Anda di halaman 1dari 38

MAKALAH SEMINAR KEPERAWATAN GAWAT DARURAT PADA

PASIEN TN. A DENGAN COMBUSTIO DI RUANG GAWAT DARURAT


RS KRMT WONGSONEGORO SEMARANG

Disusun oleh :

ERNA WIJAYANTI NIM : 1808048


MARGIASIH NIM : 1808088
NUNY APRILIANTIKA NIM : 1808100
YENSY NI’ MA AGUSTIN NIM : 1808130

PROGRAM STUDI PROFESI NERS


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KARYA HUSADA
SEMARANG
2019

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 1


DAFTAR ISI
BAB I PENDAHULUAN ............................................................................................ 3

A. Latar Belakang Penulisan .................................................................................. 3

B. Tujuan Penulisan ................................................................................................ 3

C. Metode Penulisan ............................................................................................... 4

D. Sistematika Penulisan ........................................................................................ 4

BAB II TINJAUAN PUSTAKA ................................................................................ 4

A. Pengertian .......................................................................................................... 6

B. Etiologi ............................................................................................................... 6

C. Patofisiologi ....................................................................................................... 8

D. Manifestasi Klinis .............................................................................................. 8

E. Pathway ............................................................................................................ 13

F. Pengkajian Kegawatdaruratan.......................................................................... 13

G. Diagnosa Keperawatan .................................................................................... 15

H. Intervensi Keperawatan.................................................................................... 16

BAB III ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN .................... 21

BAB IV PEMBAHASAN ......................................................................................... 21

BAB V PENUTUP..................................................................................................... 32

A. Kesimpulan ...................................................................................................... 35

B. Saran ................................................................................................................ 35

DAFTAR PUSTAKA ................................................................................................ 36

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 2


BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang Penulisan

Luka bakar merupakan cedera yang cukup sering dihadapi oleh dokter,
jenis yang berat memperlihatkan morbiditas dan derajat cacat yang relatif tinggi
dibandingkan dengan cedera oleh sebab lain. Biaya yang dibutuhkan juga
cukup mahal untuk penanganannnya. Penyebab luka bakar selain karena api
(secara langsung ataupun tidak langsung), juga karena pajanan suhu tinggi dari
matahari, listrik maupun bahan kimia. Luka bakar karena api atau akibat
tidak langsung dari api (misalnya tersiram air panas) banyak terjadi pada
kecelakaan rumah tangga (Sjamsuhidajat, 2005).
Dengan memperhatikan prinsip- prinsip dasar resusitasi pada trauma
dan penerapannya pada saat yang tepat diharapkan akan dapat menurunkan
sekecil mungkin angka-angka tersebut diatas. Prinsip- prinsip dasar tersebut
meliputi kewaspadaan akan terjadinya gangguan jalan nafas pada penderita
yang mengalami trauma inhalasi, mempertahankan hemodinamik dalam batas
normal dengan resusitasi cairan, mengetahui dan mengobati penyulit-penyulit
yang mungkin terjadi akibat trauma listrik, misalnya rabdomiolisis dan
disritmia jantung. Mengendalikan suhu tubuh dan menjauhkan/mengeluarkan
penderita dari lingkungan trauma panas juga merupakan prinsip utama dari
penanganan trauma termal (American College of Surgeon Committee on
Trauma, 1997).
Kulit adalah organ kompleks yang memberikan pertahanan tubuh
pertama terhadap kemungkinan lingkungan yang merugikan. Kulit melindungi
tubuh terhadap infeksi, mencegah kehilangan cairan tubuh, membantu
mengontrol suhu tubuh, berfungsi sebagai organ eksretoridan sensori,
membantu dalam proses aktivasi vitamin D, dan mempengaruhi citra tubuh.
Luka bakar adalah hal yang umum, namun merupakan bentuk cedera kulit yang
sebagian besar dapat dicegah (Horne dan Swearingen, 2000).

B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Mahasiswa mengetahui gambaran secara umum tentang asuhan
keperawatan pada klien dengan Luka Bakar.
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu melakukan pengkajian pada klien dengan Luka
Bakar.

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 3


b. Mahasiswa mampu menegakkan diagnosa keperawatan pada klien
dengan Luka Bakar.
c. Mahasiswa mampu menyusun intervensi keperawatan pada klien
dengan Luka Bakar.
d. Mahasiswa mampu menerapkan implementasi keperawatan pada klien
dengan Luka Bakar.

C. Metode Penulisan
Metode yang di pakai dalam makalah ini adalah :
1. Metode Pustaka
Yaitu metode yang dilakukan dengan mempelajari dan mengumpulkan
data dari pustaka yang berhubungan dengan alat, baik berupa buku maupun
informasi di internet.
2. Diskusi
Yaitu mendapatkan data dengan cara bertanya secara langsung kepada
PJ konsultasi dan teman – teman yang mengetahui tentang informasi yang
di perlukan dalam membuat proyek.
3. Eksperimen
Yaitu bercobaan – percobaan yang kami teliti terlebih dahulu, sebelum
membuat dan menulis makalah rangkaian ini

D. Sistematika Penulisan
Bab I : Pendahuluan
Berisi tentang latar belakang, identifikasi dan perumusan masalah,
batasan/ruang lingkup masalah, maksud dan tujuan, metode penulisan dan
sistematika penulisan.
Bab II : Tinjauan Pustaka
Bab ini berisi teori-teori tentang kasus Combustio, dari mulai pengertian,
etiologi, patofisiologi, manifestasi klinis dan pathway.
Bab III : Asuhan Keperawatan
Bab ini menjelaskan asuhan keperawatan kasus kegawatdaruratan pada pasien
combustio.
Bab IV: Pembahasan
Pada bab ini merupakan pembahasan hasil pengkajian dan asuhan keperawatan
pasien combustio.
Bab V: Penutup

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 4


ini berisi tentang kesimpulan hasil asuhan keperawatan gawat darurat pada
pasien combustio serta saran-saran yang penulis berikan untuk lebih
memaksimalkan asuhan keperawatan pada pasien combustio.
Daftar Pustaka
Daftar pusataka ini berisi tentang judul-judul buku, artikel-artikel yang terkait
dalam laporan ini
Lampiran
Jurnal terkait

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 5


BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Pengertian

Menurut Aziz Alimul Hidayat, A, (2008 Hal : 130) luka bakar


adalah kondisi atau terjadinya luka akibat terbakar, yang hanya disebabkan
oleh panas yang tinggi, tetapi oleh senyawa kimia, llistrik, dan pemanjanan
(exposure) berlebihan terhadap sinar matahari.
Menurut Smeltzer, dkk (2008) luka bakar (combustio) adalah
kerusakan atau kehilangan jaringan yang disebabkan kontak dengan
sumber panas seperti api, air panas, bahan kimia, listrik, dan radiasi.
Menurut Betz C, L & Sowden,L, A (2009, Hal : 56) luka bakar adalah
kerusakan jaringan karena karena kontak dengan agens, tremal, kimiawi,
atau listrik.
Combutsio (Luka bakar) adalah injuri pada jaringan yang
disebabkan oleh suhu panas ( thermal), kimia, elektrik dan radiasi (
Suriadi, 2010).
Luka bakar adalah suatu trauma yang disebabkan oleh panas, arus
listrik, bahan kimia, dan petir yang mengenai kulit, mukosa dan jaringan
yang lebih dalam (Kusumaningrum, 2008).
Luka bakar bisa berasal dari berbagai sumber, dari api, matahari,
uap, listrik, bahan kimia, dan benda panas. Luka bakar bisa hanya berupa
luka ringan yang bisa diobati senditi atau kondisi berat yang mengancam
nyawa yang membutuhkan perawatan medis yang intensif (PRECISE,
2011.
Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan sebagai
akibat dari api, air panas, listrik, bahan kimia dan radiasi.

B. Etiologi
Luka bakar (Combustio) dapat disebabkan oleh paparan api, baik
secaralangsung maupun tidak langsung, misal akibat tersiram air panas yang
banyakterjadi pada kecelakaan rumah tangga. Selain itu, pajanan suhu
tinggi dari matahari, listrik maupun bahan kimia juga dapat menyebabkan
luka bakar.

Secara garis besar, penyebab terjadinya luka bakar dapat dibagi


menjadi:
a. Paparan api
Flame: Akibat kontak langsung antara jaringan dengan apiterbuka,
MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 6
danmenyebabkan cedera langsung ke jaringan tersebut. Api dapat
membakarpakaian terlebih dahulu baru mengenai tubuh. Serat
alami memiliki kecenderungan untuk terbakar, sedangkan serat
sintetik cenderung melelehatau menyala dan menimbulkan cedera
tambahan berupa cedera kontak.Benda panas (kontak): Terjadi akibat
kontak langsung dengan benda panas.Luka bakar yang dihasilkan
terbatas pada area tubuh yang mengalami kontak. Contohnya
anatara lain adalah luka bakar akibat rokok dan alat-alat seperti
solder besi atau peralatan masak.
b. Scalds (air panas)
Terjadi akibat kontak dengan air panas. Semakin kental cairan dan
semakinlama waktu kontaknya, semakin besar kerusakan yang akan
ditimbulkan. Luka yang disengaja atau akibat kecelakaan dapat
dibedakan berdasarkan pola luka bakarnya. Pada kasus kecelakaan,
luka umumnya menunjukkan pola percikan, yang satu sama lain
dipisahkan oleh kulit sehat. Sedangkan pada kasus yang disengaja,
luka umumnya melibatkan keseluruhan ekstermitas dalam pola
sirkumferensial dengan garis yang menandai permukaan cairan.
c. Uap panas
Terutama ditemukan di daerah industri atau akibat kecelakaan
radiator mobil.Uap panas menimbulkan cedera luas akibat
kapasitas panas yangtinggi dari uap serta dispersi oleh uap
bertekanan tinggi.Apabila terjadi inhalasi, uap panas dapat
menyebabkan cedera hingga ke saluran napas distal di paru.
d. Gas panas
Inhalasi menyebabkan cedera thermal pada saluran nafas bagian atas
danoklusi jalan nafas akibat edema.
e. Aliran listrik
Cedera timbul akibat aliran listrik yang lewat menembus jaringan
tubuh.Umumnya luka bakar mencapai kulit bagian dalam.
Listrik yang menyebabkan percikan api dan membakar pakaian
dapat menyebabkan lukabakar tambahan.
f. Zat kimia (asam atau basa)
g. Radiasi
h. Sunburn sinar matahari, terapi radiasi

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 7


C. Patofisiologi
Kulit adalah organ tubuh terluas yang menutupi otot dan mempunyai
fungsi sebagai pelindung tubuh dan berbagai trauma ataupun masuknya bakteri,
kulit juga mempunyai fungsi utama reseptor yaitu untuk mengindera suhu,
perasaan nyeri, sentuhan ringan dan tekanan, pada bagian stratum korneum
mempunyai kemampuan menyerap air sehingga dengan demikian mencegah
kehilangan air serta elektrolit yang berlebihan dan mempertahankan
kelembaban dalam jaringan subkutan.
Tubuh secara terus menerus akan menghasilkan panas sebagai hasil
metabolisme makanan yang memproduksi energi, panas ini akan hilang melalui
kulit, selain itu kulit yang terpapar sinar ultraviolet dapat mengubah substansi
yang diperlukan untuk mensintesis vitamin D. Kulit tersusun atas 3 lapisan
utama yaitu epidermis, dermis dan jaringan subkutan.
Lapisan epidermis, terdiri atas:
a. Stratum korneum, selnya sudah mati, tidak mempunyai inti sel, inti selnya
sudah mati dan mengandung keratin, suatu protein fibrosa tidak larut yang
membentuk barier terluar kulit dan mempunyai kapasitas untuk mengusir
patogen dan mencegah kehilangan cairan berlebihan dari tubuh.
b. Stratum lusidum. Selnya pipih, lapisan ini hanya terdapat pada telapak
tangan dan telapak kaki.
c. Stratum granulosum, stratum ini terdiri dari sel-sel pipi seperti kumparan,
sel-sel tersebut terdapat hanya 2-3 lapis yang sejajar dengan permukaan
kulit.
d. Stratum spinosum/stratum akantosum. Lapisan ini merupakan lapisan yang
paling tebal dan terdiri dari 5-8 lapisan. Sel-selnya terdiri dari sel yang
bentuknya poligonal (banyak sudut dan mempunyai tanduk).
e. Stratum basal/germinatum. Disebut stratum basal karena sel-selnya
terletak di bagian basal/basis, stratum basal menggantikan sel-sel yang di
atasnya dan merupakan sel-sel induk.
Lapisan dermis terbagi menjadi dua yaitu:
a. Bagian atas, pars papilaris (stratum papilaris). Lapisan ini berada langsung
di bawah epidermis dan tersusun dari sel-sel fibroblas yang menghasilkan
salah satu bentuk kolagen.
b. Bagian bawah, pars retikularis (stratum retikularis). Lapisan ini terletak di
bawah lapisan papilaris dan juga memproduksi kolagen.
Dermis juga tersusun dari pembuluh darah serta limfe, serabut saraf,
kelenjar keringat serta sebasea dan akar rambut. Jaringan subkutan atau

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 8


hypodermis merupakan lapisan kulit yang terdalam. Lapisan ini terutamanya
adalah jaringan adipose yang memberikan bantalan antara lapisan kulit dan
struktur internal seperti otot dan tulang. Jaringan subkutan dan jumlah deposit
lemak merupakan faktor penting dalam pengaturan suhu tubuh.
Kelenjar Pada Kulit
Kelenjar keringat ditemukan pada kulit pada sebagian besar
permukaan tubuh. Kelenjar ini terutama terdapat pada telapak tangan dan
kaki. Kelenjar keringat diklasifikasikan menjadi 2, yaitu kelenjar ekrin dan
apokrin. Kelenjar ekrin ditemukan pada semua daerah kulit. Kelenjar apokrin
berukuran lebih besar dan kelenjar ini terdapat aksila, anus, skrotum dan labia
mayora.
Kulit adalah organ terluar tubuh manusia dengan luas 0,02 5 m2 pada
anak baru lahir sampai 2 m2 pada orang dewasa. Apabila kulit terbakar atau
terpajan suhu tinggi, maka pembuluh kapiler di bawahnya, area sekitar, dan
area yang jauh sekalipun akan rusak dan menyebabkan permeabilitasnya
meningkat. Terjadilah kebocoran cairan intrakapiler ke interstisial sehingga
terjadi oedema dan bula yang mengandung banyak elektrolit. Rusaknya kulit
akibat luka bakar akan mengakibatkan hilangnya fungsi kulit sebagai barier
dan penahan penguapan.
Kedua penyebab diatas dengan cepat menyebabkan berkurangnya
cairan intravaskuler.Pada luka bakar yang luasnya kurang dari 20%,
mekanisme kompensasi tubuh masih bisa mengatasinya.Bila kulit yang
terbakar luas (lebih dari 20%) dapat terjadi syok hipovolemik disertai gejala
yang khas, seperti gelisah, pucat, dingin, berkeringat, nadi kecil dan cepat,
tekanan darah menurun, serta produksi urin berkurang.Pembengkakan terjadi
perlahan,maksimal terjadi setelah delapan jam.
Pembuluh kapiler yang terpajan suhu tinggi rusak dan
permebilitasmeninggi.Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga
dapat terjadi anemia.Pada kebakaran dalam ruang tertutup atau bila luka
terjadi di wajah dapat terjadi kerusaakan mukosa jalan napas dengan gejala
sesak napas, takipnoe, stridor, suara parau, dan dahak berwarna gelap akibat
jelaga. Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon
monoksida sangat kuat terikat dengan hemoglobin sehingga hemoglobin tidak
lagi mampu mengikat oksigen.Tanda keracunan ringan, yaitu lemas,
binggung, pusing,mual dan muntah.
Setelah 12-24 jam, permeabilitas kapiler mulai membaik dan
terjadimobilisasi serta penyerapan kembali cairan dari ruang intertisial ke
pembuluh darah yang ditandai dengan meningkatnya diuresis.Luka bakar
MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 9
umumnya tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati yang merupakan medium
yang baik untuk pertumbuhan kuman akan mempermudah infeksi. Infeksi ini
sulit diatasi karena daerahnya tidak tercapai oleh pembuluh kapiler yang
mengalami trombosis.Padahal, pembuluh ini membawa sistem pertahanan
tubuh atau antibiotik.Kuman penyebab infeksi pada luka bakar, selain berasal
dari kulit penderita sendiri, juga kontaminasi dari kuman saluran napas atas
dan kontaminasi kuman di lingkungan rumah sakit.Infeksi nosocomial
biasanya sangat berbahaya karena kumanya banyak yang sudah resisten
terhadap antibiotik.
Pada awalnya infeksi biasanya disebabkan oleh kuman gram positif
yangberasal dari kulit sendiri atau dari saluran napas, tetapi kemudian dapat
terjadi invasi kuman gram negatif.Pseudomonas aeruginosa yang dapat
menghasilkan eksotoksin protease dan toksin lain yang berbahaya, terkenal
sangat agresif dalam invasinya pada luka bakar. Infeksi pseudomonas dapat
dilihat dari warna hijau pada kasa penutup luka bakar.Kuman memproduksi
enzim penghancur keropeng yang bersama dengan eksudasi oleh
jaringangranulasi membentuk nanah.
Infeksi ringan dan non invasif (tidak dalam) ditandai dengan
keropengyang mudah lepas dengan nanah yang banyak.Infeksi yang invasif
ditandai dengan keropeng yang kering dengan perubahan jaringan keropeng
yang mulamula sehat menjadi nekrotik.Akibatnya, luka bakar yang mula-
mula derajat dua menjadi derajat tiga.Infeksi kuman menimbulkan vaskulitis
padapembuluh kapiler di jaringan yang terbakar dan menimbulkan trombosis.
Bila penderita dapat mengatasi infeksi luka bakar derajat dua
dapatsembuh dengan meninggalkan cacat berupa parut.Penyembuhan ini
dimulai dari sisa elemen epitel yang masih vital, misalnya sel kelenjar
sebasea, sel basal, sel keringat, atau sel pangkal rambut.Luka bakar derajat
dua yang dalam mungkin meninggalkan parut hipertrofik yang nyeri, gatal,
kaku, dan secara ekstetik sangat jelek. Luka bakar yang derajat tiga yang
dibiarkan sembuh sendiri akan mengalami kontraktur. Bila ini terjadi di
persendian fungsi sendi dapat berkurang atau hilang. Stres atau beban faali
serta hipoperfusi daerah splangnikus pada penderita luka bakar berat dapat
menyebabkan terjadinya tukak di mukosa lambung atau duedonum dengan
gej ala yang sama dengan gej ala tukak peptik. Kelainan ini dikenal dengan
tukak Curling atau stress ulcer. Aliran darah ke lambung berkurang, sehingga
terjadi iskemia mukosa.Bila keadaan ini berlanjut dapat timbul ulkus akibat
nekrosis mukosa lambung.Yang dikhawatirkandari tukak Curling ini adalah
penyulit perdarahan yangtampil sebagai hematemisis dan melena.
MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 10
Fase permulaan luka bakar merupakan fase katabolisme
sehinggakeseimbangan protein menjadi negatif.Protein tubuh banyak hilang
karenaeksudasi, metabolisme tinggi, dan mudah terjadi infeksi.Penguapan
berlebihan dari kulit yang rusak juga memerlukan kalori tambahan.Tenaga
yang diperlukan tubuh pada fase ini terutama didapat dari pembakaran protein
dari otot skelet.Oleh karena itu, penderita menjadi sangat kurus, otot
mengecil, dan berat badan menurun.Kecatatan akibat luka bakar ini sangat
hebat, terutama bila mengenai wajah.Penderita mungkin mengalami beban
kejiwaan berat akibat cacat tersebut, sampai bisa menimbulkan gangguan
jiwa yang disebut schizophrenia post burn.(Sjamsuhidajat, dkk, 2010).

D. Manifestasi Klinis
Dalam manifestasi klinis luka bakar digolongkan dalam
pengklasifikasian.Menurut Sunita Almatsia, (2004) pengklasifikasian luka
bakar adalah sebagai berikut:
1. Kedalaman Luka Bakar
Pengaruh panas terhadap tubuh, di kenal dengan “derajat luka
bakar” I sampai dengan III
a) Derajat I
Adalah luka bakar dimana terjadi kematian pada lapisan atas epidermis
kulit disertai dengan pelebaran pembuluh darah sehingga kulit tampak
kemerah-merahan
b) Derajat II
Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan epidermis dan
dermis sedangkan pembuluh darah dibawah kulit menumpuk dan
mengeras. Selain timbul warna kemerah-merahan pada kulit juga
timbul gelembung-gelembung pada luka.
c) Derajat III
Adalah derajat luka bakar dimana terjadi kerusakan seluruh epitel kulit
(epidermis, dermis, kutis) dan otot pembuluh darah mengalami
nombisit.
2. Luasnya Luka Bakar
Menurut Sunita Almatsia, (2004) Luasnya luka bakar merupakan
luasnya permukaan tubuh yang terkena panas.
Luas luka bakar pada dewasa dihitung menggunakan rumus sembilan
(Rule of nine) yang diprovokasi oleh Wallace, yaitu :
1. Kepala dan leher 9%

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 11


2. Lengan masing-masing 9% 18%

3. Badan depan 18%, badan belakang 18% 36%

4. Tungkai masing-masing 18% 36%


5. Genitatalia/perineum 1%
Total 100%
Pada anak-anak menggunakan tabel dari lund atau Browder yang
mengacu pada ukuran bagian tubuh terbesar pada seorang bayi/anak
(yaitu kepala) (Moenadjat, 2009).
Usia (tahun) 0 1 5 10 15 Dws
A-kepala (muka – 9 1/2 8 1/2 6 1/2 5 1/2 4 1/2 3 1/2
belakang)
B-1 paha (muka belakang) 2 3/4 3 1/4 4 4 1/4 4 1/2 4 3/4

C-1 kakai (muka 2 1/2 2 1/2 2 3/4 3 3 1/4 3 1/2


belakang)

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 12


E. Pathway

F. Pengkajian Kegawatdaruratan
1. Pengkajian Primer
Setiap pasien luka bakar harus dianggap sebagai pasien trauma, karenanya
harus dicek Airway, breathing dan circulation-nya terlebih dahulu.
a) Airway
Apabila terdapat kecurigaan adanya trauma inhalasi, maka segera
pasang Endotracheal Tube (ET). Tanda-tanda adanya trauma inhalasi

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 13


antara lain adalah: terkurung dalam api, luka bakar pada wajah, bulu
hidung yang terbakar, dan sputum yang hitam.
b) Breathing
Eschar yang melingkari dada dapat menghambat pergerakan dada
untuk bernapas, segera lakukan escharotomi. Periksa juga apakah ada
trauma-trauma lain yang dapat menghambat pernapasan, misalnya
pneumothorax, hematothorax, dan fraktur costae.
c) Circulation
Luka bakar menimbulkan kerusakan jaringan sehingga menimbulkan
edema, pada luka bakar yang luas dapat terjadi syok hipovolumik karena
kebocoran plasma yang luas. Manajemen cairan pada pasien luka bakar,
dapat diberikan dengan Formula Baxter.
Formula Baxter
a) Total cairan: 4cc x berat badan x luas luka bakar
b) Berikan 50% dari total cairan dalam 8 jam pertama, sisanya dalam 16
jam berikutnya.
2. Pengkajian sekunder
a) Identitas pasien
Resiko luka bakar setiap umur berbeda: anak dibawah 2 tahun dan
diatas 60 tahun mempunyai angka kematian lebih tinggi, pada umur 2
tahun lebih rentan terkena infeksi. (Doengoes, 2000)
b) Riwayat kesehatan sekarang
- Sumber kecelakaan
- Sumber panas atau penyebab yang berbahaya
- Gambaran yang mendalam bagaimana luka bakar terjadi
- Faktor yang mungkin berpengaruh seperti alkohol, obat-obatan
- Keadaan fisik disekitar luka bakar
- Peristiwa yang terjadi saat luka sampai masuk rumah sakit
- Beberapa keadaan lain yang memeperberat luka bakar
c) Riwayat kesehatan dahulu
Penting untuk menentukan apakah pasien ,mempunyai penyakit
yang merubah kemampuan utuk memenuhi keseimbangan cairan dan daya
pertahanan terhadap infeksi (seperti DM, gagal jantung, sirosis hepatis,
gangguan pernafasan). (Doengoes, 2000)

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 14


G. Diagnosa Keperawatan
1. Defisit volume cairan b.d. peningkatan permeabilitas kapiler dan perpindahan
cairan dari ruang intravaskuler ke ruang interstitial.
2. Bersihan jalan nafas tidak efektif b.d. edema trahea, menurunnya fungsi ciliar
paru akibat injuri inhalasi
3. Perubahan perfusi jaringan perifer b.d. konstriksi akibat luka bakar
4. Resiko tinggi terjadinya infeksi b.d. hilangnya pertahanan kulit, ganggu-an
respon imune, adanya pemasangan kateter (indweling urinary cateter dan
intravenous cateter), dan prosedur invasif (pengambilan sampel darah baik
arteri maupun vena dan bronchoscopy).
5. Nyeri b.d. injury luka bakar, stimulasi ujung-ujung saraf, treatmen dan
kecemasan.
6. Gangguan mobilitas fisik b.d. edema, nyeri, balutan, prosedur pembedahan,
dan kontraktur luka.

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 15


H. Intervensi Keperawatan

No Diagnosa NOC NIC


1. Kekurangan Volume Setelah dilakukan askep selama Fluid management
Cairan berhubungan 3x24 jam cairan adekuat - Pertahankan catatan intake dan
dengan Kegagalan dengan output yang akurat
mekanismeregulasi Kriteria Hasil : - Monitor status hidrasi (
(pengaturan) - Mempertahankan urine kelembaban membran mukosa,
output sesuai dengan usia dan nadi adekuat, tekanan darah
BB, BJ urine normal, HT ortostatik ), jika diperlukan
normal - Monitor vital sign
- Tekanan darah, nadi, suhu - Monitor masukan makanan /
tubuh dalam batas normal cairan dan hitung intake kalori
- Tidak ada tanda tanda harian
dehidrasi, Elastisitas turgor - Kolaborasikan pemberian
kulit baik, membran mukosa cairan IV
lembab, tidak ada rasa haus - Monitor status nutrisi
yang berlebihan - Dorong masukan oral
- Berikan penggantian
nasogatrik sesuai output
- Dorong keluarga untuk
membantu pasien makan
- Tawarkan snack ( jus buah,
buah segar )
- Kolaborasi dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
meburuk
- Atur kemungkinan tranfusi
- Persiapan untuk tranfusi
2. Nyeri b/d Agen Setelah dilakukan Askep
Pain Management
injuri fisik (luka selama 3x24 jam nyeri
- Monitor KU dan vital sign
bakar) berkurang dengan
- Lakukan pengkajian nyeri
Kriteria Hasil :
secara komprehensif termasuk
- Mampu mengontrol nyeri
lokasi, karakteristik, durasi,
(tahu penyebab nyeri, mampu
frekuensi, kualitas dan faktor

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 16


menggunakan tehnik presipitasi
nonfarmakologi untuk - Observasi reaksi nonverbal
mengurangi nyeri, mencari dari ketidaknyamanan
bantuan) - Gunakan teknik komunikasi
- Melaporkan bahwa nyeri terapeutik untuk mengetahui
berkurang dengan pengalaman nyeri pasien
menggunakan manajemen - Kontrol lingkungan yang dapat
nyeri mempengaruhi nyeri seperti
- Mampu mengenali nyeri suhu ruangan, pencahayaan
(skala, intensitas, frekuensi dan kebisingan
dan tanda nyeri) - Kurangi faktor presipitasi
- Menyatakan rasa nyaman nyeri
setelah nyeri berkurang - Pilih dan lakukan penanganan
- Tanda vital dalam rentang nyeri (farmakologi, non
normal farmakologi)
- Ajarkan tentang teknik non
farmakologi
- Lakukan perawatan luka bakar
- Cek riwayat alergi
- Berikan analgetik untuk
mengurangi nyeri
- Berikan analgesik tepat waktu
terutama saat nyeri hebat
- Evaluasi keefektifan kontrol
nyeri
- Tingkatkan istirahat
- Kolaborasikan dengan dokter
jika ada keluhan dan tindakan
nyeri tidak berhasil.
3 Kerusakan integritas Setelah dilakukan tindakan PENGAWASAN KULIT
kulit b/d mekanik keperawatan selama 3x24 jam - Inspeksi kondisi luka operasi
(luka bakar) integritas jaringan: kulit dan - Observasi ekstremitas untuk
mukosa normal dengan warna, panas, keringat, nadi,
indikator: tekstur, edema, dan luka
- temperatur jaringan dalam - Inspeksi kulit dan membran

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 17


rentang yang diharapkan mukosa untuk kemerahan,
- elastisitas dalam rentang panas, drainase
yang diharapkan - Monitor kulit pada area
- hidrasi dalam rentang yang kemerahan
diharapkan - Monitor penyebab tekanan
- pigmentasi dalam rentang - Monitor adanya infeksi
yang diharapkan - Monitor kulit adanya rashes
- warna dalam rentang yang dan abrasi
diharapkan - Monitor warna kulit
- tektur dalam rentang yang - Monitor temperatur kulit
diharapkan - Catat perubahan kulit dan
- bebas dari lesi membran mukosa
- kulit utuh - Monitor kulit di area
kemerahan
MANAJEMEN TEKANAN
- Tempatkan pasien pada
terapeutic bed
- Elevasi ekstremitas yang
terluka
- Monitor status nutrisi pasien
- Monitor sumber tekanan
- Monitor mobilitas dan
aktivitas pasien
- Mobilisasi pasien minimal
setiap 2 jam sekali
- Back rup
- Ajarkan pasien untuk
menggunakan pakaian yang
longgar
4 Resiko Infeksi Setelah dilakukan askep selama Infection Control (Kontrol
- 3x24 jam tidak terjadi infeksi infeksi)
dengan - Monitor Ku dan Vital sign
Kriteria Hasil : - Bersihkan lingkungan setelah
- Klien bebas dari tanda dan dipakai pasien lain
gejala infeksi - Pertahankan teknik isolasi

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 18


- Menunjukkan kemampuan - Batasi pengunjung bila perlu
untuk mencegah timbulnya - Instruksikan pada pengunjung
infeksi untuk mencuci tangan saat
- Jumlah leukosit dalam batas berkunjung dan setelah
normal berkunjung meninggalkan
- Menunjukkan perilaku hidup pasien
sehat - Gunakan sabun antimikrobia
untuk cuci tangan
- Cuci tangan setiap sebelum
dan sesudah tindakan
keperawtan
- Gunakan baju, sarung tangan
sebagai alat pelindung
- Pertahankan lingkungan
aseptik selama pemasangan
alat
- Ganti letak IV perifer dan line
central dan dressing sesuai
dengan petunjuk umum
- Tingktkan intake nutrisi
- Berikan terapi antibiotik bila
perlu
Infection Protection (proteksi
terhadap infeksi)
- Monitor tanda dan gejala
infeksi sistemik dan lokal
- Monitor hitung granulosit,
WBC
- Monitor kerentanan terhadap
infeksi
- Saring pengunjung terhadap
penyakit menular
- Partahankan teknik aspesis
pada pasien yang beresiko
- Pertahankan teknik isolasi k/p

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 19


- Berikan perawatan kulit pada
area luka bakar
- Inspeksi kulit dan membran
mukosa terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Ispeksi kondisi luka bakar
- Dorong masukkan nutrisi yang
cukup
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Instruksikan pasien untuk
minum antibiotik sesuai resep
- Ajarkan pasien dan keluarga
tanda dan gejala infeksi
- Ajarkan cara menghindari
infeksi
- Laporkan kecurigaan infeksi
- Laporkan kultur positif

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 20


BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN KEGAWATDARURATAN

PENGKAJIAN

Tanggal/Jam : 19.02.2019 jam 15.00

A. IDENTITAS
Nama : Tn. A
Usia : 28 tahun
JenisKelamin : laki-laki
Agama : Islam
Pekerjaan : Wiraswasta
Suku/Bangsa : Jawa-Indonesia
Tanggal masuk : 19/02/19
Tanggal pengkajian : 19/02/19
No Register/CM : 464834
Diagnosa medik : Combustio Listrik
Sumber biaya : Gaji
IDENTITAS PENANGGUNG JAWAB :
Nama : Ny. S
Usia : 27 tahun
Jeniskelamin : Perempuan
Pekerjaan : Ibu rumah tangga
Hubungan dengan pasien : Istri

B. B. KEADAAN PASIEN SECARA UMUM


Keadaan umum : lemah
Kesadaran : composmentis, GCS : E : 4, V : 5, M : 6
Pasien tampak gelisah, merintih kesakitan, terdapat luka bakar dibeberapa
anggota badan : dipaha kanan 9%, paha kiri 9%, tangan kanan 9 %, tangan kiri 9
%, di kemaluan 1 % serta terdapat vulnus eksorasi di bagian dada dan wajah.

C. KELUHAN UTAMA/ALASAN MASUK RS


Pasien mengatakan nyeri seperti terbakar diseluruh tubuh.

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 21


D. PENGKAJIAN PRIMER
a. Airway
Pada jalan nafas tidak terdapat sekret. Tidak terdapat obstruksi jalan
nafas, reflek mual-muntah ada. Tidak terdapat bunyi tambahan (gurgling dan
stridor).
a. Breathing
Nafas spontan, pergerakan dinding dada simetris, RR : 19x/menit,
tidak ada sesak nafas, tidak ada penggunaan otot-otot pernapasan, tidak ada
otot bantu nafas, tidak ada pernapasan cuping hidung, pernafasan
menggunakan pernafasan dada, pola nafas teratur, perkusi sonor diseluruh
lapang paru, suara nafas vesikuler.
b. Circulation
Nadi teraba 98x/menit, TD : 140/79 mmHg, pasien tampak pucat,
mukosa bibir kering, tidak sianosis, akral dingin, tidak ada perdarahan, turgor
kulit elastics, CRT > 2 detik.
c. Disability
Kesadaran : CM, GCS : E4M6V5, besar pupil kanan 2 mm, kiri 2 mm,
ada reaksi terhadap cahaya.
d. Eksposure
Pasien mengalami luka bakar derajat III, dimana luka bakar mengenai
seluruh bagian dermis dan bagian lapisan lemak. Organ-organ folikel rambut,
kelenjar keringat kelenjar sebasea mengalami kerusakan. Terdapat luka
bakar dibeberapa anggota badan: dipaha kanan 9%, paha kiri 9%, tangan
kanan 9 %, tangan kiri 9 %, di kemaluan 1 % serta terdapat vulnus eksorasi
di bagian dada dan wajah. Menurut tingkat keseriusan luka bakar, jenis luka
bakar pasien termasuk dalam luka bakar mayor.

E. PENGKAJIAN SEKUNDER
a. Keluhan Utama
Pasien mengatakan nyeri seperti terbakar diseluruh tubuh.
b. Riwayat Penyakit Sekarang
Pukul 14.30 saat pasien bekerja memasang atap baja ringan di rumah
tetangganya pasien kesetrum hingga terpental dan pingsan. Keadaan ini
menyebabkan luka bakar dibeberapa anggota badan: dipaha kanan 9%, paha kiri
9%, tangan kanan 9 %, tangan kiri 9 %, di kemaluan 1 % serta terdapat vulnus

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 22


eksorasi di bagian dada dan wajah. Oleh keluarga pasien dibawa ke UGD RSUD
KRMT Wongsonegoro Semarang. Saat ini pasien mengtakan nyeri seperti
terbakar di seluruh tubuhnya dan tenggorokanya kering seperti merasakan haus
yang berlebihan.
e. Riwayat Penyakit Dahulu
Pasien mengatakan sebelumnya tidak pernah dirawat di Rumah Sakit dan
tidak pernah megalami penyakit lainnya seperti hipertensi, jantung DM, dst.
f. Riwayat Kesehatan Keluarga
Menurut istri Tn A tidak ada keluarga pasien yang menderita penyakit
degenerative seperti hipertensi, DM, jantung dan penyakit lainnya.
f. Anamnesa Singkat
Allergies : pasien tidak memiliki riwayat alergi
Medikasi : pasien belum pernah minum obat analgetik.
Past Ilness : sebelumnya Tn.A belum pernah dirawat di rumah sakit.
Last Meal : Tn.A terakhir makan tadi pagi pukul 07.00 WIB
Event of injury : Pukul 14.30 saat pasien bekerja memasang atap baja ringan di
rumah tetangganya pasien kesetrum hingga terpental dan pingsan.
g. Pemeriksaan Fisik
a. Kepala: bentuk mesocephal, rambut hitam bergelombang, tidak terdapat
benjolan diarea kepala.
b. Mata : konjungtiva anemis, skelera tidak ikterik, buka mata spontan,
berkedip.
c. Hidung : tidak ada polip, simetris, bersih.
d. Mulut : membrane mukosa kering, gigi bersih tidak terdapat caries gigi.
e. Leher : tidak terdapat pembesaran kelenjar limfe, tidak ada peningkatan
JVP, arteri karotis teraba.
f. Dada
a) Paru-paru
Inspeksi : terdapat luka lecet di dada kanan dan kiri,
pengembangan dinding dada simetris kanan dan kiri, terpasang oksigen 3
liter/menit.
Palpasi : tactil fremitus kiri dan kanan teraba
Perkusi : suara sonor di kedua lapang paru
Auskultasi : tidak ada terdengar suara ronkhi/wheezing.

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 23


b) Jantung
Inspeksi : Tidak ada jaringan parut
Palpasi : Tidak ada pembesaran pada jantung
Perkusi : Terdapat sonor
Auskultasi : Ictus cordis ada di IC IV - V sinistra
c) Abdomen
Inspeksi : Bentuk datar, tidak ada lesi, tidak ada bekas operasi.
Auskultasi : Peristaltik usus 10x per menit.
Perkusi : Terdapat suara thympani
Palpasi : Tidak ada pembesaran massa, tidak ada nyeri tekan,
tidak ada pembesaran heppar, tidak ada pembesaran lien.
g. Ekstremitas
 Atas : akral dingin, Nadi : 98x/menit, pulsasi nadi kuat, CRT > 2 detik,
turgor kulit elastis, di tangan kanan dan kiri terdapat luka bakar masing-
masing 9 %, kulit tampak mengelupas dari lengan hingga jari-jari tangan.
Lengan tampak kaku dan tidak bisa digerakkan. Pasien terpasang Infus RL
di lengan tagan kanan.
 Bawah : akral dingin, warna kulit pucat, kaki kanan dan kiri terdapat luka
bakar, kulit mengelupas dari paha bagian atas hingga telapak kaki bagian
bawah, CRT > 2 detik,
h. Genetalia
Terdapat luka bakar 1% di scrotum dan terdapat bula.
h. Eliminasi
Pasien mengatakan BAK terakhir 2 jam yang lalu, tidak ada masalah saat BAK,
warna urine kuning jernih.
Pasien mengatakan biasanya BAB 1 kali sehari, namun hari ini belum BAB.
i. Nutrisi dan Cairan
Pasien mengatakan tidak mual dan tidak muntah. Pola makan 2 kali sehari,
minum 2 botol air mineral/hari sekitar 200 mL.

F. PEMERIKSAAN PENUNJANG
19 Febuari 2019 jam 15.30 WIB
EKG : sinus takikardi
Rontgen Thorax :Gambaran Bronkopneumonia

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 24


Pemeriksaanlaboratorium
PEMERIKSAAN HASIL NILAI NORMAL
HEMATOLOGI
Hemoglobin 9.3 gr/dl 13.2-17.3
Hematokrit 42 % 40-52
Leukosit 13,7 /uL 3.8-10.6
Trombosit 178/uL 150-400

KIMIA KLINIK
HDL/LDL CHOLESTEROL
HDL Kolesterol 32,0 mg/dL > 45
LDL Kolesterol 279 Normal : < 120
Boderline High : 120-159
High : > 160
GDS 145 mg/dL 70 - 110
Ureum 40,7 mg/dL 17,0 - 43,0
Creatinin 0,8 mg/dL 0,8 - 1,1
AsamUrat 9,2 mg/dL 2,4 - 7,4
Kolesterol Total 344 mg/dL < 200
Trigliserida 270 mg/dL < 150
SGOT 5077 U/L 0-50
SGPT 511 U/L 0-50
CKMB 24035 U/L 0 - 24
Albumin 3,7 g/dl 2,4 - 4,8
Natrium 127,0 mmol/L 135,0 - 147,0
Kalium 6,80 mmol/L 2,50 - 5,0
Calsium 0,80 mmol/L 1,12 - 1,32
IMUNOLOGI
HBsAgKualitatif negatif negatif

G. TERAPI MEDIS
a. Infus RL 500 cc
b. Ceftriaxone 2x1
c. Methylprednisolon 2x1
d. Bisoprolol 1x2,5

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 25


H. ANALISA DATA
NO. TGL/JAM SYMTOM ETIOLOGI PROBLEM
1. 19.02.2019 DS : Nyeri Agen cidera
16.00 - Pasien mengatakan nyeri seperti fisik
terbakar diseluruh tubuh.
- Pasien mengatakan saat bekerja
memasang atap baja ringan di rumah
tetangganya ia kesetrum hingga
terpental dan pingsan.
DO :
TD : 140/79 mmHg, Nadi :
98x/menit, Suhu : 37’C, RR : 19
x/menit
- Pasien tampak gelisah,
merintih kesakitan, terdapat luka
bakar dibeberapa anggota badan : di
paha kanan 9%, paha kiri 9%,
tangan kanan 9 %, tangan kiri 9 %,
di kemaluan 1 % serta terdapat
vulnus eksorasi di bagian dada dan
wajah.
P : saat badan digerakkan
Q : panas, seperti terbakar
R : diseluruh tubuh
S :6
T : hilang-timbul

2. 19.02.2019 DS : Pasien mengatakan terasa ingin Resti kekurangan kehilangan


16.20 minum terus-menerus. volume cairan cairan aktif
DO :
Pada pemeriksaan fisik didapat : akral

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 26


dingin, CRT > 2 detik
a. Mata : konjungtiva anemis, skelera
tidak ikterik, buka mata spontan,
berkedip.
b. Mulut : membrane mukosa bibir
kering, gigi bersih tidak terdapat
caries gigi, bibir tampak pucat
Hasil pemeriksaan laboratorium
a. Hemoglobin 9.3 gr/dl
b. Leukosit 13,7 /uL
c. GDS145 mg/dL
d. SGOT 5077 U/L
e. SGPT 511 U/L
f. Natrium 127,0 mmol/L
g. Kalium 6,80 mmol/L
h. Calsium 0,80 mmol/L

I. DIAGNOSA KEPERAWATAN DAN PRIORITAS DIAGNOSA


1. Nyeri berhubungan dengan agen cidera fisik.
2. Resti kekurangan volume cairan berhubungan dengan kehilangan cairan aktif

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 27


J. RENCANA KEPERAWATAN

NO TGL/JAM Tujuan dan Kriteria Hasil Intervensi


DP

1 19.02.2019 NOC : 1. Lakukan pengkajian nyeri secara


16.45 Pain Level, komprehensif termasuk lokasi,
Pain Control, karakteristik, durasi, frekuensi,
Comfort Level kualitas dan faktor presipitasi
Setelah dilakukan tindakan 2. Observasi reaksi nonverbal dari
keperawatan selama 1 x 7 jam ketidaknyamanan
diharapkan pasien tidak 3. Bantu pasien dan keluarga untuk
mengalami nyeri, dengan kriteria mencari dan menemukan dukungan
hasil : 4. Kontrol lingkungan yang dapat
- Mampu mengontrol nyeri mempengaruhi nyeri seperti suhu
(tahu penyebab nyeri, ruangan, pencahayaan dan kebisingan
mampu menggunakan 5. Kurangi faktor presipitasi nyeri
tehnik nonfarmakologi 6. Kaji tipe dan sumber nyeri untuk
untuk mengurangi nyeri, menentukan intervensi
mencari bantuan) 7. Ajarkan tentang teknik non
- Melaporkan bahwa nyeri farmakologi: napas dala, relaksasi,
berkurang dengan distraksi, kompres hangat/ dingin
menggunakan manajemen 8. Berikan analgetik untuk mengurangi
nyeri nyeri: ……...
- Mampu mengenali nyeri 9. Tingkatkan istirahat
(skala, intensitas, frekuensi 10. Berikan informasi tentang nyeri
dan tanda nyeri) seperti penyebab nyeri, berapa lama
- Menyatakan rasa nyaman nyeri akan berkurang dan antisipasi
setelah nyeri berkurang ketidaknyamanan dari prosedur
Tanda vital dalam rentang 11. Monitor vital sign sebelum dan
normal sesudah pemberian analgesik pertama
- Tidak mengalami gangguan kali
tidur

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 28


2 19.02.2019 Setelah dilakukan tindakan
16.45 keperawatan selama 1 x 7 jam,
diharapkan volume cairan 1. Monitor TTV dengan memasang
adekuat yang ditandai dengan : bedsite monitor
- Turgor kulit baik 2. Monitor status hidrasi (kelembapan
- Membran mukosa mukosa, nadi adekuat, tekanan
lembab darah ortostatik) dan keluaran urine.
- Tidak ada rasa haus yang 3. Beri O2 3 lpm
berlebihan 4. Pasang IV line dengan cairan infuse
- Hasil lab dalam rentang loading RL 500 cc
normal 5. Ambil darah untuk pemeriksaan
laboratorium
6. Beri terapi sesuai advis dokter
7. Lakukan EKG
8. Bersihkan luka menggunakan cairan
Nacl 0,9 % dan salep burnazine
9. Kolaborasi dengan dokter jika tanda
cairan berlebih muncul
10. Kolaborasi dengan dokter untuk
hasil laboratorium

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 29


K. IMPLEMENTASI EVALUASI

NO. TGL/JAM IMPLEMENTASI EVALUASI TTD


DP
1 19.02.2019 1. Melakukan pengkajian nyeri secara S : Pasien mengatakan Erna,
18.30 komprehensif termasuk lokasi, tubuh masih merasakan Asih,
karakteristik, durasi, frekuensi, nyeri seperti terbakar Yensy,
kualitas dan faktor presipitasi diseluruh tubuh setelah Nuny
2. Mengobservasi reaksi nonverbal dari melakukan latihan
ketidaknyamanan tekhnik relaksasi nafas
3. Mengkaji tipe dan sumber nyeri dalam.
untuk menentukan intervensi O:
4. Mengajarkan tentang teknik non TD : 140/79 mmHg,
farmakologi: napas dalam, relaksasi, Nadi : 98x/menit, Suhu
distraksi, kompres hangat/ dingi : 37’C, RR : 19 x/menit
5. Mengkolaborasikan untuk pemberian - Pasien merintih
terapi analgetik untuk mengurangi kesakitan menahan
nyeri: nyeri.
P : saat badan
digerakkan
Q: panas, seperti
terbakar
R : diseluruh tubuh
S:5
T : hilang-timbul

2 19.02.2019 1. Memonitor TTV dengan memasang S : Pasien mengatakan


18.40 bedsite monitor tenggorokanya kering
2. Memonitor status hidrasi dan masih merasakan
(kelembapan mukosa, nadi adekuat, haus yang berlebihan. Erna,
tekanan darah ortostatik) dan O: Asih,
keluaran urine. Keadaan umum lemah, Yensy,
3. Memberikan O2 3 lpm kes : composmentis, Nuny
4. Memasang IV line dengan cairan akral dingin, pasien
infuse loading RL 500 cc tampak kesakitan,

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 30


5. Mengambil darah untuk pemeriksaan pasien tampak pucat
Darah Rutin dan Kimia Lengkap E : 4, V : 5 , M : 6
6. Memberikan terapi injeksi TD : 140/79 mmHg,
Ceftriaxone 1 gr, Injeksi Nadi : 98x/menit,
methylprednisolon 125 mg dan RR : 24 x/menit
memberikan obat Bisoprolol 2,5 mg S : 37,50C
7. Melakukan EKG SPO2 : 98 %, urine
8. Membersihkan luka menggunakan keluar 250 cc warna
cairan Nacl 0,9 % dan salep kuning keruh dan
burnazine dan balut dengan pekat.
menggunakan kassa tertutup A : masalah
9. Mencatat seluruh hasil pemeriksaan kekurangan volume
dan melaporkan kepada dokter untuk cairan berhubungan
melakukan pemeriksaan lanjutan dengan kehilangan
sebelum ditransfer keruang cairan aktif belum
pengawasan teratasi
P:
Lanjukan intervensi
untuk
1. Tetap berikan cairan
per oral untuk
mencegah dehidrasi
2. Monitor balance
cairan setelah
diberikan rehidrasi
3. Pasien pindah
keruangan

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 31


BAB IV
PEMBAHASAN

Berdasarkan penelitian yang dilakukan Berdasarkan penelitian yang dilakukan


Tutik Rahayuningsih, S. Kep.,Ns. Dengan judul Penatalaksanaan luka bakar
(combustio) pada tahun 2012 adalah Untuk klien dengan luka yang luas, maka
penanganan pada bagian emergensi akan meliputi reevaluasi ABC (jalan nafas,
kondisi pernafasan, sirkulasi ) dan trauma lain yang mungkin terjadi; resusitasi cairan
(penggantian cairan yang hilang); pemasangan kateter urine; pemasangan nasogastric
tube (NGT); pemeriksaan vital signs dan laboratorium; management nyeri;
propilaksis tetanus; pengumpulan data; dan perawatan luka.
Berikut adalah penjelasan dari tiap-tiap penanganan tersebut, yakni sebagai berikut.
a. Reevaluasi jalan nafas, kondisi pernafasan, sirkulasi dan trauma lain yang
mungkin terjadi.
Menilai kembali keadaan jalan nafas, kondisi pernafasan, dan sirkulasi
untuk lebih memastikan ada tidaknya kegawatan dan untuk memastikan
penanganan secara dini. Selain itu melakukan pengkajian ada tidaknya trauma
lain yang menyertai cedera luka bakar seperti patah tulang, adanya perdarahan
dan lain-lain perlu dilakukan agar dapat dengan segera diketahui dan ditangani.
b. Resusitasi cairan (penggantian cairan yang hilang)
Bagi klien dewasa dengan luka bakar lebih dari 15 %, maka resusitasi
cairan intravena umumnya diperlukan. Pemberian intravena perifer dapat
diberikan melaui kulit yang tidak terbakar pada bagian proximal dari ekstremitas
yang terbakar. Sedangkan untuk klien yang mengalami luka bakar yang cukup
luas atau pada klien dimana tempat – tempat untuk pemberian intravena perifer
terbatas, maka dengan pemasangan kanul (cannulation) pada vena central
(seperti subclavian, jugular internal atau eksternal, atau femoral) oleh dokter
mungkin diperlukan.
Luas atau persentasi luka bakar harus ditentukan dan kemudian
dilanjutkan dengan resusitasi cairan. Resusitasi cairan dapat menggunakan
berbagai formula yang telah dikembangkan.
c. Pemasangan kateter urine
Pemasangan kateter harus dilakukan untuk mengukur produksi urine
setiap jam. Output urine merupakan indikator yang reliable untuk menentukan
keadekuatan dari resusitasi cairan.

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 32


d. Pemasangan nasogastric tube (NGT)
Pemasangan NGT bagi klien LB 20 % -25 % atau lebih perlu dilakukan
untuk mencegah emesis dan mengurangi resiko terjadinya aspirasi. Disfungsi
ganstrointestinal akibat dari mengenai sekeliling ekstremitas, maka meninggikan
bagian ekstremitas diatas jantung akan membantu menurunkan edema dependen;
walaupun demikian gangguan sirkulasi masih dapat terjadi. Oleh karena
pengkajian yang sering terhadap perfusi ekstremitas bagian distal sangatlah
penting untuk dilakukan.
e. Pemeriksaan vital signs dan laboratorium
Vital signs merupakan informasi yang penting sebagai data tambahan
untuk menentukan adekuat tidaknya resuscitasi.
f. Pemeriksaan laboratorium dasar akan meliputi pemeriksaan gula darah, BUN
(blood ures nitrogen), creatini, elektrolit serum, dan kadar hematokrit. Kadar gas
darah arteri (analisa gas darah), COHb juga harus diperiksa, khususnya jika
terdapat injuri inhalasi. Tes-tes laboratorium lainnya adalah pemeriksaan x-ray
untuk mengetahui adanya fraktur atau trauma lainnya mungkin perlu dilakukan
jika dibutuhkan. Monitoring EKG terus menerus haruslah dilakukan pada semua
klien dengan LB berat, khususnya jika disebabkan oleh karena listrik dengan
voltase tinggi, atau pada klien yang mempunyai riwayat iskemia jantung atau
dysrhythmia.
g. Management nyeri
Penanganan nyeri dapat dicapai melalui pemberian obat narcotik
intravena, seperti morphine. Pemberian melalui intramuskuler atau subcutan
tidak dianjurkan karena absorbsi dari jaringan lunak tidak cukup baik selama
periode ini bila hipovolemia dan perpindahan cairan yang banyak masih terjadi.
Demikian juga pemberian obat-obatan untuk mengatasi secara oral tidak
dianjurkan karena adanya disfungsi gastrointestial.
h. Perawatan luka
Luka yang mengenai sekeliling ekstremitas dan torak dapat mengganggu
sirkulasi dan respirasi, oleh karena itu harus mendapat perhatian. Komplikasi ini
lebih mudah terjadi selama resusitasi, bila cairan berpindah ke dalam jaringan
interstitial berada pada puncaknya. Pada LB yang mengenai sekeliling
ekstremitas, maka meninggikan bagian ekstremitas diatas jantung akan
membantu menurunkan edema dependen; walaupun demikian gangguan

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 33


sirkulasi masih dapat terjadi. Oleh karena pengkajian yang sering terhadap
perfusi ekstremitas bagian distal sangatlah penting untuk dilakukan.
Perawatan luka dibagian emergensi terdiri dari penutupan luka dengan
sprei kering, bersih dan baju hangat untuk memelihara panas tubuh. Klien
dengan luka bakar yang mengenai kepala dan wajah diletakan pada posisi kepala
elevasi dan semua ekstremitas yang terbakar dengan menggunakan bantal
sampai diatas permukaan jantung. Tindakan ini dapat membantu menurunkan
pembentukan edema dependent. Untuk LB ringan kompres dingin dan steril
dapat mengatasi nyeri. Kemudian dibawa menuju fasilitas kesehatan.
Begitu juga penatalaksanan yang dilakukan terhadap klien kami Tn. A yang
mengalami luka bakar grade 3 (mengenai seluruh bagian dermis dan bagian lapisan
lemak) tindakan yang dilakukan pertama kali adalah pemberian O2 3 liter permenit,
pemasangan infuse RL loading 500 cc.
Dan hal ini di dukung pula oleh penelitian yang dilakukan oleh syafri kamsul
arif tentang manajemenpemberian cairan pada klien dengan luka bakar tahun 2009
adalah Pasien luka bakar memerlukan resusitasi cairan dengan volume yang besar
segera setelah trauma. Resusitasi cairan yang tertunda atau yang tidak adekuat
merupakan resiko yang independen terhadap tingkat kematian pada pasien dengan
luka bakar yang berat15. Tujuan dari resusitasi pasien luka bakar adalah untuk tetap
menjaga perfusi jaringan dan meminimalkan edema interstitial.
Pemberian volume cairan seharusnya terus menerus dititrasi untuk
menghindari terjadinya resusitasi yang kurang atau yang berlebihan. Pemberian
volume cairan yang besar ditujukan untuk menjaga perfusi jaringan, namun jika
berlebihan dapat menyebabkan terjadinya udema dan sindrom kompartemen pada
daerah abdomen dan ekstremitas. Paru paru dan kompartemen jaringan akan
dikorbankan untuk meningkatkan fungsi ginjal, yang bermanifestasi sebagai udema
post resusitasi, kebutuhan trakeostomi, kebutuhan fasciotomi pada ektremitas bawah,
dan kompartemen sindrome pada abdomen. Sampai saat ini belum ada kesepakatan
tentang jenis cairan yang harus digunakan untuk resusitasi luka bakar, namun setiap
jenis cairan masing masing mempunyai keuntungan dan kerugian tergantung kondisi
pasien. Yang paling penting adalah apapun jenis cairan yang diberikan, volume
cairan dan garam yang adekuat harus diberikan untuk menjaga perfusi jaringan dan
memperbaiki hemostasis. Bufer cairan kristaloid seperti ringer lactate merupakan
cairan yang paling popular untuk resusitasi sampai saat ini.

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 34


BAB V
PENUTUP
A. Kesimpulan
Luka bakar merupakan respon kulit terhadap suatu rangsangan dari luar
berupa suhu panas yang mengakibatkan kerusakan jaringan dan sitem
metabolisme tubuh.
Respon luka bakar terhadap tubuh bergantung pada kondisi kedalaman
dan luas luka nakar. Semakin luas cedera akan mempengaruhi respons sistemik
baik kardiovaskuler, pernapasan, kondisi cairan elektrolit, dan gastrointestinal.
Penanganan yang cepat dan tepat akan membantu memperkecil derajat luka.
Perawatan luka bakar tertutup dan terbuka membantu proses perbaikan luka.
Keberhasilan perawatan luka bakar terbuka dilakukan dengan mempertahankan
lingkungan tetap bersih dan kondusif. Penggunaan APD saat perawatan sangat
diperlukan. Para pengunjung dianjurkan menggenakan hubah dan tidak
menyentuh ranjang pasien atau memberikan makan melalui tangan pasien secara
langsung untuk meminimalkan terjadinya infeksi. Pasien yang sudah mulai stabil
keadaanmya memerlukan fisioterapi untuk mempelancar peredaran darah dan
mencegah kekauan sendi.

B. Saran
Berdasarkan kesimpulan di atas, maka penulis mengemukakan beberapa saran :
Saran Untuk Perawat
1. Diharapkan seorang Perawat agar dapat lebih profesional dengan pengetahuan
dan ketrampilan yang dimiliki sehingga dapat melakuan penanganan luka
bakar dengan cepat dan tepat.
2. Diharapkan seorang perawat harus lebih terampil dan selalu siap dalam
memberikan pelayanan kesehatan khususnya dalam mendiagnosis suatu
masalah yang di hadapi pasiennya agar tindakan dan pengobatan cepat dan
tepat sesuai kebutuhan klien.
3. Diharapkan seorang perawat dalam melaksanakan tugasnya di perlukan adanya
kerjasama antar tim dan diperlukan ketersediaan prasarana yang memadai
dalam meningkatkan mutu pelayanan asuhan pada klien.

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 35


DAFTAR PUSTAKA
Arif Muttaqin. 2011. Asuhan Keperawatan Gangguan Sistem Integumen. Jakarta.
Salemba Medika

DR. Sunita Almatsia, M.SC. 2004. Penuntun Diet. PT Gramedia Pustaka Utama

Pierce A. Grace & Neil R. Borley. 2006. At Glace Ilmu Bedah. Surabaya. Erlangga

Musliha. 2010. Keperawatan Gawat Darurat Plus Contoh Askep Dengan Pendekatan
Nanda Nic Noc. Yogyakarta. Nuha Medika

Marylin E. Doenges. (2000). Rencana Asuhan Keperawatan: Pedoman Untuk


Perencanaandan Pendokumentasian Perawatan Pasien Edisi 3. Penerbit Buku
Kedoketran EGC. Jakarta

R. Sjamsuhidajat. 2010. Buku Ajar Ilmu Bedah. Jakarta. EGC

Black & Hawk.2009. Keperawatan Medikal Bedah Ed. 8 Buku 2. Singapore: Elsevier

Kowalak, Jennifer P. 2011. Buku Ajar Patofisiologi. Jakarta: EGC

Moore, Keith L. dkk.2013. Anatomi Berorientasi Klinis Ed. 5 Jilid 1. Jakarta:


Penerbit Erlangga

Willkinson, Judith M. 2011. Buku Saku Diagnosa Keperawatan. Jakarta: EGC

NANDA, 2012-2014, Panduan Diagnosa Keperawatan: Prima Medika

A. Aziz Alimul Hidayat. (2008). Keterampilan Dasar Praktik Klinik Cetakan


II.Jakarta : Salemba Mardika.

Cecily Lynn Betz & Linda A. Sowden. 2009. Buku Saku Keperawatan Pediatri ed5.
Jakarta : EGC

Corwin, Elisabeth J. 2009. Buku Saku Patofisiologi Corwin.Jakarta : EGC

Herdman, Heater. 2012. Nursing Diagnoses Definition and Classification 2012-


2014.Jakarta : EGC

Nurarif & Kusuma.2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa


Medis dan NANDA NIC-NOC. Yogyakarta: MediAction

Smeltzer, Suzanne C, Bare, Brenda G. 2008. Keperawatan Medikal-Bedah Edisi


8.Jakarta : EGC.

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 36


LAMPIRAN

REVIEW JURNAL

NO KOMPONEN ISI

1 Pengarang dan tahun Kadek Agustini Aryani, 2014


penelitian

2 Judul Pemberian Teknik Relaksasi Pernafasan Pada


Terapi Latihan Pasif Menurunkan Intensitas
Nyeri Pada Pasien Luka Bakar Derajat II Di
RSUP Sanglah Denpasar.

3 Latar belakang / alasan Di Indonesia hingga saat ini belum ada angka
diteliti statistik yang menyebutkan data korban luka
bakar secara akurat. Berdasarkan hasil survei
Asosiasi Luka Bakar Indonesia (ALBI) dari
beberapa rumah sakit di lima kota besar di
Indonesia menunjukkan angka kematian akibat
luka bakar pada tahun 2002 cukup tinggi yaitu
sebesar 36,25% atau 835 jiwa dari 2303 jiwa.
Berdasarkan data dua tahun terakhir yang
diperoleh dari RSUP Sanglah Denpasar
menunjukan jumlah pasien luka bakar yang
dirawat pada tahun 2008 sebanyak 66 pasien,
tahun 2009 sebayak 70 pasien. Dari jumlah
pasien yang dirawat tersebut sebagian besar
menderita luka bakar derajat II, tahun 2008
sebanyak 58 pasien, tahun 2007 sebanyak 54
pasien.

4 Tujuan penelitian Mengetahui pengaruh pemberian tehnik relaksasi


pernafasan pada pasien luka bakar

5 Manfaat Memberikan pengetahuan tentang bahaya luka


bakar dan penanganan yang tepat.
6. Jenis penelitian Kuantitatif

7. Rancangan penelitian / Penelitian ini merupakan penelitian experimental,


desain menggunakan desain randomized pre test and
post test control group design

8. Populasi Pasien luka bakar

9. Sampel 24 orang

10. Teknik sampling Penelitian ini menggunakan randomized

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 37


sampling.

11. Hasil Hasil penelitian perbedaan kelompok eksperimen


dan kelompok kontrol dengan terapi latihan pasif
dan tehnik relaksasi pernafasan. diperoleh Hasil
nilai t didapatkan nilai t sebesar 34,51 dengan
nilai rata-rata sebesar 50,33, p sebesar 0,00
(p<0,05) hasil tersebut menunjukkan H0 ditolak
yang artinya terapi latihan pasif
efektif menurunkan nyeri pada luka bakar derajat
II. Pada intervensi teknik relaksasi
pernafasan dan terapi latihan pasif didapatkan
nilai t sebesar 63,44, rata-rata sebesar
66,50, p sebesar 0,00 (p<0,05) menunjukkan H0
ditolak yang artinya teknik relaksasi
pernafasan dan terapi latihan pasif efektif
menurunkan intensitas nyeri luka bakar
derajat II.
Maka hasil penelitian ini menunjukkan ada
perbedaan pengaruh yang bermakna dimana
intervensi teknik relaksasi pernafasan pada terapi
latihan pasif lebih efektif menurunkan nyeri luka
bakar derajat II karean dari hasil penelitian
didapat rata-rata selisih penurunan intensitas
nyeri sebesar 66,50 sedangkan pada intervensi
terapi latihan pasif didapat rata-rata selisih
penurunan intensitas nyeri sebesar 50,33.

12. Kesimpulan Ada perbedaan yang signifikan antara terapi


latihan pasif dengan tehnik relaksasi pernafasan
terhadap penurunan intensitas nyeri pada pasien
luka bakar.

13. Saran Masih diperlukan penelitian lebih lanjut tentang


terapi latihan pasif sebagai salah satu terapi
komplementer dapat hasil yang mempunyai
tingkat keefektifan lebih baik serta peningkatan
pelayanan oleh profesi keperawatan terkait hasil
penelitian merekomendasikan tehnik relaksasi
pernafasan efektif untuk dapat digunakan atau
diaplikasikan dalam menurunkan intensitas nyeri
pada pasien luka bakar.

MAKALAH SEMINAR KEGAWATDARURATAN PADA COMBUSTIO 38

Anda mungkin juga menyukai