Anda di halaman 1dari 23

PANDUAN

KESERAGAMAN PELAYANAN PASIEN

RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU


Jl.Lintas Barat Pekon Fajar Agung Barat Kec.Pringsewu
TAHUN 2018
PEMERINTAH KABUPATEN PRINGSEWU
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU
Jl.Lintas Barat Pekon Fajar Agung Barat Kec.Pringsewu Kode Pos 35373

SURAT KEPUTUSAN
DIREKTUR RSUD PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU
NOMOR : 445/267.c /LT.10/2018
TENTANG
PANDUAN KESERAGAMAN PELAYANAN PASIEN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU

Menimbang a. bahwa dalam upaya meningkatkan mutu pelayanan Rumah


Sakit Umum Daerah Pringsewu, maka diperlukan
penyelenggaraan pelayanan yang bermutu tinggi.
b. bahwa agar pelayanan di Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu dapat terlaksana dengan baik, perlu adanya
kebijakan Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu
sebagai landasan penyelenggaraan pelayanan Rumah Sakit
Umum Daerah pringsewu.
c. bahwa berdasarkan pertimbangan sebagaimana dimaksud
dalam butir a dan butir b perlu ditetapkan dengan Keputusan
Derektur Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.
Mengingat 1. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 44 Tahun
2009 Tentang Rumah Sakit.
2. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 36 Tahun
2009 Tentang Kesehatan.
3. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1438 / MENKES / PER / IX / 2010 Tentang Standart
Pelayanan Kedokteran.
4. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
290 / MENKES / PER / III / 2008 Tentang Persetujuan
Tindakan Kedokteran.
5. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
269 / MENKES / PER / III / 2008 Tentang Rekam Medis.
6. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 8 Tahun 1999
Tentang Pelindungan Konsumen.
7. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7 Tahun 1996
Tentang Kualitas pangan yang dikomsumsi harus memenuhi
beberapa kriteeria, diantaranya adalah aman, bergizi,
bermutu dan dapat terjangkau oleh daya beli masyarakat.
8. Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 23 Tahun
1992 Tentang Kesehatan & Kepmenkes Nomor 715 /
Menkes / SK / V / 2003 Tentang Persyaratan hygiene
sanitasi jasaboga.
9. Menurut Undang – Undang Republik Indonesia Nomor 7
Tahun 1996 Tentang Pangan, Pasal 16 ayat (1) “ Setiap
orang yang memproduksi pangan untuk diedarkkan dilarang
menggunakan bahan apapun sebagai kemasan pangan yang
dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan
cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan
manusia “ dan ayat (3) “Pemerintah menetapkan bahan yang
dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan tata cara
penegemasan pangan tertentu yang diperdagangkan.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129 / MENKES / SK / II / 2008 tanggal 6 Februari Tentang
Standart pelayanan minimal Rumah Sakit.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374 / MENKES / SK / III / 2007 tanggal 27 Maret 2007
Tentang Standart Profesi Gizi.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161 / MENKES / PER / 2010 Tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098 / MENKES / SK / VII / 2003 Tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204 / MENKES / SK / X / 2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
794a / MENKES / PER / XII / 1989 Tentang Rekam Medis.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722 / MENKES / PER / IX / 1988 Tentang Bahan Tambahan
Makanan.
17. Peringatan Publik BPOM Nomor KH.00.02.1.55.2888
Tahun 2009 Tentang “Plastik Kresek” dan Keterangan Pers
BPO, Nomor KH.00.02.1.55.2888 Tahun 2009 Tentang
“Kemasan Makanan Styrofoam” (lampiran) ditambah
dengan penelitian-penelitan yang pernah dilakukan terhadap
bahaya plastik dan styrofoam, semakin perlu diawasi.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519 / MENKES / PER / III / 2011 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anastesiologi dan terapi
intensif di Rumah Sakit.

MEMUTUSKAN

KEPUTUSAN DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH


PRINGSEWU TENTANG PANDUAN KESERAGAMAN
Menetapkan PELAYANAN PASIEN DI RUMAH SAKIT UMUM DAERAH
PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU.
PERTAMA
Kebijakan Proses pelayanan Pasien Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu, sebagaimana tercantum dalam lampiran Keputusan ini.

Pembinaan dan pengawasan penuyelenggaraan proses pelayanan


KEDUA pasien Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu, dilaksanakan oleh
Pembinaan Pelayanan Medik Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu.
KETIGA
Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkannya dan apabila di
kemudian hari ternyata terdapat kekeliruan dalam penetapan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.

KEEMPAT

KELIMA Panduan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan


Pringsewu, 07 April 2018
Direktur RSUD Pringseewu

dr. Teddy, Sp.PD


NIP : 19710902 200212 1 006

TEMBUSAN YTH :
1. Kepala Instalasi Rawat Inap
2. Kepala Seksi Keperawatan
3. Kepala Bidang Bidang keperawatan
4. Arsip

DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR

DAFTAR ISI

BAB I PENDAHULUAN

BAB II RUANG LINGKUP

BAB III TATA LAKSANA

BAB IV PENDOKUMENTASI
KATA PENGANTAR

Dengan mengucap puji dan syukur kehadirat Allah SWT, yang telah
memberikan rahmat dan karunia-Nya sehingga Panduan Keseragaman
Pelayanan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu ini dapat
terselesaikan.
Perlu disadari bahwa keseragaman dalam pelayanan pasien di Rumah
Sakit Umum Daerah Pringsewu diperlukan komitmen yang baik dari segala
sisi, baik dari pimpinan Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu maupun
seluruh staf rumah sakit untuk memenuhi kebutuhan pasien di Rumah Sakit
Umum Daerah Pringsewu.
Ungkapan terima kasih kami haturkan kepada Direktur Rumah Umum
Daerah Sakit Pringsewu yang telah memberikan dukungan baik secara moril
maupun materil dalam penyelesaian penyusunan Panduan Keseragaman
Pelayanan Pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu, serta kepada
seluruh staf di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu yang telah turut serta
membantu dan berperan aktif dalam pelaksanaan keseragaman pelayanan
pasien di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.
LAMPIRAN PERATURAN
DIREKTUR RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU
NOMOR : 445/ 267.c /LT.10/2018
TANGGAL : 07 April 2018

BAB I
UMUM

Pasien dengan masalah kesehatan dan kebutuhan pelayanan yang


sama berhak mendapatkan kualitas asuhan yang sama di rumah sakit. Untuk
melaksanakan prinsip “kualitas asuhan yang seragam” mengharuskan
pimpinan merencanakan dan mengkoordinasi pelayanan pasien. Secara
khusus, pelayanan yang diberikan kepada populasi pasien yang sama pada
berbagai unit kerja, dipandu oleh kebijakan dan prosedur yang menghasilkan
pelayanan yang seragam. Sebagai tambahan, pimpinan harus menjamin
bahwa rumah sakit menyediakan tingkat kualitas asuhan yang sama setiap
hari dalam seminggu dan pada setiap shift. Kebijakan dan prosedur tersebut
harus sesuai dengan undang-undang dan peraturan yang berlaku yang
membentuk proses pelayanan pasien dan dikembangkan secara kolaboratif.
Asuhan pasien yang seragam terefleksi sebagai berikut :

1. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, tidak tergantung


atas kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan.
2. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang diberikan oleh praktisi yang
berkompeten yang tidak tergantung atas hari-hari tertentu atau waktu
tertentu.
3. Ketepatan (acuity) mengenali kondisi pasien dalam menentukan
alokasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasien.
4. Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien (misalnya pelayanan
anestesia) sama di seluruh rumah sakit.

I. Pengertian Asuhan Pasien Yang Seragam

Asuhan pasien yang seragam di seluruh rumah sakit merupakan proses


pelayanan yang dilakukan oleh seluruh staf rumah sakit kepada pasien
untuk memenuhi kebutuhan pasien.
II. Tujuan Asuhan Pasien Yang Seragam
Untuk memenuhi kebutuhan pasien, dalam penanganan masalah kesehatan
pasien, dilakukan oleh seluruh tenaga rumah sakit dengan asuhan pasien
yang seragam.

BAB II
RUANG LINGKUP

Asuhan Pasien Yang Seragam meliputi :

1. Pelayanan Yang Seragam

 Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu dalam menyelenggarakan


pelayanan kesehatan menerapkan prinsip non – diskriminatif yaitu
pelayanan yang seragam tanpa membedakan status sosial – ekonomi,
budaya, agama dam waktu pelayanan.
 Asuhan pasien dan pengobatan diberikan oleh praktisi yang kompeten
dan memadai selama 24 jam.
 Penentuan alokasi sumber daya untuk memenuhi kebutuhan pasien
didasarkan atas ketepatan mengenali kondisi pasien.
 Tingkat asuhan yang diberikan kepada pasien, sama diseluruh rumah
sakit.
 Asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien, sama dengan
asuhan keperawatan diseluruh rumah sakit.

2. Pelayanan Kedokteran dan Keperawatan

Asuhan pasien meliputi pelayanan Kedokteran dan Keperawatan yang


mengacu kepada Pedoman Nasional Pelayanan Kedokteran (PNPK) dan
Standar Prosedur Operasional sesuai dengan perundang – undangan yang
belaku.

3. Pengintegrasian Dan Pengkoordinasian Asuhan Pasien

 Proses asuhan pasien bersifat dinamis dan banyak melibatkan praktisi


pelayanan kesehatan dan dapat melibatkan berbagai unit kerja dan
pelayanan.
 Asuhan kepada pasien direncanakan dan ditulis di rekam medis.
 Asuhan untuk setiap pasien direncanakan oleh Dokter Penanggung
Jawab Pelayanan (DPJP), perawat dan tim medis lainnya dalam waktu
kurang dari 24 jam setelah pasien diopname di Rumah Sakit Umum
Daerah Pringsewu.
 Rencana asuhan pasien bersifat holistik dan berdasarkan data
assesman awal pasien.
 Rencana asuhan pasien dicatat dalam rekam medis untuk melihat
pelayanan apa saja yang sudah diberikan oleh praktisi pelayanan
kesehatan.
 Kemajuan yang diantisipasi dicatat atau direvisi sesuai kebutuhan,
berdasarkan hasil assesman ulang pasien oleh praktisi pelayanan
kesehatan
 Rencana asuhan untuk tiap pasien di review dan diverifikasi oleh DPJP
dengan mencatat kemajuannya.
 Asuhan yang diberikan kepada setiap pasien dicatat dalam rekam
medis oleh pemberi pelayanan.

4. Penulisan Perintah Dalam Rekam Medis

 Perintah harus tertulis bila diperlukan dan mengikuti pedoman rekam


medis rumah sakit.
 Permintaan pemeriksaan diagnostik imaging dan laboratorium klinis
harus disertai indikasi klinis.
 Hanya mereka yang diijinkan boleh menuliskan perintah, sesuai dengan
pedoman rekam medis rumah sakit.
 Perintah berada di lokasi tertentu yang seragam di rekam medis pasien.

5. Komunikasi Efektif

 Perintah lisan melalui telfon dituliskan secara lengkap oleh penerima


perintah.
 Setelah menerima perintah lisan melalui telpon dibacakan kembali oleh
penerima perintah.
 Perintah atau hasil pemeriksaan dikonfirmasi oleh individu yang
memberi perintah.
6. Pelayanan Instalasi

 Pelayanan Instalasi Gawat Darurat, Rawat Inap, Rawat Intensif,


Laboratorium dan Radiologi dilaksanakan dalam 24 jam. Pelayanan
Rawat jalan sesuai dengan jadwal praktik dokter. Pelayanan Kamar
Operasi dilaksanakan dalam jam kerja (efektif/terencana) dan
dilanjutkan dengan sistem on call.
 Pelayanan harus selalu berorientasi pada mutu dan keselamatan
pasien.
 Seluruh staf Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu harus bekerja
sesuai dengan standar profesi, pedoman/panduan dan standar
prosedur operasional yang berlaku, serta sesuai dengan etika profesi,
etika Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu yang berlaku.
 Seluruh Staf Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu dalam
melaksanakan pekerjaannya wajib selalu sesuai dengan ketentuan
Kesehatan dan Keselamatan Kerja Rumah Sakit (K3), termasuk dalam
penggunaan alat pelindung diri (APD).

7. Pelayanan Kasus Emergency


Pelayanan kasus Emergency diidentifikasi, dan dilakukan oleh tenaga
medis yang bersertifikat dan kompeten di Instalasi Gawat Darurat

8. Skrining Dan Triase

 Skrining dilakukan pada kontak pertama untuk menetapkan apakah


pasien dapat dilayani oleh Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.
 Skrining dilaksanakan melalui kritera triase, visual atau pengamatan,
pemeriksaan fisik, psikologik, laboratorium klinik atau diagnostik imajing
sebelumnya.
 Kebutuhan darurat, mendesak, atau segera diidentifikasi dengan proses
triase berbasis bukti untuk memprioritaskan pasien dengan kebutuhan
emergensi.
9. Asesmen Pasien

 Semua pasien harus diidentifikasi kebutuhan pelayanannya melalui


suatu proses asesmen yang baku.
 Asesmen awal rawat jalan dilakukan oleh dokter umum atau dokter
spesialis di poliklinik rawat jalan.
 Pengkajian medik rawat inap dilakukan oleh dokter penanggung jawab
pasien (DPJP).
 Asesmen awal setiap pasien meliputi evaluasi faktor fisik, psikologis,
sosial dan ekonomi, termasuk pemeriksaan fisik dan riwayat kesehatan.
 Hanya mereka yang kompeten sesuai perijinan, undang – undang dan
peraturan yang berlaku dan sertifikasi dapat melakukan asesmen
pasien.
 Asesmen awal medis dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak rawat
inap atau sesuai kondisi pasien.
 Asesmen awal keperawatan dilaksanakan dalam 24 jam pertama sejak
rawat inap atau lebih cepat sesuai kebijakan rumah sakit.
 Asesmen awal termasuk menentukan kebutuhan rencana pemulangan
pasien (discharge planning).
 Semua pasien dilakukan asesmen ulang pada interval tertentu atas
dasar kondisi dan pengobatan untuk menetapkan respons terhadap
pengobatan dan untuk merencanakan pengobatan atau untuk
pemulangan pasien.
 Data dan informasi asesmen pasien dianalis dan diintegrasikan.

10. Penyediaan Pelayanan Pasien Resiko Tinggi

 Kasus Emergency

 Identifikasi pasien kasus emergency atau beresiko tinggi terjadinya


kasus emergency dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
 Seluruh tenaga medis yang bertugas ditempat dengan kasus resiko
tinggi wajib memiliki sertifikat.
 Pemberian Pelayanan Resustasi
 Resustasi dapat dilakukan di seluruh unit rumah sakit.
 Seluruh karyawan yang bertugas di semua unit rumah sakit
diberikan pelatihan Bantuan Hidup Dasar (BHD).
 Resustasi lanjut dilakukan oleh tim yang terlatih dengan nama Blue
Team membawa alat – alat dan obat resustasi yang diperlukan.

 Asuhan pasien yang menggunakan peralatan bantuan hidup dasar atau


yang koma

 Identifikasi kebutuhan pasien dengan peralatan bantuan hidup dasar


atau yang koma dilakukan oleh tenaga medis yang kompeten.
 Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu sudah mampu melakukan
asuhan pasien yang menggunakan peralatan bantuan hidup dasar
atau yang koma.

 Asuhan pasien dengan penyakit menular dan mereka yang daya tahan
tubuhnya turun.

 Identifikasi kebutuhan asuhan pasien dan resiko penularan akibat


dari penyakit atau akibat obat – obatan yang diberikan.
 Bila fasilitas tidak memungkinkan untuk melakukan asuhan pasien
tersebut agar diberitahukan kepada pasien dan keluarga untuk
dirujuk ke tempat yang fasilitasnya yang sesuai dengan kebutuhan.

 Asuhan pasien hemodialisis ( cuci darah )

 Setiap pasien yang akan menjalani hemodialisa mendapat


pelayanan yang sesuai dengan Panduan Pelayanan Hemodialisa di
Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.
 Setiap unit dan pertugas yang terkait dengan Pelayanan
Hemodialisa harus bekerja sesuai dengan Panduan Pelayanan
Hemodialisa di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.

 Mengarahkan penggunaan alat penghalang (restraint) dan asuhan


pasien yang diberi penghalang.
 Identifikasi penggunaan alat penghalang dilakukan pada pasien
yang tidak mengerti asuhan yang diberikan, seperti pasien anak dan
geriatri, pasien gelisah dan kesadaran menurun.
 Asuhan diberikan sesuai dengan kebutuhan pasien.

 Asuhan pasien yang beresiko disiksa.

 Identifikasi pasien dengan resiko disiksa, seperti pasien lanjut usia,


cacat tubuh, cacat mental dan anak – anak.
 Pelayanan pasien seperti diatas melibatkan multidisiplin ilmu dan
tersedia dalam suatu tim asuhan.

 Mengarahkan asuhan pada pasien yang mendapat kemoterapi.

 Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu tidak memberikan


pelayanan kemoterapi.
 Untuk pelayanan kemoterapi, Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu memberlakukan aturan sesuai dengan Kebijakan,
Panduan dan Standar Prosedur Operasional yang berlaku.

11. Penanganan Dan Pemberian Produk Darah.

 Setiap penggunaan dan pemberian darah dan atau produk darah harus
berdasarkan atas permintaan dokter.
 Pemberian darah dan atau produk darah harus selalu memperhatikan
keselamatan pasien.
 Darah atau produk darah yang diberikan kepada pasien harus dijamin
bebas dari bibit penyakit yang dapat menimbulkan penyakit yang dapat
ditularkan melalui transfusi darah dan atau dari produk darah. Oleh
sebab itu produk darah yang akan diberikan untuk pasien sudah
diskrining dari unit transfusi darah Rumah Sakit Umum Daerah
Pringsewu.
 Sebelum melakukan pemberian darah atau produk darah (transfusi)
pasien harus melakukan serangkaian pemeriksaan kelayakan dan
memberikan persetujuan (Inform consent).
 Pada pelaksanakan pemberian darah dan atau produk darah harus
dilakukan secara aman dan rasional serta meminimalkan resiko
transfusi.
 Pemberian darah dan atau produk darah harus dicatat di dalam rekam
medis.

12. Manajemen Nutrisi

 Pasien diskrining untuk status gizi.


 Respon pasien terhadap terapi gizi dimonitor.
 Makanan disiapkan dan disimpan dengan cara mengurangi resiko
kontaminasi dan pembusukan.
 Produk nutrisi enteral disimpan sesuai rekomendasi pabrik.
 Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan
khusus.

13. Manajemen Nyeri

 Semua pasien rawat inap dan rawat jalan di skrining untuk rasa sakit
dan dilakukan asesmen apabila ada rasa nyerinya.
 Pasien dibantu dalam pengelolaan rasa nyeri secara efektif.
 Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai pedoman dan standar prosedur
operasional.
 Komunikasi terapetik dan mendidik pasien dan keluarga tentang
pengelolaan nyeri dan gejala dalam konteks pribadi, budaya dan
kepercayaan agama masing – masing.

14. Transfer Keluar Rumah Sakit / Rujukan

 Melakukan konfirmasi terlebih dahulu ke Rumah Sakit yang akan dituju


sebelum pasien dirujuk.
 Merujuk berdasarkan atas kondisi kesehatan dan kebutuhan akan
pelayanan berkelanjutan
 Rumah Sakit menentukan Tim Medis yang bertanggung jawab selama
proses rujukan serta pembekalan dan peralatan apa yang dibutuhkan
selama transportasi.
 Sebelum pasien dirujuk, maka Tim Medis menjelaskan kepada keluarga
pasien dan meminta persetujuan keluarga dengan menanda tangani
form inform consent.
 Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu merujuk ke rumah sakit yang
tipenya lebih tingggi
 Proses rujukan didokumentasikan didalam rekam medis pasien.
 Setiap pasien yang dirujuk membawa surat rujukan dan disertai dengan
resume medis.
15. Pemberitahuan Kepada Pasien dan Keluarga Tentang Hasil asuhan
Dan Pengobatan

 Setiap tindakan pelayanan yang diberikan kepada pasien yang


berhubungan dengan kejadian yang tidak diharapkan diberitahukan
terlebih dahulu kepada keluarga dan pasien kemudian menandatangani
form persetujuan tindakan.

16. Transfer / Perpindahan di Dalam Rumah Sakit

 Transfer dilaksanakan sesuai dengan kriteria yang telah ditetapkan.


 Pasien yang ditransfer harus dilakukan pengelompokan berdasarkan
kriteria pasien transfer terlebih dahulu sebelum dipindahkan.
 Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu melaksanakan proses untuk
memberikan pelayanan asuhan pasien yang berkelanjutan didalam
rumah sakit dan koordinasi antar para tenaga medis.
 Bila ada indikasi, rumah sakit dapat membuat rencana kontinuitas
pelayanan yang diperlukan pasien sedini mungkin.

17. Penundaan Pelayanan

 Memperhatikan kebutuhan klinis pasien pada waktu menunggu atau


penundaan untuk pelayanan diagnostik dan pengobatan.
 Memberikan informasi apabila akan terjadi penundaan pelayanan atau
pengobatan.
 Memberi informasi alasan penundaan atau menunggu dan memberikan
informasi tentang alternatif yang tersedia sesuai dengan keperluan
klinik mereka.
18. Penolakan Pelayanan dan Pengobatan

 Pasien dan keluarga berhak menolak atau tidak melanjutkan untuk


dilakukan tindakan medis.
 Pihak rumah sakit wajib memberitahukan tentang konsekuensi dan
tanggung jawab yang berkaitan dengan keputusan tersebut.
 Pasien dan keluarga yang menolak untuk dilakukan pelayanan medis
dan pengobatan dari Tim Medis wajib menandatangani surat penolakan
tindakan medis setelah mendapatkan inform cansent dari rumah sakit.
 Posisi Rumah Sakit sesuai dengan norma agama dan budaya
masyarakat, serta persyaratan hukum peraturan.

19. Pemulangan Pasien

 Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) yang bertanggung jawab atas


pelayanan pasien tersebut, harus menentukan kesiapan pasien untuk
dipulangkan.
 Keluarga pasien dilibatkan dalam perencanaan proses pemulangan
yang terbaik atau sesuai kebutuhan pasien.
 Rencana pemulangan pasien meliputi kebutuhan pelayanan penunjang
dan kelanjutan pelayanan medis (kontrol ulang).
 Resume medis pasien pulang dibuat oleh dokter penanggung jawab
pasien (DPJP)sebelum pasien pulang.
 Resume medis berisi semua tindakan medis yang sudah dilakukan dan
waktu kontrol ulang bila perlu.
 Salinan resume medis pasien pulang di dokumentasikan dalam rekam
medis.

20. Pelayanan Pasien Tahap Terminal

 Setiap pasien mendapatkan pelayanan yang komprehensif pada akhir


kehidupannya.
 Semua Tim medis harus menyadari kebutuhan unik pasien pada akhir
kehidupannya yaitu meliputi pengobatan terhadap gejala primer dan
sekunder, manajemen nyeri, respon terhadap aspek psikologis, sosial,
emasional, agama dan budaya pasien dan keluarganya serta
keterlibatanya dalam keputusan pelayanan.
 Dokter penanggung jawab pasien (DPJP) wajib menjelaskan kepada
keluarga dan pasien tentang kondisi pasien yang sebenarnya.
 Pelayanan kerohanian (spiritual) disediakan oleh rumah sakit setiap
hari.

21. Transportasi

 Transportasi milik rumah sakit harus sesuai dengan hukum dan


peraturan yang berlaku berkenaan dengan pengoperasian, kondisi dan
pemeliharaan.
 Transportasi disediakan atau diatur sesuai dengan kebutuhan dan
kondisi pasien.
 Semua kendaraan yang dipergunakan untuk transportasi milik rumah
sakit, dilengkapi dengan peralatan yang memadai, perbekalan dan
medikamentosa sesuai dengan kebutuhan pasien yang dibawa.
BAB III
TATA LAKSANA

Proses Pelayanan Yang Seragam

1. Tata Cara Asuhan Rawat Jalan

 Sebelum poliklinik dibuka, petugas menyiapkan formulir dan catatan


sebagai kelengkapan dokumen Rekam medis (RM) yang akan
digunakan.
 Menerima dokumen Rekam Medik (RM) dari Tempat Pendaftaran
pasien Rawat Jalan (TPPRJ) dengan menandatangainya pada buku
ekspedisi.
 Mengontrol pembayaran jasa pelayanan rawat jalan yang dibawa
pasien dan dicatat di buku registrasi rawat jalan.
 Memanggil pasien secara berurutan agar tidak terjadi antrian yang
panjang di ruang tunggu poliklinik yang bersangkutan.
 Melakukan pemeriksaan dan terapi bila perlu melakukan tindakan serta
mencatat atau mengisi kedalam dokumen rekam medik secara lengkap
dan ditandatangani.
 Memberikan keterangan tentang penyakit kepada pasien dan
diputuskan perlu dirujuk atau tidak, dirawat inap atau tidak.
 Apabila perlu dirawat inap, membuat surat perintah dirawat.
 Apabila perlu dilakukan pemeriksaan penunjang, membuat surat
permintaan pemeriksaan penunjang.
 Membuat pengantar pembayaran tindakan jasa rawat jalan diserahkan
kepada pasien untuk dibayarkan ke kasir.
 Apabila diperlukan, membuat surat keterangan sakit / sehat dan surat
keterangan kematian.
 Mencatat identitas pasien rawat jalan kedalam buku register poliklinik
dengan nomor urut rekam medis kedalam ringkasan riwayat penyakit
rawat jalan.
 Membuat surat hasil rawat jalan yang diserahkan ke unit rekam medik,
kecuali untuk pasien yang dirawat inap.
 Mengembalikan dokumen rekam medik ke unit rekam medik dengan
buku ekspedisi.
 Menjumlahkan pembayaran jasa pelayanan poliklinik dan jasa tindakan
poliklinik berdasarkan bukti pembayaran dari kasir untuk dicocokkan
dengan catatan di kasir.

2. Tata Cara Asuhan Rawat Inap

 Petugas menerima pasien, dalam melakukan pelayanan terhadap


pasien petugas harus mampu melayani dengan cepat karena mungkin
pasien memerlukan penanganan segera.
 Penanganan pertama dari perawat harus mampu memberikan
kepercayaan bahwa pengobatan yang diterima dimulai secara benar.
 Penanganan para dokter dan perawat yang profesional akan
menimbulkan kepercayaan pasien bahwa pasien tidak salah memilih
rumah sakit.
 Ruang yang bersih dan nyaman, memberikan nilai tambah kepada
rumah sakit.
 Peralatan yang memadai dengan operator yang profesional.
 Lingkungan ruamah sakit yang nyaman.

3. Tata Cara Asuhan Penyampaian Informasi Asesmen Pasien

 Tim dokter mempersilakan masuk kedalam ruangan dokter dan


mengucapkan salam kepada pasien dan keluarga pasien.
 Tim dokter menyapa pasien dengan memanggil namanya.
 Tim dokter menciptakan suasana yang nyaman untuk menyampaikan
informasi asesmen kepada pasien dan keluarga pasien karena
informasi yang akan diberikan adalah informasi yang penting tentang
hasil asuhan dan pengobatan pasien.
 Tim dokter menjelaskan hasil tindakan medis yang dilakukan dengan
memberitahukan hasil diagnosa, bahwa dari hasil pemeriksaan dan
pengobatan pasien dinyatakan telah sembuh.
 Apabila hasil asuhan dan pengobatan pasien telah disampaikan, dan
tidak ada lagi pertanyaan yang diajukan oleh pasien dan keluarga
pasien maka dokter akan berdiri ketika pasien hendak pulang.
 Dokter akan memberikan resep untuk jadwal makan obat dirumah atau
jadwak kontrol ulang untuk datang ke rumah sakit untuk pemeriksaan
kembali.
4. Tata Cara Asuhan Anastesi :

 Asuhan Pre Anastesi

 Melakukan anamnesa riwayat kesehatan pasien.


 Melakukan pemeriksaan dan penilaian status fisik pasien.
 Melakukan pengecekan persiapan administrasi pasien.
 Melakukan analisa hasil pengkajian dan merumuskan masalah.
 Menyusun rencana tindakan pelayanan pre anestesi.
 Melaksanakan tindakan perawatan pre anastesi.
 Berkolaborasi dalam melakukan tindakan pelayanan pre anestesi.
 Mempersiapkan pasien dan keluarga dalam pelaksanaan
pendidikan kesehatan.

 Asuhan Tindakan Anastesi

 Membuat perencanaan teknik anastesi.


 Melaksanakan teknik anastesi.
 Melakukan pemasangan alat monitoring invasif dan non – invasif.
 Melakukan intubasi.
 Melakukan pemberian obat anastesi.
 Melakukan pemberian obat tambahan dan cairan sesuai kebutuhan
pasien.
 Mengidentifikasi kebutuhan posisi fisiologis normal selama tindakan
pembedahan.
 Mengatasi gangguan yang mungkin timbul akibat anastesi atau
pembedahan.
 Melakukan pemeliharaan jalan nafas selama masa intra anestesi.
 Melakukan pemasangan alat ventilasi mekanik.
 Melakukan pemasangan alat nebulizer.
 Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisi gawat
darurat di meja operasi
 Mampu melaksanakan tindakan pengakhiran anastesi.
 Mampu melakukan pencegahan komplikasi pengakhiran anastesi.
 Mampu mengatasi komplikasi pengakhiran anasteasi.
 Mampu berkolaborasi dalam melakukan tindakan intra anastesi.

 Asuhan Pasca Anastesi

 Mampu menentukan kebutuhan pelayanan lanjutan pasca anastesi


regional.
 Mampu menentukan kebutuhan perawatan lanjutan pasca anasteasi
umum.
 Mampu melakukan kolaborasi pada tindakan manajemen nyeri.
 Mampu melaksanakan tindakan untuk mengatasi kondisi gawat
darurat di ruangan pemulihan.
 Mampu melakukan perawatan pasca anastesi pada pasien dengan
tindakan anastesi regional.
 Mampu menentukan kondisi pasien pasca anastesi untuk pindah ke
ruang perawatan.
 Mampu berkolaborasi dalam melakukan asuhan keperawatan pasca
anastesi.
 Mendokumentasikan tindakan keperawatan yang dilakukan.
BAB IV
DOKUMENTASI

Asuhan pasien yang seragam di seluruh rumah sakit merupakan


proses pelayanan yang dilakukan oleh seluruh staf rumah sakit kepada
pasien untuk memenuhi kebutuhan pasien seperti asuhan rawat jalan, ruang
inap, penyampaian informasi asesmen pasien, dan asuhan anastesi yang
diberikan Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu pada asuhan pasien
melalui tim medis.

Buku panduan asuhan pasien yang seragam didampingi dengan


dokumen sebagai berikut : Dokumen Regulasi
 Kebijakan Asuhan Pasien Yang Seragam.
 Panduan Asuhan Pasien Yang Seragam.
 Satandar prosedur Operasional Asuhan Pasien Yang Seragam.

Demikian buku panduan ini disusun sebagai pedoman asuhan pasien


yang seragam di Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu, maka segala
pelayanan pasien wajib berdasarkan buku panduan ini terhitung setelah
disahkan oleh Direktur Rumah Sakit Umum Daerah Pringsewu.

Disetujui Oleh
Direktur RSUD Pringsewu

dr. Teddy, Sp.PD


NIP : 19710902 200212 1 006

Anda mungkin juga menyukai