Oleh
Maida Krismonica
NIM 162310101182
Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha Penyayang, Saya panjatkan
puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah melimpahkan rahmat, hidayah dan inayah-
Nya kepada kami, sehingga saya dapat menyelesaikan makalah tentang Laporan Pendahuluan
Konsep Dasar Penyakit dan Asuhan Keperawatan Pasien Dewasa Pada Kasus Gastritis.
Makalah ilmiah ini telah saya susun dengan tujuan untuk menyelesaikan tugas Mata
Kuliah Keperawatan Medikal dan saya kerjakan secara maksimal. Untuk itu saya menyampaikan
banyak terimakasih kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu. Saya menyadari sepenuhnya bahwa masih ada kekurangan baik
dari segi peyusunan kalimat maupun tata letak bahasanya. Oleh karena itu, dengan tangan
terbuka kami menerima segala saran dan kritik dari pembaca agar saya dapat memperbaiki
makalah analasis jurnal nasional ini.
Akhir kata saya berharap semoga makalah Laporan Pendahuluan Konsep Dasar Penyakit dan
Asuhan Keperawatan Pasien Dewasa Pada Kasus Gastritis dapat memberikan manfaat terhadap
pembaca.
Penyusun
DAFTAR ISI
BAB 1. PENDAHULUAN
Kasus dengan gastritis merupakan salah satu jenis kasus yang umumnya diderita oleh
kalangan remaja, khususnya penyakit ini meningkat pada kalangan mahasiswa. disebabkan oleh
berbagai faktor misalnya tidak teraturnya pola makan, gaya hidup yang salah dan meningkatnya
aktivitas (tugas perkuliahan) sehingga mahasiswa tersebut tidak sempat untuk mengatur pola
makannya dan malas untuk makan.
Penyebab dari gastritis pada tahun 2001 yaitu asupan alkohol berlebihan (20%), merokok
(5%), makanan berbumbu (15%), obat-obatan (18%) dan terapi radiasi (2%), sedangkan menurut
Hasna dan Hurih tahun 2009 gastritis bisa juga disebabkan karena, infeksi bakteri, stress,
penyakit autoimun, radiasi dan Chron’s Disease.
Salah satu penyebab dari gastritis adalah infeksi dari bakteri Helicobacter pylori(H. pylori)
dan merupakan satu-satunya bakteri yang hidup di lambung. Bakteri ini dapat menginfeksi
lambung sejak anak-anak dan menyebabkan penyakit lambung kronis. Bahkan diperkirakan lebih
dari 50% penduduk dunia terinfeksi bakteri ini sejak kecil. Jika dibiarkan, akan menimbulkan
masalah sepanjang hidup (Soemoharjo, 2007). Menurut Perkumpulan Gastroenterologi Indonesia
(PGI) dan Kelompok Studi Helicobacter Pylori Indonesia (KSHPI) tahun 2001, menyatakan
diperkirakan 20 % dari penduduk Negara Indonesia telah terinfeksi oleh H. Pylori (Daldiyono,
2004). Penemuan infeksiHelicobacter pylori ini mungkin berdampak pada tingginya kejadian
gastritis, pada beberapa daerah di Indonesia menunjukkan angka kejadian gastritis yang cukup
tinggi.
Gejala yang umum terjadi pada penderita gastritis adalah rasa tidak nyaman pada perut,
perut kembung, sakit kepala dan mual yang dapat menggangu aktivitas sehari-hari, rasa tak
nyaman di epigastrium, nausea, muntah, Perih atau sakit seperti terbakar pada perut bagian atas
yang dapat menjadi lebih baik atau lebih buruk ketika makan, hilang selera makan, bersendawa,
dan kembung. Dapat pula disertai demam, menggigil (kedinginan), cegukan (hiccups)
Bila penyakit gastritis ini terus dibiarkan, akan berakibat semakin parah dan akhirnya asam
lambung akan membuat luka-luka (ulkus) yang dikenal dengan tukak lambung. Bahkan bisa juga
disertai muntah darah (Arifianto, 2009). Menurut penelitian Surya dan Marshall pada tahun 2007
hingga 2008 mengatakan gastritis yang tidak ditangani dengan tepat akan menimbulkan
komplikasi yang mengarah kepada keparahan.yaitu kanker lambung dan peptic ulcer.
B. Rumusan Masalah
1. Apa yang dimaksud dengan gastritis ?
2. Bagaimana anatomi fisiologi dari gastritis ?
3. Bagaimana epidemiologi dari gastritis ?
4. Apa etiologi dari gastritis ?
5. Bagaimana klasifikasi gastritis akut dan gastritis kronik ?
6. Bagaimana patofisiologis gastritis akut dan gastritis kronik ?
7. Bagaimana manifestasi dari penyakit gastritis ?
8. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penyakit gastritis?
9. Apa saja pemeriksaan penunjang yang dapat dilakukan untuk penyakit gastritis?
10. Bagaimana asuhan keperawatan untuk pasien gastritis ?
BAB 2.TINJAUAN PUSTAKA
2.1 Definisi
Gastritis merupakan inflamasi pada mukosa gaster, yang dapat disebabkan oleh infeksi
H.pylori,refluks empedu, anti-inflamasi non steroid, autoimuns atau respon alergi
(Alianto,2015) .
Gastritis merupakan suatu peradangan mukosa lambung yang disebabkan oleh kuman
helicobakteri pylori yang dapat bersifat akut, kronik difus atau lokal (Hirlan, 2009) .
Gastitis adalah suatu peradangan mukosa lambung yang dapat bersifat akut, kronik difus,
atau lokal yang di sebabkan oleh bakteri atau obat-obatan (Price, 2005).
2. Gastritis Kronik
Peradangan permukaan mukosa lambung yang bersifat menahun. Gastritis kronik
diklasifikasikan menjadi tigas yaitu :
a. Gatritis superficial, manifestasinya kemerahan,edema serta terdapat pendarahan dan erosi
mukosa
b. Gastritis atrofik, peradangan terjadi pada seluruh lapisan mukosa. Pada
perkembangannya dihubungkan dengan ulkus dan kanker lambung .
c. Gastritis hipertrofik, kondisi dimana terbentuknya nodul-nodul pada mukosa lambung
yang bersifat irregular, tipis serta hemoragik . (Muttaqin, 2010)
2.6 Patofisiologi
1. Gastritis Akut
Gastritis Akut dapat disebabkan karena stress, zat kimia obat-obatan, alkohol, makanan
yang pedas, panas maupun asam. Pada pasien yang mengalami strees akan terjadi
perangsangan saraf simpatis NV (Nervus Vagus), yang akan meningkatkan produksi asam
klorida (HCl) didalam lambung yang akan menimbulkan rasa mual, muntah dan anoreksia.
Zat kimia maupun makanan yang merangsang akan menyebabkan sel epitel kolumner yang
berfungsi untuk menghasilkan mukus mengurangi produksinya. Berfungsi untuk
memproteksi mukosa lambung agar tidak ikut tercerna respon mukosa lambung karena
penurunan sekresi mukus bervariasi diantaranya vasodilitasi sel mukosa gaster. Pada lapisan
mukosa gaster terdapat enzim yang memproduksi asam klorida atau HCl, terutama daerah
fundus.Vasodilitasi mukosa gaster akan menyebabkan produksi HCl meningkat. Anoreksia
juga dapat menyebabkan rasa nyeri, rasa nyeri ini disebabkan karena kontak HCl dengan
mukosa gaster. Respon mukosa lambung akibat penurunan sekresi mukus dapat berupa
pengelupasan yang mengakibatkan erosi yang dapat memicu timbulnya pendarahan.
Pendarahan Yang terjadi dapat mengancam hidup penderita, namun dapat juga berhenti
sendiri karena proses regenerasi (Price dan Wilson, 2000)
2. Gastritis Kronis
Inflamasi lambung yang lama dapat disebabkan oleh ulkus benigna atau maligna dari
lambung atau oleh bakteri helicobactery pylory ( H. pylory ). Gastritis Kronis dapat
diklasifikasikan sebagai tipe A / tipe B, tipe A ( sering disebut sebagai gastritis autoimun )
diakibatkan dari perubahan sel parietal, yang menimbulkan atrofi dan infiltrasi seluler. Hal
ini dihubungkan dengan penyakit autoimun seperti anemia pernisiosa dan terjadi pada fundus
atau korpus dari lambung. Tipe B ( kadang disebut sebagai gastritis ) mempengaruhi antrum
dan pylorus ( ujung bawah lambung dekat duodenum ) ini dihubungkan dengan bakteri
Pylory. Faktor diet seperti minum panas atau pedas, penggunaan atau obat-obatan dan
alkohol, merokok, atau refluks isi usus kedalam lambung.
Cara Kerja
Histamin diketahui dapat meningkatkan sekresi asam lambung. Sifat bahkan
dipakai sebagai prosedur diagnostik untuk mengetahui kemampuan sekresi asam
lambung. Namun obat antihistamin klasik seperti CTM tidak mampu meng-antagonis
pengaruh histamin terhadap lambung. Kemudian ternyata histamin bekerja pada 2 macam
reseptor, yaitu reseptor H1 dan reseptor H2. Contoh organ yang mempunyai reseptor H1
ialah otot polos bronkhus, otot polos pembuluh darah, kelenjar air mata, ujung saraf
sensoris dsb. Rangsangan oleh histamin menimbulkan gejala-gejala bronkhospasme,
gatal-gatal, dan sebagainya. Contoh organ yang mempunyai reseptor H2 ialah kelenjar
lambung.Histamin meningkatkan sekresinya. Cimetidine menghambatnya.Cara kerja
cimetidine (Ulsikur ) adalah penghambat-bersaing dengan histamin, karena struktur kimia
kedua zat tsb. sangat mirip.
Waktu Hambatan
Cimetidine menghambat sekresi asam lambung siang maupun malam hari
Pemakaian Klinik
1. Ulkus duodenum
2. Sindroma Zollinger Ellison
3. Ulkus ventrikuli benigna
4. Gastrooesophageal reflux
5. Perdarahan akut gastrointestinal
6. Insufisiensi pankreas.
Cimetidine paling banyak diselidiki untuk pengobatan ulkus duodenum, dimana
sebagian besar pasien menunjukkan hipersekresi asam lambung. Dari beratus-ratus
percobaan klinik tsb. manfaat cimetidine dalam penyembuhan ulkus peptikum tidak
diragukan lagi. Dalam berbagai percobaan itu dosis berkisar antara 800 mg — l.600
mg per hari, namun angka penyembuhan kurang lebih sama. Cimetidine dalam
percobaan-percobaan tsb. mampu menghilangkan rasa nyeri dengan cepat, baik nyeri
siang hari maupun malam hari. Pasien yang diberi antasida bersama cimetidine
menunjukkan berkurangnya kebutuhan akan antasidanya. Bila cimetidine diberikan,
antasida boleh diberikan juga untuk menambah kemampuan penghambatan sekresi
asam postprandial atau netralisasi. Pada pasien-pasien dengan sekresi asam yang
sangat tinggi, mungkin diperlukan kombinasi cimetidine, antasida dan obat
antikolinergik.
Efek Samping
Efek samping jarang ditemukan, dan kalau pun ada, tidak perlu dihentikan. Efek
samping tsb dapat berupa: nyeri kepala, pusing, lelah, skin rash, diare, konstipasi, dan
nyeri otot. Pengamatan pada penderita yang diberi cimetidine selama setahun
menunjukkan bahwa tidak ada efek samping yang berbahaya. Namun demikian masih
diperlukan penelitian lebih lanjut untuk memastikan bahwa cimetidine dapat dianjurkan
digunakan dengan aman dalam jangka panjang.
2. Antasida: pada gastritis yang parah, cairan dan elektrolit diberikan melalui intravena
untuk mempertahankan keseimbangan cairan sampai gejala-gejala mereda, untuk
gastritis yang tidak parah diobati dengan antasida dan istirahat.
a. Indikasi
Mengurangi gejala yang berhubungan dengan asam lambung, gastritis, tukak lambung,
tukak usu 12 jari dengan mual, nyeri lambung dan nyeri ulu hati.
Kontraindikasi :
b. Gagal ginjal
c. Ketidakseimbangan elektrolit/ion tubuh
d. Adanya gejala radang usus buntu
e. Pada pasien pascaoperasi perut
f. Gangguan listrik jantung yang berat
g. Nyeri perut tanpa sebab yang jelas
Antasida termasuk obat yang aman. Efek samping yang ditimbulkan sangat jarang
ditemukan. Adapun efek samping tersebut ialah:
1. Tekanan darah rendah;
2. Penekanan proses bernapas;
3. Diare
4. Kram perut;
5. Gangguan keseimbangan elektrolit/ion tubuh;
6. Rasa lemas otot.
Dosis
Antasida adalah obat maag yang paling sering dikonsumsi di Indonesia. Antasida
tersedia dalam sediaan sirup maupun tablet. Antasida juga tersedia sebagai obat generik
maupun obat paten. Magnesium hidroksida dalam bentuk tablet tersedia dalam ukuran
dosis 311 mg, sedangkan dalam bentuk sirup tersedia dalam ukuran dosis 400 mg/5 ml,
800 mg/5 ml, dan 2400 ml/10 ml. Antasida lainnya, yakni aluminium hidroksida, dalam
bentuk tablet tersedia dalam ukuran dosis 80 mg, sedangkan dalam bentuk sirup tersedia
dalam ukuran 320 mg/5 ml. Magnesium hidroksida dan aluminium hidroksida tersebut
sering ditemukan dalam bentuk tablet maupun sirup campuran keduanya.
Dosis untuk sakit maag ialah 2-4 tablet magnesium hidroksida sehari, atau 5-15
ml sirup magnesium hidroksida sehari terbagi dalam 3-4 kali minum, atau 5-30 ml
aluminium hidroksida sehari terbagi dalam 3 kali minum.
3. Histonin: ranitidin dapat diberikan untuk menghambat pembentukan asam lambung dan
kemudian menurunkan iritasi lambung.
Kontraindikasi :
1. Riwayat alergi obat ranitidine
2. Ibu yang sedang menyusui
3. Pemberian ranitidine perlu diwaspadai pada kondisi gagal ginjal
Efek samping :
Efek samping yang ditimbulkan sangat jarang ditemukan. Adapun efek samping tersebut
beserta persentase frekuensi kemunculannya adalah sebagai berikut:
1. Sakit kepala (3%);
2. Sulit buang air besar (<1%);
3. Diare (<1%);
4. Mual (<1%);
5. Nyeri perut (<1%);
6. Gatal-gatal pada kulit (<1%).
Dosis
Ranitidin tersedia dalam sediaan sirup, tablet, maupun cairan suntikan. Ranitidin
juga tersedia sebagai obat generik maupun obat paten. Ranitidin dalam bentuk tablet
tersedia dalam ukuran dosis 75 mg, 150 mg, dan 30 mg. Ranitidin dalam bentuk sirup
tersedia dalam ukuran dosis 15 mg/ml. Sedangkan ranitidin dalam bentuk cairan untuk
disuntikan tersedia dalam ukuran dosis 1 mg/ml dan 25 mg/ml. Cairan suntikan tersebut
dapat disuntikan langsung ke dalam pembuluh darah atau ke dalam otot. Dosis ranitidin
untuk orang dewasa ialah 150 mg dua kali sehari atau 300 mg sekali sehari. Untuk
peradangan kerongkongan, ranitidin dapat diberikan hingga 150 mg tiga kali sehari.
Dosis untuk anak-anak ialah 2-4 mg/kg berat badan dua kali sehari. Dosis maksimal
untuk anak-anak ialah 300 mg.
Pathway
barier mukosa
Hormon gastrin
Lambung
Masukan cairan/tidak
adekuat kehilangan cairan
Ketidakseimbangan
nutrisi: kurang dari
kebutuhan tubuh Resiko kekurangan
volume cairan
BAB 3.ASUHAN KEPERAWATAN BERDASARKAN TEORI
3.1 Pengkajian
Pengkajian data dasar
1. Keluhan Utama
Nyeri di ulu hati dan perut sebelah kanan bawah
2. Riwayat Kesehatan Dahulu
3. Meliputi penyakit yang berhubungan dengan penyakit sekarang, riwayat di
rumah sakit, dan riwayat pemakainan obat.
4. Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi perjalanan penyakitnya, awal dari gejala yang dirasakanklien,
keluhan timbul dirasakan secara mendadak atau bertahap, faktor pencetus,
upaya untuk mengatasi masalah tersebut.
5. Keadaan Umum
Tampak kesakitan pada pemeriksaan fisik terhadap nyeri tekan di kuadran
epigastrik.
a. B1 (Breath) : Takhipnea
b. B2 (blood) : Takikardi, hipotensi, distritmia, nadi perifer lemah,
pengisian perifer lambat, warna kulit pucat
c. B3(Brain) : Sakit kepala, kelemahan, nyeri epigastrum
d. B4 (bladder) : oliguria, gangguan keseimbangan cairan.
e. B5(bowel) : anorexia, mual, muntah, nyeri ulu hati, tidak toleran
terhadap makanan pedas
f. B6(bone) : kelelahan, kelemahan.
6. Eliminasi
Gejala : Riwayat perawatan di rumah sakit sebelumnya karena pendarahan
gastroenteritis (GE) atau masalah yang berhubungan dengan GE, misalnya
luka peptic atau gaster.
Tanda : Nyeri tekan abdomen
7. Sirkulasi
Kelemahan, berkeringat, nadi perifer lemah, warna kulit pucat.
8. Makanan/Cairan
Anoreksia, mual,muntah (muntah yang memanjang diduga obstruksi pilorik
bagian luar sehubungan dengan luka duodenal ) . Membran mukosa kering.
9. Nyeri/Kenyamanan
Nyeri digambarkan sebagai tajam, dangkal, rasa terbkar, perih, nyeri hebat
tiba-tiba dapat disertai perforasi. Rasa ketidak nyamanan setelah makan
banyak dan hilang dengan makan (gastritits akut)
Nyeri epigastrum kiri sampai tengah/ menyebar ke punggung terjadi 1-2 jam
setelah makan dan hilang dengan antasida
Wajah berkerut, berhati-hati pada area yang sakit, pucat, berkeringan,
perhatian menyempit.
3.2 Diagnosa
1. Nyeri akut berhubungan dengan mukosa lambung teriritasi
2. Kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif
3. Ketidak seimbangan nutrisi: kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan
dengan anoreksia,mual dan muntah.
3.3 Intervensi
No HARI, DIAGNOSA KRITERIA HASIL INTERVENSI PARAF
. TANGGAL
1. Kamis, 20 Nyeri akut Setelah dilakukan Manajemen nyeri (1400) $
September 2018 berhubungan asuhan keperawatan 1. Lakukan pengkajian nyeri yang komprehensif
dengan mukosa selama 2x24 jam yang meliputi lokasi, karakteristik,onset/durasi,
lambung diharapkan tingkat frekuensi,kualitas,intensitas atau beratnya nyeri
teriritasi nyeri dipertahankan dan faktor pencetus
pada poin 3 2. Kurangi atau eliminasi faktor-faktor yang dapat
ditingkstksn ke poin 5 mencetuskan atau meningkatkan nyeri
dengan indicator : 3. Ajarkan penggunaan teknik non farmakologi (
1. Nyeri yang seperti relaksasi)
dilaporkan 4. Berikan informasi mengenai nyeri, seperti
2. Ekspresi nyeri penyebab nyeri, berapa lama nyeri akan
wajah dirasakan dan antisipasi dan ketidaknyamanan
3. Frekuensi nyeri akibat prosedur
2. Kekurangan Setelah dilakukan Manajemen cairan (4120) $
volume cairan asuhan keperawatan 1. Jaga intake/asupan yang akurat dan catat output
berhubungan selama 2x24 jam pasien
dengan diharapkan 2. Monitor tanda-tanda vital pasien
kehilangan keseimbangan cairan 3. Berikan cairan dengan tepat
cairan aktif dipertahankan pada 4. Dukung pasien dan keluarga untuk membantu
poin 3 ditingkatksn ke dalam pemberian makanan dengan baik
poin 5 dengan indicator 5. Tingkatkan asupan oral (misalnya memberikan
: sedotan, menawarkan cairan diantara waktu
1. Keseimbangan makan) yang sesuai
intake dan
output dalam 24
jam
3. Ketidak Setelah dilakukan Manajemen gangguan makan (1030) $
seimbangan asuhan keperawatan 1. Monitor intake/asupan dan asupan cairan
nutrisi : kurang selama 3x24 jam secara tepat
dari kebutuhan diharapkan status 2. Ajarkan dan dukung konsep nutrisi yang baik
tubuh ditandai nutrisi dipertahankan dengan klien
dengan nyeri pada poin 3 3. Observasi klien selama dan setelah pemberian
abdomen ditingkatksn ke poin 5 makan /makanan ringan untuk meyakinkan
dengan indicator : bahwa intake/asupan makanan cukup tercapai
1. Asupan dan dipertahankan
makanan 4. Kolaborasi dengan tim kesehatan lain untuk
2. Asupan cairan mengembangkan rencana perawatan dengan
melibatkan klien dan orang-orang terdekat
dengan tepat
5. Dorong klien untuk mendiskusikan makanan
yang disukai bersama dengan ahli gizi
DAFTAR PUSTAKA
Hirlan, 2009. Gastritis, dalam: Sudoyo, A.W., Setiyohadi, B., Alwi, I., Simadibrata,
K.M., Setiati, S., editor. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I. 5: 509-512. Jakarta: Pusat
Penerbitan Departemen Ilmu Penyakit Dalam FK-UI.
Muttaqin, Arif & Sari, Kurmala. 2011. Gangguan Gastrointestinal : Aplikasi Asuhan
Keperawatan Medikal bedah. Jakarta : Salemba medika.
Price and Wilson.2005. Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi 6. Vol.2.Jakarta: EGC.