktu di
tempat tidur
3. Gangguan Citra Tubuh b.d tidak ada bagian tubuh d.d Pasien di
indikasikan operasi amputasi lutut atas
3.5 Intervensi Keperawatan
No Hari, Diagnosa Perencanaan Paraf
tanggal Tujuan dan Kriteria Intervensi
Hasil
1. Senin, 22 Nyeri Setelah perawatan Manajemen Nyeri
£
Oktober kronis 2x24 jam kontrol (1400)
2018 nyeri (1605) 1. Lakukan
dipertahankan pada pengkajian nyeri
skala 2 dan secara
ditingkatkan ke skala komprehensif
5 dengan kriteria 2. Gunakan strategi
hasil : komunikasi
a. Mampu terapeutik untuk
mengenali gejala mengetahui
nyeri pengalaman
b. Mampu nyeri
menggunakan 3. Pilih dan
tindakan implementasikan
pengurangan tindakan yang
nyeri tanpa dan beragam untuk
atau analgesic memfasiltasi
c. Mampu penurunan nyeri
melaporkan nyeri 4. Ajarkan
berkurang penggunaaan
teknik non
farmakologis
5. Kolaborasi
pemberian
analgesic
6. Monitor
kepuasan klien
terhadap
manajemen nyeri
2. Senin, 22 Hambatan Setelah dilakukan Perawatan tirah
£
Oktober Mobilitas asuhan keperawatan baring (0740)
2018 Fisik selama 3x24 jam 1. Posisikan sesuai
pergerakan (0208) body alignment
dipertahankan pada yang tepat
skala 2 dan 2. Balikkan pasien
ditingkatkan ke skala sesuai kondisi
4 dengan kriteria kulit
hasil : 3. Monitor
1. Keseimbangan komplikasi dari
2. Cara berjalan tirah baring
3. Kinerja transfer Latihan Ambulasi :
1. Ajarkan klien
untuk melakukan
gerak aktif pada
ekstremitas yang
sehat
2. Lakukan gerak
pasif pada
ekstremitas yang
sakit
3. Bantu klien latihan
ROM dan
perawatan diri
sesuai toleransi
3. Selasa, 23 Gangguan Setelah dilakukan Pengurangan
£
Oktober Citra asuhan keperawatan Kecemasan (5820)
2018 Tubuh selama 2x24 jam 1. Gunakan
citra tubuh (1200) pendekatan yang
pasien tenang
dipertahankan pada 2. Jelaskan semua
skala 2 dan prosedur
dtingkatkan ke skala 3. Dorong keluarga
5 dengan kriteria untuk
hasil: mendampingi
1. Gambaran klien
internal tubuh 4. Dukung
2. Penyesuaian mekanisme
terhadap kp]oping yang
perubahan sesuai
tubuh terhadap 5. Kaji tanda verbal
pembedahan dan non verbal
klien
BAB 4. ANALISIS JURNAL

AUTHOR (YEAR) Allyson A. Endicott, Libbi M. Morimotto, Cassie N. Kline,


Joseph L. Wiemels, Catherine Metayer, Kyle M. Walsh
(2016)

CONCEPTUAL a) Osteosarcoma adalah tumor tulang yang


FRAMEWORK paling umum terjadi. Tumor ini paling sering
terjadi pada anak – anak dan remaja pada
masa pubertas.
b) Osteosarcoma biasanya berkembang
selama masa pubertas dengan tumor yang
muncul di tempat pertumbuhan tulang yang
cepat,
c) Berat Lahir adalah salah satu ukuran
pertumbuhan perinatal yang telah diteliti
sebagai factor resiko osteosarcoma.

DESIGN/METHOD Peneltian menggunakan metode case-kontrol Analisis.


Penelitian ini dilakukan dengan survei pada 670 pasien
berusia 0- 19 tahun, data tersebut diidentifikasi melaluui
California Cancer Registry dan Setiap pasien
dicocokkan menjadi empat kontrol berdasarkan jenis
kelamin, tahun kelahiran, dan ras / etnis.
SAMPLE/SETTING Sample pada penelitian ini di California Cancer
Registry.

MAJOR VARIABLES Dependen dan independen pada jurnal tidak dijelaskan


STUDIED (AND THEIR .
DEFINITIONS)
MEASUREMENT Teknik pengumpulan data yang digunakan dalam
penelitian ini menggunakan analisi kasus control
DATA ANALYSIS Penelitian ini dilakukan melalui program paket
statistik dilakukan di SAS v9.1.3
Hasil penelitian yang diperoleh setelah temuan
dianalisis untuk tujuan penelitian. Penelitian hipotesis
reliabilitas dan validitas analisis untuk menilai akurasi
skala yang digunakan untuk skala multivariat dalam
penelitian sebelum pengujian dilakukan. Data
ditemukan bahwa tidak ada karakteristik kelahiran yang
dikaitkan dengan status kontrol kasus osteosarcoma
pada P <0,05 dalam data tersebut. Secara umum, ibu
dari anak-anak dengan osteosarcoma sedikit lebih tua
daripada ibu kontrol (P = 0,65), dan kasus memiliki
komplikasi lahir dan kehamilan yang agak sedikit
dibandingkan kontrol (P = 0,16 dan 0,053, masing-
masing). Berat lahir yang lebih tinggi tidak secara
signifikan terkait dengan risiko osteosarcoma dalam
perbandingan kasus-kontrol. Untuk setiap 200 g
peningkatan berat badan lahir, ada kemungkinan
peningkatan 1,01 kali lipat osteosarcoma, setelah
penyesuaian untuk usia kehamilan
FINDINGS Pada jurnal tersebut ditemukan bahwa Hubungan
antara berat badan lahir yang lebih tinggi dan
osteosarkoma yang lebih agresif, sering terjadi di
tempat selain tulang panjang, menunjukkan bahwa jalur
pertumbuhan yang aktif selama kehamilan dapat
memainkan peran penting dalam perkembangan
osteosarcoma di masa depan, terutama di situs anatomi
dengan berkurangnya proliferasi osteoblastik.
APPRAISAL WORTH TO Studi ini memberikan wawasan baru ke dalam efek
PRACTICE pertumbuhan janin pada osteosarcoma pathogenesis,
menunjukkan bahwa pasien dengan osteosarcoma
yang besar saat lahir mungkin beresiko untuk penyakit
yang lebih agresif dan subtipe refraktori. Kekuatan
analisis kami meliputi kelompok berbasis populasi
multietnik besar, pemosisian dekat tingkat sensus
pasien osteosarcoma, dan pencocokan kasus dan
kontrol berdasarkan pada tahun kelahiran anak, jenis
kelamin, dan ras / etnis ibu. Studi dalam populasi
beragam etnis sangat penting untuk mengungkapkan
luasnya faktor genetik dan lingkungan yang dapat
mempengaruhi risiko dan keparahan osteosarcoma.
Pengetahuan ini dapat meningkatkan stratifikasi risiko
kanker dan meningkatkan terapi yang ditargetkan,
sehingga bermanfaat bagi kesehatan dan prognosis
keseluruhan pasien dengan osteosarcoma. Analisis
tambahan yang mengintegrasikan penanda genom dan
data leluhur dapat melengkapi analisis karakteristik
kelahiran ini dan memberi penjelasan lebih lanjut
tentang interaksi antara genetika germline, lintasan
pertumbuhan masa kanak-kanak, dan etiologi
osteosarcoma pada anak-anak dan remaja.
DAFTAR PUSTAKA

Huang, J., W. Bi, G. Han, J. Jia, M. Xu, dan W. Wang. 2018. The multidisciplinary
treatment of osteosarcoma of the proximal tibia : a retrospective study. BMC
Musculoskeletal Disorder. 19(1):1–6.

Kementrian Kesehatan RI. 2017. Pedoman Nasional Pelayan Kedokteran


Osteosarkoma. Jakarta: Kemenkes RI.

Kemnetrian Kesehatan RI. 2017. Panduan Penatalaksanaan Osteosarcoma.


Jakarta: Kemenkes RI.

Anda mungkin juga menyukai