Anda di halaman 1dari 18

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :

Dosen pengampu :

KELOMPOK

Marisa Dwiyanda
Meidyna larasati
Sri Bintang Regita

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN KALIMANTAN TIMUR
PRODI D-III KEPERAWATAN
KELAS BALIKPAPAN

2021-2022
KATA PENGANTAR

Segala puji penulis panjatkan kehadirat Allah SWT atas segala inayah dan
kenikmatan yang senantiasa dicurahkan-Nya pada penulis berupa kesehatan,
kekuatan, serta kesempatan sehingga makalah ini dapat selesai dengan semestinya.
Adapun tulisan ilmiah ini berisikan materi tentang ““ yang bertujuan sebagai
bahan bacaan, semoga dapat bermanfaat bagi yang membacanya. Dalam makalah ini,
penulis menyadari masih terdapat kekurangan dalam penulisannya. Oleh karena itu,
mohon kiranya kritik dan saran yang bersifat membangun dari pembimbing dan
pembaca guna untuk kesempurnaan pada pembuatan makalah penulis selanjutnya.

Balikpapan
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................................................2

DAFTAR ISI..................................................................................................................................3

BAB I PENDAHULUAN..............................................................................................................4

A. Latar Belakang....................................................................................................................4

B. Rumusan Masalah...............................................................................................................5

C. Tujuan Penulisan.................................................................................................................5

BAB II PEMBAHASAN................................................................................................................6

A. Defenisi, Contoh Penerapan, Keuntungan, dan Kelemahan Metode Fungsional................6

B. Defenisi, Contoh Penerapan, Keuntungan, dan Kelemahan Metode Team........................8

C. Defenisi, Contoh Penerapan, Keuntungan, dan Kelemahan Metode Kasus.....................10

D. Defenisi, Contoh Penerapan, Keuntungan, dan Kelemahan Metode Primer....................12

E. Defenisi, Contoh Penerapan, Keuntungan, dan Kelemahan Metode Primer Modifikasi..14

BAB III PENUTUP..................................................................................................................17

A. Kesimpulan........................................................................................................................17

B. Saran..................................................................................................................................17

DAFTAR PUSTAKA...................................................................................................................18
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Peningkatan profesionalisme keperawatan di Indonesia dimulai sejak

diterima dan diakuinya keperawatan sebagai profesi pada Lokakarya Nasional

Keperawatan (1983). Sejak saat itu, berbagai upaya telah dilakukan oleh

Departemen Pendidikan Nasional, Departemen Kesehatan dan organisasi profesi,

diantaranya adalah dengan membuka pendidikan pada tingkat sarjana,

mengembangkan Kurikulum Diploma III keperawatan, mengadakan pelatihan bagi

tenaga keperawatan, serta mengembangkan standar praktik keperawatan. Upaya

penting lainnya adalah dibentuknya Direktorat Keperawatan di Departemen

Kesehatan di Indonesia. Semua upaya tersebut bertujuan untuk meningkatkan

profesionalisme keperawatan agar mutu asuhan keperawatan dapat ditingkatkan.

Walaupun sudah banyak hal positif yang telah dicapai di bidang

pendidikan keperawatan, tetapi gambaran pengelolaan layanan keperawatan belum

memuaskan. Layanan keperawatan masih sering mendapat keluhan masyarakat,

terutama tentang sikap dan kemampuan perawat dalam memberikan asuhan

keperawatan kepada klien atau keluarga.

Layanan keperawatan yang ada di Rumah Sakit masih bersifat okupasi.

Artinya, tindakan keperawatan yang dilakukan hanya pada pelaksanaan prosedur,

pelaksanaan tugas berdasarkan instruksi dokter. Pelaksanaan tugas tidak

didasarkan pada tanggung jawab moral serta tidak adanya analisis dan sintesis

yang mandiri tentang asuhan keperawatan. Untuk mengatasi masalah tersebut


diperlukan restrakturing, reengineering, dan redesigning system pemberian asuhan

keperawatan melalui pengembangan Model Metode Praktik Keperawatan

Profesional (MPKP) yang akan dibahas dalam makalah ini.

B. Rumusan Masalah

Adapun masalah yang dibahas dalam makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Apa defenisi, contoh penerapan, keuntungan, dan kelemahan metode


fungsional ?
2. Apa defenisi, contoh penerapan, keuntungan, dan kelemahan metode team?

3. Apa defenisi, contoh penerapan keuntungan, dan kelemahan metode kasus?

4. Apa defenisi, contoh penerapan, keuntungan, dan kelemahan metode primer ?

5. Apa defenisi, contoh penerapan, keuntungan, dan kelemahan metode primer-


modifikasi ?
C. Tujuan Penulisan

Adapun tujuan penulisan makalah ini, yaitu sebagai berikut:

1. Untuk mengetahui defenisi, contoh penerapan, keuntungan, dan kelemahan


metode fungsional
2. Untuk mengetahui defenisi, contoh penerapan, keuntungan, dan kelemahan
metode team
3. Untuk mengetahui defenisi, contoh penerapan, keuntungan, dan kelemahan
metode kasus
4. Untuk mengetahui defenisi, contoh penerapan, keuntungan, dan kelemahan
metode primer
5. Untuk mengetahui defenisi, contoh penerapan, keuntungan, dan kelemahan
metode primer-modifikasi.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Defenisi, Contoh Penerapan, Keuntungan, dan Kelemahan Metode


Fungsional
1. Defenisi metode fungsional

Metode fungsional merupakan metode yang berdasarkan orientasi


tugas dari filosofi keperawatan yang merupakan pengorganisasian tugas
pelayanan keperawatan yang didasarkan kepada pembagian tugas menurut jenis
pekerjaan yang dilakukan.
Metode fungsional dilaksanakan oleh perawat dalam pengelolaan
asuhan keperawatan sebagai pilihan utama (ada saat perang dunia kedua). Pada
saat itu karena masih terbatasnya jumlah dan kemampuan perawat maka setiap
perawat hanya melakukan 1-2 jenis intervensi (misalnya merawat luka)
keperawatan kepada semua pasien di bangsal.
2. Contoh penerapan metode fungsional

Kepala Ruang

Perawat : Perawat : Perawat : Perawat :

Pengobatan Merawat Luka Pengobatan Merawat luka

3.
Pasien / klien

Diagram 1. Sistem Asuhan Keperawatan “Fungsional Method Nursing”

Contoh:

Perawat A bertugas menyutik, perawat B tugasnya mengukur suhu badan klien.


Seorang perawat dapat melakukan dua jenis tugas atau lebih untuk semua klien
yang ada di unit tersebut. Kepala ruangan bertanggung jawab dalam pembagian
tugas tersebut dan menerima laporan tentang semua pasien serta menjawab
semua pertanyaan tentang pasien.
3. Keuntungan metode fungsional

a. Manajemen klasik yang menekankan efisiensi, pembagian tugas yang jelas,


dan pengawasan yang baik
b. Sangat baik untuk rumah sakit yang kekurangan tenaga

c. Perawat senior diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pasien


diserahkan kepada perawat junior dan/atau belum berpengalaman
d. Kekurangan tenaga ahli dapat diganti dengan tenaga yang kurang
berpengalaman untuk satu tugas yang sederhana.
e. Memudahkan kepala ruangan untuk mengawasi staff atau peserta didik yang
praktek untuk ketrampilan tertentu.
4. Kelemahan metode fungsional

a. Tidak memberikan kepuasan pada pasien maupun perawat

b. Pelayanan keperawatan terpisah pisah, tidak dapat menerapkan proses


keperawatan
c. Persepsi perawat cenderung kepada tindakan yang berkaitan dengan
keterampilan saja
d. Kebutuhan pasien secara individu sering terabaikan

e. Pelayanan pasien secara individu sering terabaikan

f. Pelayanan terputus-putus

g. Kepuasan kerja keseluruhan sulit dicapai

B. Defenisi, Contoh Penerapan, Keuntungan, dan Kelemahan Metode Team

1. Defenisi metode team

Metode team adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh


sekelompok perawat. Kelompok ini dipimpin oleh perawat yang berijazah dan
berpengalaman serta memiliki pengetahuan dalam bidangnya.
Pembagian tugas di dalam kelompok dilakukan oleh pemimpin
kelompok, selain itu pemimpin kelompok bertanggung jawab dalam
mengarahkan anggota tim.sebelum tugas dan menerima laporan kemajuan
pelayanan keperawatan klien serta membantu anggota tim dalam menyelesaikan
tugas apabila mengalami kesulitan. Selanjutnya pemimpin tim yang melaporkan
kepada kepala ruangan tentang kemajuan pelayanan atau asuhan keperawatan
klien.
Metode team adalah metode yang berdasarkan kelompok pada filosofi
keperawatan. Terdapat sekitar 6-7 perawat profesional dan perawat associate
bekerja sebagai suatu tim, disupervisi oleh ketua tim.
Metode ini menggunakan tim yang terdiri atas anggota yang berbeda
beda dalam memberikan asuhan keperawatan terhadap sekelompok pasien.
Perawat ruangan dibagi menjadi 2-3 tim/group yang terdiri atas tenaga
profesional, teknikal, dan pembantu dalam satu kelompok kecil yang saling
membantu
Ketua Tim

Kepala Ruang
Ketua Tim
Ketua Tim
2. Contoh penerapan metode team

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien / klien Pasien / klien Pasien / klien

Diagram 2. Sistem Asuhan Keperawatan “Team Method Nursing”

3. Keuntungan metode team

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan


memberikan kepuasaan pada anggota tim
d. Saling memberi pengalaman antar sesama tim

e. Pasien dilayani secara komfrehesif

f. Terciptanya kaderisasi kepemimpinan

g. Tercipta kerja sama yang baik

h. Memberi kepuasan anggota tim dalam hubungan interpersonal

i. Memungkinkan menyatukan anggota tim yang berbeda-beda dengan aman


dan efektif.
4. Kelemahan metode team

a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya
b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan
koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung
atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim.
C. Defenisi, Contoh Penerapan, Keuntungan, dan Kelemahan Metode Kasus

1. Defenisi metode kasus

Metode kasus adalah pengorganisasian pelayanan atau asuhan


keperawatan untuk satu atau beberapa klien oleh satu orang perawat pada saat
bertugas atau jaga selama periode waktu tertentu sampai klien pulang. Kepala
ruangan bertanggung jawab dalam pembagian tugas dan menerima semua
laporan tentang pelayanan keperawatan klien. Dalam metode ini staf perawat
ditugaskan oleh kepala ruangan untuk memberi asuhan langsung kepada pasien
yang ditugaskan contohnya di ruang isolasi dan ICU.
Metode kasus merupakan metode yang berdasarkan pendekatan
holistik dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab terhadap asuhan
dan observasi pada pasien tertentu.
Rasio pasien perawat adalah1:1. Setiap pasien ditugaskan kepada
semua perawat yang melayani seluruh kebutuhannya pada saat ia dinas. Pasien
akan dirawat oleh perawat yang berbeda untuk setiap shift dan tidak ada
jaminan bahwa pasien akan dirawat oleh orang yang sama pada hari berikutnya.
Metode penugasan kasus biasa diterapkan satu pasien untuk satu perawat,
umumnya dilaksanakan untuk perawat privat atau untuk perawatan khusus
seperti: isolasi, intesive care.
2. Contoh penerapan metode kasus

Kepala Ruang

Staf Perawat Staf Perawat Staf Perawat

Pasien/ klien Pasien/ klien Pasien/ klien

Diagram 3. Sistem Asuhan Keperawatan “Case Method Nursing”

3. Keuntungan metode kasus

a. Perawat lebih memahami kasus per kasus

b. Sistem evaluasi dari manajerial menjadi lebih muda

4. Kelemahan metode kasus

a. Belum dapatnya diidentifikasi perawat penanggung jawab

b. Perlu tenaga yang cukup banyak dan mempunyai kemampuan dasar yang
sama
c. Kemampuan tenga perawat pelaksana dan siswa perawat yang terbatas
sehingga tidak mampu memberikan asuhan secara menyeluruh
d. Beban kerja tinggi terutama jika jumlah pasien banyak sehingga tugas rutin
yang sederhana terlewatkan
e. Pendelegasian perawatan pasien hanya sebagian selama perawat penaggung
jawab pasien bertugas.
D. Defenisi, Contoh Penerapan, Keuntungan, dan Kelemahan Metode Primer

1. Defenisi metode primer

Metode primer adalah metode dalam pemberian asuhan keperawatan


yang ditandai dengan keterikatan kuat dan terus menerus antara pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan
mengkoordinasikan asuhan keperawatan selama pasien dirawat
Metode primer merupakan metode yang berdasarkan pada tindakan
yang komprehensif dari filosofi keperawatan. Perawat bertanggung jawab
terhadap semua aspek asuhan keperawatan dari hasil pengkajian kondisi pasien
untuk mengkoordinir asuhan keperawatan.
Metode penugasan di mana satu orang perawat bertanggung jawab
penuh selma 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien mulai dari pasien
masuk sampai keluar rumah sakit. Mendorong praktik kemandirian perawata,
ada kejelasan antara pembuat rencana suhan dan pelasksana. Metode primer ini
ditandai dengan adanya keterkaitan kuat dan terus menerus anatar pasien dan
perawat yang ditugaskan untuk merancanakan, melakukan, koordinasi asuhan
keperawatan selama pasien dirawat.
2. Contoh penerapan metode primer

Dokter Kepala ruang Sarana RS

Perawat primer

Pasien/ klien

Kepala Ruang Kepala Ruang Kepala Ruang

Diagram 4. Sistem Asuhan Keperawatan “Primary Nursing”

2. Keuntungan metode primer

a. Bersifat kontunuitas dan komprehensif

b. Perawata primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan


memungkinkan pengembangan diri
c. Mendorong kemandirian perawat

d. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat

e. Memberikan kepuasan kerja bagi perawat

f. Memberikan kepuasan bagi klien dan keluarga menerima asuhan


keperawatan.
Keuntungan yang dirasakan adalah pasien merasa di manusiawikan
karena terpenuhinya kebutuhan secara individu. Selain itu, asuhan yang
diberikan bermutu tinggi, dan tercapai pelayanan yang efektif terhadap
pengobatan., dukungan, proteksi, informasi, dan advokasi.
3. Kelemahan metode primer

a. Hanya dapat di lakukan oleh perawat yang memiliki pengalaman dan


pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif, self direction,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai keperawatan
klinis, akuntabel, serta mampu berkolaborasi dengan berbagai disiplin ilmu
b. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat

c. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional

d. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.

E. Defenisi, Contoh Penerapan, Keuntungan, dan Kelemahan Metode Primer


Modifikasi
1. Defenisi metode primer modifikasi

Metode primer modifikasi adalah metode gabungan antara metode


penugasan tim dengan metode perawatan primer. Metode ini menugaskan
sekelompok perawat merawat pasien dari datang sampai pulang.
Pada model ini, digunakan secara kombinasi dari kedua sistem.
Menurut Ratna S.Sudarsono (2000), penerapan sistem model ini didasarkan
pada beberapa alasan :
a. Keperawatan primer tidak di gunakan secara murni, karena perawat primer
harus mempunyai latar belakang pendidikan S1 Keperawatan atau setara.
b. Keperawatan tim tidak di gunakan secara murni, karena tanggung jawab
asuhan keperawatan pasien terfragmentasi pada berbagai tim
c. Melalui kombinasi kedua model tersebut di harapkan komunitas asuhan
keperawatan dan akuntabilitas asuhan keperawatan terdapat pada primer.
Disamping itu, karena saat ini perawat yang ada di rumah sakit sebagain
besar adalah lulusan SPK, maka akan mendapat bimbingan dari perawat
primer/ ketua tim tentang asuhan keperawatan.
Untuk ruang model ini di perlukan 26 perawat. Dengan menggunakan
model modifikasi keperawatan primer ini diperlukan 4 (empat) orang perawat
primer (PP) dengan kualifikasi Ners, di samping seorang kepala ruang rawat,
juga Ners, Perawat Associate(PA) 21 orang, kualifikasi pendidikan perawat
asosiasi terdiri atas lulusan D3 Keperawatan ( 3orang) dan SPK (18 orang).
2. Contoh penerapan metode primer modifikasi

Dokter

PP1 PP2 PP3 PP4

PA PA PA PA

PA PA PA PA

PA PA PA PA

7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien 7-8 Pasien


Diagram 5. Sistem Asuhan Keperawatan Primary Tim ( Modifikasi)

3. Keuntungan metode primer modifikasi

a. Memungkinkan pelayanan keperawatan yang menyeluruh

b. Mendukung pelaksanaan proses keperawatan

c. Memungkinkan komunikasi antar tim, sehinggah konflik mudah di atasi dan


memberikan kepuasaan pada anggota tim
d. Saling memberi pengalaman antar sesama tim

e. Bersifat kontunuitas dan komprehensif

f. Mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil, dan memungkinkan


pengembangan diri
g. Mendorong kemandirian perawat

h. Ada keterikatan pasien dan perawat selama dirawat

4. Kelemahan metode primer modifikasi

a. Tim yang satu tidak mengetahui mengenai pasien yang bukan menjadi
tanggung jawabnya
b. Rapat tim memerlukan waktu sehingga pada situasi sibuk rapat tim
ditiadakan atau terburu-buru sehingga dapat mengakibatkan kimunikasi dan
koordinasi antar anggota tim terganggu sehingga kelancaran tugas terhambat
c. Perawat yang belum terampil dan belum berpengalaman selalu tergantung
atau berlindung kepada anggota tim yang mampu atau ketua tim
d. Perlu kualitas dan kuantitas tenaga perawat

e. Hanya dapat dilakukan oleh perawat profesional

f. Biaya relatif lebih tinggi dibandingkan metode lain.


BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan

Adapun kesimpulan dari pembahasan di atas, yaitu sebagai berikut:


1. Metode Fungsional adalah setiap perawat mendapat tugas yang berbeda dalam
merawat setiap pasien
2. Metode Tim adalah perawat degan latar belakang pendidikan yang berbeda
bertanggung jawab terhadap sekelompok pasien
3. Metode Primer adalah seorang perawat profesional bertanggung jawab memberi
perawatan secara menyeluruh selama 24 jam pada 4-6 pasien dalam satu unit
sejak pasien masuk sampai pulang
4. Metode Kasus adalah satu perawat merawat satu pasien (total patient care)
5. Metode Primer-modifikasi adalah gabungan metode tim dan metode primer.

B. Saran

Adapun saran penulis terhadap pembaca, yaitu agar memahami perbedaan

kelima metode praktik keperawatan dan mampu mengaplikasikannya dengan


sebaik mungkin serta tidak menjadikan kelemahan-kelemahan metode untuk
memberikan pelayanan yang optimal.
DAFTAR PUSTAKA

Ali, Zaidin. 2001. Dasar – Dasar Keperawatan Profesional. Jakarta : Widya Medika.
Nursalam. 2012. Manajemen Keperawatan: Aplikasi dalam Praktik Keperawatan
Profesional Edisi 3. Jakarta: Salemba Medika.

Anda mungkin juga menyukai