Anda di halaman 1dari 69

PERAWATAN LUKA BAKAR DERAJAT II DENGAN MADU

TERHADAP LAMA PENYEMBUHAN LUKA PADA


ASUHAN KEPERAWATAN AN D DENGAN
COMBUSTIO DI IGD RSUD WONOGIRI

DISUSUN OLEH

AGUS PURNOMO
NIM.P11063

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014
PERAWATAN LUKA BAKAR DERAJAT II DENGAN MADU
TERHADAP LAMA PENYEMBUHAN LUKA PADA
ASUHAN KEPERAWATAN AN D DENGAN
COMBUSTIO DI IGD RSUD WONOGIRI

KaryaTulis Ilmiah
Untuk Memenuhi Salah Satu Persyaratan
Dalam Menyelesaikan Program Diploma III keperawatan

DISUSUN OLEH
AGUS PURNOMO
NIM.P 11063

PROGRAM STUDI DIII KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN KUSUMA HUSADA
SURAKARTA
2014

i
KATA PENGANTAR

Puji syukur penulis panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Kuasaberkat,

Rahmat dan Karunia-Nya, sehingga penulis dapat menyelesaikan Karya Tulis

Ilmiah dengan judul “ PERAWATAN LUKA BAKAR DERAJAT

II DENGAN MADU TERHADAP LAMA PENYEMBUHAN LUKA

PADA ASUHAN KEPERAWATAN AN D DENGAN COMBUSTIO DI IGD

RSUD WONOGIRI ”.

Dalam penyusunan Karya Tulis lmiah ini penulis banyak mendapat

bimbingan dan dukungan dari berbagai pihak, oleh karena itu pada kesempatan ini

penulis mengucapkan terima kasih dan penghargaan yang setinggi-tingginya

kepada yang terhormat :

1. Atiek Murharyati, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku Ketua Program Studi DIII

Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba ilmu

di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

2. Meri Oktariani, S.Kep.Ns.,M.Kep, selaku Sekretaris Ketua Program Studi

DIII Keperawatan yang telah memberikan kesempatan untuk dapat menimba

ilmu di STIKes Kusuma Husada Surakarta.

3. Alfyana Nadya R. S.Kep,Ns., M. Kep selaku dosen pembimbing sekaligus

sebagai penguji yang telah membimbing dengan cermat, memberikan

masukan-masukan, inspirasi, perasaan nyaman dalam bimbingan serta

memfasilitasi demi sempurnanya studi kasus ini.

v
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL ....................................................................................... i

PERNYATAAN TIDAK PLAGIATISME ..................................................... ii

LEMBAR PERSETUJUAN ............................................................................ iii

KATA PENGANTAR ..................................................................................... iv

DAFTAR ISI.................................................................................................... vi

DAFTAR LAMPIRAN ................................................................................... viii

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang ....................................................................... 1

B. Tujuan penulisan .................................................................... 6

C. Manfaat penulisan .................................................................. 6

BAB II TINJAUAN TEORI

A. Combustio .............................................................................. 7

B. Madu ....................................................................................... 29

C. Perawatan Dan Penyembuhan Luka ....................................... 33

BAB III LAPORAN KASUS

A. IdentitasPasien ........................................................................ 35

B. Pengkajian .............................................................................. 37

C. Rumusan Masalah .................................................................. 41

D. Intervensi Keperawatan .......................................................... 42

E. Implementasi Keperawatan .................................................... 43

F. Evaluasi Keperawatan ............................................................ 44


vii
BAB IV PEMBAHASAN

A. Pengkajian .............................................................................. 45

B. Perumusan Masalah ................................................................ 48

C. Intervensi ................................................................................ 49

D. Implementasi .......................................................................... 51

E. Evaluasi .................................................................................. 52

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

A. Kesimpulan ............................................................................. 53

B. Saran ....................................................................................... 55

DAFTAR PUSTAKA

LAMPIRAN

DAFTAR RIWAYAT HIDUP

viii
DAFTAR LAMPIRAN

Lampiran 1 Daftar riwayat hidup

Lampiran 2 Log Book

Lampiran 3 Lembar Konsultasi Karya Tulis Ilmiah

Lampiran 4 Asuhan Keperawatan

Lampiran 5 Jurnal Tentang Luka bakar

ix
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah

Menurut Eroschenko, (2003) dalam jurnal Budyantara, (2012). Kulit

merupakan salah satu organ tubuh yang sangat penting bagi tubuh. Kulit

berperan sebagai proteksi tubuh seperti pencegahan infeksi dan penguapan

berlebihan dari tubuh. Kulit merupakan indra peraba yang menerima rangsangan

nyeri, panas, dingin dan sebagainya. Jaringan kulit terdapat kelenjar minyak dan

kelenjar keringat.

Menurut guyton, (2006) dalam jurnal Budyantara, (2012). Kulit seperti

halnya bagian tubuh lainnya, pada kulit dapat terjadi kerusakan. Kerusakan pada

kulit tersebut antara lain dapat disebabkan karena suhu. Pada suhu tertentu dan

waktu kontak tertentu, misalnya pada suhu yang tinggi dengan waktu kontak

sebentar dan pada suhu yang lebih rendah dengan waktu kontak yang lama dapat

menyebabkan kerusakan jaringan kulit. Kerusakan jaringan akibat luka bakar

bukan hanya bisa terjadi pada permukaan kulit saja, tetapi bisa terjadi juga di

jaringan bagian bawah kulit. Jaringan yang terbakar akan rusak, sehingga cairan

tubuh bisa keluar melalui kapiler pembuluh darah pada jaringan yang mengalami

pembengkakan akibat luka bakar. Pada luka bakar yang luas, kehilangan

sejumlah besar cairan karena perembesan cairan dari kulit dapat menyebabkan

terjadinya syok.

1
2

Menurut Kristanto, (2005) dalam jurnal dina dewi (2008). Luka bakar

merupakan salah satu trauma yang sering terjadi dalam kehidupan sehari-hari,

bahkan sering kali merupakan kecelakaan massal (mass disaster). Luka bakar

tergolong kasus epidemik yang serius dalam tahun-tahun belakangan ini.

Menurut Smeltzer & Bare, (2000) dalam jurnal dina dewi (2008).

Berdasarkan catatan WHO luka bakar menyebabkan 195.000 kematian/tahun di

seluruh dunia terutama di negara miskin dan berkembang.Luka bakar yang tidak

menyebabkan kematian pun ternyata menimbulkan kecacatan pada penderitanya

Berdasarkan catatan journal of burn care and rehabilitation edisi 1992,

diperkirakan ada 2,4 juta kasus luka bakar dalam setahun di Amerika Serikat.

Dari jumlah tersebut ada 650.000 yang ditangani oleh ahli medis dan 75.000

ditangani di rumah dan 12.000-nya berakhir dengan kematian (Mer, 2003). Data

lain dari thenational institute for burn medicine menyebutkan bahwa sebagian

besar pasien luka bakar di Amerika Serikat (75%) disebabkan kelalaian korban.

Penyebab luka bakar antara lain: air panas, korek api, arus listrik, dan merokok

pada penggunaan obat bius dan alcohol. Penelitian di Belanda menunjukkan

70% kejadian luka bakar terjadi di lingkungan rumah tangga, 25% di tempat

industri, dan kira-kira 5% akibat kecelakaan lalu lintas.

Menurut Kristanto, (2005) dalam jurnal dina dewi (2008). Kejadian luka

bakar di Indonesia kurang lebih 2,5 juta orang mengalami luka bakar di setiap

tahunnya, dari kelompok ini, 200.000 pasien memerlukan penangana rawat jalan

dan 100.000 pasien dirawat dirumah sakit. Berdasarkan data statistik unit

pelayanan khusus RSUPN Cipto Mangunkusumo Jakarta, jumlah kasus yang


3

dirawat selama tahun 1998 sebanyak 107 kasus atau 26,3% dari seluruh kasus

bedah plastic yang dirawat. Dari kasus tersebut terdapat lebih 40% merupakan

luka bakar derajat II-III dengan angka kematian 37,38%.

Menurut Hadiwiyoto, (1986) dalam jurnal dina dewi (2008). Kerusakan

akibat luka bakar derajat dua dangkal mengenai epidermis dan bagian atas dari

corium / dermis. Penyembuhan terjadi spontan dalam 10-14 hari tanpa terbentuk

jaringan parut. Penyembuhan luka adalah suatu kualitas dari kehidupan jaringan.

Hal ini juga berhubungan dengan regenerasi jaringan. Proses penyembuhan

dapat terjadi secara normal tanpa bantuan, walaupun beberapa bahan perawatan

dapat membantu untuk mendukung proses penyembuhan. Perawatan luka bakar

dapat dilakukan dengan menggunakan beberapa bahan tambahan, antara lain

normal salin, lidah buaya dan madu. Madu merupakan cairan kental dan terasa

manis yang dihasilkan oleh tawon madu dengan jalan proses pengubahan suatu

cairan manis yang dihasilkan oleh bunga atau bagian dari tanaman. Madu telah

terbukti merupakan agen perawatan luka yang efektif, namun belum digunakan

secara luas dalam lingkup profesional. Penggunaan madu pada luka terbukti

meningkatkan waktu penyembuhan luka 4 kali lebih cepat dibandingkan dengan

agen perawatan luka yang lain. Menurut Rio dan Aziz, (2012) dalam jurnal dina

dewi (2008). Literatur lain juga menunjukan bahwa madu dapat mengurangi

tingkat infeksi. Sebagai tambahan, madu juga jarang mengakibatkan alergi, serta

lebih efektif dari segi biaya.

Menurut Subrahmanyam, (1996) dalam jurnal dina dewi (2008). Madu

telah digunakan sebagai obat sejak jaman kuno. Ayurveda (pengobatan India)
4

mendefinisikan madu sebagai sari kehidupan dan merekomendasikan

penggunaannya sebagai pengobatan. Papyrus dari mesir kuno menyebutkan

pengobatan luka bakar dengan menggunakan madu. Tentara rusia dan tentara

Cina juga menggunakan madu untuk mengobati luka pada Perang Dunia I. Madu

telah digunakan untuk mengobati luka bakar untuk mengurangi infeksi dan

mempercepat penyembuhan luka.

Penelitian sebelumnya menunjukan hasil penelitian perawatan luka bakar

menggunakan madu efektif dalam mempercepat penyembuhan luka yang

dilalaksanakan pada bulan oktober 2008 bertempat di Laboratorium

Farmakologi Fakultas Kedokteran Universitas Brawujaya Malang (sugiyo,

2003). Hasil pengkajian pada tangal 10- 12 April 2014 pada An D dengan

Combustio di IGD RSUD Wonogiri diperoleh data An D mengeluh nyeri dan

terdapat luka bakar pada kaki kanan bagian betis, maka penulis tertarik untuk

menulis karya tulis ilmiah yang berjudul “ PENGARUH PERAWATAN LUKA

BAKAR DERAJAT II DENGAN MADU TERHADAP LAMA

PENYEMBUHAN LUKA PADA ASUHAN KEPERAWATAN AN D

DENGAN COMBUSTIO DI IGD RSUD WONOGIRI “ .

B. Tujuan Penulisan

1. Tujuan Umum

Mengaplikasikan riset keperawatan tentang pengaruh perawatan luka

bakar dengan madu terhadap lama penyembuhan luka pada An. D dengan

Combustio di RSUD Wonogiri


5

2. Tujuan Khusus

a. Penulis mampu melakukan pengkajian pada An. D dengan Combustio

b. Penulis mampu merumuskan diagnosa keperawatan pada An. D dengan

Combustion

c. Penulis mampu menyusun rencana Asuhan Keperawatan pada An. D

perawatan luka bakar

d. Penulis mampu melakukan implementasi pada An. D

e. Penulis mampu melakukan evaluasi pada An. D perawatan luka bakar

pada pasien Combustio

f. Penulis mampu menganaliasa hasil perawatan luka bakar dengan madu

pada An. D

C. Manfaat Penelitian

1. Bagi pasien

Memberikan pengetahuan tentang cara perawatan luka menggunakan

madu dan manfaat madu untuk penyembuhan luka

2. Bagi Institusi

a. Bagi Rumah Sakit

1) Dapat memberikan informasi tentang asuhan keperawatan pada

pasien dengan perawatan luka bakar, khususnya pada pasien

Combustio sehingga perawat dapat memberikan asuhan

keperawatan pada pasien dengan lebih optimal serta meningkatkan


6

ketrampilan dalam memberikan penatalaksanaan yang lebih baik

pada pasien Combustio.

2) Perawat mampu bersikap profesional dalam memberikan asuhan

keperawatan perawatan luka bakar pada Combustio.

b. Bagi Pendidikan

Sebagai informasi kepada mahasiswa tentang asuhan keperawatan

pada pasien Combustio, sehingga dapat memberikan gambaran tentang

penatalaksanaan perawatan luka bakar pada pasien Combustio.

3. Bagi Penulis

a. Mengetahui informasi serta mampu menerapkan asuhan keperawatan

tentang perawatan luka bakar pada pasien Combustion, sehingga dapat

mengembangkan wawasan penulis.

b. Mendorong penulis untuk mengembangkan diri, berpandangan luas,

serta bersikap profesional dalam memberikan asuhan keperawatan

khususnya pada pasien Combustio.

4. Bagi Pembaca

Memberikan pemahaman tentang perawatan luka bakar menggunakan

madu terhadap lama penyembuhan pada pasien Combustion.


7

BAB II

LANDASAN TEORI

A. COMBUSTIO

1. Pengertian

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung atau

tak langsung dengan suhu tinggi seperti api, air panas,listrik ,bahan kimia

dan radiasi (nugroho, 2010).

Luka bakar adalah kerusakan atau kehilangan jaringan yang

disebabkan kontak dengan sumber panas seperti api, airpanas, bahan kimia,

listrik, dan radiasi (musliha, 2010).

Luka bakar adalah luka yang disebabkan oleh kontak langsung dengan

suhu tinggi seperti api, air panas, listrik, bahan kimia, dan radiasi; juga oleh

sebab kontak dengan suhu rendah (frost-bite). Luka bakar ini dapat

mengakibatkan kematian, atau akibat lain yang barkaitan dengan problem

fungsi maupun estetik (rendy & margareth 2012 ).

Penyulit yang timbul luka bakar anntra lain gagal ginjal aku, odema

paru, SIRS (systemic inflammatory response syndrome), infeksi dan sepsis,

serta parut hipertrofik dan kontraktur.

Pronosis dan penanganan luka bakar terutama tergantung pada dalam

dan luasnya permukaan luka bakar, dan penanganan sejak awal hingga

penyembuhan. Selain itu factor letak daerah yang terbakar, usia, dan

keadaan kesehatan penderita juga turut menentukan kecepatan

7
8

penyembuhan. Luka bakar pada daerah perineum, ketiak, leher, dan tangan

sulit dalam perawatannya, antara lain karena mudah mengalami kontraktur (

rendy & margareth 2012 ).

2. Etiologi

Penyebab luka bakar dapat digolongkan dalam beberapa jenis (

musliha 2010) :

a. Flame : kobaran api di tubuh

b. Flash : Jilatan api ke tubuh

c. Scold : Terkena air panas

d. Kontak panas : Tersentuh benda panas

e. Sunburn : Sengatan matahari

f. Akibat sengatan listrik

g. Akibat bahan kimia

Sengatan matahari bagi kita tidaklah merupakan maslah besar dan

jarang terjadi. Luka bakar akibat kobaran api dan jilatan api sering terjadi

pada orang dewasa sedangakan bayi dan anak lebih sering tersiram air

panas.

Usia rata - rata penderita luka baka bakar yang memerlukan perawatan

di RS adalah 26,8 tahun dan umum nya pria (74,7%).

Pada dasarnya luka bakar itu terjadi akibat paparan suhu yang tinggi,

akibatnya akan merusak kulit dan pembuluh darah tepi maupun pembuluh

darah besar dan akibat kerusakan pembuluh darah ini mengakibatkan ciran

plasma sel darah, protein albumin, mengalami gangguan fisiologi.


9

Akibatnya terjadilah kehilangan cairan yang massif, terganggunya cairan

didalam lumen pembuluh darah. Suhu tinggi juga merusak pembuluh darah

yang mengakibatkan sumbatan pembuluh darah sehingga beberapa jam

setelah terjadi raksi tersebut bisa mengakibatkan radang sistemik, maupun

kerusakan jaringan liannya. Dari diatas maka luka bakar juga dapat terjadi

sok hipovolemik

3. Manifestasi Klinis Luka Bakar

Berat ringannya luka bakar tergantung pada jumlah jaringan yang

terkena dan kedalaman luka bakar, tanda dan gejala luka bakar menurut

derajat luka ( majid& prayogi 2013 ) adalah:

a. Luka bakar derajat 1

Merupakan luka bakar yang paling ringan. Kulit yang terbakar menjadi

merah, nyeri, sangat sensitive terhadap sentuhan dan lembab atau

membengkak. Jika ditekan, daerah yang terbakar akan memutih dan

belum terbentuk bolu.

b. Luka bakar derajat 2

Menyebabkan kerusakan yang lebih dalam. Kulit melepuh, dasarnya

tampak merah atau keputihan dan terisi oleh cairan kental yang jernih.

Jika disentuh warnanya berubah menjadi putih dan terasa nyeri.

c. Luka bakar derajat 3

Menyebabkan kerusakan yang paling dalam. Permukaannya bisa

berwarna putih dan lembut atau berwarna hitam, hangus dan kasar.

Kerusakan sel darah merah pada daerah yang terbakar bisa


10

menyebabkan luka bakar berwarna merah terang. Kadang daerah yang

terbakar melepuh dan rambut / bulu ditempat tersebut mudah dicabut

dari akarnya. Jika disentuh, tidak timbul rasa nyeri karena ujung syaraf

pada kulit telah mengalami kerusakan. Jaringan yang terbuka bisa mati.

Jika jaringan mengalami kerusakan akibat luka bakar, maka cairan akan

merembes dari pembuluh darah dan menyebabkan pembengkakan. Pada

luka bakar yang luas, kehilangan sejumlah besar cairan kerena

perembesa tersebut bisa menyebabkan terjadi syok. Tekanan darah

sangat rendah sehingga darah yang mengalir ke otak dan organ lainnya

sangat sedikit

4. Patofisiologi

Akibat pertama luka bakar adalah syok karena kaget dan kesakitan.

Pembuluh kapiler yang terpajam suhu tinggi rusak dan permeabilitas

meninggi. Sel darah yang ada di dalamnya ikut rusak sehingga dapat terjadi

anemia. Meningkatnya perniabilitas menyebabkan udem dan menimbulkan

bula yang mengandung banyak elektrolit. Hal yang menyebabkan

berkurangnya volume cairan intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka

bakar menuebabkan kehilangan cairan akibat akibat penguapan yang

berlebihan. Masuknya cairan ke bula yang terbentuk pada luka bakar derajat

dua, dan pengeluaran cairan dari kopeng luka bakar derajat tiga.

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lainnya. Karbon

monoksida akan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga hemoglobin

tak mampu lagi mengikat oksigen. Tenda keracunan ringan adalah lemas,
11

pusing, bingung, mual, dan muntah. Pada keracunan berat terjadi koma. Bila

lebih dari 60% hemoglobim terikat CO, Penderita dapat meninggal.

Luka bakat sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang

merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan

mempermudah infeksi. Infeksi inisulit diatasi karena daerahnya tidak

tercapai oleh pembuluh kapiler yang mengalami trombosis. Padahal

pembuluh ini membawa system pertahanan tubuh atau antibiotik. Kuman

penyebab infeksi pada luka bakar, selain dari kulit penderita sendiri, juga

dari kontaminasi kuman saluran nafas atas dan kontaminasi kuman di

lingkungan rumah sakit. Infeksi nasokomial ini biasanya sangat berbahaya

karena kumanya banyak yang sudah resisten terhadap antibiotic

(Sjamsuhidajat, 2004).

5. Klasifikasi Luka Bakar

a. Berat ringan luka bakar ( rendy& margareth 2012 ) adalah:

1) Berat / kritis bila :

a) Derajat 2 dengan luas luka lebih dari 25 %

b) Derajat 3 dengan luas lebih dari 10 %, atau terdapat di muka,

kaki, dan tangan

c) Luka bakar disertai trauma jalan nafas atau jaringan lunak luas,

atau fraktur

d) Luka bakar akibat listrik

2) Sedang bila :

a) Derajat 2 dengan luas 15 – 25 %


12

b) Derajat 3 dengan luas kurang dari 10 %, kecuali muka, kaki,

dan tangan.

3) Ringan bila

a) Derajat 2 dengan luas kurang dari 15 %

b) Derajat 3 kurang dari 2 %.

b. Luas luka bakar

1) Perhitungan luas luka bakar antara lain berdasarkan rule of nine

dari Wallace, yaitu :

a) Kepala dan lehar : 9 %)

b) Ektremitas atas : 2 x 9 % ( kiri dan kanan )

c) Paha dan betis – kaki : 4 x 9 % ( kiri dan kanan )

d) Dada, perut, punggung, bokong : 4 x 9 %

e) Perineum dan genetalia : 1 %

2) Permukaan kaki lebih kecil. Oleh karena itu digunakan rumus 10

untuk bayi dan rumus 10 - 20 dari lund dan browder untuk anak -

anak.

Dasar presentasi yang digunakan dalam rumus - rumus

tersebut adalah luas telapak tangan dianggap 1 %

3) Berdasarkan kedalamannya luka bakar ( majid & prayogi 2013 )

adalah:

c. Luka bakar derajat 1

Karakteristik luka bakar derajat 1


13

1) Kedalaman : ketebalan luka partial superfisial, hanya mengenai

lapisan epidermis.

2) Luka tampak berwarna pink cerah sampai merah (eritema ringan

sampai berat)

3) Kulit tampak memucat bila ditekan

Edema minimal

4) Tidak ada blister

Kilit hangat / kering

5) Terasa nyeri / hyperethetic, dan nyeri berkurang dengan

pendinginan

Dapat sembuh spontan kurang lebih 3-7 hari

d. Luka bakar derajat 2

Karakteristik luka bakar derajat 2

Luka bakar derajat 2 disebut juga partial thickness. Partial hickness

dikelompokkan menjadi 2, yaitu superpicial partial thickness dan depp

partial thickness.

Karakteristik luka bakar pada derajat ini adalah :

1) Kedalaman : lebih dalam dari pada ketebalan partial dan

superfisial dalam

2) Penyebabnya : kontak dengan bahan air atau bahan padat, jilatan

api pada pakaian, jilatan langsung kimiawi, atau sinar ultra violet

3) Penampilan : terdapat gelembung (blister atau bula) besar dan

lembab yang ukurannya bertambah besar dan pucat bila ditekan


14

dengan ujung jari, serta apabila tekanan dilepas akan berisi

kembali. Timbul gelembung-gelembung berisi cairan berwarna

jernih tetapi kental, rasa nyeri atau sakit yang menggagu, dan bila

gelembung tersebut pecah akan terlihat kulit yang berwarna

kemerah-merahan

4) Warna : bintik-bintik yang kurang jelas, putih, coklat, pink, atau

merah coklatan

5) Perasaan : sangat nyeri

6) Waktu penyembuhan : pada superficial partial thickness dapat

sembuh kurang lebih 14-21 hari, sedangakan pada deep partial

thickness dapat sembuh kurang lebih 21-28 hari. Apabila kerusakan

mengenai kelenjar keringat, kelenjar lemak, atau akar rambut maka

proses penyembuhan menjadi lebih lama lagi sekitar 2-3 minggu

serta berpotensi menimbulkan cacat pada kulit

e. Luka bakar derajat 3

Karakteristik luka bakar derajat 3

1) Kedalamannya : mengenai seluruh lapisan kulit, lemak subkutan

dan dapat juga mengenai permukaan otot, persyarafan dan

pembuluh darah, serta tulang

2) Penyebabnya : kontak dengan bahan cair atau padat, jilatan api,

bahan kimia, maupun kontak dengan arus listrik

3) Penampilan : luka bakar tampak kering disertai kulit nengelupas

dengan tekstur kasar atau keras, pembuluh darah seperti arang


15

terlihat dibawah kulit hanya mengelupas, jarang ada gelembung,

dinding sangat tipis, tidak membesar, dan tidak pucat bila ditekan.

Luka tampak bervariasi dari berwarna putih, merah sampai dengan

coklat atau hitam dan terdapat odema

4) Sensasi nyeri : sedikit nyeri atau bahkan tidak terasa nyeri karena

serabut-serabut saraf telah rusak, dan rambut mudah lepas bila

dicubit

5) Waktu penyembuhan: sulit terjadi penyembuhan luka secara

spontan, dengan waktu penyembuhan sekitar 3 sampai 5 bulan serta

memerlukan transplantasi kulit untuk memperbaiki jaringan kulit

yang hilang

6. Pemeriksaan Diagnotik

a. LED : mengkaji hemokonsentrasi

b. Elektrolit serum mendeteksi ketik seimbangan cairan dan biokimi.

Untuk memeriksa kalium terdapat peningkatan dalam 24 jam pertama

karena peningkatan kalium dapat menyebabkan henti jantung.

c. Gas darah arteri ( GDA ) dan sinar X dada mengkaji pulmonal, khusus

nya pada cidera inhalasi asap

d. BUN dan kreatinin mengkaji fungsi ginjal

e. Urinalisis menunjukan mio globin dan hemokromogen menandakan

kerusakan otot pada luka bakar ketebalan penuh luas

f. Bronkuoskopi membantu memastikan cedera inhalasi asap

g. Kadar karbon monoksida serum meningkat pada cedera inhalasi asap


16

7. Komplikasi

Komplikasi dari luka bakar (nugroho, 2012) adalah:

a. Syokhipofolemik

Akibat pertama dari luka bakar adalah syok karena kaget dan

kesakitan. Pembuluh kapiler yang terpajam suhu tinggi akan rusak dan

permeabilitas meninggi. Sel darah yang ada didalamnya ikut rusak

sehingga dapat terjadi anemia. Meningkatnya permeabilitas

menyebabkan udem dan menimbulkan bula dengan membawa serta

elektrolit. Hal ini menyebabkan berkurangnya volume cairan

intravaskuler. Kerusakan kulit akibat luka bakar mengakibatkan

kehilangan cairan tambahan karena penguapan yang berlebihan,cairan

yang masuk ke bula pada luka bakar derajat II dan pengeluaran cairan

pada luka bakar derajat III.

b. Udema laring

Pada kebakaran dalam ruangan tertutup atau luka terjadi di muka,

dapat terjadi kerusakan mukosa jalan nafas karena gas, asap, uap panas

yang terhisap, udema yang terjadi dapat menyebabkan gangguan berupa

hambatan jalan napas karena udema laring. Gejala yang timbul adalah

sesak napas, takipnea, stridor, suara serak, dan dahak berwarna gelap

karena jelaga

c. Keracunan gas

Dapat juga terjadi keracunan gas CO atau gas beracun lain.

Karbon monoksidaakan mengikat hemoglobin dengan kuat sehingga


17

hemoglobin tak mampu lagi mengikat oksigen. Tanda-tanda keracunan

ringan adalah lemas, bingung, pusing, mual dan muntah. Pada

keracunan yang berat dapat terjadi koma. Bila >60% hemoglobin terikat

dengan CO, penderita dapat meninggal

d. SIRS (systemic inflammatory respone syndrome)

Luka bakar sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang

merupakan medium yang baik untuk pertumbuhan kuman, akan

mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit mengalami penyembuhan

karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler yang mengalami

thrombosis. Kuman penyebab infeksi berasal dari kulitnya sendiri, juga

dari kontaminasi kuman dari saluran nafas atas dan kontaminasi kuman

di lingkungan penyakit. Infeksinosocomial ini biasanya berbahaya

karena banyak yang sudah resisten terhadap antibiotic

e. MOF (multi organ failure)

Adanya perubahan permeabilitas kapiler pada luka bakar

menyebabkan gangguan sirkulasi. Di tingkat seluler, gangguan perfusi

menyebabkan perubahan metabilisme. Pada tahap awal terjadi proses

perubahan metabolisme anaerob yang diikuti peningkatan produksi dan

penimbunan asam laktat menimbulkan asidosis. Dengan adanya

gangguan sirkulasi dan perfusi, sulit untuk mempertahankan

kelangsungan hidup sel, iskemi jaringan akan berakir dengan nekrosis.

Gangguan sirkulasi makro menyebabkan gangguan perfusi ke

jaringan-jaringan organ penting terutama otak, hepar, paru, jantung,


18

ginjal, yang selanjutnya mengalami kegagalan menjalankan fungsinya.

Dalam mekanisme opertahanan tubuh, terjadi gangguan pada sistem

keseimbangan tubuh (hemeostasis), maka organ yang dimaksut dalam

hal ini adalah ginjal. Dengan adanya penurunan atau disfungsi ginjal

ini, berban tubuh semakin berat

f. Kontraktur

Kontraktur merupakan salah satu komplikasi dari penyembuhan

luka, terutama luka bakar. Kontraktur adalah jenis scar yang terbentuk

dari sisa kulit yang sehat di skitar luka, yang tertarik kesisi kulit yang

terluka. Kontraktur yang terkena hingga lapisan otot dan jaringan

tendon dapat menyebabkan terbatasnya pergerakan

8. Penatalaksanaan

Prinsip penanganan luka bakar adalah penutupan lesi sesegeara

mungkin, pencegahan infeksi, mengurangi rasa sakit, pencegahan trauma

mekanik pada kulit yang vital dan elemen di dalamnya, dan pembatasan

pembentukan jaringan parut.

Pada saat kejadian, hal pertama yang harus dilakukan adalah

menjauhkan korban dari sumber trauma. Padamkan api dan siram kulit yang

panas dengan air. Pada trauma bahan kimia, siram kulit dengan air mengalir.

Proses koagulasi protein sel di jaringan yang terpajam suhu tinggi

berlangsung terus walau api telah dipindahkan, sehingga distruksi tetap

meluas. Proses tersebut dapat dihentikan dengan mendinginkan daerah yang

terbakar dan mempertahankan suhu dingin ini pada jam pertama. Oleh
19

karena itu, merendam bagian yang terbakar selama lima belas menit pertama

sangat bermanfaat. Tindakan ini tidak dianjurkan pada luka bakar > 10%,

karena akan terjadi hipotermi yang menyebabkan cardia arrest

Tindakan selanjutnya adalah sebagai berikut (Randy m clevo 2012 )

a. Lakukan resusitasi dengan memperhatikan jalan nafas, pernafasan dan

sirkulasi, yaitu :

1) Periksa jalan nafas

2) Bila dijumpai obstruksi jalan nafas, buka jalan nafas dengan

pembersihan jalan nafas (suction, dsb), bila perlu lakukan

trkeostomi dan intubasi

3) Berikan oksigen

4) Pasang iv line untuk resitasi cairan, berikan cairan RL untuk

mengatasi syok

5) Pasang kateter buli-buli untuk pemantauan diuresis

6) Pasang pipa lambung untuk mengosongkan lambung selama ada

ileus paralitik

7) Pasang pemantau tekanan vena sentral (central venaus pressure /

vcp) untuk pemantauan sirkulasi darah, pada luka bakar ektensif

(>40%)

b. Periksa cidera yang terjadi di seluruh tubuh secara sitematis untuk

menentukan adanya cidera inhalasi, luas dan derajat luka bakar. Dengan

demikian jumlah dan jenis cairan yang diperlukan untuk resusitasi dapat

ditentukan. Terapi cairan diindikasikan pada luka bakar derajat 2 dan 3


20

dengan luas 25% atau pasien tidak dapat minum. Terapi cairan

dihentikan bila masukan oral dapat menghentikan parenteral.

Dua cara yang lazim digunakan untuk menghitung kebutuhan

cairan pada penderita luka bakar, yaitu :

1) Cara evans

Untuk menghitung kebutuhan cairan pada hari pertama hitunglah :

a) Berat badan (kg) x luka bakar x 1 cc NaCl (1)

b) Berat badan (kg) x luka bakar x 1 cc larutan koloid (2)

c) Cc glukosa 5% (3)

Separuh dari jumlah (1), (2), (3) diberikan dalam 8 jam

pertama. Sisanya diberikan 16 jam berikutnya. Pada hari

kedua berikan setengah jumlah cairan hari pertama. Pada hari

ketiga diberikan setengah jumlah cairan hari kedua. Sebagai

monitor pemberian cairan lakukan penghitungan diuresis

2) Cara baxter

Merupakan cara lain yang lebih sederhana dan banyak

dipakai. Jumlah kebutuhan cairan pada hari pertama = % luka bakar

x BB (kg) x 4cc. Separuh dari jumlah cairan ini diberikan dalam 8

jam pertama, sisanya diberikan dalam 16 jam. Hari pertama

terutama diberikan elektrolit yaitu larutan ringer laktat karena

terjadi hipotermi. Untuk hari kedua diberikan dari jumlah

pemberian hari pertama.


21

c. Berikan Analgetic. Analgetik yang efektif adalah morfin atau petidin,

diberikan secara intravena. Hati-hati dengan pemberian intramuscular

karena dengan sikulasi yang terganggu akan terjadi penimbunan di

dalam otot

d. Lakukan pencucian luka setelah sirkulasi stabil. Pencucian luka

dilakukan dengan melakukan debridemen dan mandikan pasien

menggunakan cairan steril dalam bak khusus yang mengandung larutan

antiseptic. Antiseptic local yang dapat dipakai yaitu betadine atau nitras

argenti 0,5%

e. Berikan Antibiotic topikal paska pencucian luka dengan tujuan untuk

mencegah dan mengatasi infeksi yang terjadi pada luka. Bentuk krim

lebih bermanfaat daripada bentuk salep atau ointment. Yang dapat

digunakan adalah silver nitrate 0.5%, mafenide acetate 10%, silver

sulfadiazine 1%, atau gentamisin sulfat

Kompres nitras argenti yang selalu dibasahi tiap 2 jam efektif sebagai

bakteriostatik untuk semua kuman. Obat lain yang banyak dipakai

adalah silversulfadiazin dalam bentuk krim 1%. Krim ini sangat

berguna karena bersifat bakteriostatik, mempunyai resistensi, dan aman

f. Balut luka menggunakan kassa gulung kering dan steril

Berikan serum anti tetanus atau toksin yaitu ATS 3.000 unit pada orang

dewasa dan separuhnya pada anak-anak


22

9. Asuhan Keperawatan

a. Pengertian

Menurut Carpenito (1998) Asuhan keperawatan adalah kegiatan

profesional perawat yang dinamis, membutuhkan kreatifitas, dan

berlaku pada berbagai keadaan dan rentang kehidupan manusia. Tahap

dalam melakukan asuhan keperawatan yaitu pengkajian, diagnosis

keperawatan, perencanaan, implementasi dan evaluasi (momon, 2008)

b. Pengkajian

Pengkajian merupakan adalah langakah awal dari proses keperawatan

yang bertujuan untuk mengumpulkan data baik subyektif maupun data

obyektif. Data subyektif diperoleh berdasarkan hasil wawancara baik

dengan klien ataupun orang lain, sedangkan data obyektif diperoleh

berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan fisik

Adapun pengkajian keperawatan pada klien luka bakar (Musliha,2010)

1) Aktifitas atau istirahat

Tanda: penurunan kekuatan, tahanan, keterbatasan rentang gerak

pada area yang sakit, gangguan massa otot, perubahan tonus

2) Sirkulasi

Tanda (dengan cidera luka bakar lebih dari 20% APTT), hipotensi

(syok), penurunan nadi perifer distal pada estremitas yang cidera,

vasokontraksiperifer umum dengan kehilangan nadi, kulit putih

dan dingin (syok listrik), takikardi (syok/ansietas/nyeri), disritmia

(syok listrik), pembentukan odema jaringan (semua luka bakar)


23

3) Integritasego

Gejala: masalah tentang keluarga, pekerajaan, keuangan,

kecacatan

Tanda: ansietas, menangis, ketergantungan, menyangkal, menarik

diri, marah

4) Eliminasi

Tanda: haluan urine menurun atau taka da selama fase darurat,

warna mungkin hitam kemerahan bila terjadi miolobin,

mengindikasikan kerusakan otot dalam, diuresis (setelah

kebocoran kapiler dan mobilisasi cairan ke dalam sirkulasi),

penurunan bising usus atau tidak ada, khususnya pada luka bakar

kutaneus lebih besar dari 20% sebagai stres penurunan mortilitas

atau perstaltik gastrik

5) Makanan atau cairan

Tanda: odema jaringan umum, anoreksia, mual atau muntah

6) Neurosensory

Gejala: area batas, kesemutan

Tanda: perubahan orientasi, afek, perilaku, penurunan

reflektendon dalam (RTD) pada cedera ektremitas, aktifitas kejang

(syok listrik)

7) Nyeri atau kenyamanan

Gejala: berbagai nyeri, contoh luka bakar derajat pertama secara

eksteren sensitif untuk disentuh, ditekan, gerakan udara dan


24

perubahan suhu, luka bakar ketebalan sedang derajat kedua angat

nyeri: sementara respon pada luka bakar ketebalan derajat kedua

tergantung pada keutuhan ujung saraf, luka bakar derajat ketiga

tidak nyeri

8) Pernafasan

Gejala: terkurung dalam ruang tertutup, terpajam lama

(kemungkinan cedera inhalasi)

Tanda: serak, batuk mengi, partikel karbon dalam spatum ketidak

mampuan menelan sekresi oral dan sianosis, indikasi cidera

inhalasi

Pengembangan torak mungkin terbatas pada adanya luka bakar

lingkar dada, jalan nafas stridor atau mengi (obstruksi sehubungan

dengan laringospasme, odema laringeal)

9) Keamanan

Tanda

Kulit umum: destruksi jaringan dalam mungki tidak terbukti

selama 3-5 hari sehubungan dengan proses trobusmikrovaskuler

pada beberapa luka

c. Diagnosa Keperawatan

Diagnosa keperawatan untuk luka bakar (NANDA, 2013) adalah :

1) Ketidak seimbangan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh

berhubungan dengan hipermetabolisme dan kebutuhan bagi

kesembuhan luka.
25

Tujuan dan kriteria hasil: kebutuhan nutrisi keterpenuhi dengan

kriiteria hasil: tidak ada tanda dan gejala malnutrisi dan

mengidentifikasi kebutuhan nutrisi

Intervensi:

a) Kaji kemampuan pasien untuk mendapat nutrisi yang

dibutuhkan

b) Monitor bb badan pasien

c) Anjurkan pasien untuk meningkatkan protein dan vitamin c

d) Kolaborasi dengan ahli gizi untuk menentukan jumlah kalori

dan nutrisi yang dibutuhkan pasien

2) Resiko tinggi kekurangan volume cairan berhubungan dengan

kehilangan cairan melalui rute abnormal.

Tujuan dan kriteria hasil : pasien dapat mendemonstrasikan status

cairan dan biokimia membaik. Kriteria hasil: tidak ada manifestasi

dehidrasi, elektrolit serum dalam batas normal.

Intervensi :

a) Awasi tanda – tanda vital central vinous pressure (CVP).

Perhatikan kapiler dan kekuatan nadi perifer. Rasional :

memberekan pedoman untuk penggantian cairan dan mengkaji

respon kardiovaskuler.

b) Awasi pengeluaran urine. Rasional : penggantian cairan

dititraksi untuk meyakinkan rata – rata pengeluaran urine


26

c) Timbang badan setiap hari. Rasional pergantian cairan

tergantung pada berat badan pertama dan perubahan

selanjutnya

3) Resiko infeksi berhungan dengan hilangnya barier kulit dan

terganggunya respon imun

Tujuan dan kriteria hasil: Tidak terjadi infeks Kriteria hasil: Klien

bebas dari tanda-tanda infeksi dan menunjukan kemampuan untuk

mencegah timbulnya infeksi

Intervensi :

a) Monitor kerentanan terhadap infeksi

b) Monitor tanda dan gejala infeksi sistemik dan local

c) Bersihkan area luka bakar setiap hari dan lepaskan jaringan

nekrotik (debridemen) sesuai program

d) Instruksikan pasien untuk minum antibiotik sesuai program

e) Ajarkan keluarga dan pasien tanda dan gejala ineksi

f) Beritahu dokter bila demam drainase purulen atau bau busuk

dari area luka bakar dan balutan

4) Nyeri akut berhubungan dengan saraf yang terbuka, kesembuhan

luka dan penanganan luka bakar

Tujuan dan kriteria hasil: kenyamanan pasien meningkat. dengan

kriteria hasil: mampu mengenali nyeri (skala, intensitas, frekwensi,

dan tanda nyeri), menyatakan rasa nyaman setelah nyeri berkurang

Intervensi :
27

a) Lakukan pengkajian nyeri secara komprehensif termasuk

lokasi, karakteristik, durasi, frekuensi, kualitas, dan faktor

presipitasi.

b) Observasi reaksi nonverbal dari ketidaknyamanan

c) Kurangi faktor presipitasi nyeri.

d) Ajarkan tehnik non farmakologis (relaksasi, ditraksi, dll)

e) Kaloborasi dengan dokter bila complain tentang pemberian

obat analgesic tidak berhasil

5) Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka.

Tujuan dan kriteria hasil menunjukan : integritas jaringan membaik

dengan kriteria hasil: Integritas kulit yang baik bisa dipertahankan

(sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi, pigmentasi), tidak ada

luka/ lesi pada kulit

Intervensi:

a) Kaji ukuran, warna, kedalaman luk, perhatikan jringan

nekrotik dan komdisi sekitar luka

b) Jaga kebersihan kulit agar tetap berasih dan kering

c) Oleskan lation atau babi oil pada daerah yang tertekan

d) Lakukan perawatan luka bakar yang tepat dan tindakan kontrol

infeksi

e) Pertahankan penutupan luka sesuai indikasi.

f) Lakukan program kolaborasi : siapkan atau bantu prosedur

bedah, balutan biologis.


28

B. MADU

1. Pengertian

Madu murni merupakan kumpulan dari sari bunga. Madu biasanya

terdapat dalam sarang lebah yang berbentuk heksagon. Untuk mendapatkan

madu dari sarang lebah, biasanya para peternak memakai alat kondensor.

Madu juga dapat diperoleh dengan cara diperas hingga didapatkan madu

yang jernih dan murni.

Madu mengandung air, glukosa, fruktosa, sukrosa, asamamuniak, dan

asam lemak. Madu juga mengandung mineral penting seperti kalsium,

fosfor, potassium, sodium, besi, magnesium, dan tembaga.

Selain itu, madu juga mengandung sejumlah besar vitamin (vitamin C

dan vitamin B kompleks). Vitamin ini merangsang tubuh untuk

memproduksi protein dan hormon, serta menjaga tubuh dari berbagai

penyakit. Madu juga mengandung asam organic dan berbagai enzim

khususnya enzin anfirtis, enzim tersebut membantu mengubah suklosa

menjadi unsur glukosa dan fluktosa sehingga mudah diserap dan dicerna

tubuh. Madu mengandung enzim amylase dan enzim lisosim.

Secara umum madu mengandung beberapa komponen sebagai berikut

(Hammad said 2009)

a. Glukosa

b. Asam Organik

c. Protein
29

d. Ragi (enzim)

e. Garam mineral

f. Vitamin

g. Bijih renik dan minyak

h. Zat – zat warna pigmen

2. Khasiat Madu

Berikut adalah kasiat madu (Hammad said 2009) adalah :

a. Sebagai anti microba

Sejumlah studi laboratorium menunjukkan bahwa madu

mempunyai spesifikasi kandungan antimicrob. Selain itu, terbukti pula

banwa madu mempunyai kemampuan membasmi sejumlah bakteri

diantaranya bakteri Gramnegative dan Gram positif.

Ternyata madu menyebabkan peningkatan tekanan osmosis diatas

permukaan luka hal tersebuit akan menghambat tumbuhnya bakteri

kemudian membunuhnya. Riset ini diterbitkan tahun 1985 di sebuah

Jurnal Medis Afrika Selatan serta jurnal Farmologi dan Obat tahun

1983

b. Sebagai Antipendarahan

Didalam buku Terapi dengan madu kaya Muhammad Al – Haluji

terdapat tulisan dengan judul vitamin – vitamin antipendarahan dan

madu yang terjemahkan oleh Prof. Abdul Ilah Thulaimat, dosen

Universitas Damaskus. Tulisan ini diterbitkan dalam Jurnal Organisasi


30

Kedokteran Laboratorium milik Universitas Minnesota, Amerika

Serikat. Piresetnya adalah Dr. Vivino, Dr. Hidack dan Dr. Palmer.

Mereka melakukan riset tentang khasiat madu sebagai pelindung

dalam proses pengobatan penyakit kurang daerah pada tikus percoban.

Dalam riset tersebut, mereka menemukan fakta bahwa pembekuan

darah didalam tubuh tikus – tikus percobaan yang mengkomsumsi

madu dalam makanan mereka ternyata sangat tinggi. Hal tersebut telah

mendorong Dr. Vivino bersama rekan – rekan nya untuk melakukan

penelitianyang lebih mendalam seputar efek antipendarahan yang

dimiliki madu.

Mereka juga melakukan studi terhadap sejumlah ayam jantan.

Sebagainya diberi campuran madu berseem (sejenis rumput) manis dan

madu putih berseem putih. Hsil dari studi itu menunjukkan jika madu

dicampur dengan bahan makanan yang tidak mengandung vitamin K

(vitamin antipendarahan) menunjukkan efektivitas sebagai anti

pendarahan.

c. Megobati Luka

Sebuah studi di Amerika meneliti penggunaan madu dalam

mengobati luka pada tikus percobaan. Penelitian ini dipublikasikan

dalam sebuah jurnal medis terkemuka, The American Journal of

Surgery tahun 1983. Dalam penelitian tersebut, peneliti sengaja melukai

sekelompok tikus. Kelompok pertama, lukanya diobati denganobat

biasa.Sedangkan kelompok kedua. Luka dilumuri dengan lapisan tipis


31

madu 2 kali sehari. Hsilnya luka menetup lebih cepat pada kelompok

tikus yang lukanya dilumuri madu. Luas lukanya lebih sedikit, luka

menutup, bahkan pembentukan jaringan kulit jauh lebih baik. Dari

percobaan tersebut, peneliti menegaskan efektifitas madu dalam

memperbaiki jaringan kulit.

Pada dokter di India, telah menggunakan madu untuk mengobati

52 penderita luka bakar. Mereka juga menggunakan simar

sulphadiazine (obat luka bakar) kepada 52 penederita lainnya. Dalam

waktu 15 hari, terjadi kemajuan 87% penderita yang diobati dengan

madu

C. PERAWATAN DAN PENYEMBUHAN LUKA

1. Penyembuhan Luka

Proses penyembuhan luka, dikategorikan menjadi tiga (Majid , Abdul

2013) adalah:

a. Healing by primary intention

Tapiluka bisa menyatu kembali, permukaan bersih, biasanya terjadi

karena suatu insisi, tidak ada jaringan yang hilang.Penyembuhan luka

berlangsung dari bagian internal ke eksternal.

b. Healing by secondary intention

Terdapat sebagian jaringan yang hilang, proses penyembuhan akan

berlangsung mulai dari pembentukan jaringan granulasi pada dasar luka

dan sekitarnya
32

c. Healing by secondary intention

Penyembuhan luka berlangsung lambat, biasanya sereing disertai

dengan infeksi, diperlukan penutupan luka secara manual.

Luka akan sembuh sesuai dengan tahapan yang spesifik dimana bisa

terjadi tumpang tindih. Proses penyembuhan luka tergantung pada jenis

jaringan yang rusak serta penyebab luka tersebut. Proses penyembuhan luka

terdiri dari 3 fase yaitu inflamasi, prolife brasi atau epitelisasi dan maturasi

atau remodeling.

a. Fase inflamasi

1) Terjadi pada hari ke-0 sampai hari ke-5

2) Respon segera setelah terjadi lika atau pembekuan darah atau untuk

mencegah kehilangan darah

3) Karakteristiknya adalah terjadi tanda-tanda seperti adanya tumor,

rubor, dolor, kalor, fuction laesa (tanda-tanda inflamasi)

4) Merupakan faseawal terjadi hemostasis, dan fase akhir terjadinya

fagositosis

5) Lama fase ini bisa singkat jika tidak terjadi infeksi

b. Fase proliferasi atau epitelisasi

1) Terjadi pada hari ke-3 sampai hari ke-14

2) Disebut juga dengan fase granulasi oleh karena adanya

pembentukan jaringan granulasi pada luka atau luka Nampak

merah segar dan mengkilat


33

3) Jaringan granulasi terdiri dari kombinasi antara fibroblasts, sel

inflamasi, pembuluh darah yang baru, fibronektin dan hyularonic

acid

4) Epitelisasi terjadi pada 24 jam pertama ditandai dengan penebalan

lapisan epidermis pada tepian luka, sedangkan pada luka insisi

epitelisasi terjadi pada 48 jam pertama.

c. Fase maturasi atau remodeling

1) Belangsunng dari beberapa minggu sampai dengan 2 tahun

2) Terbentuknya kalogen yang baru yang mengubah bentuk luka serta

peningkatan kekuatan jaringan (tensile strength)

3) Terbentuk jaringan parut (scar tissue) sekitar 50-80% sama kuatnya

dengan jaringan sebelumnya

d. Terdapat pengurangan secara bertahap pada antivitas selular dan

vaskularisasi jaringan yang mengalamu perbaikan

2. Perawatan Luka

Perawatan luka mencakup pembersihan luka dan debridemen,

pengolesan preparat antibiotic topical serta pembalutan. Kasa yang terbuat

dari bahan biologic, biosistemik dan sintetik.

Berbagai tindakan dapat dilakukan untuk membersihkan luka.

Daerah-daerah tubuh yang tidak terbakar,termasuk rambut harus di cuci

secara teratur pula. Pada saat pembersihan luka, semua bagian kulit perlu

diinspeksi untuk memeriksa tanda kemerahan, keretakan atau infeksi local

pada kulit. Rambut di skitar luka bakar, kecuali pada bulu mata, harus
34

dipangakas pendek. Bula yang utuh dapat dibiarakan, tetapi cairannya

diaspirasi dengan jarumsuntik dan di buang.

Pembersihan luka biasanya dilakukan sehari sekali pada daerah luka

yang tidak menjalani tindakan pembedahan. Kalau eskar sudah mulai

memisahkan diri dari jaringan variable dibawahnya yang terjadi kurang

lebih 11/2 hingga 2 minggu paska luka bakar, tindakan pembersihan dan

debridemen secara berturutan harus lebih sering dilaksanakan.

Ada kesepakatan bersama bahwa bentuk terapi antimicroba yang

diterapkan pada luka bakar merupkan metode perawatan setempat yang

terbaik untuk luka bakar yang luas. Terapi antibakteri tidak mensterilkan

luka bakar tetapi hanya mengurangi jumlah bakteri agar keseluruhan

populasi mikroba dapat dikendalikan oleh mekanisme pertahanan tubuh

klien sendiri, terapi topikal akan meningkatkan upaya untuk mengubah luka

yang terbuka dan kotor menjadi menjadi luka yang tertutup dan bersih (

bruner, 2002)
35

BAB III

LAPORAN KASUS

A. Identitas Pasien

Pasien merupakan seorang laki – laki berusia 17 tahun dengan inisial An.

D, beragaman islam bertempat tinggal di Kaliancar RT 01 / 05 Wonogiri,

seorang pelajar SMA, dengan diagnosa medis Combustio. Pasien masuk ke

rumah sakit tanggal 10 April 2014, selama di rumah sakit yang bertanggung

jawab atas An. D adalah Tn. P berusia 38 tahun beragama islam seorang ayah

pekerjaan swasta bertempat tinggal di Kaliancar RT 01 / 05 Wonogiri, hubungan

dengan pasien adalah orang tua.

B. Pengkajian

Pengkajian dilakukan pada tanggal 10 April 2014 jam 18.00 dengan

metode pangkajian autoanamnesa. Keluhan utama yang dirasakan pasien adalah

nyeri pada kakinya. Riwayat penyakit sekarang adalah An. D mengatakan 5 hari

yang lalu terkena kenalpot saat disekolah pada bagian betis kanan dan terasa

nyeri panas dengan skala nyeri 5. Setelah diberi salep tidak kunjung sembuh,

sehingga oleh keluarga dibawa ke IGD RSUD Wonogiri pada jam 18.00 tanggal
36

10 April 2014. Di IGD RSUD Wonogiri pasien mendapat terapi Asam

Mefenamat 500 mg, Cefedroxil 500 mg dan Bioplacenton.

Riwayat panyakit dahulu, pasien mengatakan tidak memiliki riwayat

penyakit yang serius. Pasien juga mengatakan tidak ada riwayat alergi obat

maupun makanan apapun, imunisasi semasa kecil lengkap, pasien tidak memiliki

kebiasaan merokok dan minum – minuman keras namun pasien suka

berolahraga terutama silat.

Riwayat penyakit keluarga, pasien merupakan anak pertama dari 3

bersaudara, anggota keluarganya tidak memiliki riwayat penyakit turunan seperti

diabetes melitus, jantung dan hipertensi. Riwayat kesehatan lingkungan

disekitar rumah bersih dan jauh dari polusi udara

Genogram :
37

Keterangan :

: Laki – laki

: Perempuan

: Meninggal

: An. D

: Tinggal Serumah

Pada pola pengkajian primer: Airway: didapatkan tidak ada sumbatan pada

jalannafas, Breathing: frekuensi pernafasan 26 kali per menit, Circulation: suara

nafas vesikuler, tekanan darah 110/70 mmHg, nadi 90 per menit, Disability:

Glasgow Coma Scale15 (E: 4, V:5, M;6), Exposure: suhu 36,5℃ , akral teraba

hangat terdapat luka bahan bakar dibagian betis.

Pola pengkajian sekunder didapatkan data pasien terkena knalpot saat di

sekolah pada bagian betis kanan dan terasa nyeri panas , pasien tidak ada alergi

obat maupun makanan apapun, tidak sedang dalam pengobatan ataupun

mengkonsumsi obat, makanan dan minuman yang dikonsumsi sebelum masuk

rumah sakit adalah nasi dan sayur, pasien dibawa ke rumah sakit pada tanggal 10

April 2010 jam 18.00 sebelum dibawa ke rumah sakit luka pasien diberi salep

Bioplacenton dan 3 minggu yang lalu pasien mengalami flu.


38

Hasil pemeriksaan fisik kesadaran pasien Composmentis (E:4, V:5, M:6)

dan pemeriksaan tanda – tanda vitalsebagai berikut, tekanan darah 110/70

mmHg, frekuensi nadi 90 kali per menit irama teratur dan teraba kuat, frekuensi

pernafasan 26 kali per menit dengan irama teratur, suhu 36,5℃ .

Pemeriksaan fisik selanjutnya bentuk kepala Mesochepal dengan kulit

kepala bersih, rambut kuat dan tidak rontok. Palpebra kantung mata tidak

kehitaman, kojungtiva tidak anemis, selera tidak iklerik, pupil isokor, diameter

simetris kanan dan kiri, refleks terhadap cahaya positif, menggunakan alat bantu

pengelihatan positif. Hidung bersih tidak ada sekrel dan simetris, mukosa mulut

lembab, lidah bersih tidak ada sariawan, gigi tidak berlubang, telinga bersih dan

tidak ada gangguan pendengaran, tidak ada pembesaran klenjar thyroid pada

leher.

Pada pemeriksaan dada didapatkan hasil sebagai berikut, pengembangan

paru dan vocal fremitus kanan dan kiri sama, sonor disemua lapang paru dan

suara napas vasikuler. Ictus cordis tidak tampak, teraba kuat dan teratur di

intercosta 5, pekak diseluruh batas jantung, bunyi jantung reguler. Pemeriksaan

abdomen, bentuk semetris, umbilikus bersih tidak ada jejas, bising usus 16 kali

per menit, saat diperkusi kuadran I redup, kuadran II, III dan IV timpani, tidak

ada pembesaran hepar, tidak ada nyeri tekan pada 4 kuadran. Genetalia tidak

terpasang dower cateter dan tidak ada hemoroid pada rektum.

Kekuatan otot disemua ekstermitas kanan maupun kiri nilainya 5, range of

motion aktif. Capilaryrefile kurang dari 2 detik, tidak ada perubahan bentuk

tulang, ada luka bahan bakar dibagian betis kanan.


39

Terapi yang diperoleh pasien adalah Asam Mefenamat 500 mg, Cefedroxil

500 mg dan Bioplacenton.

C. Perumusan Masalah

Dari data pengkajian diperoleh data subjektif antara lain, pasien

mengatakan kakinya terasa panas dan perih dikarenakan terkena knalpot,

sehingga menyebabkan luka bakar derajat II, dibetis kanan, nyeri dirasakan terus

menerus, dengan skala nyeri 5. Data objektif yang diperoleh pasien tampak

meringis kesakitan, berjalan pincang, Td: 110/70 mmHg, suhu: 36,5 0C, Nadi:

110 x/menit. Berdasarkan analisa data di ambil diagnosa keperawata nyeri akut

berhubungan dengan saraf yang terbuka.

Data subjektif selanjutnya pasien mengatakan luka pada bagian kakinya.

Data objektif yang diperoleh luka bakar derajat II, luka dikaki hitam kemerahan

dan kedalaman luka kurang lebih 0,5 cm. Berdasarkan analisa data diambil

diagnosa keperawatan kerusakan intergritas kulit berhubungan dengan luka

bakar terbuka.

Didapatkan data subjektif pasien mengatakan lukanya terasa panas dan

selalu terbuka. Data objektif pasien, luka tampak hitam kemerahan, ada push,

nyeri pada luka.dan suhu 36,5 ℃ . Berdasarkan analisa data diambil diagnosa

keperawatan yaitu resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit.


40

D. Prioritas diagnose keperawatan

1. Nyeri akut berhubungan dengan saraf yang terbuka

2. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka

3. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit

E. Perencanaan Keperawatan

Perencanaan tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan saraf yang terbuka mempunyai tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam nyeri dapat berkurang, dengan hasil

yang diharapkan skala nyeri 3, pasien tidak meringis kesakitan. Tindakan yang

direncanakan antara lain kaji nyeri untuk memgetahui skala nyeri, ajarkan teknis

relaksasi napas dalam untuk merileksasikan pasien, anjurkan pasien untuk

membatasi gerak pada area kaki yang luka untuk mengurangi resiko terjadi

benturan pada luka, dan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik

untuk menentukan obat nyeri yang tepat.

Perencanaan untuk diagnosa keperawatan kedua kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan luka bakar terbuka mempunyai tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam kerusakan integritas kulit teratasi,

dengan hasil yang diharapkan tidak nyeri, terjadi regenerasi jaringan kulit yang

baru, kedalaman luka 0,1 cm. Tindakan yang dilakukan antara lain kaji dan catat

ukuran, warna, kedalaman luka jaringan nekratik untuk mengetahui kadalaman /

regenarasi luka, lakukan perawatan luka dengan tepat untuk memeprcepat

penyembuhan dan diolesi madu, anjurkan makan makanan yang tinggi protein
41

untuk memeprcepat pertumbuhan, dan kolaborasi dengan dokter pemberiaan

obat topikal untuk menentukan obat yang tepat.

Perencanaan untuk diagnosa keperawatan ketiga resiko infeksi

berhubungan dengan hilangnya barier kulit dengan tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam tidak terjadi infeksi. Tindakan yang

dilakukan antara lain kaji luka untuk mengetahui tanda – tanda infeksi, lakukan

perawatan luka dengan prinsip steril untuk mengurangi kontaminasi, memotivasi

pasien untuk menjaga kebersihan luka agar menghindari kontaminasi dari luar,

dan kolaborasi dengan dokter pemberi obat anti bakteri untuk menghentikan

pertumbuhan bakteri.

F. Implementasi Keperawatan

Tindakan keperawatan yang dilakukan untuk mengatasi masalah

keperawatan pada tanggal 10 April 2010 jam 18.00 perawat mengkaji skala

nyeriakut yang berhubungan dengan saraf yang terbuka, mendapatkan respon

dari pasien bahwa kakinya terasa panas, nyeri terus menerus, skala nyeri 5 dan

pasien tampak meringgis kesakitan. Selanjutnya mengajarkaan pasien relaksasi

dan pernapasan dalam,pasien mengatakan bersedia untuk diajarkan dan pasien

tampak rileks. Perawat menganjurkan keluarga pasien untuk mengipasi area luka

pasien, keluarga pasien bersedia untuk mengipasi luka pasien.

Pada jam 18.15 dilakukan implementasi untuk diagnosa yang kedua yaitu

kerusakan integritas kulit yang berhubungan dengan luka bakar terbuka.

Implementasi yang dilakukan adalah mengkaji keadaan luka, pasien mengatakan


42

terdapat luka dikaki kanan terasa nyeri dan luka berwarna hitam kemerahan

dengan kedalaman 0,5 cm. Perawat melakukan perawatan luka dengan hati –

hati dengan mengoleskan madu pada luka, pasien mengatakan mau dibersihkan.

Selanjutnya perawat memberikan motivasi kepada pasien untuk makan makanan

yang bergizi protein dan menjaga kebersihan luka, pasien mengatakan bersedia

dan tampak mengerti.

Pada jam 18.25 dilakukan implementasi untuk diagnosa yang ketiga yaitu

resiko infeksi yang berhubungan dengan hilangnya barier kulit. Implementasi

yang dilakukan mengkaji tanda – tanda infeksi, pasien mengatakan luka terasa

panas. Selanjutnya pemberian obat Antimicroba Cefadraxil 500 mg, pasien

bersedia minum obat.

Hari kedua perawat merawat sendiri pasien dengan perawat datang

kerumah pasien. Pada tanggal 11 April 2014 jam 13.00 perawat melakukan

implementasi kembali untuk ketiga diagnosa keperawatan yeng bertujuan untuk

mengetahui adanya perubahan terhadap kondisi pasien setelah dilakukan

implementasi sebelumnya. Yang pertama mengkaji kembali nyeri dari respon

subjektif pasien mengatakan nyeri berkurang, skala nyeri 3.Pasien tampak tidak

meringis kesakitan. Selanjutnya mengkaji luka, dari respon subjektif pasien

mengatakan luka sudah mulai kering. Luka pasien tampak kering dan kehitaman.

Mengkaji tanda – tanda infeksi, dari respon subjektif pasien mengatakan panas

berkurang dan luka sudah kering tidak ada push.


43

G. Evaluasi Keperawatan

Setalah dilakukan tindakan keperawatan pada tanggal 10 April 2014

dilakukan evaluasi SOAP (subjektif, objektif, analisa dan planing). Pada

diagnosa keperawatan yang pertama yaitu nyeri akut yang berhubungan dengan

saraf yang terbuka. Data subjektif, pasien mengatakan kakinya perih karena luka

bakar, pasien tampak meringis kesakitan, skala 5 dan tampak luka dikaki. Hasil

analisa keperawatan nyeri akut belum teratasi dan planing intervensi dilanjtrkan

dengan kaji nyeri, melatih cara distraksi, dan kolaborasi pemberiaan obat

analgesik.

Selanjutnya diagnosa keperawatan yang kedua, kerusakan integritas kulit

berhubungan dengan luka bakar terbuka. Dari data subjektif, pasien mengatakan

terdapat luka dikaki kanan dn terasa nyeri. Data objektif, luka dikaki hitam

kemerahan dengan kedalam 0,5 cm. Hasil analisa keperawatan kerusakan

integritas kulit belum teratasi dan planing intervensi dilanjutkan dengan kaji

keadaan luka, melakukan perawatam luka, dan kolaborasi pemberian obat

topikal.

Evaluasi dignosa yang ketiga yaitu resiko infeksi berhubungan dengan

hilangnya barier kulit. Dari data subjektif pasien mengatakan luka terasa

panas.Data objektif, luka tampak hitam kehitaman dan selalu terbuka. Hasil

analisa keperawatan resiko infeksi belum teratasi dan planing intervensi

dilanjutkan dengan kaji tanda – tanda infeksi, lakukan perawatan luka dengan

prinsip steril, dan kolaborasi pemberian obat.


44

Evaluasi hari kedua tanggal 11 april 2014, diagnosa keperawatan satu

didapatkan nyeri akut berhubungan dengan saraf yang terbuak. Data subjektif

pasen mengatakan nyerinya berkurang akibat luka bakar, nyeri terasa perih,

dibagian kaki, dengan skala 3 nyeri terasa hilang timbul. Data subjektif pasien

tidak meringis kesakitan. Analisa masalah teratasi teratasi sebagian. Plaining

lanjutkan intervensier kaji nyeri, berikan posisi yang nyaman, kolaborasi dengan

dokter pemberian obat analgesik.

Evaluasi diagnosa keperawatan dua kerusakan integritas berhubungan

dengan luka bakar terbuka. Dari tada subjektif pasien mengatakan lukanya sudah

mulai kering dan nyeri berkurang. Data objektif didapatkan luka tampak kering

dan kehitaman.Analisa keperawatan masalah teratasi sebagian plaining lanjutkan

intervensi kaji keadaan luka,lakukan perawatan luka, kolaborasi dengan dokter

pemberian obat topical.

Evaluasi diagnose keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan

hilangnya barier kulit. Data subjektif pasien mengatakan luka mulai kering dan

tidak ada push data objektif luka tampak kering, kehitaman dan tidak ada tanda-

tanda infeksi (tumor, dolor, kalor, rubor, fungsio lensa). Analisa keperawatan

masalah teratasi sebagian lanjutkan intervensi, plaining kaji tanda- tanda infeksi,

lakukan perawatan luka dengan prinsip streril, kolaborasi pembertian obat

antibakteri.
BAB IV

PEMBAHASAN

Pada bab ini penulis akan membahas tentang Asuhan KeperawatanAn.D

Dengan Combustio di RSUD wonogiri. Pembahasan pada bab ini terutama

membahas adanya kesesuaian maupun kesenjagan antara teori dengan kasus. Asuhan

keperawatan memfokuskan pada pemenuhan kebutuhan dasar manusia melalui tahap,

pengkajian, diagnosa keperawatan, intervensi, implementasi dan evaluasi.

Pengkajian merupakan langkah awal dari proses keperawatan yang bertujuan

untuk mengumpulkan data baik subyektif maupun data obyektif. Data subyektif

diperoleh berdasarkan hasil wawancara baik dengan klien ataupun orang lain,

sedangkan data obyektif diperoleh berdasarkan hasil observasi dan pemeriksaan

fisik.

Pengkajian pada An. D dilakukan pada tanggal 10 April 2014 jam 18.00 WIB

dengan keluhan utama nyeri, diagnosa medis Combustio. Combustio adalah luka

yang disebabkan oleh kontak langsung atau tak langsung dengan suhu tinggi seperti

api, air panas, listrik , bahan kimia dan radiasi (nugroho, 2010).

Data focus pada tanggal 10 April 2014 didapatkan data subjektif pasien

mengatakan kakinya terasa perih dan panas karena terkena kenalpot, nyeri di rasakan

dengan skala 5, nyeri terus menerus, data objektif luka bakar derajat II hitam

kemerahan, An D berjalan pincang, meringis kesakitan TD: 110/70 mmHg, nadi: 110

X /menit, suhu: 36,50C. Diagnosa yang di ambil nyeri akut berhubungan dengan

saraf yang terbuka.

45
46

Diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan yang menjelaskan respon

manusia (status kesehatan atau resiko perubahan pola) dari individu atau kelompok

dimana perawat secara akuntabilitas dapat mengidentifikasi dan memberikan

intervensi secara pasti untuk menjaga status kesehatan, menurunkan, membatasi,

mencegah dan mengubah (Nursalam, 2008). Nyeri akut adalah pengalaman sensorik

dan emosional yang tidak menyenangkan dan muncul akibat kerusakan jaringan

aktual atau potensial atau gambaran dalam hal kerusakan yang sedemikian rupa

(International for the Study of pain), awitan yang tiba-tiba atau perlahan dari

intensitas ringan sampai berat dengan akhir yang dapat diantisipasi atau dapat

diramalkan dan durasinya kurang dari 6 bulan. (NANDA, 2009-2011).

Batasan karakteristik nyeri akut menurut NANDA (2010 : 410) yaitu

perubahan tekanan darah, perubahn frekuensi jantung, perubahan frekuensi

pernafasan, perubahan selera makan perilaku berjaga-jaga atau perilaku melindungi

daerah yang nyeri, dilatasi pupil, fokus pada diri sendiri, indikasi nyeri yang dapat

diamati, perubahan posisi untuk menghindari nyeri, gangguan tidur, melaporkan

nyeri secara verbal. Data pada An D yang sesuai dengan batasan karakteristik adalah

melaporkan nyeri secara verbal, perubahan posisi untuk menghindari nyeri.

Etiologi yang diambil untuk masalah keperawatan nyeri akut adalah saraf yang

terbuka. Hal ini dikarenakan An D mengalami luka bakar derajat II. Luka bakar

derajat II yaitu kedalaman luka mencapai dermis tetapi masih ada elemen epitel yang

tersisa, seperti sel epitelbasal, kelenjar sebasea, kelenjar keringat, dan folitikel

rambut. Oleh karena kerusakan kapiler dan ujung saraf di dermis, luka lebih nyeri

dibanding luka bakar superficial, karena adanya iritasi ujung saraf sensorik.
47

Intervensi adalah suatu proses di dalam pemecahan masalah yang merupakan

keputusan awal tentang sesuatu apa yang akan dilakukan, bagaimana dilakukan,

kapan dilakukan, siapa yang melakukan dari semua tindakan keperawatan. (Deden,

2012 : 84). Intervensi atau rencana yang akan dilakukan oleh penulis disesuaikan

dengan kondisi pasien dan fasilitas yang ada, sehingga rencana tindakan dapat

dilaksanakan dengan SMART, Spesifik, Measurable, Acceptance, Rasional dan

Timing. (Deden, 2012 : 99) Pembahasan dari intervensi yang meliputi tujuan, kriteria

hasil dan tindakan yaitu pada diagnosa keperawatan :

Intervensi tanggal 10 April 2014 untuk diagnosa keperawatan nyeri akut

berhubungan dengan saraf yang terbuka mempunyai tujuan setelah dilakukan

tindakan keperawatan selama 2 kali 24 jam nyeri dapat berkurang, dengan hasil yang

diharapkan skala nyeri 3, pasien tidak meringis kesakitan. Tindakan yang

direncanakan antara lain kaji nyeri untuk memgetahui skala nyeri, ajarkan teknis

relaksasi napas dalam untuk merileksasikan pasien, anjurkan pasien untuk membatasi

gerak pada area kaki yang luka untuk mengurangi resiko terjadi benturan pada luka,

dan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik untuk menentukan obat

nyeri yang tepat.

Implementasi adalah pelaksanaan dari rencana intervensi untuk mencapai

tujuan yang spesifik (Nursalam, 2008). Implementasi untuk mengatasi masalah

keperawatan pada An. D sudah dilakukan semua sesuai dengan perencanaan.

Tindakan yang sudah dilakukan selama dua hariadalah mengkaji nyeri,

menganjurkan klien untuk membatasi gerak pada area yang luka, memotifasi

keluarga untuk mengipasi area yang luka, mengkolaborasikan dengan dokter


48

pemberian obat asam mefanamat. Asam mefanamatadalah obat analgesic non

narkotik untuk meredakan nyeri misalny: sakit kepala, nyeri otot tulang, nyeri karena

luka (ISO, 2012).

Evaluasi adalah tindakan intelektual untuk melengkapi proses keperawatan

yang menandakan keberhasilan dari diagnosis keperawatan, rencana intervensi dan

implementasinya (Nursalam, 2008). Evaluasi untuk diagnosa nyeri akut berhubungan

dengan sraf yang terbuka pada hari kedua didapatkan An D mengatakan nyeri

dibagian kaki berkurang, skala nyeri 3, nyeri hilang timbul, klien tanpak rileks, dan

tidak berjalan pincang, sehingga analisa masalah teratasi.

Data fokus pada tanggal 10 April 2014 selanjutnya adalah pasien mengatakan

luka pada bagian kakinya dan terasa nyeri, data objektif: luka bakar derajat II tampak

hitam kemerahan, kedalaman luka kurang lebih 0,5cm. Diambil diagnosa

keperawatan kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka.

Kerusakan integritas kulit adalah kulit mengalami gangguan atau perubahan

epidermis dan dermis (NANDA, 2013). Batasan karakteristik kerusakan integritas

kulit meneurut NANDA adalah: kerusakan lapisan kulit (dermis), gangguan

permukaan kulit (epidermis). Data yang didapat pada An D yang sesuai dengan

batasan karakteristik adalah gangguan pada lapisan kulit dermis dan permukaan

epidermis karena pasien mengalami luka bakar derajat II.

Intervensi kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka

pada An.D penulis merencanakan tindakan 2 X 24 jam dengan kriteria hasil

integritas kulit dapat dipertahankan (sensasi, elastisitas, temperature, hidrasi,

pigmentasi), tidak ada luka atau lesi pada kulit, perfusi jaringan baru (NANDA
49

2013), rencana tindakan adalah kaji luka untuk mengetahuai keadaan luka, lakukan

perawatan luka menggunakan madu untuk mempercepat proses penyembuhan luka

kareana madu mempunyai kasiat untuk mempercepat penyembuhan luka, anjurkan

klien banyak makan yang mengandung protein untuk mempercepat proses

penyembuhan kareana protein adalah zat pembangun sehingga protein dapat

mempercepat penyembuhan luka, kolaborasi dengan dokter pemberian obat topical.

Obat topical adalah krim yang digunkan untuk membantu proses penyembuhan luka.

Implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan pada An. D sudah

dilakukan semua sesuai dengan perencanaan. Tindakan yang sudah dilakukanselama

dua hari yaitu mengkaji keadaan luka, melakukan perawatan luka menggunakan

madu, menganjurkan klien banyak makan yang mengandung protein,

mengkolaborasikan dengan dokter pemberian obat bioplacenton. Adalah obat

topical yang berguna untuk membantu proses epitalisasi dan proses penyembuhan

pada luka bakar (ISO, 2012). Tindakan keperawatan yang dilakukan penulis berfokus

pada perawatan luka bakar menggunakan madu, tindakan yang dilakukan bermaksud

untuk mempercepat penyembuhan luka. Penggunaan madu pada luka terbukti

meningkatkan waktu penyembuhan luka 4 kali lebih cepat dibandingkan dengan

agen perawatan luka yang lain. Literatur lain juga menunjukan bahwa madu dapat

mengurangi tingkat infeksi (Rio dan Aziz, 2012). Sebuah studi di Amerika meneliti

penggunaan madu dalam mengobati luka pada tikus percobaan. Penelitian ini

dipublikasikan dalam sebuah jurnal medis terkemuka, The American Journal of

Surgery tahun 1983.Dalam penelitian tersebut, peneliti sengaja melukai sekelompok

tikus. Luka dilumuri dengan lapisan tipis madu 2 kali sehari. Hasilnya, luka menetup
50

lebih cepat pada kelompok tikus yang lukanya dilumuri madu. Luas lukanya lebih

sedikit, luka menutup, bahkan pembentukan jaringan kulit jauh lebih baik.

Madu menyebabkan peningkatan tekanan osmosis diatas permukaan luka, hal

tersebut akan menghambat tumbuhnya bakteri kemudian membunuhnya. Riset ini

diterbitkan tahun 1985 di sebuah Jurnal Medis Afrika Selatan serta jurnal Farmologi

dan Obat tahun 1983 (hammad, 2012).Pada dokter di India, telah menggunakan

madu untuk mengobati 52 penderita luka bakar.Mereka juga menggunakan simar

sulphadiazine (obat luka bakar) kepada 52 penederita lainnya. Dalam waktu 15 hari,

terjadi kemajuan 87% penderita yang diobati dengan madu (Hammad said 2009).

Data yang di peroleh penulis pada An D pasien mengatakan luka pada bagian

kakinya, data objektif luka bakar derajat II tampak hitam kemerahan, kedalaman luka

kurang lebih 0,5 cm, tindakan yang dilakukan adalah perawatan luka dengan madu,

tindakan yang dilakukan berpengaruh terhadap penyembuhan luka pada An D yaitu

dilihat pada evaluasi hari ke dua luka pasien tampak kering nyeri berkurang tidak ada

push dan tidak terjadi tanda-tanda infeksi seperti (tumor , dolor, kalor, rubor, fungsio

lesa).

Tindakan perawatan luka bakar dengan madu pada klien yang mengalami luka

bakar derajat II harus segera dilakukan tindakan keperawatan agar integritas kulit

yang baik bisa dipertahankan, tidak ada luka atau lesi pada kulit. Tindakan yang

dilakuan tidak menemui hambatan karena terjalin kerjasama yang baik antara

penulis, pasien dan keluarga pasien. Penulis mengkategorikan luka bakar derajat II

pada An D, Luka bakar derajat II ditandai kulit melepuh, dasarnya tampak merah
51

atau keputihan dan terisi oleh cairan kentalyang jernih, jika disentuh warnanya

berubah menjadi putih, terasanyeri (Majid, 2013).

Evaluasi untuk diagnosa kerusakan integritas kulit pada hari kedua didapatkan

An D mengatakan lukanya sudah mulai kering, nyeri berkurang, data objektif: luka

tampak kering, masalah teratasi sebagian karena nyeri klien berkurang, luka kering.

Data fokus pada tanggal 10 April 2014 selanjutnya didapatkan data subjektif

An. D mengatakan lukanya terasa panas data objektif luka tampak hitam kemerahan

ada push nyeri pada luka, dan suhu 36,5 0C. Penulis merumuskan masalah

keperawatan yang diambil disesuaikan dengan diagnosa NANDA, sehingga diambil

diagnose keperawatan resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit.

Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit adalah mengalami

peningkatan resiko terserang organisme patogenik (NANDA, 2013).

Intervensi untuk diagnosa keperawatan tiga resiko infeksi berhubungan dengan

hilangnya barier kulit dengan tujuan setelah dilakukan tindakan keperawatan selama

2 kali 24 jam tidak terjadi infeksi. Tindakan yang dilakukan antara lain kaji luka

untuk mengetahui tanda – tanda infeksi, lakukan perawatan luka dengan prinsip steril

untuk mengurangi kontaminasi, memotivasi pasien untuk menjaga kebersihan luka

agar menghindari kontaminasi dari luar, dan kolaborasi dengan dokter pemberi obat

antibiotic untuk menghentikan pertumbuhan bakteri.

Implementasi untuk mengatasi masalah keperawatan pada An. D sudah

dilakukan semua sesuai dengan perencanaan. Tindakan yang sudah dilakukan

selama dua hari yaitu mengkaji luka, melakukan perawatan luka dengan tepat,

memotivasi klien menjaga kebersihan pada area yang luka, mengkolaborasikan


52

dengan dokter pemberian obat cefadroxil. Cefadroksil adalah obat yang digunakan

untuk mencegah terjadinya infeksi (ISO, 2012 ).

Faktor penghambat saat pasien dilakukan implementasi luka bakar adalah

sering tidak steril. Kontaminasi pada kulit mati, yang merupakan medium yang baik

untuk pertumbuhan kuman, akan mempermudah infeksi. Infeksi ini sulit mengalami

penyembuhan karena tidak terjangkau oleh pembuluh darah kapiler yang mengalami

thrombosis. Kuman penyebab infeksi berasal dari kulitnya sendiri,sehingga klien

mempunyai resiko terhadap infeksi dan harus segera ditangani, Penulis tidak

memiliki hambatan dalam melaksanakan implementasi, hal tersebut karena adanya

kerjasama yeng baik antara penulis, pasien, dan tim kesehatan yang lain.

Evaluasi hari kedua didapatkan An D mengatakan lukanya mulai kering dan

tidak ada nanah, data objektif luka tampak kering tidak ada nanah, tidak ada tanda

dan gejala infeksi (tumor, dolor, kalor, rubor, fungsio lesa) masalah teratasi sebagian

karena tidak ada tanda dan gejala infeksi.


BAB V

SIMPULAN DAN SARAN

A. Simpulan

Setelah dilakukan tindakan keperawatan perawatan luka bakar derajat II

menggunakan madu pada pasien An D dengan Combustio di IGD RSUD

Wonogiri, maka penulis dapat menarik simpulan:

1. Pengkajian yang didapat dari An. D adalah pasien mengeluh kakinya terasa

panas dan perih dikarenakan terkena kenalpot dibagian betis kanan, dengan

skala 5 nyeri diraskan terus menerus, data objektif klien tampak meringis

kesakitan, luka bakar derajat II hitam kemerahan, kedalaman luka kurang

lebih 0,5 cm, terdapat push tekanan darah: 110/70 mmHg, nadi: 110

x/menit, suhu: 36,50C, respiratori: 26 x/menit.

2. Diagnosa keperawatan

Diagnosa yang muncul adalah nyeri akut berhubungan dengan saraf yang

terbuka, diagnosa yang kedua kerusakan integritas kulit berhubungan

dengan luka bakar terbuka, diagnosa yang terahir resiko infeksi

berhubungan dengan hilangnya barier kulit.

3. Intervensi keperawatan

Intervensi yang sudah dilakukan antara lain

a. nyeri akut berhubungan dengan saraf yang terbuka

53
54

Intervensi: kaji nyeri, mengajarkan teknis relaksasi napas dalam,

menganjurkan pasien untuk membatasi gerak pada area kaki yang luka,

dan kolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik

b. Kerusakan integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka

Intervensi: kaji dan catat ukuran, warna, kedalaman luka jaringan

nekratik, melakukan perawatan luka dengan tepat, meganjurkan makan

makanan yang tinggi protein, dan kolaborasi dengan dokter pemberiaan

obat topical

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit

Intervensi: kaji tanda dan gejala infeksi, melakukan perawatan luka

dengan prinsip steril, memotivasi pasien untuk menjaga kebersihan

luka, dan kolaborasi dengan dokter pemberi obat anti bakteri

4. Implementasi keperawatan

Impelentasi keperwatan yang sudah dilakukan adalah.

a. nyeri akut berhubungan dengan saraf yang terbuka

Implementasi: mengkaji nyeri, melatih teknis relaksasi napas dalam,

menganjurkan pasien untuk membatasi gerak pada area kaki yang luka,

dan mengkolaborasi dengan dokter tentang pemberian analgetik

b. Kerusakana integritas kulit berhubungan dengan luka bakar terbuka

Implementasi yang dilakukan penulis mengkaji keadaan luka,

melakukan perawatan luka bakar dengan madu untuk mempercepat

penyembuhan, memotivasi klien banyak makan yang mengandung

protein dan mengkolaborasi dengan dokter pemberiaan obat topical


55

c. Resiko infeksi berhubungan dengan hilangnya barier kulit

Implementasi mengkaji tanda dan gejala infeksi, melakukan perawatan

luka dengan prinsip steril, memotivasi pasien untuk menjaga kebersihan

luka, dan mengkolaborasi dengan dokter pemberi obat anti bakteri

5. Evaluasi

a. Evaluasi untuk diagnosa keperawatan pertama masalah teratasi

b. Evaluasi untuk diaganosa keperawatan kedua teratasi sebagian

c. Evaluasi untuk diagnose keperawatan terahir masalah teratasi sebagian

6. Hasil analisa yang didapat penulis yaitu pengaruh perawatan luka bakar

derajat II dengan madu terhadap lama penyembuhan efektif untuk

penyembuhan luka, luka kering tidak ada push nyeri berkurang

B. Saran

Setelah penulis melakukan asuhan keperawatan pada An. d dengan

Combustio penulis memberikan usulan dan masukan positif pada bidang

kesehatan antara lain

1. Bagi pasien

Diharapkan asuhan keperawatan yang diberikan untuk pasien

dapatmemberi manfaat bagi pasien dalam upaya pencegahan komplikas

2. Bagi institusi

a. Bagi rumah sakit

Diharapkan rumah sakit dapat memberikan pelayanan kesehatan dan

mempertahankan hubungan kerjasama baik antara tim kesehatan


56

maupun klien sehingga dapat meningkatkan mutu pelayanan asuhan

keperawatan yang optimal pada umumnya dan klien Combustio

khususnya.

b. Bagi pendidikan

Dapat meningkatkan mutu pelayanan pendidikan yang lebih berkualitas

sehingga dapat menhgasilkan perawat yang profesional, terampil,

inovatif dan bermutu dalam memberika asuhan keperawatan secara

komprehensif berdasarkan ilmu dan kode etik keperawatan

3. Bagi tenaga kesehatan khususnya perawat

Diharapakan asuhan keperawatan yang sudah diberikan bisa dijadikan

sebagai bahan masukan dalam pembuatan program kerja yang merupakan

bentuk intervensi dari kesehatan pasien khususnya pada pasien Combustio

4. Bagi penulis

Setelah melakukan tindakan keperawatan pada pasien Combustio

diharapkan penulis dapat lebih megetahui cara penanganan pada penyakit

Combustio dan dapat mengembangkan wawasan dalam menangani masalah

keperawatan Combustio.
DAFTAR PUSTAKA

Angga Nugraha, Muhartono. 2012. Perbandingan Tingkat Kesembuhan Luka Bakar


Derajat II antara PemberianmMadu Topikal Nektar Kopi dengan Silver
Sulfadiazine pada Tikus Putih (Rattusnorvegicus) Jantan Galur Sprague
Dawley
http://scholar.google.com/scholar?q=Perbandingan+Tingkat+Kesembuhan+
Luka+Bakar+Derajat+II+antara+Pemberian+Madu+Topikal+Nektar+Kopi+
dengan+SilverSulfadiazine+pada+Tikus+Putih+(Rattusnorvegicus)+Jantan+
Galur+Sprague+Dawley&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5 diagses pada
tanggal 14 April 2012

Brunner & Suddarth. 2002. BUKU AJAR KEPERAWATAN MEDIKAL-BEDAH Edisi


8. BUKU KEDOKTERAN Jakarta EGC.

Dermawan, Denden. 2012. Proses Keperawatan. Yogyakarta : Gosyen Puplising

Dewi Yulia Ratna Sintia.2007. LUKA BAKAR: KONSEP UMUM DAN


INVESTIGASI BERBASIS KLINIS LUKA ANTEMORTEM DAN
POSTMORTEM
http://scholar.google.com/scholar?q=LUKA+BAKAR+KONSEP+UMUM+
DAN+INVESTIGASI+BERBASIS+KLINIS+LUKA+ANTEMORTEM+D
AN+POSTMORTEM&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5 diagses pada tanggal
14 April 2012

Dina Dewi, Sanarto, Taqiyah, 2008. PENGARUH FREKWENSI PERAWATAN


LUKA BAKR DERAJAT II DENGAN MADU NECTAR FLOAR TERHADAP
LAMA PENYEMBUHAN LUKA.
http://scholar.google.com/scholar?q=PENGARUH+FREKWENSI+PERAW
ATAN
+LUKA+BAKR+DERAJAT+II+DENGAN+MADU+NECTAR+FLORA+
TERHADAP+LAMA+PENYEMBUHAN+LUKA&btnG=&hl=id&as_sdt=
0%2C5 diagses pada tanggal 6 mei 2014

Grace A. Pierce & Neil R. Borley. 2006. At a Glance Ilmu Bedah Edisi Ketiga.
Erlangga.

Hasanul Arifin. 2012. Pengelolaan Infeksi Pada Pasien Luka Bakar di Unit
Perawatan Intensif.
http://scholar.google.com/scholar?q=Pengelolaan+Infeksi+Pada+Pasien+
Luka+Bakar+di+Unit+Perawatan+Intensif&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2
C5 diagses pada tanggal 6 April 2014

ISO (informasi spesialite obat), 2012, ISFI (ikatan sarjana farmasi indonesia). jakarta
Kartohatmodjo Sunarso. 2007. LUKA BAKAR (COMBUSTIO).
http://scholar.google.com/scholar?q=+LUKA+BAKAR+(COMBUSTIO)
=&hl=id&as_sdt=0%2C5

Kalsum Umi, Yulian Wiji Utami, Lina mafula. 2012. PERBEDAAN PERAWATAN
LUKA BAKAR DERAJAT II MENGGUNAKAN EKSTRAK KEDELAI
(Glycine max) DAN NORMAL SALIN TERHADAP JUMLAH SEL
FIBROBLAS PADA TIKUS (Rattus norvegicus) GALUR WISTAR.
http://scholar.google.com/scholar?q=PERBEDAAN+PERAWATAN+LUK
A+BAKAR+DERAJAT+II+MENGGUNAKAN+EKSTRAK+KEDELAI+(
Glycine
max)+DAN+NORMAL+SALIN+TERHADAP+JUMLAH+SEL+FIBROB
LAS+PADA+TIKUS+(Rattus
norvegicus)+GALUR+WISTAR=&hl=id&as_sdt=0%2C5 diagses pada 15
April 2014

MajidN Abdul & Agus Sarwo Prayogi. 2013. Buku Pintar PERAWAT PASIEN
LUKA BAKAR. Gosyen Publishing Yogyakarta.

MUSLIHA, S.Kep.,Ns. 2010. KEPERAWATAN GAWAT DARURAT Plus Contoh


Askep Dengan Pendekatan NANDA NIC NOC. Nuha Medika. Yogyakarta.

Nursalam, 2008. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Salemba Medika: Jakarta.

Nurarif AM, Kusuma Hardhi. 2013 APLIKASI ASUHAN KEPERAWATAN


BERDASARKAN DIAGNOSA MEDIS & NANDA NIC-NOC Edisi 2

Prof. Dr. Sahid Hammad. 2009. 99 Resep Sehat dengan Madu. AQWAMEDIKA.
Solo.
Rendy M. Clevo & Margareth TH. 2012. Asuhan Keperawatan Medikal Bedah
Penyakit Dalam. Nuha Medika. Yogyakarta.

Ronalda Budyantara & Muhartono 2012. PERBANDINGAN TINGKAT


KESEMBUHAN LUKA BAKAR ANTARA PEMBERIAN MADU DAN
KLINDAMISINSECARA TOPIKAL PADA TIKUS
PUTIHhttp://scholar.google.com/scholar?q=PERBANDINGAN+TINGKA
T+KESEMBUHAN+LUKA+BAKAR+ANTARA+PEMBERIAN+MADU
+DAN+KLINDAMISIN+SECARA+TOPIKAL+PADA+TIKUS+PUTIH&
btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5 diagses tanggal 6 April 2011

Shazita adiba Martyarini, Najatullah. 2011.EFEK MADU DALAM EPITALISASI


LUKA BAKAR DERAJAT DUA DANGKAL.
http://scholar.google.com/scholar?q=EFEK+MADU+DALAM+EPITALIS
ASI+LUKA+BAKAR+DERAJAT+DUA
DANGKAL&btnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5 diagses tanggal 6 April 2011
Sjamsuhidajat .R & Wim de Jong. 2004. Buku-Ajar ILMU BEDAH Edisi 2. Buku
Kedokteran Jakarta EGC.

NUGROHO TAUFAN. 2012. Mengungkap tentang Luka Bakar & Artritis Rematoid.
Nuha Medika.

Wong dl & dkk. 2009. Buku Ajar Keperawatan Pediatri. Volum I Edisi 6. Buku
Kedokteran Jakarta EGC

Yovita Sofriani. 2008 PENANGANAN LUKA BAKAR.


http://scholar.google.com/scholar?q=PENANGANAN+LUKA+BAKAR&b
tnG=&hl=id&as_sdt=0%2C5 diagses pada tangal 14 April 2008

Anda mungkin juga menyukai