Anda di halaman 1dari 10

MAKALAH MANAJEMEN KEPERAWATAN II

MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL

DENGAN METODE FUNGSIONAL

OLEH :

LUH PUTU DIAN SURYANINGSIH

(17.321.2678)

PROGRAM STUDI ILMU KEPERAWATAN

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN WIRA MEDIKA BALI

2020

1
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadapan Tuhan Yang Maha Esa karena berkat rahmat
beliaulah kami dapat menyelesaikan makalh ini dengan judul “MAKP dengan Metode
Fungsional” tepat pada waktunya.

Paper ini berkenaan dengan pemenuhan tugas dan disusun dari berbagai sumber dan
menggunakan bahasa yang sederhana sehingga mudah dimengerti oleh pembaca.

Paper ini tidak akan terselesaikan tanpa bantuan dari beberapa pihak. Untuk itu,
dengan segala kerendahan hati kami mengucapkan terimakasih kepada dosen yang telah
membimbing kami dan kepada pihak lain yang telah membantu dalam penyelesaian tugas
paper ini.

Kami sebagai penulis menyadari bahwa paper ini masih jauh dari sempurna. Oleh
karena itu segala kritikan dan saran yang membangun dari pembaca sangat kami harapkan
dalam penyempurnaan pembuatan paper ini.

Denpasar, 28 September 2020

Penulis

2
DAFTAR ISI

HALAMAN SAMPUL 1

KATA PENGANTAR 2

DAFTAR ISI 3

BAB I PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang 4

1.2 Rumusan Masalah 4

1.3 Tujuan Pembahasan 4

BAB II PEMBAHASAN

2.1 A. Pengertian MAKP 6

2.2 B. Faktor dalam perubahan MAKP 6

2.3 C. Metode Fungsional 6

2.4 D. Kelebihan Metode Fungsional 7

2.5 F. Kelemahan Metode Fungsional 8

BAB III PENUTUP

3.1 Kesimpulan 9

3.2 Saran 9

Daftar Pustaka10

3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat
unsur : standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP.
Unsur-unsur dalam praktik keperawatan dapat dibedakan menjadi 4, yaitu: standar,
proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Dalam menetapkan
suatu model maka keempat hal tersebut harus menjadi bahan pertimbangan, karena
merupakan sebagai suatu kesatuan yang tidak dapat dipisahkan. Sebagai seorang
perawat professional kita harus bisa menetukan model mana yang harus dipilih dalam
menyelesaikan suatu masalah keperawatan agar meningkatkan kepuasan pasien dan
meningkatkan kinerja perawat.
Berdasarkan uraian diatas metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam
pengelolaan asuhan keperawatan sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua.
Pada saat itu, karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap
perawat hanya melakukan 1 – 2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal. Metode ini berdasarkan orientasi tugas
dari filosofi keperawatan, perawat melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu
berdasarkan jadwal kegiatan yang ada (Nursalam, 2007).

1.2 Rumusan Masalah


1. Apakah pengertian dari system MAKP ?
2. Bagaimanakah konsep MAKP dengan Metode Fungsional ?
3. Bagaimanakah Kelebihan dan Kekurangan MAKP dengan menggunakan
model Fungsional ?

1.3 Tujuan Pembahasan


1. Tujuan Umum
Setelah menyusun makalah ini diharapkan mahasiswa dapat memahami
gambaran umum tentang sistem model asuhan keperawatan profesional dengan
metode fungsional.

4
2. Tujuan Khusus
a. Mahasiswa mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan model asuhan
keperawatan profesional dengan metode fungsional.
b. Mahasiswa mampu mengetahui kelebihan dan kekurangan model asuhan
keperawatan professional
c. Mahasiswa mampu menerapkan motode fungsional

5
BAB II
PEMBAHASAN

MODEL ASUHAN KEPERAWATAN PROFESIONAL DENGAN METODE


FUNGSIONAL

A. Pengertian Sistem MAKP


Sistem MAKP adalah suatu kerangka kerja yang mendefinisikan keempat unsur :
standar, proses keperawatan, pendidikan keperawatan, dan sistem MAKP. Definisi
tersebut berdasrkan prinsip-prinsip nilai yang diyakini dan akan menentukan kualitas
produksi atau jasa layanan keperawatan. Jika perawat tidak memiliki nilai-nilai tersebut
sebagai sesuatu pengambilan keputusan yang independen, maka tujuan pelayanan
kesehatan atau keperawatan dalam memenuhi kepuasan klien tidak akan dapat terwujud
(Nursalam, 2002).

B. Faktor-Faktor Yang Berhubungan dalam Perubahan MAKP


1. Kualitas pelayanan keperawatan
Setiap upaya untuk meningkatkan pelayanan keperawtan, kita selalu berbicara
mengenai kualitas. Kualitas diperlukan untuk :
a. Meningkatkan asuhan keperawatan kepada pasien atau konsumen
b. Menghasilkan keuntungan (pendapatan institusi)
c. Memepertahankan eksistensi institusi
d. Meningkatkan kepuasan kerja
e. Meningkatkan kepercayaan konsumen atau pelanggan
f. Menjalankan kegiatan sesuai aturan atau standar

C. Metode Fungsional
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan asuhan keperawatan
sebagai pilihan utama pada saat perang dunia kedua. Pada saat itu, karena masih
terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat, maka setiap perawat hanya melakukan 1 –
2 jenis intervensi (misalnya, merawat luka) keperawatan kepada semua pasien di
bangsal. Metode ini berdasarkan orientasi tugas dari filosofi keperawatan, perawat

6
melaksanakan tugas ( tindakan) tertentu berdasarkan jadwal kegiatan yang ada
(Nursalam, 2007).
Metode ini diterapkan dalam penugasan pekerja di dunia industri ketika setiap pekerja
dipusatkan pada satu tugas atau aktivitas. Dalam memberikan asuhan keperawatan
kepada pasien dengan menggunakan metode fungsional, setiap perawat memperoleh satu
tugas untuk semua pasien di unit/ruang tempat perawat tersebut bekerja. Di satu
unit/ruang, seorang perawat diberikan tugas untuk menyuntik maka perawat tersebut
bertanggung jawab untuk memberikan program pengobatan melalui suntikan kepada
semua pasien di unit/ruang tersebut. Contoh penugasan yang lain adalah membagi obat
per oral, mengganti balut, pendidikan kesehatan pada pasien yang akan pulang, dan
sebagainya.
Metode fungsional ini efisien, akan tetapi penugasan seperti ini tidak dapat
memberikan kepuasan kepada pasien maupun perawat. Keberhasilan asuhan
keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai dengan metode ini karena asuhan
keperawatan yang diberikan kepada pasien terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang
dibebankan kepada perawat. Di samping itu, asuhan keperawatan yang diberikan tidak
profesional yang berdasarkan pada masalah pasien. Perawat senior cenderung sibuk
dengan tugas administrasi dan manajerial, sementara asuhan keperawatan kepada pasien
dipercayakan kepada perawat junior.
Peran perawat kepala ruang (nurse unit manager) harus lebih peka terhadap anggaran
rumah sakit dan kualitas pelayanan keperawatan, bertanggung jawab terhadap hasil dari
pelayanan keperawatan yang berkualitas, dan menghindari terjadinya kebosanan perawat
serta menghindari kemungkinan terjadinya saling melempar kesalahan. Sekalipun diakui
bahwa metode fungsional ini cocok untuk jangka waktu pendek dalam kondisi gawat
atau terjadi suatu bencana, tetapi metode ini kurang disukai untuk pelayanan biasa dan
jangka panjang karena asuhan keperawatan yang diberikan tidak komprehensif dan
memperlakukan pasien kurang manusiawi.

E. Kelebihan Metode Fungsional


1. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas, dan
pengawasan yang baik
2. Perawat menjadi lebih terampil dalam melakukan satu tugas yang biasa menjadi
tanggung jawabnya
3. Pekerjaan menjadi lebih efisien

7
4. Mudah dalam mengoordinasi pekerjaan
5. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga
6. Perawat senior menyibukkan diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat
pasien diserahkan pada perawat junior dan/atau belum berpengalaman

F. Kelemahan Metode Fungsional


1. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat
2. Tugas perawat cenderung monoton sehingga dapat menimbulkan rasa bosan
3. Kesempatan untuk melakukan komunikasi antar petugas menjadi lebih sedikit
4. Perawat dalam memberikan asuhan keperawatan tidak melihat pasien secara holistik
dan tidak berfokus pada masalah pasien sehingga tidak profesional
5. Pelayanan keperawatan terpisah-pisah, tidak dapat menerapkan proses keperawatan
6. Persepsi perawat cenderung pada tindakan yang berkaitan dengan keterampilan saja

G. Bagan Sistem Asuhan Keperawatan Model Fungsional

Kepala ruang

Perawat D III Perawat SPK Pembantu perawat

a. Melakukan tindakan invasive a. Mengukur TTV a. Mengganti linen


(misalnya : memasang infus, b. Membersihkan ruangan
b. Memberi obat
memasang kateter, NGT, mengambil c. Mengantar jemput pasien
c. Memandikan pasien
spesimen darah)
d. Membantu perawatan luka d. Mengantar spesimen untuk
b. Melakukan perawatan luka
e. Melakukan perawatan pemeriksaan lab
c. Menyusun rencana asuhan
infus e. Mengantar makanan
keperawatan
f. Mengambil obat
d. Pemberian obat tertentu, misalnya obat
yang diberikan lewat IV

Pasien

8
BAB III
PENUTUP
3.1 Simpulan
Model Asuhan Keperawatan Profesional adalah sebagai suatu sistem (struktur,
proses dan nilai- nilai) yang memungkinkan perawat profesional mengatur
pemberian asuhan keperawatan termasuk lingkungan untuk menopang pemberian
asuhan tersebut (Hoffart & Woods, 1996).
Metode tim merupakan suatu metode pemberian asuhan keperawatan dimana
seorang perawat profesional memimpin sekelompok tenaga keperawatan dalam
memberikan asuhan keperawatan kelompok klien melalui upaya kooperatif dan
kolaboratif ( Douglas, 1984). Metode fungsional ini efisien, akan tetapi
penugasan seperti ini tidak dapat memberikan kepuasan kepada pasien maupun
perawat. Keberhasilan asuhan keperawatan secara menyeluruh tidak bisa dicapai
dengan metode ini karena asuhan keperawatan yang diberikan kepada pasien
terpisah-pisah sesuai dengan tugas yang dibebankan kepada perawat.

3.2 Saran
Sebagai perawat sebaiknya memahami dan dapat mengaplikasikan MAKP agar
terciptanya perawat yang professional dalam menerapkan asuhan keperawatan
secara komprehensif.

9
Daftar Pustaka

Nursalam. 2002. Manajemen Keperawatan : Aplikasi dalam Praktik Keperawatan


Profesional. Jakarta : Salemba Medika.
Nursalam. 2007. Manajemen Keperawatan dan Aplikasinya. Penerbit Salemba Medika,
Jakarta
Sitorus Ratna, Yulia, 2005, Model Praktek Keperawatan Profesional di Rumah Sakit
Panduan Implementasi. EGC: Jakarta.
Muhammad. 2017. Model Praktek Keperawatan Profesional. Tersedia pada
https://academia.edu. Diakses Pada tanggal 28 September 2020

10

Anda mungkin juga menyukai