MANAJEMEN NYERI
SEMARANG
2021
KATA PENGANTAR
Undang-Undang RI No. 44 Tahun 2009 tentang Rumah Sakit pasal 9 menyebutkan bahwa
Rumah Sakit Umum Banyumanik 2 Semarang berkewajiban untuk memenuhi hak pasien dan
mengedepankan patient satisfaction. Oleh sebab itu disusunlah buku Panduan Manajemen Nyeri
yang bertujuan mengevaluasi data pasien baik subyektif maupun obyektif secara seragam di
rumah sakit dalam penanganan nyeri.
Panduan Manajemen Nyeri ini adalah prosedur rumah sakit dalam mengevaluasi nyeri
pasien dengan standar baku yang telah ditetapkan oleh manajemen rumah sakit, dimana prosedur
ini harus dipatuhi oleh semua instalasi/unit pelayanan di lingkungan Rumah Sakit Umum
Banyumanik 2 Semarang. Panduan ini bertujuan meningkatkan kepuasan pasien serta
meningkatkan mutu pelayanan dan menangani nyeri yang dialami pasien.
Akhir kata semoga buku ini dapat digunakan sebagaimana mestinya, sehingga bermanfaat
bagi seluruh tenaga medis, perawat, dalam memberikan pelayanan penanganan nyeri yang aman
dan bermutu menuju kepuasan pasien. Kritik dan saran untuk perbaikan buku panduan ini akan
menambah kesempurnaan penyusunan panduan dimasa mendatang.
Editor
Rumah Sakit Umum Banyumanik 2 Semarang merupakan rumah sakit rujukan tipe D,
rumah sakit non pendidikan selalu menjaga dan meningkatkan mutu pelayanan. Oleh karenanya
kita sambut dengan hangat penerbitan buku Panduan Manajemen Nyeri tahun 2021.
Proses penyempurnaan buku Panduan Manajemen Nyeri ini terus menerus dilakukan,
sehingga dapat memenuhi kebutuhan dalam proses asesmen nyeri terkini. Panduan ini menjadi
pegangan bagi seluruh tenaga medis, perawat, yang bertugas memberikan pelayanan nyeri di
Rumah Sakit Umum Banyumanik 2 Semarang.
Semoga buku Panduan Manajemen Nyeri ini bermanfaat dan digunakan dengan baik,
sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan, meningkatkan keselamatan pasien serta
meningkatkan kepuasan pasien terutama dalam pengelolaan nyeri.
Penghargaan kami berikan kepada editor yang telah menyelesaian penyusunan buku ini
dengan sebaik-baiknya.
A. Latar Belakang
Nyeri merupakan suatu kondisi yang lebih dari sekedar sensasi tunggal yang
disebabkan oleh stimulus tertentu. Nyeri bersifat subyektif dan sangat besifat individual.
Stimulus nyeri dapat berupa stimulus yang bersifat fisik dan/atau mental, sedangkan
kerusakan dapat terjadi pada jaringan actual atau pada fungsi ego seorang individu
(Mahon, 1994). Setiap individu pernah mengalami nyeri dalam tingkat tertentu, dan setiap
individu juga memilki cara masing-masing utuk mengatasi rasa nyeri yang dirasakan. Oleh
karena itu, sering kali nyeri menganggu hubungan personal mempengaruhi makna
kehidupan klien dalam berinteraksi baik di lingkungan kerja dan sosial. Apabila seseorang
merasakan nyeri maka perilakunya akan berubah. Hal ini dipengaruhi oleh faktor-faktor
seperti usia, jenis kelamin, persepsi dan kebudayaan yang berbeda-beda.
Perawat sebagai tenaga yang profesional mempunyai kesempatan paling besar untuk
memberikan pelayanan kesehatan khususnya asuhan keperawatan yang komprehensif
dengan membantu pasien memenuhi kebutuhan dasar dan holistic. Untuk menjalankan
perannya dengan baik, perawat perlu memiliki keterampilan dalam mengklarifikasi nilai,
konseling dan komunikasi.
B. Definisi
1. Nyeri adalah sensori subyektif dan emosional yang tidak menyenangkan yang didapat
terkait dengan kerusakan jaringan aktual maupun potensial, atau menggambarkan
kondisi terjadinya kerusakan.
2. Komunikasi terapeutik adalah komunikasi yang direncanakan dan dilakukan bertujuan
untuk membantu penyembuhan atau pemulihan pasien.
C. Pengkajian Nyeri
1. Riwayat Nyeri
Dalam hal ini perawat membiarkan klien untuk menjelaskan rasa nyeri dan situasinya
dengan menggunakan bahasa klien sendiri. Data yang harus dikumpulkan dalam
riwayat nyeri komprehensif meliputi:
a. Lokasi
Pengkajian lokasi nyeri mencakup 2 dimensi:
1) tingkat nyeri, nyeri dalam atau superficial dan
2) posisi atau lokasi nyeri.
0 = Tidak nyeri
Pengkajian 0 1 2 Nilai
Wajah Tersenyum Terkadang Sering
tidak ada meringis/menarik menggetarkan dagu
ekspresi khusus diri dan mengatupkan
rahang.
Jumlah Skor :
Skala : 0 = nyaman 4-6 = nyeri sedang
= Nyeri Sedang
1 – 3 = kurang nyaman 7 - 10 = nyeri berat
Nyeri berat
0 2 4 6 8 10
2. Observasi langsung terhadap pasien respons perilaku dan psikologis klien.Tujuan dari
pengkajian adalah mendapatkan pemahaman objektif dari pengalaman yang subyektif.
D. Pemeriksaan Fisik
1. Pemeriksaan Umum
a. Tanda vital: tekanan darah, nadi, pernapasan, suhu tubuh
b. Ukurlah berat badan dan tinggi badan pasien
c. Periksa apakah terdapat lesi/luka di kulit seperti jaringan parut akibat operasi,
hiperpigmentasi, ulserasi, tanda bekas jarum suntik.
d. Perhatikan juga adanya ketidaksegarisan tulang (malalignment), atrofi
otot fasikulasi, diskolorasi dan edema.
2. Status Mental
a. Nilai orientasi pasien
b. Nilai kemampuan mengingat jangka panjang, pendek, dan segera.
c. Nilai kemampuan kognitif
d. Nilai kondisi emosional pasien, termasuk gejala-gejala depresi, tidak ada harapan,
atau cemas.
3. Pemeriksaan Sendi
a. Selalu periksa kedua sisi untuk menilai kesimetrisan
b. Nilai dan catat pergerakan aktif semua sendi, perhatikan adanya keterbatasan gerak,
diskinesis raut wajah meringis atau simetris
c. Nilai dan catat pergerakan pasif dari sendi yang terlihat normal/dikeluhkan oleh
pasien (saat menilai pergerakan aktif). Perhatikan adanya limitasi gerak, raut
wajah meringis atau asimetris
d. Palpasi setiap sendi untuk menilai adanya nyeri
e. Pemeriksaan stabilitas sendi untuk mengidentifikasi adanya cedera ligamen.
5. Pemeriksaan Sensorik
Lakukan pemeriksaan: sentuhan ringan, nyeri (tusukan jarum pin prick), getaran dan
suhu.
4) Pasien dengan riwayat pembedahan tulang belakang
5) Gejala nyeri yang menetap > 4 minggu
b. Pemilihan Pemeriksaan Radiologi : bergantung pada lokasi dan karakteristik nyeri
1) Foto polos: untuk skrining inisial pada tulang belakang (fraktur,ketidak
segarisan, vertebra, spondilolistesis, spondiliosis, neoplasma).
2) MRI: gold standard dalam mengevaluasi tulang belakang
(herniasi diskus, stenosis spinal, osteomyelitis, infeksi ruang diskus,
keganasan, kompresi tulang belakang, infeksi).
3) CT-scan: evaluasi trauma tulang belakang, herniasi diskus, stenosis spinal
4) Radionuklida bone-scan: sangat bagus dalam mendeteksi perubahan
metabolisme tulang (mendeteksi osteomyelitia dini, fraktur kompresi yang
kecil/minimal, keganasan primer, metastasis tulang).
3) Nyeri Inflamasi
B. STRATEGI TERAPI
1. NYERI RINGAN
a. Terapi Nonfarmokologi
Intervensi nonfarmakologis cocok untuk pasien dengan kriteria :
(1) pasien merasa intervensi tersebut menarik,
(2) pasien yang mengekspresikan kecemasan/ketakutan,
(3) pasien yang memperoleh manfaat dari upaya mengurangi/menghindari terapi
obat, atau
(4) pasien yang mengalami nyeri ringan sampai sedang setelah menggunakan
terapi farmakologis.
1) Distraksi
Mengalihkan perhatian pasien ke hal yang lain sehingga menurunkan
kewaspadaan dan toleransi terhadap nyeri. Beberapa teknik distraksi antara
lain:
(1) nafas lambat, berirama
(2) massage and slow, rhythmic breathing
(3) rhythmic singing dan tapping
(4) active listening
(5) guide imagery.
Jenis-jenis distraksi yakni :
(1) distraksi visual seperti menonton tv
(2) distraksi auditori seperti music atau humor
(3) distraksi taktil seperti menarik nafas dan mengelus binatang dan
(4) distraksi intelektual seperti bermain teka teki silang atau melakukan
hobi.
(5) Imajinasi Terbimbing seperti membayangkan hal yang indah
2. NYERI SEDANG
a. Terapi Farmakologi
1) Obat Narkotika dan Obat Anti Inflamasi NSAID
Penggunaan analgesik merupakan metode yang paling umum dalam
mengatasi pada pasien yang mengalami nyeri sedang dan berat. Ada 3 jenis
analgesic, yakni :
1. non narkotik
2. obat antiinflamasi nonsteroid (NSAID),
3. analgesic narkotik (opiat).
Dan obat tambahan atau koanalgesik. Jenis non analgesic dan NSAID
umumnya menghilangkan nyeri ringan dan sedang, seperti disminore atau
nyeri pasca operasi ringan. Kedua jenis analgesic ini mengurangi nyeri
dengan bekerja di ujung saraf perifer daerah luka dan menurunkan tingkat
mediator inflamasi yang dihasilkan di daerah yang luka. Contoh obat
analgesic non narkotik yakni astaminofen, sedangkan NSAID yakni
ibuprofen, narproksen dan indomeasin.
Analgesic opiat umumnya digunakan untuk menghilangkan nyeri sedang
sampai berat, sperti pascaoperasi dan maligna. Bekerja pada system saraf
pusat untuk menghasilkan kombinasi efek yang mendepresik dan
p. Humor
Sullivan dan Deane dalam Suryani, (2005), melaporkan bahwa humor
merangsang produksi catecholamine dan hormone yang menimbulkan perasaan
sehat, meningkatkan toleransi terhadap rasa sakit, mengurangi anxietas,
memfasilitasi relaksasi pernafasan dan menggunakan humor untuk menutup rasa
takut dan tidak enak atau menutupi ketidak mampuannya untuk berkomunikasi
dengan klien.
q. Memberikan Pujian
Memberikan pujian (reinforcement) merupakan keuntungan psikologis yang
didapatkan klien ketika berinteraksi dengan perawat. Reinforcement berguna
untuk meningkatkan harga diri dan menguatkan perilaku klien Gerald, D dalam
Suryani, (2005). Reinforcement bisa diungkapkan dengan kata-kata ataupun
melalui isyarat nonverbal.
PASIEN
NYERI