MANAJEMEN KEPERAWATAN
DOSEN PEMBIMBING:
Ns. Siska Mayang Sari, M.Kep
DISUSUN OLEH:
Kelompok 1 B
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa karena dengan rahmat,
karunia, serta taufik dan hidayah-Nyalah kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul
“Model Asuhan Keperawatan: Metode Fungsional” sebatas pengetahuan dan kemampuan
yang dimiliki. Dan kami juga berterimakasih pada Ibu Ns. Siska Mayang Sari, M.Kep yang
telah memberikan tugas ini kepada kami. Kami sangat berharap makalah ini dapat berguna
dalam rangka menambah wawasan serta pengetahuan pembaca. Kami juga menyadari
sepenuhnya bahwa di dalam tugas ini terdapat kekurangan-kekurangan.
Untuk itu, kami berharap adanya kritik, saran dan usulan demi perbaikan di masa yang
akan datang, mengingat tidak ada sesuatu yang sempurna tanpa sarana yang membangun.
Semoga makalah sederhana ini dapat dipahami bagi siapa pun yang membacanya. Sekiranya
makalah yang telah disusun ini dapat berguna bagi kami sendiri maupun orang yang
membacanya. Sebelumnya kami mohon maaf apabila terdapat kesalahan kata-kata yang
kurang berkenan kami memohon kritik dan saran yang membangun demi perbaikan di masa
depan.
Kelompok 1 B
i
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR.........................................................................................................i
DAFTAR ISI......................................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN
BAB IV PENUTUP
4.1 Kesimpulan...................................................................................................................9
DAFTAR PUSTAKA
ii
BAB I
PENDAHULUAN
Kemajuan jaman menuntut perawat sebagai salah satu tenaga kesehatan untuk bersikap
profesional. Profesionalisme perawat dapat diwujudkan dibidang pelayanan kesehatan di
rumah sakit. Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional
tersebut adalah pengembangan model praktek keperawatan fungsional (MPKP) yang
memungkinkan perawat fungsional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan untuk menopang pemberian asuhan tersebut. MPKP sangat bermanfaat bagi
perawat, dokter, pasien dan profesi lain dalam melaksanakan asuhan keperawatan. Dengan
MPKP, perawat dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk
hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus ditunjang dengan sumber daya
manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Banyak metode praktek keperawatan yang telah dikembangkan selama 35 tahun terakhir ini,
yang meliputi keperawatan fungsional, keperawatan tim, keperawatan primer, praktik
bersama, dan managemen kasus. Setiap unit keperawatan mempunyai upaya untuk
menyeleksi model yang paling tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan
prasarana, dan kebijakan rumah sakit. Pelayanan yang fungsional identik dengan pelayanan
yang bermutu, untuk meningkatkan mutu asuhan keperawatan dalam melakukan kegiatan
penerapan standart asuhan keperawatan dan pendidikan berkelanjutan. Dalam kelompok
keperawatan yang tidak kalah pentingnya yaitu bagaimana caranya metode penugasan tenaga
keperawatan agar dapat dilaksanakan secara teratur, efesien tenaga, waktu Dan ruang, serta
meningkatkan ketrampilan dan motivasi kerja.
1
1.3 Manfaat Penulisan
a. Dapat memahami definisi Model Praktik Keperawatan fungsional
b. Dapat memahami Tujuan Model Praktik Keperawatan fungsional
c. Dapat memahami Kelebihan dan kekurangan keperawatan fungsional
2
BAB II
LANDASAN TEORI
3
fungsional ini dilaksanakan berdasarkan kriteria efisiensi, di mana pelaksanaan tugas
berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat. Kepala ruangan selaku manajer
keperawatan mengidentifikasi kesulitan tindakan terlebih dahulu, kemudian akan ditentukan
perawat yang akan bertugas mengerjakan tindakan tersebut.
2.4 Kelebihan Metode Fungsional:
1. Perawat lebih kompeten dengan jenis keterampilan tertentu.
2. Perawat merasa lebih puas setelah selesai bekerja.
3. Tenaga perawat yang profesional bisa diganti oleh perawat yang belum professional
4. Kepala ruangan mudah dalam perawat dan mahasiswa diruangan tersebut. mengawasi staf
yang sedang praktek
2.5 Kekurangan Metode Fungsional:
1. Asuhan keperawatan terfragmentasi, sehingga proses keperawatan sulit dilaksanakan.
2. Perawat lebih sering meninggalkan pasien dan melaksanakan tugas diluar keperawatan.
3. Sulit mendapatkan kepuasan kerja secara menyeluruh serta sulit mengindentifikasi
seberapa besar peran sertanya dalam pelayanan keperawatan.
4. Perawat beranggapan bahwa layanan keperawatan hanya skill semata.
2.6 Ketenagaan Dan Tugasnya Dalam Metode Fungsional
1. Kepala Ruangan
Tugasnya yaitu merencanakan pekerjaan, menentukan kebutuhan perawatan pasien,
membuat penugasan, melakukan supervise, menerima instruksi dokter.
2. Perawat Staff
Tugasnya melakukan askep langsung pada pasien, dan membantu supervise askep yang
diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan.
3. Perawat Pelaksana
Tugasnya melaksanakan askep langsung pada pasien dengan askep sedang, pasien
dalammasa pemulihan kesehatan dan pasien dengan penyakit kronik dan membantu
tindakan sederhana (ADL).
4. Pembantu Perawat
Tugasnya membantu pasien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi,
membenahi tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
5. Tenaga Admionistrasi Ruangan
Tugasnya menjawab telepon, menyampaikan pesan, memberi informasi, mengerjakan
pekerjaan administrasi ruangan, memcatat pasien masuk dan pulang, membuat duplikat
4
rostertena ruangan, membuat permintaan lab untuk obat-obatan/ persediaan yang
diperlukan atas instruksi kepala ruangan.
5
BAB III
PEMBAHASAN
6
perawat bertanggung jawab untuk pemberian obat-obatan, seorang yang lain untuk tindakan
perawatan luka, seorang lagi mengatur pemberian intravena, seorang lagi ditugaskan pada
penerimaan dan pemulangan, yang lain memberi bantuan mandi dan tidak ada perawat yang
bertanggung jawab penuh untuk perawatan seorang klien.
Seorang perawat bertanggung jawab kepada manajer perawat. Perawat senior menyibukan
diri dengan tugas manajerial, sedangkan perawat pelaksana pada tindakan keperawatan.
Penugasan yang dilakukan pada model ini berdasarkan kriteria efisiensi, tugas didistribusikan
berdasarkan tingkat kemampuan masing-masing perawat dan dipilih perawat yang paling
murah. Kepala ruangan terlebih dahulu mengidentifikasm tingkat kesulitan tindakan,
selanjutnya ditetapkan perawat yang akan bertanggung jawab mengerjakan tindakan yang
dimaksud. Model fungsional ini merupakan metode praktek keperawatan yang paling tua
yang dilaksanakan oleh perawat dan berkembang pada saat perang dunia kedua.
3.3 Asuhan Keperawatan Metode Fungsional
1. Kepala Ruangan
a. Merencanakan pekerjaan
b. Menentukan kebutuhan perawatan pasien
c. Membuat penugasan
d. Melakukan supervise
e. Menerima instruksi dokter
2. Perawat Staf
a. Melakukan askep langsung pada klien
b. Membantu supervise askep yang diberikan oleh pembantu tenaga keperawatan
3. Perawat Pelaksana
Melaksanakan askep langsung pada klien dengan askep sedang klien dalam masa
pemulihan kesehatan dan klien dengan penyakit kronik dan membantu tindakan sederhana
(ADL)
4. Pembantu Perawat
Membantu klien dengan melaksanakan perawatan mandiri untuk mandi, membenahi
tempat tidur, dan membagikan alat tenun bersih.
5. Tenaga Administrasi Ruangan
a. Menjawab telepon
b. Menyampaikan pesan
c. Memberi informasi
d. Mengerjakan pekerjaan administrasi ruangan
7
e. Mencatat klien masuk dan pulang
f. Membuat duplikat rostertena ruangan
g. Membuat permintaan lab untuk obat -obatan/ persediaan yang diperlukan atas instruksi
kepala ruangan
8
BAB IV
PENUTUP
4.1 Kesimpulan
Pada metode fungsional, pemberian asuhan keperawatan ditekankan pada penyelesaian
tugas atau prosedur. Setiap perawat diberi satu atau beberapa tugas untuk dilakasanakan
kepada semua klien di satu ruangan. Pada metode ini, kepala ruangan menentukan tugas
setiap perawat dalam satu ruangan. Perawat akan melaporkan tugas yang dikerjakannya
kepada kepala ruangan dan kepala ruangan tersebut bertanggung jawab dalam pembuatan
laporan klien.
9
DAFTAR PUSTAKA
10