Anda di halaman 1dari 24

RUMAH SAKIT UMUM BANYUMANIK 2

Jalan Perintis Kemerdekaan No.57, Banyumanik,


Kec. Banyumanik, Kota Semarang, Jawa Tengah 50265
Telp. (026) 7466525; Email: rsubanyumanik2semarang@gmail.com

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BANYUMANIK 2 SEMARANG


NOMOR : 343/PER/RSUB2/II/2021

TENTANG

PANDUAN PASIEN TERMINAL


DI RUMAH SAKIT UMUM BANYUMANIK 2 SEMARANG

DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BANYUMANIK 2 SEMARANG

Menimbang : a. bahwa untuk menjamin mutu pelayanan yang sesuai denga kebutuhan
pasien dan memenuhi hak pasien, khususnya dalam tahap terminal
perlu diberikan asuhan yang komprehesif;

b. bahwa asuhan yang komprehesif pada pasien terminal bertujuan agar


pasien mendapatkan kenyamanan dan pelayanan yang bermartabat,
penuh hormat, serta kasih sayang menjelang akhir kehidupannya;

c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud dalam huruf


a, dan b, menetapkan Keputusan Direktur tentang Panduan Pasien
Tahap Terminal di Rumah Sakit Umum Banyumanik 2 Semarang

Mengingat : 1. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 29 Tahun 2004 tentang


Praktik Kedokteran;

2. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun 2009 tentang


Kesehatan;

3. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun 2009 tentang


Rumah Sakit;

4. Undang-Undang Republik Indonesia Nomor 38 Tahun 2014 tentang


Keperawatan;

5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 11 tahun


2017 tentang Keselamatan Pasien tentang Rekam Medis;

6. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


269/MENKES/PER/III/2008;

7. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


290/MENKES/PER/III/2008 tentang Persetujuan Tindakan
Kedokteran;

8. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 tahun


2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit;

9. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor


129/MENKES/SK/II/2008 tentang Standar Pelayanan Minimal Rumah
Sakit;

10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor 34 Tahun


2017 tentang Akreditasi Rumah Sakit;

i
11. Keputusan Badan Pengurus Yayasan Al Manshurin Nomor KEP-
051/BP/-YAM/V111/2020 tentang Pengangkatan Direktur Rumah
Sakit Umum Banyumanik 2 Semarang ;

12. Keputusan Direktur Rumah Sakit Umum Banyumanik 2 Semarang


Nomor : 002/KEP/RSUB2/1/2020 tentang Struktur Organisasi dan
Tata Kerja Rumah Sakit Umum Banyumanik 2 Semarang

MEMUTUSKAN
Menetapkan :
Kesatu : KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM BANYUMANIK 2
SEMARANG TENTANG PANDUAN PASIEN TERMINAL DI
RUMAH SAKIT UMUM BANYUMANIK 2 SEMARANG

Kedua : Pelayanan pasien tahap terminal bertujuan :


1. Memberikan asuhan kepada pasien tahap terminal sesuai dengan
kebutuhannya yang unik
2. Memberikan kenyamanan dan pelayanan yang bermartabat, penuh
hormat, serta kasih sayang menjelang akhir kehidupan pasien.

Ketiga : Keputusan ini berlaku sejak tanggal di tetapkan

Ditetapkan di : Semarang
Pada tanggal : 10 Februari 2021
RSU Banyumnik 2Semarang
Direktur,

drg.Endang Nuriyati
NIK. 2020.01

ii
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan ke hadirat Tuhan Yang Maha Esa karena atas rahmat dan
hidayatnya maka Panduan Pelayanan Pasien Tahap Terminal dapat diselesaikan dangan baik.
Panduan Pelayanan Pasien Tahap Terminal disusun untuk menjadi pegangan serta
pedoman bagi pelayanan medis dan keperawatan sehingga pelayanan kepada pasien yang
diberikan mempunyai mutu, efektifitas, serta efisiensi sesuai dengan yang diharapkan.
Keberadaan Panduan Pelayanan Pasien Tahap Terminal ini sangat penting dan
merupakan suatu proses yang berkesinambungan dan dinamis. Oleh karena itu, kami
mengharapkan akan mengalami perbaikan dan penyempurnaan/ revisi kembali di masa yang
akan datang.
Akhirnya kami harapkan semoga Buku Panduan Pelayanan Pasien Tahap Terminal ini
dapat bermanfaat bagi semua yang memerlukan dan dapat mencapai sasaran yang diharapkan.

Semarang, 10 Februari 2021

penyusun

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG i


DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR .......................................................................................................... i


DAFTAR ISI ......................................................................................................................... ii
BAB I DEFINISI ........................................................................................................... 1
BAB II RUANG LINGKUP ........................................................................................... 3
BAB III TATA LAKSANA ............................................................................................. 5
BAB IV DOKUMENTASI .............................................................................................. 20

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG ii


BAB I
DEFINISI

1. Kondisi terminal adalah suatu kondisi yang disebabkan oleh cedera atau penyakit
dimana terjadi kerusakan organ multiple yang dengan pengetahuan dan tehnologi
kesehatan terkini tak mungkin lagi dapat dilakukan perbaikan sehingga akan
menyebabkan kematian dalam rentang waktu yang singkat.
2. Pasien tahap terminal adalah suatu keadaan dimana seseorang mengalami
penyakit/sakit yang tidak mempunyai harapan untuk sembuh yang diakibatkan
kegagalan organ atau multiorgan sehingga sangat dekat proses kematian.
3. Pasien adalah penerima jasa pelayanan kesehatan di rumah sakit baik dalam
keadaan sehat maupun sakit.
4. Mati klinis adalah henti nafas (tidak ada gerak nafas spontan) ditambah henti
sirkulasi (jantung) total dengan semua aktivitas otak terhenti, tetapi tidak ireversibel.
5. Mati Biologis adalah proses mati/rusaknya semua jaringan, dimulai dengan neuron
otak yang menjadi nekrotik setelah kira-kira 1 jam tanpasirkulasi, diikuti oleh jantung,
ginjal, paru dan hati yang menjadi nekrotikselama beberapa jam atau hari.
6. Mati Batang Otak adalah keadaan dimana terjadi kerusakan seluruh isisaraf/neuron
intrakranial yang tidak dapat pulih termasuk batang otak dan serebelum.
7. Alat Bantu Napas (Ventilator) adalah alat yang digunakan untuk membantu
sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigenasi.
8. Witholding Life Support adalah penundaan bantuan hidup
9. Withdrowing Life Support adalah penghentian bantuan hidup
10. Mengelola Akhir Kehidupan (End of Life) adalah pelayanan tindakan penghentian
bantuan hidup (Withdrowing Life Support) atau penundaan bantuan hidup (Witholding
Life Support).
11. Informed Consent dalam profesi kedokteran adalah pernyataan setuju (consent) atau
ijin dari seseorang (pasien) yang diberikan secara bebas, rasional, tanpa paksaan
(voluntary) terhadap tindakan kedokteran yang akan dilakukan terhadapnya sesudah
mendapatkan informasi yang cukup (informed) tentang kedokteran yang dimaksud.
12. Donasi Organ adalah tindakan memberikan organ tubuh dari donor kepada resipien.
13. Perawatan Paliatif adalah upaya medik untuk meningkatkan atau mempertahankan
kualitas hidup pasien dalam kondisi terminal.

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 1


14. Menurut Dadang Hawari “orang yang mengalami penyakit terminal dan
menjelang sakaratul maut lebih banyak mengalami penyakit kejiwaan, krisis spiritual
dan krisis kerohanian sehingga pembinaan kerohanian saat pasien menjelang ajal perlu
mendapatkan perhatian khusus”.

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 2


BAB II
RUANG LINGKUP

Pasien yang menuju akhir hidupnya, dan keluarganya, memerlukan asuhan yang
terfokus akan kebutuhan mereka yang unik. Pasien dalam tahap terminal dapat mengalami
gejala yang berhubungan dengan proses penyakit atau terapi kuratif atau memerlukan bantuan
yang berhubungan dengan masalah-masalah psikososial, spiritual dan budaya yang berkaitan
dengan kematian dan proses kematian. Keluarga dan pemberi pelayanan dapat diberikan
kelonggaran dalam melayani anggota keluarga pasien yang sakit terminal atau membantu
meringankan rasa sedih dan kehilangan.
1. Menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup kedalam 4 fase
(menurut Doks 1993 ) :
a. Fase prediagnostik,
b. Fase Akut,
c. Fase kronis,
d. Fase Terminal
2. Prinsip –prinsip pelayanan pasien tahap terminal/ akhir kehidupan.
3. Beberapa penyakit penyebab dalam kondisi terminal/ mengancam hidup
a. Penyakit kronis.
b. Kondisi keganasan.
c. Kelainan syaraf.
d. Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia.
e. Kecelakaan /trauma.
4. Aspek yang berpengaruh pada pasien tahap terminal
Untuk mencapai tujuan ini semua staf harus menyadari akan kebutuhan pasien yang unik
pada akhir hidupnya (lihat HPK.2.5,Maksud & Tujuan). Rumah sakit mengevaluasi
mutu asuhan akhir-kehidupan, berdasarkan evaluasi (serta persepsi) keluarga dan staf,
terhadap asuhan yang diberikan.
Aspek keperawatan ada 5 fase menurut Elisabeth Kubler-Ross, M.D :
a. Denial;
b. Anger;
c. Bargaining ;
d. Depresion;
e. Acceptance;

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 3


5. Kondisi terminal mengalami berbagai masalah:
a. Fisik
b. Psikologis
c. Sosio-spiritual
d. Mengalami problem antara lain: oksigenisasi, eliminasi, nutrisi dan cairan,
sirkulasi, sensori, nyeri, kulit dan mobilitas, psikologis.
6. Perawatan paliatif
7. Asuhan pelayanan pada tahap terminal (akhir hidup)
8. Aspek keperawatan
a. Asesmen keperawatan tingkat pemahaman,
b. Asesmen faktor fisik pasien
c. Asesmen tingkat nyeri
d. Asesmen faktor kulturopsikososial
e. Faktor spiritual
f. Faktor psikologis g. Faktor sosial
g. Intervensi keperawatan
9. Aspek medis mendefinisikan MO, MBO, memberi bantuan hidup, menghentikan
bantuan hidup, menunda bantuan hidup, informasi dan informed consent antara lain:
a. Intervensi medis
b. Pengelolaan akhir kehidupan
c. Informed consent tentang diagnosis, terapi , kondisi terminal, MBO
d. Isu tentang donasi organ
10. Pelayanan pada tahap terminal (akhir hidup)
11. Gejala dan tanda yang dialami pasien tahap terminal
12. Perubahan fisik saat kematian mendekat

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 4


BAB III
TATA LAKSANA

Rumah sakit memberikan asuhan pada akhir kehidupan mempertimbangkan tempat


asuhan atau pelayanan yang diberikan (seperti hospice atau unit asuhan palliatif), tipe
pelayanan yang diberikan dan kelompok pasien yang dilayani. Rumah sakit mengembangkan
proses untuk mengelola pelayanan akhir hidup dengan memastikan bahwa gejala-gejalanya
akan dilakukan asesmen dan dikelola secara tepat, memastikan bahwa pasien dengan penyakit
terminal dilayani dengan hormat dan respek, melakukan asesmen keadaan pasien sesering
m ungkin sesuai kebutuhan untuk mengidentifikasi gejala-gejala, merencanakan
pendekatan preventif dan terapeutik dalam mengelola gejala-gejala, mendidik pasien dan staf
tentang pengelolaan gejala-gejala.
1. Doks (1993) menggambarkan respon terhadap penyakit yang mengancam hidup
kedalam 4 fase:
a. Fase Prediagnostik, terjadi ketika diketahui ada gejala atau faktor resiko penyakit.
b. Fase Akut, berpusat pada kondisi krisis, pasien dihadapkan pada serangkaian
keputusan, termasuk kondisi medis, interpersonal, maupun psikologis.
c. Fase Kronis, pasien bertempur dengan penyakit dan pengobatannya.
d. Fase Terminal, dalam kondisi ini kematian bukan lagi hanya kemungkinan,
tetapi pasti terjadi.
2. Prinsip pelayanan pasien pada tahap terminal (akhir hidup)
a. Rumah sakit memberikan dan mengatur pelayanan akhir kehidupan.
b. Asuhan pasien dalam proses kematian harus meningkatkan kenyamanan dan
kehormatannya.
3. Beberapa penyakit yang dapat menyebabkan seseorang dalam kondisi
terminal/mengancam hidup, antara lain :
a. Penyakit kronis seperti TBC, Pneumonia, Edema Pulmonal, Sirosis Hepatis, Penyakit
Ginjal Kronis, Gagal Jantung dan Hipertensi.
b. Kondisi keganasan seperti Ca Otak, Ca Paru paru, Ca Pankreas, Ca liver, Leukemia
c. Kelainan syaraf seperti Paralisa, Stroke, Hidrocephalus, dll.
d. Keracunan seperti keracunan obat, makanan, zat kimia.
e. Kecelakaan/trauma seperti trauma kapitis, trauma organ vital (paru-paru atau jantung)
ginjal dll.

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 5


4. Aspek yang berpengaruh pada pasien tahap terminal.
Untuk mencapai tujuan ini semua staf harus menyadari akan kebutuhan pasien yang
unik pada akhir hidupnya (lihat juga HPK.2.5, Maksud dan Tujuan). Rumah sakit
mengevaluasi mutu asuhan akhir-kehidupan, berdasarkan evaluasi (serta persepsi) keluarga
dan staf, terhadap asuhan yang diberikan.
Banyak masalah yang melingkupi kondisi terminal pasien, yaitu mulai dari titik
yang aktual dimana pasien dinyatakan kritis sampai diputuskankan meninggal dunia atau
mati. Seseorang dinyatakan meninggal/mati apabila fungsi jantung dan paru berhenti,
kematian sistemik atau kematian sistem tubuh lainnya terjadi dalam beberapa menit, dan
otak merupakan organ besar pertama yang menderita kehilangan fungsi yang ireversibel,
selanjutnya organ-organ lain akan mati. Respon pasien dalam kondisi terminal sangat
individual tergantung kondisi fisik, psikologis, sosial yang dialami, sehingga dampak
yang ditimbulkan pada tiap individu juga berbeda. Hal ini mempengaruhi tingkat
kebutuhan dasar yang ditunjukan oleh pasien terminal.
a. Menurut Elisabeth Kubler-Ross, M.D., ada 5 fase menjelang kematian, yaitu
1) Denial (fase penyangkalan / pengingkaran diri)
Dimulai ketika orang disadarkan bahwa ia menderita penyakit yang parah dan dia
tidak dapat menerima informasi ini sebagai kebenaran dan bahkan mungkin
mengingkarinya. Penyangkalan ini merupakan mekanisme pertahanan yang acap
kali ditemukan pada hampir setiap pasien pada saat pertama mendengar
berita mengejutkan tentang keadaan dirinya, pada tahap ini individu menyangkal
dan bertindak seperti tidak terjadi sesuatu, dia mengingkari bahwa dirinya dalam
kondisi terminal. Pernyataan seperti tidak mungkin hal ini tidak akan terjadi pada
saya, saya tidak akan mati karena kondisi ini umum di lontarkan pasien.
2) Anger ( fase kemarahan )
Terjadi ketika pasien tidak dapat lagi mengingkari kenyataan bahwa ia akan
meninggal. Masanya tiba dimana ia mengakui, bahwa kematian memang sudah
dekat. Tetapi kesadaran ini seringkali disertai dengan munculnya ketakutan dan
kemarahan. Kemarahan ini seringkali diekspresikan dalam sikap rewel dan
mencari-cari kesalahan pada pelayanan di rumah sakit atau di rumah. Umumnya
pemberi pelayanan tidak menyadari, bahwa tingkah laku pasien sebagai ekspresi
dari frustasi yang dialaminya. Sebenarnya yang dibutuhkan pasien adalah
pengertian, bukan argumentasi-argumentasi dari orang-orang yang tersinggung
oleh karena kemarahannya, individu melawan kondisi terminalnya, dia dapat
bertindak pada seseorang atau lingkungan disekitarnya. Tindakan tidak mau
minum obat, menolak tindakan medis, tidak ingin makan, adalah respon yang
mungkin di tunjukkan pasien dalam kondisi terminal.

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 6


3) Bargaining (fase tawar menawar)
Ini adalah fase di mana pasien akan mulai menawar untuk dapat hidup
sedikit lebih lama lagi atau dikurangi penderitaannya. Mereka bisa menjanjikan
macam - macam hal kepada Tuhan, "Tuhan, kalau Engkau menyatakan kasih-
Mu, dan keajaiban kesembuhan-Mu, maka aku akan mempersembahkan seluruh
hidupku untuk melayani Mu." merupakan tahapan proses berduka dimana pasien
mencoba menawar waktu untuk hidup cara yang halus atau jelas untuk mencegah
kematian. Seperti Tuhan beri saya kesembuhan, jangan cabut nyawaku, saya akan
berbuat baik mengikuti program pengobatan.
4) Depresion (fase depresi)
Setelah ternyata penyakitnya makin parah, tibalah fase depresi. Penderita merasa
putus asa melihat masa depannya yang tanpa harapan. Ketika ajal semakin
dekat atau kondisi semakin memburuk pasien merasa terlalu sangat kesepian dan
menarik diri. Komunikasi terjadi kesenjangan, pasien banyak berdiam diri dan
menyendiri.
5) Acceptance (fase menerima / pasrah)
Tidak semua pasien dapat terus menerus bertahan menolak kenyataan yang ia
alami. Pada umumnya, setelah jangka waktu tertentu mereka akan dapat
menerima kenyataan, bahwa kematian sudah dekat. Mereka mulai kehilangan
kegairahan untuk berkomunikasi dan tidak tertarik lagi dengan berita dan
persoalan-persoalan di sekitarnya, reaksi fisiologis semakin memburuk, pasien
mulai menyerah dan pasrah pada keadaan dan putus asa.
Dari tahap-tahap tersebut rumah sakit memberikan pelayanan yang optimal
sesuai kebutuhan asuhan pasien dengan melibatkan peran pihak keluarga pasien
menjelang akhir kehidupannya. Peran perawat dalam setiap tahap ini sangatlah
penting dengan mengamati perilaku pasien terminal, mengenali pengaruh kondisi
terminal terhadap perilaku, dan memberikan dukungan yang empati.
5. Pasien dalam kondisi terminal akan mengalami berbagai masalah baik fisik,
psikologis, maupun sosio-spiritual, antara lain:
a. Problem oksigenisasi; nafas tidak teratur, cepat atau lambat, pernafasan cheyne
stokes, sirkulasi perifer menurun, perubahan mental ; agitasi-gelisah, tekanan darah
menurun, hypoksia, akumulasi sekret, nadi ireguler.
b. Problem eliminasi; Konstipasi, medikasi atau imobilitas memperlambat
peristaltik, kurang diet serat dan asupan makanan juga mempengaruhi konstipasi,
inkontinensia fekalbisa terjadi oleh karena pengobatan atau kondisi penyakit (mis
Ca Colon), retensiurin, inkontinensia urin terjadi akibat penurunan kesadaran atau
kondisi penyakit mis trauma medulla spinalis, oliguri terjadi seiring penurunan
intake cairan atau kondisi penyakit mis gagal ginjal

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 7


c. Problem nutrisi dan cairan; asupan makanan dan cairan menurun,peristaltic
menurun, distensi abdomen, kehilangan BB, bibir kering dan pecah-pecah, lidah
kering dan membengkak, mual, muntah, cegukan, dehidrasi terjadi karena asupan
cairan menurun
d. Problem suhu ; ekstremitas dingin kedinginan sehingga harus memakai selimut
e. Problem sensori ; Penglihatan menjadi kabur, refleks berkedip hilang saat
mendekati kematian, menyebabkan kekeringan pada kornea, pendengaran menurun,
kemampuan berkonsentrasi menjadi menurun, penglihatan kabur, pendengaran
berkurang, sensasi menurun.
f. Problem nyeri ; ambang nyeri menurun, pengobatan nyeri dilakukan secara intra
vena, pasien harus selalu didampingi untuk menurunkan kecemasan dan
meningkatkan kenyamanan
g. Problem kulit dan mobilitas ; seringkali tirah baring lama menimbulkan
masalah pada kulit sehingga pasien terminal memerlukan perubahan posisi yang
sering.
h. Masalah psikologis ; pasien terminal dan orang terdekat biasanya mengalami
banyak respon emosi, perasaaan marah dan putusasa.
6. Perawatan Paliatif
Perawatan paliatif bertujuan mencapai quality of life dan quality of death. Perawatan
paliatif menyangkut psikologis, spiritualis, fisik, keadaan sosial. Terkait hal ini,
memberikan pemahaman bagi keluarga dan pasien sangat penting agar keluarga
mengerti betul bahwa pasien tidak akan sembuh, sehingga mereka akan memberikan
perhatian dan kasih sayang diakhir kehidupan pasien tersebut.
7. Asuhan pelayanan pada tahap terminal (akhir hidup)
Pasien yang dalam proses kematian mempunyai kebutuhan khusus untuk dilayani
dengan penuh hormat dan kasih. Untuk mencapai ini semua staf harus sadar akan
uniknya kebutuhan pasien dalam keadaan akhir kehidupannya. Perhatian terhadap
kenyamanan dan martabat pasien mengarahkan semua aspek asuhan selama stadium
akhir hidup. Asuhan akhir kehidupan yang diberikan rumah sakit termasuk :
a. Intervensi pelayanan pasien untuk mengatasi nyeri;
b. Memberikan pengobatan sesuai dengan gejala dan mempertimbangkan keinginan
pasien dan keluarga;
c. Menyampaikan secara hati-hati soal sensitif seperti autopsi atau donasi organ;
d. Menghormati nilai, agama, serta budaya pasien dan keluarga;
e. Mengajak pasien dan keluarga dalam semua aspek asuhan;
f. Memperhatikan keprihatinan psikologis, emosional, spiritual, serta budaya pasien
dan keluarga.

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 8


Asesmen dan asesmen ulang bersifat individual agar sesuai dengan kebutuhan pasien
dalam tahap terminal (dying) dan keluarganya. Asesmen dan asesmen ulang harus
menilai kondisi pasien seperti
a. Gejala mual dan kesulitan pernapasan;
b. Faktor yang memperparah gejala fisik;
c. Manajemen gejala sekarang dan respons pasien;
d. Orientasi spiritual pasien dan keluarga serta keterlibatan dalam kelompok agama
tertentu;
e. Keprihatinan spiritual pasien dan keluarga seperti putus asa, penderitaan, dan rasa
bersalah;
f. Status psikososial pasien dan keluarganya seperti kekerabatan, kelayakan
perumahan, pemeliharaan lingkungan, cara mengatasi, serta reaksi pasien dan
keluarganya menghadapi penyakit;
g. Kebutuhan bantuan atau penundaan layanan untuk pasien dan keluarganya;
h. Kebutuhan alternatif layanan atau tingkat layanan;
i. Faktor risiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi
patologis atas kesedihan.
8. Aspek Keperawatan
a. Asesmen Keperawatan
Perawat dapat berbagi penderitaan pasien menjelang ajal dan mengintervensi
dengan melakukan asesmen yang tepat sebagai berikut:
1) Asesmen tingkat pemahaman pasien &/ keluarga :
a) Closed Awareness : pasien dan atau keluarga percaya bahwa pasien
akan segera sembuh.
b) Mutual Pretense : keluarga mengetahui kondisi terminal pasien dan
tidak membicarakannya lagi, kadang-kadang keluarga menghindari
percakapan tentang kematian demi menghindarkan dari tekanan.
c) Open Awareness : keluarga telah mengetahui tentang proses kematian
dan tidak merasa keberatan untuk memperbincangkannya walaupun
terasa sulit dan sakit.
Kesadaran ini membuat keluarga mendapatkan kesempatan untuk
menyelesaikan masalah-masalah, bahkan dapat berpartisipasi dalam
merencanakan pemakaman. Pada tahapan ini, perawat atau dokter dapat
menyampaikan isu yang sensitive bagi keluarga seperti autopsi atau donasi
organ

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 9


2) Asesmen faktor fisik pasien
Pada kondisi terminal atau menjelang ajal, pasien dihadapkan pada berbagai
masalah menurunnya fisik, perawat harus mampu mengenali perubahan fisik
yang terjadi pada pasien terminal meliputi:
2.1 Pernapasan ( breath )
a) Apakah teratur atau tidak teratur,
b) Apakah ada suara napas tambahan seperti ronki, wheezing, stridor,
crackles, dll,
c) Apakah terjadi sesak napas,
d) Apakah ada batuk, bila ada apakah produktif atau tidak
e) Apakah ada sputum, bila ada bagaimana jumlah, warna, bau dan
jenisnya
f) Apakah memakai ventilasi mekanik ( ventilator ) atau tidak
2.2 Kardiovaskuler ( blood )
a) Bagaimana irama jantung, apakah reguler atau ireguler
b) Bagaimana akral, apakah hangat, kering, merah, dingin, basah dan pucat
c) Bagaimana pulsasi, apakah sangat kuat, kuat teraba, lemah teraba, hilang
timbul atau tidak teraba
d) Apakah ada pendarahan atau tidak, bila ada dimana lokasinya
e) Apakah ada CVC atau tidak, bila ada berapa ukurannya dalam CmH2O
f) Berapa tensi dan MAP dalam ukuran mmHg, g) Lain – lain bila ada
2.3 Persyarafan ( brain )
a) Bagaimana ukuran GCS total untuk mata, verbal, motorik dan kesadaran
pasien
b) Apakah ada tanda TIK seperti nyeri kepala atau muntah proyektil
c) Bagaimana konjungtiva, apakah anemis atau kemerahan
d) Lain – lain bila ada
2.4 Perkemihan ( blader )
a) Bagaimana area genital, apakah bersih atau kotor
b) Berapa jumlah cairan masuk dalam hitungan cc/hari
c) Bagaimana cara buang air kecil, apakah spontan atau dengan bantuan
dower kateter
d) Bagaimana produksi urin, berapa jumlah cc / jam, bagaimana warnanya,
bagaimana baunya
2.5 Pencernaan ( bowel )
a) Bagaimana nafsu makan, apakah baik atau menurun
b) Bagaimana porsi makan, habis atau tidak
c) Minum berapa cc/hari, dengan jenis cairan apa

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 10


d) Apakah mulut bersih, kotor dan berbau
e) Apakah ada mual atau muntah
f) Buang air besar berapa kali sehari, apakah teratur atau tidak,bagaimana
konsistensi,warna dan bau dari feses
2.6 Muskuloskeletal / integumen
a) Bagaimana kemapuan pergerakan sendi, bebas, atau terbatas
b) Bagaimana warna kulit, apakah ikterus, sianotik, kemerahan, pucat atau
hiperpigmentasi
c) Apakah ada odema atau tidak, bila ada dimana lokasinya
d) Apakah ada dekubitus atau tidak, bila ada dimana lokasinya
e) Apakah ada luka atau tidak bila ada dimana lokasinya dan apa jenis
lukanya
f) Apakah ada kontraktur atau tidak, bila ada dimana lokasinya
g) Apakah ada fraktur atau tidak, bila ada dimana lokasinya dan apa jenis
frakturnya
h) Apakah ada jalur infus atau tidak bila ada dimana lokasinya
3) Asesmen tingkat nyeri pasien
Lakukan asesmen rasa nyeri pasien. Bila nyeri sangat mengganggu, maka
segera lakukan menajemen nyeri yang memadai
4) Asesmen faktor kulturopsikososial
a) Tahap Denial : Asesmen pengetahuan pasien, kecemasan pasien dan
penerimaan pasien terhadap penyakit, pengobatan dan hasilnya.
b) Tahap Anger: pasien menyalahkan semua orang, emosi tidak terkendali,
komunikasi ada dan tiada, orientasi pada diri sendiri.
c) Tahapan Bargaining: pasien mulai menerima keadaan dan berusaha
untuk mengulur waktu, rasa marah sudah berkurang.
d) Tahapan Depresi: Asesmen potensial bunuh diri, gunakan kalimat
terbuka untuk mendapatkan data dari pasien
e) Tahapan Acceptance:Asesmen keinginan pasien untuk istirahat/menyendiri.
5) Asesmen faktor spiritual
Asesmen kebutuhan pasien akan bimbingan rohani atau seseorang yang dapat
membantu kebutuhan spiritualnya, biasanya pada saat pasien sedang berada di
tahapan bargaining.
6) Faktor psikologis
Perubahan psikologis juga menyertai pasien dalam kondisi terminal. Perawat
harus peka dan mengenali kecemasan yang terjadi pada pasien terminal, harus
bisa mengenali ekspresi wajah yang ditunjukkan apakah sedih, depresi, atau

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 11


marah. Problem psikologis lainnya muncul pada pasien terminal antara lain
ketergantungan, ajal yang terjadi pada pasien terminal.
7) Faktor sosial
Perawat harus mengkaji bagaimana interaksi pasien selama kondisi terminal,
karena pada kondisi ini pasien cenderung menarik diri, mudah tersinggung,
tidak ingin berkomunikasi dan sering bertanya tentang kondisi penyakitnya.
Ketidakyakinan dan keputusan sering membawa pada perilaku isolasi.
Perawat harus bisa mengenali tanda pasien mengisolasi diri, sehingga dapat
memberikan dukungan sosial bisa dari teman dekat, kerabat/keluarga terdekat
untuk selalu menemani pasien.
8) Intervensi keperawatan
a) Pertahankan kebersihan tubuh, pakaian dan tempat tidur pasien
b) Atur posisi tidur yang nyaman untuk pasien
c) Lakukan “suction” bila terjadi penumpukan secret pada jalan nafas
d) Berikan nutrisi dan cairan yang adekuat
e) Lakukan perawatan mata agar tidak terjadi kekeringan/ infeksi kornea
f) Lakukan oral hygiene
g) Lakukan reposisi tidur setiap 2 jam sekali dan lakukan masase pada daerah
penonjolan tulang dengan menggunakan cream untuk mencegah dekubitus
h) Lakukan manajemen nyeri yang memadai
i) Anjurkan keluarga untuk mendampingi dan mengajak pasien berdoa
j) Tunjukkan perhatian dan empati serta dukungan kepada keluarga yang
berduka
k) Ajak keluarga untuk berpartisipasi dalam pengambilan keputusan terhadap
asuhan pasien, seperti penghentian bantuan hidup (with drawing life support)
atau penundaan bantuan hidup (with holding life support).
9. Aspek Medis
Kebanyakan kalangan dalam dunia kedokteran dan hukum sekarang ini mendefinisikan
kematian dalam pengertian Mati Otak (MO) walaupun jantung mungkin masih
berdenyut dan ventilasi buatan (ventilator) dipertahankan. Akan tetapi banyak pula yang
memakai konsep Mati Batang Otak (MBO) sebagai pengganti MO dalam penentuan
mati. Dengan meningkatnya ilmu pengetahuan dan teknologi dibidang kedokteran maka
banyak pilihan pengobatan yang berguna memberi bantuan hidup terhadap pasien
tahap terminal. Pilihan ini sering kali menimbulkan dilema terutama bagi keluarga
pasien karena mereka menyadari bahwa tindakan tersebut bukan upaya penyembuhan
dan hanya akan menambah penderitaan pasien. Keluarga menginginkan sebuah
proses di mana berbagai inte rvensi medis (misalnya pemakaian ventilator) tidak lagi
diberikan kepada pasien dengan harapan bahwa pasien akan meninggal akibat penyakit

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 12


yang mendasarinya. Ketika keluarga/wali meminta dokter menghentikan bantuan
hidup (withdrowing life support) atau menunda bantuan hidup (withholding life
support) terhadap pasien tersebut, maka dokter harus menghormati pilihan tersebut.
Pada situasi tersebut, dokter memiliki legalitas dimata hukum dengan syarat sebelum
keputusan penghentian atau penundaan bantuan hidup dilaksanakan, tim dokter telah
memberikan informasi kepada keluarga pasien tentang kondisi terminal pasien dan
pertimbangan keputusan keluarga/ wali tertulis dalam informed consent.
a. Intervensi Medis
Ketika pasien mengalami cedera berat atau sakit yang serius, maka beberapa
intervensi medis dapat memperpanjang hidup pasien, sebagai berikut:
1) Tindakan Resusitasi Jantung Paru (RJP)
Pemberian bantuan hidup dasar dan lanjut kepada pasien yang mengalami henti
napas atau henti jantung. RJP diindikasikan untuk pasien yang tidak bernapas
dan tidak menunjukan tanda–tanda sirkulasi dan tanpa instruksi DNR di rekam
medisnya.
2) Pemakaian Alat Ventilasi Mekanik (Ventilator)
Pemakaian ventilator, ditujukan untuk keadaan tertentu karena penyakit yang
berpotensi atau menyebabkan gagal napas.
3) Pemberian Nutrisi
3.1 Feeding Tube, seringkali pasien sakit terminal tidak bisa mendapatkan
makanan lewat mulut langsung, sehingga perludilakuan pemasangan
feeding tube untuk memenuhi nutrisi pasien tersebut
3.2 Parenteral Nutrition, adalah sebuah upaya untuk mengirim nutrisi secara
langsung ke dalam pembuluh darah, yang berguna untuk menjaga
kebutuhan nutrisi pasien.
4) Tindakan Dialisis
Tindakan dialysis diberikan pada pasien terminal yang mengalami penurunan
fungsi ginjal, baik yang akut maupun yang kronik dengan LFG < 15 mL/menit.
Pada keadaan ini fungsi ginjal sudah sangat menurun sehingga terjadi akumulasi
toksin dalam tubuh yang disebut sebagai uremia.
5) Pemberian Antibiotik
Pasien terminal, memiliki risiko infeksi berat 5-10 kali lebih tinggi
dibandingkan pasien lainnya. Infeksi berat ini paling sering ditemukan pada
saluran pernapasan, saluran kemih, peredaran darah, atau daerah trauma/operasi.
Infeksi tersebut menyebabkan peningkatan morbiditas dan mortalitas,
pemanjangan masa perawatan dan pembengkakan biaya perawatan. Penyebab
meningkatnya risiko infeksi ini bersifat multifaktorial, meliputi penurunan
fungsi imun, gangguan fungsi barrier usus, penggunaan antibiotik spektrum

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 13


luas, katekolamin, penggunaan preparat darah, atau dari alat kesehatan yang
digunakan (sepertiventilator).
Pasien menderita penyakit terminal dengan prognose yang buruk hendaknya
diinformasikan lebih dini untuk menolak atau menerima bila dilakukan
resusitasi maupun ventilator.
b. Withdrawing life support & withholding life support
Pengelolaan akhir kehidupan meliputi penghentian bantuan hidup (withdrawing life
support) dan penundaan bantuan hidup (withholding life support) yang dilakukan
pada pasien yang dirawat di ruang rawat intensif care. Keputusan withdrawing /
withholding adalah keputusan medis dan etis yang dilakukan oleh 3 (tiga)
dokter yaitu dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki
kompetensi dan 2 (dua) orang dokter lain yang ditunjuk oleh komite medis
rumah sakit.
Adapun persyaratan withdrawing life support & withholding life support
sebagai berikut
1) Informed Consent
Pada keadaan khusus, dimana perlu adanya tindakan penghentian/penundaan
bantuan hidup (withdrawing/withholding lifesupport) pada seorang pasien,
maka harus mendapat persetujuan keluarga terdekat pasien. Persetujuan
penghentian/penundaan bantuan hidup oleh keluarga terdekat pasien harus
diberikan secara tertulis (writtenconsent) dalam bentuk pernyataan yang
tertuang dalam Formulir Pernyataan Pemberian Informasi Kondisi
Terminal yang disimpan dalam rekam medis pasien, dimana pernyataan
tersebut diberikan setelah keluarga mendapat penjelasan dari tim DPJP yang
bersangkutan mengenai beberapa hal sebagai berikut:
a) Diagnosis :
 Temuan klinis dan hasil pemeriksaan medis sampai saat tersebut
 Indikasi dan keadaan klinis pasien yang membutuhkan withdrawing/
withholding life support
b) Terapi yang sudah diberikan
c) Prognosis:
 Prognosis tentang hidup-matinya (ad vitam);
 Prognosis tentang fungsinya (ad functionam);
 Prognosis tentang kesembuhan (ad senationam).
d) Kondisi Terminal
Tidak dilakukan tindakan-tindakan luar biasa, pada pasien-pasien yang jika
diterapi hanya memperlambat waktu kematian dan bukan memperpanjang
kehidupan. Untuk pasien ini dapat dilakukan penghentian atau penundaan

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 14


bantuan hidup. Pasien yang masih sadar tapi tanpa harapan, hanya
dilakukan tindakan terapeutik/paliatif agar pasien merasa nyaman dan bebas
nyeri.
e) Mati Batang Otak ( MBO )
Semua bantuan hidup dihentikan pada pasien dengan kerusakan fungsi
batang otak yang ireversibel. Setelah kriteria Mati Batang Otak (MBO)
yang ada terpenuhi, pasien ditentukan meninggal dan disertifikasi MBO
serta semua terapi dihentikan. Jika dipertimbangkan donasi organ, bantuan
jantung paru pasien diteruskan sampai organ yang diperlukan telah
diambil. Keputusan penentuan MBO dilakukan oleh 3 (tiga) dokter yaitu
dokter spesialis anestesiologi atau dokter lain yang memiliki kompetensi,
dokter spesialis saraf dan 1 (satu) dokter lain yang ditunjuk oleh komite
medis rumah sakit dengan prosedur pengujian MBO sebagai berikut:
(1) Memastikan hilangnya reflex batang otak dan henti nafas yang
menetap (ireversibel) yaitu:
 Tidak ada respons terhadap cahaya
 Tidak ada refleks kornea
 Tidak ada refleks vestibule-okular
 Tidak ada respon motor terhadap rangsang adekuat pada
areasomatic
 Tidak ada refleks muntah (gag reflex) atau refleks batuk karena
rangsang oleh kateter isap yangdimasukkan kedalam trakea.
 Tes henti nafas positif.
(2) Bila tes hilangnya refleks batang otak dinyatakan positif, tes diulang
lagi 25 menit kemudian
(3) Bila tes tetap positif, maka pasien dinyatakan mati walaupun jantung
masih berdenyut dan ventilator harus segera dihentikan.
(4) Pasien dinyatakan mati ketika batang otak dinyatakan mati dan
bukan sewaktu mayat dilepas dari ventilator atau jantung berhenti
berdenyut.
10. Pelayanan Pasien Tahap Terminal
Pelayanan pasien tahap terminal merupakan hal berbeda dengan pelayanan pasien
pada umumnya, baik dari segi tatalaksana pengobatan maupun asuhan yang diberikan.
Pengobatan yang diberikan tidak dapat menghilangkan penyebab, namun hanya
memberikan rasa nyaman, atau terapi paliatif agar pasien dengan kondisi terminal lebih
nyaman, gejala-gejala yang dirasakan lebih minimal, sehingga siap untuk menghadapi
tahap akhir kehidupannya.

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 15


Asuhan yang diberikan perawat bersifat khusus karena pasien tahap terminal memiliki
kebutuhan yang khusus dan unik, yang mana kerjasama dan dukungan dari keluarga
turut mempengaruhi keberhasilan pelayanan. Banyak faktor yang mempengaruhi
keberhasilan pelayanan pasien tahap terminal, untuk itu pengkajian sesaat pasien datang
sangatlah penting, dengan menggali informasi klinik yang lengkap, meliputi :
a. Anamnesis dan atau allo anamnesis yang lengkap. Informasi yang digali adalah
keluhan kesehatan sekarang, dahulu dan riwayat penyakit yang ada pada keluarga.
Allo anamnesis dilakukan pada keluarga terdekat yang serumah dengan pasien.
b. Pemeriksaan fisik secara lengkap dari kepala sampai kaki untuk mengidentifikasi
kelainan-kelainan yang ada, terutama pada organ-organ vital, yang jika tidak segera
dilakukan penanganan segera akan berakibat fatal.
c. Pemeriksaan penunjang sesuai indikasi yang diperoleh dari hasil anamnesa dan
pemeriksaan fisik lengkap.
d. Menghormati nilai yang dianut pasien, agama dan preferensi budaya, mengikut
sertakan pihak pasien dan keluarganya dalam semua aspek
e. Memberikan respon pada masalah-masalah psikologis, emosional, spiritual dan
budaya dari pasien dan keluarga menghadapi kematian dan kesedihan.
f. Melakukan intervensi dalam masalah keagamaan dan budaya pasien dan keluarga.
g. Mengikutsertakan pasien dan keluarga dalam keputusan terhadap asuhan.
Dari hasil anamnesis dan pemeriksaan fisik serta penunjang serta masalah psikologis,
emosional, spiritual dan budaya dari pasien dan keluarga yang dilakukan diharapkan
dokter dan perawat mampu mengidentifikasi masalah-masalah kesehatan, kebutuhan
yang unik yang dialami oleh pasien dan keluarganya yang ada dan direncanakan asuhan
yang tepat, sesuai dengan kebutuhan pasien.
11. Gejala Dan Tanda Pasien Tahap Terminal
Berikut beberapa gejala yang dialami pasien tahap terminal disertai cara memberikan
kenyamanan sebagai suatu rangkaian pelayanan pada pasien dengan kondisi terminal.
Gejala Cara Memberikan Kenyamanan
Penurunan kesadaran Keadaan awal yang harus diwaspadai dan segera
(ngantuk) menghubungi dokter untuk menanyakan instruksi
Menjadi tidak responsive Banyak pasien masih bisa mendengar setelah mereka
tidak lagi dapat berbicara sehingga perawat harus
berbicara seolah-olah pasien dapat mendengar
Kebingungan tentang waktu Bicaralah dengan tenang untuk membantu
tempat dan orang terkasih mengembalikan orientasi pasien. Perlahan
mengingingatkan pasien tentang tanggal, waktu dan
orang yang bersama mereka

Hilangnya nafsu makan Biarkan pasien memilih apakah dan kapan harus

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 16


Gejala Cara Memberikan Kenyamanan
penurunan kebutuhan pangan makan atau minum. Sediakan es, air atau juice dapat
dan cairan menyegarkan jika pasien masih bisa menelan. Jaga
mulut pasien agar tetap lembab dengan produk seperti
swab gliserin atau lip balm
Kehilangan control kandung Jaga agar pasien agar bersih kering dan senyaman
kemih atau usus mungkin. Pasien dapat menggunakan kateter atau
popok
Akral dingin Hangatkan pasien dengan menggunakan selimut tapi
hindari selimut listrik/alat pemanas yg dpt
menyebabkan luka bakar
Rasa nyeri meningkat/tdk Identifikasi nyeri dan tentukan derajat nyerinya. Segera
berkurang dgn pemberian hubungi dokter yang merawat untuk segera memberi
terapi sebelumnya instruksi untuk mengurangi rasa nyeri
Nafas sesak tidak teratur Pernafasan mungkin lebih mudah jika tubuh pasien
dangkal atau bising nafas dibaringkan kesamping dan bantal diletakkan dibawah
kepala dan dibelakang punggung

12. Fisik Saat Kematian Telah Mendekat :


a. Pasien kurang rensponsif
b. Fungsi tubuh melambat
c. Pasien berkemih dan defekasi secara tidak sengaja
d. Rahang cendrung jatuh
e. Pernafasan tidak teratur dan dangkal
f. Sirkulasi melambat dan ektremitas dingin, nadi cepat dan melemah
g. Kulit pucat
h. Mata memelalak dan tidak ada respon terhadap cahaya.
Pada saat-saat seperti ini, berikan kesempatan pada pasien dan keluarga untuk
mengungkapkan perasaan, didiskusikan kehilangan secara terbuka, dan gali makna
pribadi dari kehilangan. Jelaskan bahwa berduka adalah reaksi yang umum dan sehat
Pengetahuan bahwa tidak ada lagi pengobatan yang dibutuhkan dan bahwa kematian
sedang menanti dapat menyebabkan menimbulkan perasaan ketidak berdayaan, marah
dan kesedihan yang dalam dan respon berduka yang lainnya. Diskusi terbuka dan jujur
dapat membantu pasien dan anggota keluarga menerima dan mengatasi situasi dan
respon mereka terhdap situasi tersebut.

Pasien stadium terminal memerlukan perawatan yang lebih khusus, karena


banyaknya keluhan yang dia rasakan. Keluarga umumnya memasrahkan perawatan dan
pengobatannya di rumah sakit, karena dianggap memang tenaga ahlinya ada disitu dan
keluarga tidak mengetahui bagaimana merawat penderita. Namun, harus diketahui,

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 17


pengobatan paliatif tidak ada batas waktu sampai kapan harus dirawat di rumah sakit,
karena hanya mengobati gejala penyakit saja sampai menunggu panggilan Allah. Jangka
waktu perawatan bisa sangat lama dan tentunya memerlukan biaya sangat besar
baik untuk biaya penginapan, obat-obatan, tenaga medis dan paramedis. Selain itu
keluarga juga akan sangat repot, karena harus menunggu siang maupun malam,
sehingga harus meninggalkan rumah, keluarga dan pekerjaan, mengeluarkan biaya
yang tidak sedikit untuk transport dll.
Memang benar, untuk mengatasi keluhan-keluhan fisik yang dirasakan penderita
seperti rasa nyeri, mual-mual, perdarahan, decubitus, sakit kepala dan lain-lain
memerlukan tenaga dokter dan paramedis. Namun keluhan lain seperti rasa sepi,
rasa kesendirian, putus asa, rasa takut, cemas, waswas, rasa ingin dicintai, rasa ingin
disayangi, rasa aman, kebutuhan spiritual, support mental, support sosial, sangat
memerlukan dukungan dari keluarga dan lingkungan sekitarnya yang dengan tulus hati
mau mendengar, memberikan uluran kasih sayang dan perhatian yang sangat
diperlukan penderita mendekati saat -saat terakhirnya.
Perawatan paliatif bukan hanya dapat dilakukan di rumah sakit saja, namun dapat
juga dilakukan di luar rumah sakit yaitu di rumah penderita itu sendiri. Perawatan di
rumah penderita sendiri ini disebut juga home care. Home care dapat dilaksanakan
dengan standart pengobatan sepertidi rumah sakit. Untuk dapat melaksanakan perawatan
di rumah ini, perlu kerjasama berbagai pihak yang akan berfungsi sebagai Tim
Perawatan Paliatif Rumah, yaitu dapat dokter di wilayah setempat bisa dokter
Puskesmas atau dokter keluarga, PKK setempat dan relawan yang ingin membantu dan
dibekali pelatihan tertentu sesuai bidang minat yang sesuai baik bidang perawatan,
dukungan spiritual maupun dukungan moril.
13. Asesmen dan asesmen ulang untuk pasien terminal
Yang perlu di evaluasi dalam asesmen dan asesmen ulang untuk kondisi pasien
terminal antara lain :
a. gejala seperti mau muntah dari kesulitan pernapasan
b. faktor –faktor yang meningkatkan dan membangkitkan gejala fisik
c. manajemen gejala saat ini dan hasil respon pasien
d. orientasi spiritual pasien dan keluarga dan kalau perlu keterlibatan kelompok
agama
e. urusan dan kebutuhan spiritual pasien dan keluarga, seperti putus asa,
penderitaan, rasa bersalah atau pengampunan
f. status psikososial pasien dan keluarga seperti hubungan keluarga, lingkungan
rumah yang memadai apabila diperlukan perawatan di rumah, cara mengatasi
dan reaksi pasien dan keluarga atas penyakit pasien

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 18


g. kebutuhan dukungan atau kelonggaran pelayanan (respite services) bagi pasien,
keluarga dan pemberi pelayanan lain
h. kebutuhan akan alternatif atau tingkat pelayanan lain
i. faktor risiko bagi yang ditinggalkan dalam hal cara mengatasi dan potensi reaksi
patologis atas kesedihan
Bila pasien dalam kondisi terminal, maka dilakukan asesmen dan asesmen
ulang dengan menggunakan form asesmen pasien tahap terminal. Jika pasien telah
meninggal, maka setelah mencapai 2 jam, boleh dibawa pulang oleh keluarga,
dengan serah terima antar perawat dan keluarga, gelang identitas dilepas.

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 19


BAB IV
DOKUMENTASI

Pelayanan pasien tahap terminal dilakukan secara komprehensif sesuai kebutuhan


pasien yang meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan sekunder, manajemen nyeri,
respon terhadap aspek psikologis, sosial, emosional, agama dan budaya pasien dan keluarga.
Semua asuhan yang diberikan pada pasien tahap terminal harus tercatat dan
terintegrasi dalam berkas rekam medik

PANDUAN PASIEN TERMINAL RSUB 2 SEMARANG 20

Anda mungkin juga menyukai