KEPUTUSAN DIREKTUR
DIREKTUR RSUD PRINGSEWU KABUPATEN PRINGSEWU
NOMOR : 445/267.b /LT.10/2022
TENTANG
PELAYAN PASIEN YANG SERAGAM
RUMAH SAKIT UMUM DAERAH PRINGSEWU
1
dinyatakan terlarang dan atau yang dapat melepaskan
cemaran yang merugikan atau membahayakan kesehatan
manusia “ dan ayat (3) “Pemerintah menetapkan bahan
yang dilarang digunakan sebagai kemasan pangan dan tata
cara penegemasan pangan tertentu yang diperdagangkan.
10. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
129 / MENKES / SK / II / 2008 tanggal 6 Februari Tentang
Standart pelayanan minimal Rumah Sakit.
11. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
374 / MENKES / SK / III / 2007 tanggal 27 Maret 2007
Tentang Standart Profesi Gizi.
12. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
161 / MENKES / PER / 2010 Tentang Registrasi Tenaga
Kesehatan.
13. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1098 / MENKES / SK / VII / 2003 Tentang Persyaratan
Hygiene Sanitasi Lingkungan Rumah Sakit.
14. Keputusan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
1204 / MENKES / SK / X / 2004 Tentang Persyaratan
Kesehatan Lingkungan Rumah Sakit.
15. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
794a / MENKES / PER / XII / 1989 Tentang Rekam Medis.
16. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
722 / MENKES / PER / IX / 1988 Tentang Bahan
Tambahan Makanan.
17. Peringatan Publik BPOM Nomor KH.00.02.1.55.2888
Tahun 2009 Tentang “Plastik Kresek” dan Keterangan Pers
BPO, Nomor KH.00.02.1.55.2888 Tahun 2009 Tentang
“Kemasan Makanan Styrofoam” (lampiran) ditambah
dengan penelitian-penelitan yang pernah dilakukan terhadap
bahaya plastik dan styrofoam, semakin perlu diawasi.
18. Peraturan Menteri Kesehatan Republik Indonesia Nomor
519 / MENKES / PER / III / 2011 Tentang Pedoman
Penyelenggaraan Pelayanan Anastesiologi dan terapi
intensif di Rumah Sakit.
2
MEMUTUSKAN
Menetapkan
KEDUA Jadi sebagai tekaid diktum kesatu tercantum dalam lampiran juga
merupakan bagian tidak terpisahkandari lampiran ini.
Ditetapkan di Pringsewu,
Pada tanggal,7 April 2022
Direktur RSUD Pringseewu
3
LAMPIRAN:PELAYANAN ASUHAN PASIEN YANG
SERAGAM NOMER : 445/267.b /LT.10/2022
BAB 1
PELAYANAN SERAGAM
A. Tujuan Umum
Tanggung jawab rumah sakit dan staf yang terpenting adalah memberikan asuhan dan
pelayanan pasien yang efektif dan aman. Hal ini membutuhkan komunikasi yang
efektif, kolaborasi, dan standardisasi proses untuk memastikan bahwa rencana,
koordinasi, dan implementasi asuhan mendukung serta merespons setiap kebutuhan unik
pasien dan target. Asuhan tersebut dapat berupa upaya pencegahan, paliatif, kuratif,
atau rehabilitatif termasuk anestesia, tindakan bedah, pengobatan, terapi suportif, atau
kombinasinya, yang berdasar atas pengkajian awal dan pengkajian ulang pasien. Area
asuhan risiko tinggi (termasuk resusitasi dan transfusi) serta asuhan untuk pasien risiko
tinggi atau kebutuhan populasi khusus yang membutuhkan perhatian tambahan. Asuhan
pasien dilakukan oleh profesional pemberi asuhan (PPA) dengan banyak disiplin dan
staf klinis. Semua staf yang terlibat dalam asuhan pasien harus memiliki peran
yang jelas, ditentukan oleh kompetensi dan kewenangan, kredensial, sertifikasi,
hukum dan regulasi, keterampilan individu, pengetahuan, pengalaman, dan kebijakan
rumah sakit, atau uraian tugas wewenang (UTW). Beberapa asuhan dapat dilakukan oleh
pasien/keluarganya atau pemberi asuhan terlatih (caregiver). Pelaksanaan asuhan dan
pelayanan harus dikoordinasikan dan diintegrasikan oleh semua profesional pemberi
asuhan (PPA) dapat dibantu oleh staf klinis. Asuhan pasien terintegrasi dilaksanakan
dengan beberapa elemen:
a) Dokter penanggung jawab pelayanan (DPJP) sebagai pimpinanklinis/ketua tim PPA
(clinical leader).
b) PPA bekerja sebagai tim interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional, menggunakan
panduan praktik klinis (PPK), alur klinis/clinical pathway terintegrasi, algoritma,
protokol, prosedur, standing order, dan catatan perkembangan pasien terintegrasi (CPPT).
c) Manajer Pelayanan Pasien (MPP)/Case Manager menjaga kesinambungan pelayanan.
d) Keterlibatanserta pemberdayaan pasien dan keluarga dalam asuhan bersama PPA harus
memastikan:
1] Asuhan direncanakan untuk memenuhi kebutuhan pasien yang unik berdasar atas hasil
pengkajian;
2] Rencana asuhan diberikan kepada tiap pasien;
3] Respons pasien terhadap asuhan dipantau; dan
4] Rencana asuhan dimodifikasi bila perlu berdasarkan respons
pasien. Fokus Standar Pelayanan dan Asuhan Pasien (PAP) meliputi:
Pemberian pelayanan untuk semua pasien
Pelayanan pasien risiko tinggi dan penyediaan pelayanan risiko tinggi;
Pemberian makanan dan terapi nutrisi;
Pengelolaan nyeri; dan
Pelayanan menjelang akhir hayat.
4
mutu asuhan yang sama setiap hari dalam seminggu dan pada setiap shift. Regulasi tersebut harus
sesuai dengan peraturan perundangan yang berlaku sehingga proses pelayanan pasien dapat diberikan
secara kolaboratif. Asuhan pasien yang seragam tercermin dalam hal-hal berikut:
a) Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan tidak bergantung pada kemampuan pasien
untuk membayar atau sumber pembayaran.
b) Akses untuk mendapatkan asuhan dan pengobatan yang diberikan oleh PPA yang kompeten
tidak bergantung pada hari atau jam yaitu 7 (tujuh) hari, 24 (dua puluh empat) jam
c) Kondisi pasien menentukan sumber daya yang akan dialokasikan untuk memenuhi
kebutuhannya
d) Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, sama di semua unit pelayanan di rumah sakit
misalnya pelayanan anestesi.
e) Pasien yang membutuhkan asuhan keperawatan yang sama akan menerima tingkat asuhan
keperawatan yang sama di semua unit pelayanan di rumah sakit.
Keseragaman dalam memberikan asuhan pada semua pasien akan menghasilkan penggunaan sumber
daya yang efektif dan memungkinkan dilakukan evaluasi terhadap hasil asuhan yang sama di semua
unit pelyanan di rumah sakit.
C. Pelayanan Terintegrasi
Proses pelayanan dan asuhan pasien yang terintegrasi serta terkoordinasi telah dilakukan sesuai
instruksi.
1. Detakjantung, irama jantung, dan tekanan darah menjadi normal atau sesuai dengan rencana
yang ditetapkan;
2. Pasienmampu menyuntik sendiri insulin sebelum pulang dari rumah sakit;
3. Pasienmampu berjalan dengan “walker” (alat bantu untuk berjalan).
6
BAB II
PELAYAN PASIEN RESIKO TINGGI DAN PENYEDIAN PELAYANAN RESIKO
TINGGI
clinical pathway dan rencana perawatan yang akan mendukung PPA memberikan pelayanan kepada p
asien secara menyeluruh, kompeten dan seragam.
Dalam memberikan asuhan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi, Pimpinan rumah s
akit bertanggung jawab untuk:
1. Mengidentifikasi pasien dan pelayanan yang dianggapberisiko tinggi di rumah sakit;
2. Menetapkanprosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical pathway dan rencana perawatan sec
ara kolaboratif
3. Melatihstaf untuk menerapkan prosedur, panduan praktik klinis (PPK), clinical pathway dan renc
ana perawatan rencana perawatan
Pelayanan pada pasien berisiko tinggi atau pelayanan berisiko tinggi dibuat berdasarkan populasi yait
u pasien anak, pasien dewasa dan pasien geriatri. Hal hal yang perlu diterapkan dalam pelayanan
terse but meliputi Prosedur, dokumentasi, kualifikasi staf dan peralatan medis meliputi:
1. Rencanaasuhan perawatan pasien;
2. Perawatanterintegrasi dan mekanisme komunikasi antar PPA secara efektif;
3. Pemberian informedconsent, jika diperlukan;
4. Pemantauan/observasi pasien selama memberikanpelayanan;
5. Kualifikasiatau kompetensi staf yang memberikan pelayanan; dan
6. Ketersediaandan penggunaan peralatan medis khusus untuk pemberian
Rumah sakit mengidentifikasi dan memberikan asuhan pada pasien risiko tinggi dan pelayanan risiko
tinggi sesuai kemampuan, sumber daya dan sarana prasarana yang dimiliki meliputi:
1. Pasienemergensi;
2. Pasienkoma;
3. Pasiendengan alat bantuan hidup;
4. Pasienrisiko tinggi lainnya yaitu pasien dengan penyakit jantung, hipertensi, stroke dan diabetes;
5. Pasiendengan risiko bunuh diri;
6. Pelayananpasien dengan penyakit menular dan penyakit yang berpotensi menyebabkan
kejadian luar biasa;
7. Pelayananpada pasien dengan “immuno-suppressed”;
8. Pelayanan pada pasien yang mendapatkan pelayanandialisis;
9. Pelayanan padapasien yang direstrain;
10. Pelayananpada pasien yang menerima kemoterapi;
11. Pelayananpasien paliatif;
12. Pelayananpada pasien yang menerima radioterapi;
13. Pelayanan pada pasien risiko tinggi lainnya
(misalnyaterapi hiperbarik dan pelayanan radiologi intervensi);
14. Pelayanan pada populasi pasien rentan, pasien lanjutusia (geriatri) misalnya anak-anak,
dan pasien berisiko tindak kekerasan atau diterlantarkan misalnya pasien dengan
gangguan.
Rumah sakit juga menetapkan jika terdapat risiko tambahan setelah dilakukan tindakan atau
rencana asuhan (contoh, kebutuhan mencegah thrombosis vena dalam, luka dekubitus, infeksi terkait
penggunaan ventilator pada pasien, cedera neurologis dan pembuluh darah pada pasien restrain, infek
7
si melalui pembuluh darah pada pasien dialisis, infeksi saluran/slang sentral, dan pasien jatuh. Jika
terjadi risiko tambahan tersebut, dilakukan penanganan dan pencegahan dengan membuat regulasi,
me
8
mberikan pelatihan dan edukasi kepada staf. Rumah sakit menggunakan informasi tersebut untuk
mengevaluasi pelayanan yang diberikan kepada pasien risiko tinggi dan pelayanan berisiko tinggi
serta mengintegrasikan informasi tersebut
dalam pemilihan prioritas perbaikan tingkat rumah sakit pada program peningkatan mutu dan keselamat
an pasien.
B. Pelayanan Geriatri
Rumah sakit memberikan pelayanan geriatri rawat jalan, rawat inap akut dan rawat inap kronis sesuai
dengan tingkat jenis pelayanan.Rumah Sakit melakukan promosi dan edukasi sebagai bagian dari Pel
ayanan Kesehatan Warga Lanjut usia di Masyarakat Berbasis Rumah Sakit (Hospital Based Communi
ty Geriatric Service).
Pasien geriatri adalah pasien lanjut usia dengan multi penyakit/gangguan akibat penurunan fungsi org
an, psikologi, sosial, ekonomi dan lingkungan yang membutuhkan pelayanan kesehatan secara tepadu
dengan pendekatan multi disiplin yang bekerja sama secara interdisiplin. Dengan meningkatnya sosial
ekonomi dan pelayanan kesehatan maka usia harapan hidup semakin meningkat, sehingga secara dem
ografi terjadi peningkatan populasi lanjut usia. Sehubungan dengan itu rumah sakit perlu menyelengg
arakan pelayanan geriatric sesuai dengan tingkat jenis pelayanan geriatri:
2. Program Geriatri
C. Pelayanan EWS
Rumah sakit menerapkan proses pengenalan perubahan kondisi pasien yang memburuk.
Staf yang tidak bekerja di daerah pelayanan kritis/intensif mungkin tidak mempunyai pengetahuan dan p
elatihan yang cukup untuk melakukan pengkajian, serta mengetahui pasien
yang akan masuk dalam kondisi kritis. Padahal, banyak pasien di luar daerah pelayanan kritis
menga lami keadaan kritis sela ma dirawat inap. Seringkali pasien memperlihatkan tanda
baha ya dini ( contoh,tanda tanda vital yang memburuk dan perubahan kecil status
neurol ogis) sebelum mengalami penurunan kondisi klinis yang meluas sehingga
mengalam
9
i kejadian yang tidak diharapkan. Ada kriteria fisiologis yang dapat membantu staf
untuk mengenali sedini dininya pasien yang kondisinya membu ruk. Sebagian besar
pasien yang mengalami gagal jantung atau gagal paru sebelu mnya meperlihatkan ta
nda tanda fisiologis di luar kisaran normal yang merupakan indikasi keadaan pasien
memburuk. Hal ini dapat diketahui dengan early warning system ( EWS). Penerapa
n EWS membuat staf mampu mengidentifikasi keadaan pasien memburuk sedini din
inya dan bila perlu mencari bantuan staf yang kompeten. Denga n demikian, ha sil as
uhan akan lebih baik. Pelaksanaan EWS dapat dilakukan menggunakan sistem skor
oleh PPA yang terlatih.
D. Pelayanan Resusitasi
Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit.
1) Maksud dan Tujuan
Pelayanan resusitasi diartikan sebagai intervensi klinis pada pasien yang mengalami kejadian mengan
cam hidupnya seperti henti jantung atau paru. Pada saat
henti jantung atau paru maka pemberian kompresi pada dada atau bantuan pernapasan akan berdam
pak pada hidup atau matinya pasien, setidak-
tidaknya menghindari kerusakan jaringan otak. Resusitasi yang berhasil pada
pasien dengan henti jantung
paru bergantung pada intervensi yang kritikal/penting seperti kecepatan pemberian bantuan hidup das
ar, bantuan hidup lanjut yang akurat (code blue) dan kecepatan melakukan defibrilasi. Pelayanan sepe
rti ini harus tersedia untuk semua pasien selama 24 jam setiap hari. Sangat penting untuk dapat memb
erikan pelayanan intervensi yang kritikal, yaitu tersedia dengan cepat peralatan medis terstandar, obat
resusitasi, dan staf terlatih yang baik untuk resusitasi. Bantuan hidup dasar harus dilakukan secepatny
a saat diketahui ada tanda henti jantung-paru dan proses pemberian bantuan hidup lanjut kurang dari
5 (lima) menit. Hal ini termasuk evaluasi terhadap pelaksanaan sebenarnya resusitasi atau terhadap
simulasi pelatihan resusitasi di rumah sakit. Pelayanan resusitasi tersedia di seluruh area rumah sakit t
ermasuk peralatan medis dan staf terlatih, berbasis bukti klinis, dan populasi pasien yang dilayani.
E. Pelayanan Darah
Pelayanan darah dan produk darah dilaksanakan sesuai dengan panduan klinis serta prosedur yang dit
etapkan rumah sakit.
1) Maksud dan tujuan
Pelayanan darah dan produk darah harus diberikan sesuai peraturan perundangan meliputi antara lain:
1. Pemberianpersetujuan (informed consent)
2. Permintaandarah;
3. Teskecocokan;
4. Pengadaandarah;
5. Penyimpanandarah;
6. Identifikasi pasien;
7. Distribusidan pemberian darah; dan
8. Pemantauanpasien dan respons terhadap reaksi
Staf kompeten dan berwenang melaksanakan pelayanan darah dan produk darah serta melakukan
pemantauan dan evaluasi.
10
BAB III
PEMBERIAN MAKANAN DAN TERAPI NUTRISI
Rumah sakit memberikan makanan untuk pasien rawat inap dan terapi nutrisi terintegrasi untuk pasie
n dengan risiko nutrisional.
2) Maksud dan Tujuan
Makanan dan terapi nutrisi yang sesuai sangat penting bagi kesehatan pasien dan penyembuhannya.
Pi lihan makanan disesuaikan dengan usia, budaya, pilihan, rencana asuhan, diagnosis pasien
termasuk j uga antara lain diet khusus seperti rendah kolesterol dan diet diabetes melitus. Berdasarkan
pengkajia n kebutuhan dan rencana asuhan, maka DPJP atau PPA lain yang kompeten memesan
makanan dan nutrisi lainya untuk pasien. Pasien berhak menentukan makanan sesuai dengan nilai
yang di anut. Bila memungkinkan pasien dan nutrisi lainnya untuk pasien. Pasien berhak menentukan
makanan sesuai dengan nilai yang dianut. Bila memungkinkan pasien ditawarkan pilihan makanan
yang konsisten dengan status gizi. Jika keluarga pasien atau ada orang lain mau membawa makanan
untuk pasien, ma ka mereka diberikan edukasi tentang makanan yang merupakan kontraindikasi
terhadap rencana, kebe rsihan makanan, dan kebutuhan asuhan pasien, termasuk informasi terkait
interaksi antara obat dan m akanan. Makanan yang dibawa oleh keluarga atau orang lain disimpan
dengan benar untuk mencegah kontaminasi. Skrining risiko gizi dilakukan pada pengkajian awal. Jika
pada saat skrining ditemukan p asien dengan risiko gizi maka terapi gizi terintegrasi diberikan,
dipantau, dan dievaluasi.
11
BAB IV
PENGELOLAAN NYERI
Pasien mendapatkan pengelolaan nyeri yang efektif.
12
BAB V
PELAYANAN MENJELANG AKHIR KEHIDUPAN
Rumah sakit memberikan asuhan pasien menjelang akhir kehidupan dengan memperhatikan
kebutuhan pasien dan keluarga, mengoptimalkan kenyamanan dan martabat pasien, serta
mendokumentasikan dalam rekam medis.
13
BAB VI
PENUTUP
Penyelenggaraan akreditasi rumah sakit dilaksanakan agar tercapai peningkatan mutu pelayanan
pasien dan keselamatan pasien sehingga terwujud penyelenggaraan pelayanan kesehatan di rumah
sakit yang bermutu, professional dan bertanggung jawab. Dengan disusunya petunjuk teknis
survey rumah sakit.
14
15