DISUSUN OLEH
AGUS PURNOMO
NIM.P11063
KaryaTulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III keperawatan
DISUSUN OLEH
AGUS PURNOMO
NIM.P 11063
i
KATA PENGANTAR
RSUD WONOGIRI ”.
bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini
v
DAFTAR ISI
DAFTAR ISI.................................................................................................... vi
BAB I PENDAHULUAN
A. Combustio .............................................................................. 7
B. Madu ....................................................................................... 29
A. IdentitasPasien ........................................................................ 35
B. Pengkajian .............................................................................. 37
A. Pengkajian .............................................................................. 45
C. Intervensi ................................................................................ 49
D. Implementasi .......................................................................... 51
E. Evaluasi .................................................................................. 52
A. Kesimpulan ............................................................................. 53
B. Saran ....................................................................................... 55
DAFTAR PUSTAKA
LAMPIRAN
viii
DAFTAR LAMPIRAN
ix
BAB I
PENDAHULUAN
merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi tubuh. Kulit
berlebihan dari tubuh. Kulit merupakan indra peraba yang menerima rangsangan
nyeri, panas, dingin dan sebagainya. Jaringan kulit terdapat kelenjar minyak dan
kelenjar keringat.
halnya bagian tubuh lainnya, pada kulit dapat terjadi kerusakan. Kerusakan pada
kulit tersebut antara lain dapat disebabkan karena suhu. Pada suhu tertentu dan
waktu kontak tertentu, misalnya pada suhu yang tinggi dengan waktu kontak
sebentar dan pada suhu yang lebih rendah dengan waktu kontak yang lama dapat
bukan hanya bisa terjadi pada permukaan kulit saja, tetapi bisa terjadi juga di
jaringan bagian bawah kulit. Jaringan yang terbakar akan rusak, sehingga cairan
tubuh bisa keluar melalui kapiler pembuluh darah pada jaringan yang mengalami
pembengkakan akibat luka bakar. Pada luka bakar yang luas, kehilangan
sejumlah besar cairan karena perembesan cairan dari kulit dapat menyebabkan
terjadinya syok.
1
2
Menurut Kristanto, (2005) dalam jurnal dina dewi (2008). Luka bakar
merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari,
bahkan sering kali merupakan kecelakaan massal (mass disaster). Luka bakar
Menurut Smeltzer & Bare, (2000) dalam jurnal dina dewi (2008).
seluruh dunia terutama di negara miskin dan berkembang.Luka bakar yang tidak
diperkirakan ada 2,4 juta kasus luka bakar dalam setahun di Amerika Serikat.
Dari jumlah tersebut ada 650.000 yang ditangani oleh ahli medis dan 75.000
ditangani di rumah dan 12.000-nya berakhir dengan kematian (Mer, 2003). Data
lain dari thenational institute for burn medicine menyebutkan bahwa sebagian
besar pasien luka bakar di Amerika Serikat (75%) disebabkan kelalaian korban.
Penyebab luka bakar antara lain: air panas, korek api, arus listrik, dan merokok
70% kejadian luka bakar terjadi di lingkungan rumah tangga, 25% di tempat
Menurut Kristanto, (2005) dalam jurnal dina dewi (2008). Kejadian luka
bakar di Indonesia kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di setiap
tahunnya, dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penangana rawat jalan
dan 100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Berdasarkan data statistik unit
dirawat selama tahun 1998 sebanyak 107 kasus atau 26,3% dari seluruh kasus
bedah plastic yang dirawat. Dari kasus tersebut terdapat lebih 40% merupakan
akibat luka bakar derajat dua dangkal mengenai epidermis dan bagian atas dari
corium / dermis. Penyembuhan terjadi spontan dalam 10-14 hari tanpa terbentuk
jaringan parut. Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan.
dapat terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan
normal salin, lidah buaya dan madu. Madu merupakan cairan kental dan terasa
manis yang dihasilkan oleh tawon madu dengan jalan proses pengubahan suatu
cairan manis yang dihasilkan oleh bunga atau bagian dari tanaman. Madu telah
terbukti merupakan agen perawatan luka yang efektif, namun belum digunakan
secara luas dalam lingkup profesional. Penggunaan madu pada luka terbukti
agen perawatan luka yang lain. Menurut Rio dan Aziz, (2012) dalam jurnal dina
dewi (2008). Literatur lain juga menunjukan bahwa madu dapat mengurangi
tingkat infeksi. Sebagai tambahan, madu juga jarang mengakibatkan alergi, serta
telah digunakan sebagai obat sejak jaman kuno. Ayurveda (pengobatan India)
4
pengobatan luka bakar dengan menggunakan madu. Tentara rusia dan tentara
Cina juga menggunakan madu untuk mengobati luka pada Perang Dunia I. Madu
telah digunakan untuk mengobati luka bakar untuk mengurangi infeksi dan
2003). Hasil pengkajian pada tangal 10- 12 April 2014 pada An D dengan
terdapat luka bakar pada kaki kanan bagian betis, maka penulis tertarik untuk
B. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
bakar dengan madu terhadap lama penyembuhan luka pada An. D dengan
2. Tujuan Khusus
Combustion
pada An. D
C. Manfaat Penelitian
1. Bagi pasien
2. Bagi Institusi
b. Bagi Pendidikan
3. Bagi Penulis
4. Bagi Pembaca
BAB II
LANDASAN TEORI
A. COMBUSTIO
1. Pengertian
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau
tak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas,listrik ,bahan kimia
disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, airpanas, bahan kimia,
Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung dengan
suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga oleh
sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite). Luka bakar ini dapat
Penyulit yang timbul luka bakar anntra lain gagal ginjal aku, odema
dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga
penyembuhan. Selain itu factor letak daerah yang terbakar, usia, dan
7
8
penyembuhan. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan
2. Etiologi
musliha 2010) :
jarang terjadi. Luka bakar akibat kobaran api dan jilatan api sering terjadi
pada orang dewasa sedangakan bayi dan anak lebih sering tersiram air
panas.
Usia rata - rata penderita luka baka bakar yang memerlukan perawatan
Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,
akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh
darah besar dan akibat kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan ciran
didalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah
kerusakan jaringan liannya. Dari diatas maka luka bakar juga dapat terjadi
sok hipovolemik
terkena dan kedalaman luka bakar, tanda dan gejala luka bakar menurut
Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi
tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih.
berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar.
dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung syaraf
pada kulit telah mengalami kerusakan. Jaringan yang terbuka bisa mati.
Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan
sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya
sangat sedikit
4. Patofisiologi
Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.
meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi
berlebihan. Masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat
dua, dan pengeluaran cairan dari kopeng luka bakar derajat tiga.
Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon
tak mampu lagi mengikat oksigen. Tenda keracunan ringan adalah lemas,
11
pusing, bingung, mual, dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila
Luka bakat sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang
penyebab infeksi pada luka bakar, selain dari kulit penderita sendiri, juga
(Sjamsuhidajat, 2004).
c) Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas,
atau fraktur
2) Sedang bila :
dan tangan.
3) Ringan bila
untuk bayi dan rumus 10 - 20 dari lund dan browder untuk anak -
anak.
adalah:
lapisan epidermis.
sampai berat)
Edema minimal
pendinginan
partial thickness.
superfisial dalam
api pada pakaian, jilatan langsung kimiawi, atau sinar ultra violet
jernih tetapi kental, rasa nyeri atau sakit yang menggagu, dan bila
kemerah-merahan
merah coklatan
dinding sangat tipis, tidak membesar, dan tidak pucat bila ditekan.
4) Sensasi nyeri : sedikit nyeri atau bahkan tidak terasa nyeri karena
dicubit
yang hilang
6. Pemeriksaan Diagnotik
c. Gas darah arteri ( GDA ) dan sinar X dada mengkaji pulmonal, khusus
7. Komplikasi
a. Syokhipofolemik
Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan
kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajam suhu tinggi akan rusak dan
yang masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan pengeluaran cairan
b. Udema laring
dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, uap panas
hambatan jalan napas karena udema laring. Gejala yang timbul adalah
sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap
karena jelaga
c. Keracunan gas
keracunan yang berat dapat terjadi koma. Bila >60% hemoglobin terikat
Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang
dari kontaminasi kuman dari saluran nafas atas dan kontaminasi kuman
hal ini adalah ginjal. Dengan adanya penurunan atau disfungsi ginjal
f. Kontraktur
luka, terutama luka bakar. Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk
dari sisa kulit yang sehat di skitar luka, yang tertarik kesisi kulit yang
8. Penatalaksanaan
mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan
menjauhkan korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang
panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan air mengalir.
terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh
19
karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama
sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar > 10%,
sirkulasi, yaitu :
3) Berikan oksigen
mengatasi syok
ileus paralitik
(>40%)
menentukan adanya cidera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan
demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat
dengan luas 25% atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan
1) Cara evans
c) Cc glukosa 5% (3)
2) Cara baxter
dalam otot
antiseptic. Antiseptic local yang dapat dipakai yaitu betadine atau nitras
argenti 0,5%
mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim
Kompres nitras argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai
Berikan serum anti tetanus atau toksin yaitu ATS 3.000 unit pada orang
9. Asuhan Keperawatan
a. Pengertian
b. Pengkajian
2) Sirkulasi
Tanda (dengan cidera luka bakar lebih dari 20% APTT), hipotensi
3) Integritasego
kecacatan
diri, marah
4) Eliminasi
penurunan bising usus atau tidak ada, khususnya pada luka bakar
6) Neurosensory
(syok listrik)
tidak nyeri
8) Pernafasan
inhalasi
9) Keamanan
Tanda
c. Diagnosa Keperawatan
kesembuhan luka.
25
Intervensi:
dibutuhkan
Intervensi :
respon kardiovaskuler.
selanjutnya
Tujuan dan kriteria hasil: Tidak terjadi infeks Kriteria hasil: Klien
Intervensi :
Intervensi :
27
presipitasi.
Intervensi:
infeksi
B. MADU
1. Pengertian
madu dari sarang lebah, biasanya para peternak memakai alat kondensor.
Madu juga dapat diperoleh dengan cara diperas hingga didapatkan madu
menjadi unsur glukosa dan fluktosa sehingga mudah diserap dan dicerna
a. Glukosa
b. Asam Organik
c. Protein
29
d. Ragi (enzim)
e. Garam mineral
f. Vitamin
2. Khasiat Madu
Jurnal Medis Afrika Selatan serta jurnal Farmologi dan Obat tahun
1983
b. Sebagai Antipendarahan
Serikat. Piresetnya adalah Dr. Vivino, Dr. Hidack dan Dr. Palmer.
madu dalam makanan mereka ternyata sangat tinggi. Hal tersebut telah
dimiliki madu.
madu putih berseem putih. Hsil dari studi itu menunjukkan jika madu
pendarahan.
c. Megobati Luka
madu 2 kali sehari. Hsilnya luka menetup lebih cepat pada kelompok
tikus yang lukanya dilumuri madu. Luas lukanya lebih sedikit, luka
madu
1. Penyembuhan Luka
2013) adalah:
dan sekitarnya
32
Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa
jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut. Proses penyembuhan luka
terdiri dari 3 fase yaitu inflamasi, prolife brasi atau epitelisasi dan maturasi
atau remodeling.
a. Fase inflamasi
2) Respon segera setelah terjadi lika atau pembekuan darah atau untuk
fagositosis
acid
2. Perawatan Luka
secara teratur pula. Pada saat pembersihan luka, semua bagian kulit perlu
pada kulit. Rambut di skitar luka bakar, kecuali pada bulu mata, harus
34
lebih 11/2 hingga 2 minggu paska luka bakar, tindakan pembersihan dan
terbaik untuk luka bakar yang luas. Terapi antibakteri tidak mensterilkan
klien sendiri, terapi topikal akan meningkatkan upaya untuk mengubah luka
yang terbuka dan kotor menjadi menjadi luka yang tertutup dan bersih (
bruner, 2002)
35
BAB III
LAPORAN KASUS
A. Identitas Pasien
Pasien merupakan seorang laki – laki berusia 17 tahun dengan inisial An.
rumah sakit tanggal 10 April 2014, selama di rumah sakit yang bertanggung
jawab atas An. D adalah Tn. P berusia 38 tahun beragama islam seorang ayah
B. Pengkajian
nyeri pada kakinya. Riwayat penyakit sekarang adalah An. D mengatakan 5 hari
yang lalu terkena kenalpot saat disekolah pada bagian betis kanan dan terasa
nyeri panas dengan skala nyeri 5. Setelah diberi salep tidak kunjung sembuh,
sehingga oleh keluarga dibawa ke IGD RSUD Wonogiri pada jam 18.00 tanggal
36
penyakit yang serius. Pasien juga mengatakan tidak ada riwayat alergi obat
maupun makanan apapun, imunisasi semasa kecil lengkap, pasien tidak memiliki
Genogram :
37
Keterangan :
: Laki – laki
: Perempuan
: Meninggal
: An. D
: Tinggal Serumah
Pada pola pengkajian primer: Airway: didapatkan tidak ada sumbatan pada
nafas vesikuler, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 per menit, Disability:
Glasgow Coma Scale15 (E: 4, V:5, M;6), Exposure: suhu 36,5℃ , akral teraba
sekolah pada bagian betis kanan dan terasa nyeri panas , pasien tidak ada alergi
rumah sakit adalah nasi dan sayur, pasien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 10
April 2010 jam 18.00 sebelum dibawa ke rumah sakit luka pasien diberi salep
mmHg, frekuensi nadi 90 kali per menit irama teratur dan teraba kuat, frekuensi
kepala bersih, rambut kuat dan tidak rontok. Palpebra kantung mata tidak
kehitaman, kojungtiva tidak anemis, selera tidak iklerik, pupil isokor, diameter
simetris kanan dan kiri, refleks terhadap cahaya positif, menggunakan alat bantu
pengelihatan positif. Hidung bersih tidak ada sekrel dan simetris, mukosa mulut
lembab, lidah bersih tidak ada sariawan, gigi tidak berlubang, telinga bersih dan
tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada pembesaran klenjar thyroid pada
leher.
paru dan vocal fremitus kanan dan kiri sama, sonor disemua lapang paru dan
suara napas vasikuler. Ictus cordis tidak tampak, teraba kuat dan teratur di
abdomen, bentuk semetris, umbilikus bersih tidak ada jejas, bising usus 16 kali
per menit, saat diperkusi kuadran I redup, kuadran II, III dan IV timpani, tidak
ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan pada 4 kuadran. Genetalia tidak
motion aktif. Capilaryrefile kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk
Terapi yang diperoleh pasien adalah Asam Mefenamat 500 mg, Cefedroxil
C. Perumusan Masalah
sehingga menyebabkan luka bakar derajat II, dibetis kanan, nyeri dirasakan terus
menerus, dengan skala nyeri 5. Data objektif yang diperoleh pasien tampak
meringis kesakitan, berjalan pincang, Td: 110/70 mmHg, suhu: 36,5 0C, Nadi:
110 x/menit. Berdasarkan analisa data di ambil diagnosa keperawata nyeri akut
Data objektif yang diperoleh luka bakar derajat II, luka dikaki hitam kemerahan
dan kedalaman luka kurang lebih 0,5 cm. Berdasarkan analisa data diambil
bakar terbuka.
selalu terbuka. Data objektif pasien, luka tampak hitam kemerahan, ada push,
nyeri pada luka.dan suhu 36,5 ℃ . Berdasarkan analisa data diambil diagnosa
E. Perencanaan Keperawatan
tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam nyeri dapat berkurang, dengan hasil
yang diharapkan skala nyeri 3, pasien tidak meringis kesakitan. Tindakan yang
direncanakan antara lain kaji nyeri untuk memgetahui skala nyeri, ajarkan teknis
membatasi gerak pada area kaki yang luka untuk mengurangi resiko terjadi
benturan pada luka, dan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik
dengan hasil yang diharapkan tidak nyeri, terjadi regenerasi jaringan kulit yang
baru, kedalaman luka 0,1 cm. Tindakan yang dilakukan antara lain kaji dan catat
penyembuhan dan diolesi madu, anjurkan makan makanan yang tinggi protein
41
tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam tidak terjadi infeksi. Tindakan yang
dilakukan antara lain kaji luka untuk mengetahui tanda – tanda infeksi, lakukan
pasien untuk menjaga kebersihan luka agar menghindari kontaminasi dari luar,
dan kolaborasi dengan dokter pemberi obat anti bakteri untuk menghentikan
pertumbuhan bakteri.
F. Implementasi Keperawatan
keperawatan pada tanggal 10 April 2010 jam 18.00 perawat mengkaji skala
dari pasien bahwa kakinya terasa panas, nyeri terus menerus, skala nyeri 5 dan
tampak rileks. Perawat menganjurkan keluarga pasien untuk mengipasi area luka
Pada jam 18.15 dilakukan implementasi untuk diagnosa yang kedua yaitu
terdapat luka dikaki kanan terasa nyeri dan luka berwarna hitam kemerahan
dengan kedalaman 0,5 cm. Perawat melakukan perawatan luka dengan hati –
hati dengan mengoleskan madu pada luka, pasien mengatakan mau dibersihkan.
yang bergizi protein dan menjaga kebersihan luka, pasien mengatakan bersedia
Pada jam 18.25 dilakukan implementasi untuk diagnosa yang ketiga yaitu
yang dilakukan mengkaji tanda – tanda infeksi, pasien mengatakan luka terasa
kerumah pasien. Pada tanggal 11 April 2014 jam 13.00 perawat melakukan
subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 3.Pasien tampak tidak
mengatakan luka sudah mulai kering. Luka pasien tampak kering dan kehitaman.
Mengkaji tanda – tanda infeksi, dari respon subjektif pasien mengatakan panas
G. Evaluasi Keperawatan
diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut yang berhubungan dengan
saraf yang terbuka. Data subjektif, pasien mengatakan kakinya perih karena luka
bakar, pasien tampak meringis kesakitan, skala 5 dan tampak luka dikaki. Hasil
analisa keperawatan nyeri akut belum teratasi dan planing intervensi dilanjtrkan
dengan kaji nyeri, melatih cara distraksi, dan kolaborasi pemberiaan obat
analgesik.
berhubungan dengan luka bakar terbuka. Dari data subjektif, pasien mengatakan
terdapat luka dikaki kanan dn terasa nyeri. Data objektif, luka dikaki hitam
integritas kulit belum teratasi dan planing intervensi dilanjutkan dengan kaji
topikal.
hilangnya barier kulit. Dari data subjektif pasien mengatakan luka terasa
panas.Data objektif, luka tampak hitam kehitaman dan selalu terbuka. Hasil
dilanjutkan dengan kaji tanda – tanda infeksi, lakukan perawatan luka dengan
didapatkan nyeri akut berhubungan dengan saraf yang terbuak. Data subjektif
pasen mengatakan nyerinya berkurang akibat luka bakar, nyeri terasa perih,
dibagian kaki, dengan skala 3 nyeri terasa hilang timbul. Data subjektif pasien
lanjutkan intervensier kaji nyeri, berikan posisi yang nyaman, kolaborasi dengan
dengan luka bakar terbuka. Dari tada subjektif pasien mengatakan lukanya sudah
mulai kering dan nyeri berkurang. Data objektif didapatkan luka tampak kering
hilangnya barier kulit. Data subjektif pasien mengatakan luka mulai kering dan
tidak ada push data objektif luka tampak kering, kehitaman dan tidak ada tanda-
tanda infeksi (tumor, dolor, kalor, rubor, fungsio lensa). Analisa keperawatan
masalah teratasi sebagian lanjutkan intervensi, plaining kaji tanda- tanda infeksi,
antibakteri.
BAB IV
PEMBAHASAN
membahas adanya kesesuaian maupun kesenjagan antara teori dengan kasus. Asuhan
untuk mengumpulkan data baik subyektif maupun data obyektif. Data subyektif
diperoleh berdasarkan hasil wawancara baik dengan klien ataupun orang lain,
fisik.
Pengkajian pada An. D dilakukan pada tanggal 10 April 2014 jam 18.00 WIB
dengan keluhan utama nyeri, diagnosa medis Combustio. Combustio adalah luka
yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti
api, air panas, listrik , bahan kimia dan radiasi (nugroho, 2010).
Data focus pada tanggal 10 April 2014 didapatkan data subjektif pasien
mengatakan kakinya terasa perih dan panas karena terkena kenalpot, nyeri di rasakan
dengan skala 5, nyeri terus menerus, data objektif luka bakar derajat II hitam
kemerahan, An D berjalan pincang, meringis kesakitan TD: 110/70 mmHg, nadi: 110
X /menit, suhu: 36,50C. Diagnosa yang di ambil nyeri akut berhubungan dengan
45
46
manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok
mencegah dan mengubah (Nursalam, 2008). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik
dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan
aktual atau potensial atau gambaran dalam hal kerusakan yang sedemikian rupa
(International for the Study of pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari
intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat
daerah yang nyeri, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat
nyeri secara verbal. Data pada An D yang sesuai dengan batasan karakteristik adalah
Etiologi yang diambil untuk masalah keperawatan nyeri akut adalah saraf yang
terbuka. Hal ini dikarenakan An D mengalami luka bakar derajat II. Luka bakar
derajat II yaitu kedalaman luka mencapai dermis tetapi masih ada elemen epitel yang
tersisa, seperti sel epitelbasal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folitikel
rambut. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka lebih nyeri
dibanding luka bakar superficial, karena adanya iritasi ujung saraf sensorik.
47
keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,
kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan. (Deden,
2012 : 84). Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan
dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat
Timing. (Deden, 2012 : 99) Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria
tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam nyeri dapat berkurang, dengan hasil yang
direncanakan antara lain kaji nyeri untuk memgetahui skala nyeri, ajarkan teknis
relaksasi napas dalam untuk merileksasikan pasien, anjurkan pasien untuk membatasi
gerak pada area kaki yang luka untuk mengurangi resiko terjadi benturan pada luka,
dan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik untuk menentukan obat
menganjurkan klien untuk membatasi gerak pada area yang luka, memotifasi
narkotik untuk meredakan nyeri misalny: sakit kepala, nyeri otot tulang, nyeri karena
dengan sraf yang terbuka pada hari kedua didapatkan An D mengatakan nyeri
dibagian kaki berkurang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul, klien tanpak rileks, dan
Data fokus pada tanggal 10 April 2014 selanjutnya adalah pasien mengatakan
luka pada bagian kakinya dan terasa nyeri, data objektif: luka bakar derajat II tampak
permukaan kulit (epidermis). Data yang didapat pada An D yang sesuai dengan
batasan karakteristik adalah gangguan pada lapisan kulit dermis dan permukaan
pigmentasi), tidak ada luka atau lesi pada kulit, perfusi jaringan baru (NANDA
49
2013), rencana tindakan adalah kaji luka untuk mengetahuai keadaan luka, lakukan
Obat topical adalah krim yang digunkan untuk membantu proses penyembuhan luka.
dua hari yaitu mengkaji keadaan luka, melakukan perawatan luka menggunakan
topical yang berguna untuk membantu proses epitalisasi dan proses penyembuhan
pada luka bakar (ISO, 2012). Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis berfokus
pada perawatan luka bakar menggunakan madu, tindakan yang dilakukan bermaksud
agen perawatan luka yang lain. Literatur lain juga menunjukan bahwa madu dapat
mengurangi tingkat infeksi (Rio dan Aziz, 2012). Sebuah studi di Amerika meneliti
penggunaan madu dalam mengobati luka pada tikus percobaan. Penelitian ini
tikus. Luka dilumuri dengan lapisan tipis madu 2 kali sehari. Hasilnya, luka menetup
50
lebih cepat pada kelompok tikus yang lukanya dilumuri madu. Luas lukanya lebih
sedikit, luka menutup, bahkan pembentukan jaringan kulit jauh lebih baik.
diterbitkan tahun 1985 di sebuah Jurnal Medis Afrika Selatan serta jurnal Farmologi
dan Obat tahun 1983 (hammad, 2012).Pada dokter di India, telah menggunakan
sulphadiazine (obat luka bakar) kepada 52 penederita lainnya. Dalam waktu 15 hari,
terjadi kemajuan 87% penderita yang diobati dengan madu (Hammad said 2009).
Data yang di peroleh penulis pada An D pasien mengatakan luka pada bagian
kakinya, data objektif luka bakar derajat II tampak hitam kemerahan, kedalaman luka
kurang lebih 0,5 cm, tindakan yang dilakukan adalah perawatan luka dengan madu,
dilihat pada evaluasi hari ke dua luka pasien tampak kering nyeri berkurang tidak ada
push dan tidak terjadi tanda-tanda infeksi seperti (tumor , dolor, kalor, rubor, fungsio
lesa).
Tindakan perawatan luka bakar dengan madu pada klien yang mengalami luka
bakar derajat II harus segera dilakukan tindakan keperawatan agar integritas kulit
yang baik bisa dipertahankan, tidak ada luka atau lesi pada kulit. Tindakan yang
dilakuan tidak menemui hambatan karena terjalin kerjasama yang baik antara
penulis, pasien dan keluarga pasien. Penulis mengkategorikan luka bakar derajat II
pada An D, Luka bakar derajat II ditandai kulit melepuh, dasarnya tampak merah
51
atau keputihan dan terisi oleh cairan kentalyang jernih, jika disentuh warnanya
Evaluasi untuk diagnosa kerusakan integritas kulit pada hari kedua didapatkan
An D mengatakan lukanya sudah mulai kering, nyeri berkurang, data objektif: luka
tampak kering, masalah teratasi sebagian karena nyeri klien berkurang, luka kering.
Data fokus pada tanggal 10 April 2014 selanjutnya didapatkan data subjektif
An. D mengatakan lukanya terasa panas data objektif luka tampak hitam kemerahan
ada push nyeri pada luka, dan suhu 36,5 0C. Penulis merumuskan masalah
hilangnya barier kulit dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama
2 kali 24 jam tidak terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan antara lain kaji luka
untuk mengetahui tanda – tanda infeksi, lakukan perawatan luka dengan prinsip steril
agar menghindari kontaminasi dari luar, dan kolaborasi dengan dokter pemberi obat
selama dua hari yaitu mengkaji luka, melakukan perawatan luka dengan tepat,
dengan dokter pemberian obat cefadroxil. Cefadroksil adalah obat yang digunakan
sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik
untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit mengalami
penyembuhan karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler yang mengalami
mempunyai resiko terhadap infeksi dan harus segera ditangani, Penulis tidak
kerjasama yeng baik antara penulis, pasien, dan tim kesehatan yang lain.
tidak ada nanah, data objektif luka tampak kering tidak ada nanah, tidak ada tanda
dan gejala infeksi (tumor, dolor, kalor, rubor, fungsio lesa) masalah teratasi sebagian
A. Simpulan
1. Pengkajian yang didapat dari An. D adalah pasien mengeluh kakinya terasa
panas dan perih dikarenakan terkena kenalpot dibagian betis kanan, dengan
skala 5 nyeri diraskan terus menerus, data objektif klien tampak meringis
lebih 0,5 cm, terdapat push tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi: 110
2. Diagnosa keperawatan
Diagnosa yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan saraf yang
3. Intervensi keperawatan
53
54
menganjurkan pasien untuk membatasi gerak pada area kaki yang luka,
obat topical
4. Implementasi keperawatan
menganjurkan pasien untuk membatasi gerak pada area kaki yang luka,
5. Evaluasi
6. Hasil analisa yang didapat penulis yaitu pengaruh perawatan luka bakar
B. Saran
1. Bagi pasien
2. Bagi institusi
khususnya.
b. Bagi pendidikan
4. Bagi penulis
keperawatan Combustio.
DAFTAR PUSTAKA
Grace A. Pierce & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Erlangga.
Hasanul Arifin. 2012. Pengelolaan Infeksi Pada Pasien Luka Bakar di Unit
Perawatan Intensif.
http://scholar.google.com/scholar?q=Pengelolaan+Infeksi+Pada+Pasien+
Luka+Bakar+di+Unit+Perawatan+Intensif&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2
C5 diagses pada tanggal 6 April 2014
ISO (informasi spesialite obat), 2012, ISFI (ikatan sarjana farmasi indonesia). jakarta
Kartohatmodjo Sunarso. 2007. LUKA BAKAR (COMBUSTIO).
http://scholar.google.com/scholar?q=+LUKA+BAKAR+(COMBUSTIO)
=&hl=id&as_sdt=0%2C5
Kalsum Umi, Yulian Wiji Utami, Lina mafula. 2012. PERBEDAAN PERAWATAN
LUKA BAKAR DERAJAT II MENGGUNAKAN EKSTRAK KEDELAI
(Glycine max) DAN NORMAL SALIN TERHADAP JUMLAH SEL
FIBROBLAS PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR.
http://scholar.google.com/scholar?q=PERBEDAAN+PERAWATAN+LUK
A+BAKAR+DERAJAT+II+MENGGUNAKAN+EKSTRAK+KEDELAI+(
Glycine
max)+DAN+NORMAL+SALIN+TERHADAP+JUMLAH+SEL+FIBROB
LAS+PADA+TIKUS+(Rattus
norvegicus)+GALUR+WISTAR=&hl=id&as_sdt=0%2C5 diagses pada 15
April 2014
MajidN Abdul & Agus Sarwo Prayogi. 2013. Buku Pintar PERAWAT PASIEN
LUKA BAKAR. Gosyen Publishing Yogyakarta.
Prof. Dr. Sahid Hammad. 2009. 99 Resep Sehat dengan Madu. AQWAMEDIKA.
Solo.
Rendy M. Clevo & Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Nuha Medika. Yogyakarta.
NUGROHO TAUFAN. 2012. Mengungkap tentang Luka Bakar & Artritis Rematoid.
Nuha Medika.
Wong dl & dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Volum I Edisi 6. Buku
Kedokteran Jakarta EGC