TENTANG
PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN
MEMUTUSKAN
MENETAPKAN : KEPUTUSAN DIREKTUR RSUD SIBUHUAN TENTANG
KEBIJAKAN PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN DI RSUD
SIBUHUAN.
KESATU : Kebijakan Pelayanan Dan Asuhan Pasien di RSUD Sibuhuan pada
Diktum Kesatu sebagaimana tercantum dalam Lampiran
Keputusan ini.
KEDUA : Kebijakan Pelayanan Dan Asuhan Pasien Rumah Sakit pada
Diktum Kedua digunakan sebagai acuan dalam Pemberian
Pelayanan Dan Asuhan Pasien di RSUD Sibuhuan.
KETIGA : Keputusan ini berlaku sejak tanggal ditetapkan dan apabila di
kemudian hari terdapat kekeliruan dalam surat keputusan ini
akan diadakan perbaikan sebagaimana mestinya.
Ditetapkan di : Sibuhuan
Pada tanggal : 08 Agustus 2023
TENTANG
PELAYANAN DAN ASUHAN PASIEN RSUD SIBUHUAN
1. Akses untuk asuhan dan pengobatan yang memadai, yang diberikan oleh PPA
yang kompeten tidak bergantung pada hari setiap minggu atau waktunya
setiap hari.
2. Penggunaan alokasi sumber daya yang sama, antara lain staf klinis dan
pemeriksaan diagnostik untuk memenuhi kebutuhan pasien pada populasi
yang sama.
3. Pemberian asuhan yang diberikan kepada pasien, contoh pelayanan anastesi
yang sama di semua unit pelayanan di rumah sakit.
4. Pasien dengan kebutuhan asuhan keperawatan yang sama menerima asuhan
keperawatan yang setara di seluruh rumah sakit.
5. Penerapan serta penggunaan regulasi dan form dalam bidang klinis antara lain
metode assesmen IAR (informasi, Analisis, Rencana), form assesmen awal-
assesmen ulang, panduan praktek klinis (PPK), alur klinis terintegrasi / clinical
6. RSUD Sibuhuan selalu menyelenggarakan pelayanan kesehatan yang
menerapkan prinsip nondiskriminatif yaitu pelayanan yang seragam tanpa
membedakan status sosial, ekonomi, budaya, agam, waktu maupun hari
pelayanan dan kemampuan pasien untuk membayar atau sumber pembiayaan.
7. Pelayanan pasien di rumah sakit mengacu pada undang-undang tentang
standar pelayanan rumah sakit
8. Tingkat pemberian asuhan kepada pasien, sama di semua unit pelayanan di
rumah sakit
9. Setiap pasien rumah sakit akan mendapatkan pelayanan selama 24 jam terus –
menerus sesuai dengan kondisi dan kebutuhannya.
10. Rumah sakit memberikan pelayanan yang seragam dalam kondisi apapun baik
dalam keadaan gawat darurat maupun pasien rawat jalan.
11. Setiap pasien rumah sakit mendapatkan pelayanan yang tepat oleh setiap unit
pelayanan sesuai standart kualifikasi dan kompetensi yang telah ditetapkan,
pengaturan ketenagaan diatur didalam prosedur jadwal dinas
12. Hasil skrining dan pengkajian pasien rumah sakit menentukan tingkat kondisi
sumber daya yang dialokasikan untuk memenuhi kebutuhan pasien.
13. Dilakukan pertemuan tim secara periodik dan terjadwal dalam memberikan
asuhan.
14. Penanganan perawatan lanjutan pasien tidak mampu di alih rawatkan ke
rumah sakit sesuai dengan permintaan pasien atau keluarga setelah
pengananan kegawatan dilakukan.
15. Pelayanan sedasi diatur dalam kebijakan sendiri
16. Rumah sakit memberikan pelayanan seragam dengan sumber daya yang
efesien dan menghasilkan evalusai yang bermutu tinggi.
1. Pengintegrasian pelayanan inter unit difasilitasi oleh MPP / case manajer yang
bertugas untuk mengintegrasikan dan mengkoordinasikan asuhan pasien
diseluruh unit/instalasi yang ada di RSUD Sibuhuan.
2. Pelaksanaan asuhan pasien terintegrasi mencakup elemen :
a. keterlibatan dan pemberdayaan pasien dan keluarga.
b. DPJP sebagai ketua tim PPA (Clinical Team Leader) sebagai “motor” proses
integrasi antar PPA, melakukan integrasi asuhan pasien melalui review dan
verifikasi asuhan per 24 jam
c. PPA bekerja sebagai interdisiplin dengan kolaborasi interprofesional, antara
lain memakai Panduan Praktik Klinis (PPK), Panduan Asuhan PPA lainnya
disertai Alur Klinis terintegrasi / Clinical Pathway, dan Catatan
Perkembangan Gizi Terintegrasi/CPPT.
d. Perencanaan Pemulangan Pasien /Discharger Planning terintegrasi.
e. Asuhan Gizi Terintegrasi.
f. Manajer pelayanan pasien berperan dalam integrasi inter unit dalam
pelayanan pasien, membantu integrasi intra-inter PPA.
3. Profesional pemberi asuhan ( PPA) melaksanakan asesmen dengan metode IAR
meliputi:
a. Informasi dikumpulkan, antara lain anamnesa, pemeriksaan fisik,
pemeriksaan lain atau penunjang
b. Analisis informasi, menghasilkan kesimpulan antara lain masalah, kondisi,
diagnosis, untuk mengidentifikasi kebutuhan pelayanan pasien.
c. Rencana asuhan dibuat untuk setiap pasien dan dicatat oleh PPA yang
memberikan asuhan di rekam medis dengan sasaran berdasar atas data
assesmen awal dan kebutuhan pasien.
d. Rencana asuhan di evaluasi secara berkala sesuai dengan kondisi pasien,
dimutakhirkan, atau di revisi oleh tim PPA berdasar atas assesmen ulang.
e. Perkembangan tiap pasien di evaluasi berkala dan dibuat notasi pada CPPT
oleh DPJP sesuai dengan kebutuhan dan diverifikasi harian oleh DPJP.
4. Komunikasi antar PPA tentang pasien dicatat dalam CPPT untuk
pendokumentasian.
5. Bentuk pengintegrasian dan koordinasi aktivitas pelayanan pasien di RSUD
Sibuhuan dilakukan melalui :
a. Pelaksanaan model praktek keperawatan profesional dimana pemberian
asuhan keperawatan dilakukan secara tim.
b. Kegiatan morning report yang dilakukan setiap hari kecuali hari Minggu
pukul 08.00-09.00 wib untuk membahas kasus-kasus atau kejadian
terkait pelayanan yang terjadi dalam 1 x 24 jam.
6. Rencana pelayanan/asuhan setiap pasien diintergrasikan dan dikoordinasikan
diantara berbagai unit kerja dan pelayanan yang bersifat integrasi horizontal
dan vertikal.
7. Praktisi yang diijinkan untuk memberikan perintah dalam rekam medik secara
tertulis :
a. Permintaan untuk pemeriksaan laboratorium dan diagnostik imajing harus
disertai ringkasan klinis apabila meminta hasilnya berupa interpretasi..
b. Perintah dokter harus segera ditulis kecuali untuk kasus cyto (IGD),
perintah bisa dilakukan secara lisan atau telepon tetapi setelah diambil
hasilnya harus segera dibuatkan pengantar pemeriksaan oleh dokter.
c. Instruksi didokumentasikan di lokasi tertentu di dalam berkas rekam medis
pasien.
8. Tindakan klinis dan tindakan diagnostik serta lokasi / form pencatatannya di
rekam medis, termasuk :
a. Staf yang meminta beserta apa alasan di lakukan tindakan dicatat di
rekam medis pasien.
b. Hasil tindakan dicatat di rekam medis pasien.
c. Pada pasien rawat jalan bila dilakukan tindakan diagnostik invasif /
beresiko harus dilakukan assesmen serta pencatatannya dalam rekam
medis.
9. Tindakan invasif dan non invasif
a. Tindakan Invasif adalah tindakan medik yang langsung dapat
mempengaruhi keutuhan jaringan tubuh
b. Tindakan non-invasif adalah pengobatan konservatif yang tidak
memerlukan sayatan kedalam tubuh atau penghapusan jaringan
c. Setiap tindakan invasif harus dilakukan Persetujuan Tindakan Kedokteran
agar tidak muncul gugatan atau tuntutan malpraktik medik
d. Setiap tindakan Invasif yang dilakukan harus dicatat di dalam rekam
medis pasien (lembar asuhan terintegrasi)
e. Setiap hasil tindakan Invasif harus dicatat dalam rekam medis pasien
(lembar asuhan terintegrasi)
f. Tidak semua tindakan invasif dilakukan oleh dokter spesialis dan dokter
umum, terdapat daftar tindakan invasif yang bisa didelegasikan kepada
tenaga kesehatan yang lain (perawat, perawat gigi, fisioterapis)
g. Daftar Tindakan Invasif dan Non Invasif yang didelegasikan :
Pendelegasian prosedur invasif kepada perawat
Pasang IV kateter
Lepas IV kateter
Pasang urine kateter
Lepas urine kateter
Pasang NGT (Naso Gastric Tube)
Lepas NGT (Naso Gastric Tube)
Injeksi Intra Cutan (IC), Sub Cutan (SC), Intra Muscular (IM),
Intra Vena (IV)
Kumbah lambung
Tindakan Hecting dan lepas hecting
Sirkumsisi tanpa kelainan
Debridement Luka tanpa komplikasi
Ekstraksi kuku
Insisi abses
Cross insisi
Pengambilan corpus alenum tanpa penyulit
Irigasi telinga
Pendelegasian prosedur invasif kepada perawat anastesi
Anastesi Lokal
Pendelegasian prosedur invasifn kepada perawat gigi
Tambal Gigi
Pembersihan karang gigi
Pendelegasian prosedur non invasif kepada perawat
Pemberian Nebuliser
Pencampuran Obat Injeksi
Pendelegasian prosedur non invasif kepada dokter umum
USG (ultasonograpy) untuk PONEK
Pendelegasian prosedur non invasif kepada radiografer
Fhoto thorax
Fhoto abdomen
Ct-scant
10.Semua pasien/keluarga diberi informasi tentang hasil pelayanan dan
pengobatan termasuk hasil asuhan yang tidak diharapkan.
1. Dilakukan identifikasi pasien resiko tinggi dan pelayanan resiko tinggi sesuai
dengan populasi pasiennya serta penetapan resiko tambahan yang mungkin
berpengaruh pada pasien resiko tinggi dan pelayanan resiko tinggi.
2. Staf dilatih untuk pemberian pelayanan pada pasien resiko tinggi.
3. Pelaksanaan pemberian pelayanan pada pasien resiko tinggi dicatat dalam
rekam medis.
4. Pengembangan pelayanan pasien resiko tinggi dimasukkan kedalam program
Peningkatan Mutu Rumah Sakit.
5. Kelompok pasien yang beresiko atau pelayanan yang beresiko tinggi agar tepat
dan efektif dalam mengurangi resiko. Hal-hal yang perlu diperhatikan untuk
mengurangi resiko:
a. Bagaimana perencanaan dibuat termasuk identifikasi perbedaan pasien
dewasa dengan anak atau keadaan khusus lain.
b. Dokumentasi yang diperlukan oleh pelayanan secara tim untuk bekerja
dan berkomunikasi secara efektif.
c. Pertimbangan persetujuan khusus bila diperlukan.
d. Persyaratan pemantauan pasien.
e. Kompetensi atau keterampilan yang khusus staf yang terlibat dalam
proses asuhan.
f. Ketersediaan dan penggunaan peralatan khusus.
g. Pengobatan resiko tinggi lainnya antara lain kcl pekat, heparin, meylon
dan sebagainya.
6. Kelompok untuk pasien risiko tinggi di RSUD Sibuhuan antara lain meliputi :
a. Pasien emergency
b. Pasien dengan penyakit menular
c. Pasien koma
d. Pasien dengan alat bantuan hidup dasar
e. Pasien “ immuno-compromised and supressed”
f. Pasien dialisis
g. Pasien dengan restrain
h. Pasien dengan resiko bunuh diri
i. Populasi pasien rentan, lansia, anak-anak, dan pasien berisiko tindak
kekerasan atau ditelantarkan
j. Pasien risiko lainnya
7. Kelompok untuk pelayanan risiko tinggi di RSUD Sibuhuan antara lain
meliputi:
a. Pelayanan pasien dengan penyakit menular
b. Pelayanan pasien yang menerima dialisis
c. Pelayanan pasien risiko tinggi lainnya
E. Pelayanan Resusitasi
1. Pelayanan Penanganan Henti Jantung (Resusitasi) adalah pelayanan yang
dilakukan sebagai upaya life saving dalam kondisi pasien tiba-tiba kolaps,
henti napas (respiatory arrest) maupun henti jantung (cardiac arrest).
2. Pelayanan resusitasi dapat diberikan selama 24 jam setiap hari di seluruh area
Rumah Sakit serta peralatan medis untuk resusitasi dan obat yang akan
diberikan pada pasien yang dilakukan bantuan hidup dasar terstandar sesuai
dengan kebutuhan pasien dan pedoman / panduan Code Blue.
3. Pelayanan resusitasi dilakukan di seluruh area RSUD Sibuhuan yang
membutuhkan pelayanan Resusitasi.
4. Seluruh staf RSUD Sibuhuan yang karena pekerjaannya berkaitan langsung
dengan pelayanan pasien (direct patient care) harus menguasai teknik Bantuan
Hidup Dasar (Basic Life Support).
5. Staf yang harus menguasai Basic Life Support adalah :
Dokter yang langsung menangani pasien
Perawat yang langsung menangani pasien.
K. Asuhan pada pasien yang mendapat Kemoterapi dan terapi lain yang
beresiko tinggi
1. RSUD Sibuhuan tidak memberikan pelayanan Kemoterapi dan pelayanan lain
yang beresiko tinggi seperti terapi hiperbarik, pelayanan radiologi intervensi.
2. Bila fasilitas Rumah Sakit tidak memungkinkan untuk melakukan asuhan
pada pasien dengan pelayanan lain yang beresiko tinggi seperti terapi
hiperbarik atau pelayanan radiologi intervensi agar diberitahukan kepada
pasien dan keluarga untuk dirujuk ke Rumah Sakit dengan fasilitas yang
sesuai kebutuhan asuhan pasien tersebut.
3. Untuk Pelayanan Kemoterapi, Rumah Sakit akan melakukan Rujukan Ke
Rumah Sakit yang memiliki fasilitas Pelayanan Kemoterapi.
4. Pelayanan lain yang beresiko tinggi ( misalnya penggunaan KCL) harus
mengikuti panduan rumah sakit tidak boleh berada di unit pelayanan pasien
kecuali jika dibutuhkan secara klinis dan tindakan diambil untuk mencegah
pemberian yang tidak disengaja di area tersebut, bila diperkenankan dengan
kebijakan khusus kemudian diberi label yang jelas dan disimpan dengan cara
yang membatasi akses (restrict access ) dan di racik oleh petugas farmasi yang
sudah kompeten di area khusus dan sesuai dengan permintaan dokter pada
kertas resep.
L. Pelayanan Gizi
Kebijakan Umum:
1. Pelayanan di Instalasi Gizi harus selalu berorientasi kepada mutu dan
keselamatan pasien.
2. Setiap petugas harus bekerja sesuai dengan standar profesi, standar prosedur
operasional yang berlaku, etika profesi, etiket, menghormati hak pasien dan
mengutamakan keselamatan pasien.
3. peralatan di Instalasi Gizi harus selalu dilakukan pemeliharaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku.
4. Lingkungan RSUD Sibuhuan harus tetap menjaga kebersihan lingkungan ,
sama hal nya di Instalasi Gizi.
5. Dapur harus selalu rapi dan bersih.
6. Penyediaan tenaga harus mengacu kepada pola ketenagaan yang ditetapkan
oleh direktur.
7. Setiap petugas atau staf Instalasi Gizi wajib meningkatkan kompetensinya
melalui pelatihan yang sudah diprogramkan. Untuk melaksanakan koordinasi
dan evaluasi wajib dilaksanakan rapat rutin bulanan minimal satu bulan
sekali.
8. Pelayanan Gizi dilaksanakan dari pukul 05.00 Wib sampai dengan pukul 21.00
Wib
9. Dalam melaksanakan tugasnya setiap petugas wajib mematuhi ketentuan
dalam K3 (Keselamatan dan Kesehatan Kerja), termasuk penggunaan alat
pelindung diri (APD), serta selalu mengacu pada pencegahan dan pengendalian
infeksi.
10. Setiap bulan wajib membuat laporan internal dan eksternal.
B. Kebijakan Khusus
1. Rumah sakit menyediakan secara regular pilihan berbagai variasi makanan
yang sesuai dengan status gizi pasien dan konsisten dengan asuhan
klinisnya
2. Penyediaan makanan sesuai dengan kebutuhan pasien.
3. Proses pemesanan makanan pasien sesuai dengan status gizi dan
kebutuhan pasien serta dicatat dalam rekam medis.
4. Makanan disiapkan dan disimpan dengan mengurangi risiko kontaminasi
dan pembusukan.
5. Distribusi makanan dilaksanakan tepat waktu sesuai kebutuhan.
6. Bila keluarga pasien atau pihak lain menyediakan makanan pasien, maka
akan diberikan edukasi tentang makanan yang dilarang/ kontraindikasi
dengan kebutuhan dan rencana pelayanan, termasuk informasi tentang
interaksi obat dengan makanan. Pasien dapat ditawarkan berbagai macam
makanan yang konsisten dengan status gizinya.
7. Untuk penitipan makanan di instalasi giji belum ada diterapkan.
8. Pelayanan gizi di instalasi rawat jalan tidak dapat diterapkan.
9. Pemberian terapi giji terintegrasi pada pasien berisiko gizi.
10. Asuhan gizi terintegrasi mencakup rencana, pemberian, dan monitor terapi
gizi.
11. Evaluasi dan monitoring terapi gizi dicatat dalam rekam medis.
12. Pelayanan gizi ditetapkan untuk mencerminkan misi, tujuan, cakupan
pelayanan gizi. Cakupan pelayanan gizi meliputi kegiatan:
a. Kegiatan produksi dan distribusi makanan
b. Kegiatan pelayanan gizi rawat inap
c. Kegiatan penyuluhan dan konsultasi gizi
d. Kegiatan penilaian dan pengembangan gizi terapan
13.Pelayanan gizi mengaju kepada falsafah dan tujuan pelayanan gizi
14. Setiap pasien berhak mendapatkan makanan sesuai standar makanan dan
kelas perawatan yang berlaku seperti yang tercantum dalam Peraturan
Pemberian Makanan (PPM) Rumah Sakit Mitra Sejati yaitu pelayanan makan
pasien. PPM akan dievaluasi dan direvisi secara berkala
15.Pasien malnutrisi, berisiko malnutrisi, atau keadaan khusus mendapatkan
asuhan dan terapi gizi terintegrasi. Pada asesmen awal, pasien diperiksa atau
di skrining untuk mengetahui status gizi, lalu pasien dilakukan asesmen lebih
lanjut oleh ahli gizi/dietisian dan pasien malnutrisi, beresiko malnutrisi, atau
keadaan khusus akan terapi oleh DPJP dengan ahli gizi/ dietisan dan tenaga
kesehatan lain. Dokter, ahli gizi/ dietisian, perawat, farmasi, dan keluarga
bekerja sama merencanakan dan memberikan terapi gizi.
16. Kemajuan keadaan pasien di monitor dan dicatat dalam rekam medis .
DPJP,perawat, Nutrisionis/Dietisen dan keluarga pasien bekerja sama dalam
konteks asuhan gizi terintegrasi dengan DPJP sebagai Clinical Team Leader.
17. Permintaan diet extra dapat dilakukan pemesanan melalui via telepon
18. Apabila pasien atau keluarga pasien memesan diet yang tidak ada di menu
rumah sakit dan sudah di setujui oleh dokter Dpjp , keluarga pasien dapat
memesan makanan di luar rumah sakit dan harus memperhatikan
kebersihan makanan tersebut
19. Makanan di siapkan dan disimpan dengan cara mengurangi resiko
kontaminasi dan pembusukan
20. Menyiapkan alat makan khusus pasien penyakit menular yang sudah
ditandai dengan tanda merah dan di cuci secara terpisah, Sebagai
pengawasan untuk mencegah penularan penyakit melalui makanan/ alat
makan pasien
21. Pencacatan dan pelaporan tentang kesalahan, kecelakaan, dan keluhan
pasien secara kontinyu.
22. Petugas gizi memberikan laporan kesalahan, kecelakaan, dan keluhan
pasien secara kontinyu dan teratur kepada kepala instalasi gizi.
23.Pengawasan, monitoring, dan evaluasi terhadap kesalahan, kecelakaan, dan
keluhan pasien dilakukan secara berkala dan berkesinambungan.
24.Penggunaan alat di instalasi gizi khususnya dibagian dapur pengolahan
meliputi penggunaan peralatan mesin dan peralatan yang menggunakan
tangan. Penggunaan alat dilakukan sesuai dengan petunjuk atau prosedur
penggunaan alat masing-masing baik peralatan mesin maupun peralatan
yang menggunakan tangan.
25.Terdapat kegiatan monitoring dan evaluasi pelayanan gizi, kerangka acuan,
hasil monitoring dan evalusi program, dokumen evaluasi dan tindak
lanjutntya. Monitoring dan evalusi terhadap dokumen kebijakan dan prosedur
gizi serta kegiatan pelayanan gizi dilakukan pleh petugas gizi yang berwenang
secara berkala dan berkelanjutan sesuai dengan prosdur dan waktu yang
ditetapkan. Dokumen kebijakan dan prosedur berlaku selama 3 tahun dan
akan dimonitoring dan evaluasi setiap 3 bulan.
26. Perencanaan anggaran belanja di atur oleh bagian audit keuangan.
27. Perencanaan menu RSUD Sibuhuan menggunakan siklus menu 10 hari.
28. Distribusi makanan secara tepat waktu, dan memenuhi permintaan khusus.
29.Alat makan kembali sesuai dengan jumlah yang didistribusikan
30. Penerimaan bahan makanan
a. Penerimaan bahan makanan setiap hari selasa, kamis dan sabtu
b. jumlah yang di terima harus sesuai dengan yang dipesan
c. mutu yang diterima harus sesuai dengan spesifikasi yang di sepakati.
d. Harga bahan makanan yang tercantum dalam fraktur pembelian harus
sama dengan harga bahan makanan yang tercantum dalam perjanjian
jual beli.
e. Pengantaran bahan makanan ke instalasi gizi setiap hari selasa,kamis
dan sabtu
30.Pencucuian alat makan pasien infeksi menular dan non infeksi dilakukan
dengan tahap scraping (membuang sisa kotoran), flushing (merendam),
washing (mencuci), rinsing (membilas), disinfektan sanitizing (merendam
dengan air panas selama 2 menit dengan suhu 80°C)
31. Trolley makanan dibersihkan setiap hari sebelum pendistribusian makanan
32. Seluruh pelayanan Instalasi Gizi wajib berorientasi pada kepuasan
pelangganan.
M. MANAJEMEN NYERI
1. Pelayanan untuk mengatasi nyeri sesuai dengan kebutuhan.
2. Pemberian edukasi tentang pelayanan untuk mengatasi nyeri sesuai dengan
latar belakang agama, budaya, nilai-nilai pasien dan keluarga.
3. Pemberian edukasi tentang kemungkinan timbulnya nyeri akibat tindakan
yang terencana, prosedur pemeriksaan, dan pilihan yang tersedia untuk
mengatasi nyeri.
4. Memberikan pelatihan pelayanan mengatasi nyeri untuk staf.
5. Menyediakan pengelolaan nyeri sesuai panduan dan prosedur
6. Fasilitas pengukuran nyeri pasien harus tersedia dalam bentuk skala nyeri
dalam rekam medis
7. Keluhan pasien tentang nyeri harus diperhatikan, tidak boleh langsung
dianggap sebagai malingering (berpura-pura) dan dilanjutkan dengan
pengukuran nyeri
8. Pengukuran nyeri harus dillakukan secara berkala untuk memastikan
kenyamanan pasien dan membantu kesembuhan pasien.
9. Penatalaksanaan nyeri di RSUD Sibuhuan mencakup farmakologis dan non
farmakologis.
Ditetapkan di : Sibuhuan