Anda di halaman 1dari 26

STUDI KASUS

MODUL 2 : MODEL PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL

Laporan ini diajukan sebagai salah satu syarat untuk memenuhi tugas matakuliah
Kepemimpinan dan Manajemen Keperawatan 2 Pada Semester Ganjil
Tahun Akademik 2020/2021
Dosen pengampu : Lidya Maryani, S.Kep.,Ners.,MM.,M.,Kep

Disusun oleh : Kelompok 3

David Chang (1420118062) Nurul Pashiha (1420118050)


Deby Paulina (1420118037) Pelinda Ayu (1420118008)
Helen Kristianti (1420118080) Penti Rohaeti (1420118032)
Jeksen Riadi (1420118052) Tania Sarinastiti (1420118016)
Nungky Putri (1420118013) Tanti Wili W (1420118035)

PROGRAM STUDI SARJANA KEPERAWATAN


SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN IMMANUEL
BANDUNG
2020
KATA PENGANTAR

Segala puji dan syukur penulis panjatkan kehadirat tuhan YME atas segala
rahmat dan hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah yang
berjudul “Model Praktik Keperawatan Profesional” tepat pada waktunya. Banyak
pihak yang telah membantu dalam penyelesaian makalah ini baik secara moril
maupun spiritual maka dalam kesempatan ini kami ingin mengucapkan terima
kasih kepada:
1. Ibu Lidya Maryani, S.Kep., Ners., MM., M.Kep selaku dosen pengampu
kepemimpinan dan manajemen keperawatan II yang telah membimbing
dalam proses pengerjaan makalah ini
2. Ayah dan ibu tercinta yang selalu memanjatkan doa setiap waktu dan
memberi motivasi pada saat pengerjaan makalah ini
3. Seluruh teman S1 Keperawatan 2018 yang dengan tulus ikhlas memberikan
doa dan dukungan hingga dapat terselesaikannya makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penulisan makalah ini masih jauh dari kata
sempurna. Oleh karena itu, kami berharap kepada pembaca dapat memberikan
segala kritik dan saran yang sifatnya membangun serta bisa bermanfaat bagi kami
dan pembaca khusunya dalam profesi keperawatan.

Bandung, 28 Oktober 2020

Tim Penyusun

i
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR....................................................................................i
DAFTAR ISI...................................................................................................ii
BAB I PENDAHULUAN...............................................................................1
A. Latar Belakang...........................................................................................1
B. Rumusan Masalah......................................................................................2
C. Tujuan Penulisan.......................................................................................2
D. Manfaat Penulisan.....................................................................................2
BAB II TINJAUAN TEORITIS....................................................................3
A. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)....................................3
B. Metode Keperawatan Primer.....................................................................3
C. Kelebihan Primary Nursing.......................................................................6
D. Kelemahan Primary Nursing.....................................................................6
E. Struktur Primary Nursing..........................................................................7
F. Ketenagakerjaan dalam Keperawatan Primer............................................7
G. Tugas Perawat Primer................................................................................7
H. Elemen Primary Nursing...........................................................................8
I. Karakteristik Modalitas Keperawatan Primer...........................................8
J. Peran kepala Ruang/ Bangsal dalam Metode Primer................................9
BAB III TINJAUAN KASUS........................................................................10
BAB IV PEMBAHASAN KASUS.................................................................11
BAB V PENUTUP..........................................................................................15
A. Kesimpulan................................................................................................15
B. Saran..........................................................................................................16
DAFTAR PUSTAKA......................................................................................17

ii
iii
BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Pelayanan keperawatan merupakan pelayanan profesional sebagai bagian
integral dari pelayanan kesehatan yang didasarkan pada ilmu dan kiat
keperawatan yang ditujukan kepada individu, keluarga, kelompok dan
masyarakat baik sehat maupun sakit (UU Keperawatan no 38 tahun 2014).
Pelayanan keperawatan profesional dapat terwujud apabila dilaksanakan oleh
tenaga keperawatan yang profesional sehingga dapat berkontribusi dalam
peningkatan kualitas pelayanan rumah sakit khususnya pelayanan
keperawatan (Sumijatun dalam Krisnawati, 2017).
Salah satu usaha untuk memberikan pelayanan yang berkualitas dan
profesional adalah dengan pengembangan model praktik keperawatan
profesinal (MPKP). Model praktik keperawatan prfesional (MPKP) adalah
suatu sistem (struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) yang
memungkinkan perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan
termasuk lingkungan, yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut
(Hoffart & Woods, 1996) dalam (Krisnawati, 2017). Dengan MPKP, perawat
dapat memahami tugas dan tanggung jawabnya terhadap pasien sejak masuk
hingga keluar rumah sakit. Implementasi MPKP harus di tunjang dengan
sumber daya manusia, sarana dan prasarana yang memadai.
Metode keperawatan merupakan suatu sistem yang akan di terapkan
dalam memberikan asuhan keperawatan kepada pasien untuk meningkatkan
kualitas asuhan keperawatan dan meningkatkan derajat kesehatan pasien.
Metode keperawatan profesional menurut Grant dan Maseey (1997) dalam
(Harni, 2016) terdapat lima metode asuhan keperawatan yaitu: metode kasus,
metode fungsional, metode keperawatan primer, metode keperawatan tim,
metode modifikasi (keperawatan tim-primer). Menurut Laughin, Thomas dan
Barterm (1995) dalam (Harni, 2016) model yang lazim di gunakan di rumah

1
2

sakit yaitu asuhan keperawatan total, keperawatan tim, dan keperawatan


primer. Masing-masing metode tersebut memiliki kelebihan dan kekurangan.
Setiap unit keperawatan memiliki upaya untuk memilih model yang paling
tepat berdasarkan kesesuaian antara ketenagaan, sarana dan prasarana, tingkat
ketergantungan pasien, biaya, dan kebijakan rumah sakit.
B. Rumusan Masalah
1. Apa pengertian dan tujuan dari MPKP ?
2. Bagaimana konsep metode primer ?
3. Bagaimana penyelesaian kasus menggunakan metode primer ?
4. Bagaimana pembahasan metode primer dalam keperawatan ?
C. Tujuan Penulisan
1. Tujuan Umum
Untuk dapat mengetahui dan memahami konsep metode praktik
keperawatan profesional serta agar mampu mengelola dan
mengaplikasikan dalam pengelolaan unit keperawatan.
2. Tujuan Khusus
a. Untuk mengetahui arti dan tujuan dari MPKP.
b. Untuk mengetahui bagaimana konsep metode primer.
c. Untuk mengetahui bagaimana penyelesaian kasus menggunakan
metode primer.
d. Untuk Mengetahui bagaimana pembahasan metode primer dalam
keperawatan.
D. Manfaat Penulisan
Pembuatan makalah ini diharapkan dapat di gunakan sebagai pedoman
dan panduan bagi mahasiswa/mahasiswi keperawatan dalam memahami
berbagai model praktik keperawatan profesional yang dapat diterapkan di
dalam layanan keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

A. Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)


MPKP merupakan suatu metode pelayanan keperawatan yang sistematis,
terstruktur, dan memiliki proses serta nilai-nilai profesionalisme yang
memungkinkan perawat professional memberikan keperawatan professional
(Sitorus,2006) dalam Agus Supinganto, 2020).
MPKP merupakan salah satu model pembelajaran yang bertumpu kepada
proses perbaikan dan peningkatan keterampilan motoric.
Tujuan MPKP (Menutu keliat (2010) dalam Agus Supinganto, 2020) ada
beberapa tujuan model praktik keperawatan professional (MPKP) yaitu :
1. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
2. Mengurangi konflik, tumpeng tindih dan kekosongan plaksanaan asuhan
keperawatan oleh tim keperawatan.
3. Menciptakan kemandirian dalam pemberian asuhan keperawatan.
4. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
5. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan keperawatan
bagi setiap tim keperawatan.
B. Metode Keperawatan Primer
Metode primer atau Primary Nursing adalah penyerahan menyeluruh,
koordinasi , kontinu , perawatan pasien individu yang dilakukan oleh perawat
professional yang memiliko otonomi , akuntabilitas dan otonomi selama 24
jam (Primary nurse convention 1977 dalam campbell,1985). Metode ini
pertama kali di perkenalkan diinggris oleh Lydia Hall tahun 1963 dimana
metode penugasan hanya kepada satu orang perawat yang bertanggung jawab
penuh selama 24 jam terhadap asuhan keperawatan pasien dari awal pasien
masuk sampai keluar rumah sakit , sistem metode primer menggunakan 1
perawat primer yang bekerja selama 24 jam dan bertanggung jawab untuk

3
4

perencanaan perawatan yang sudah direncanakan oleh perawat primer


( Marquiz dan Huston, 2000).
Metode ini memberikan asuhan Keperawatan yang ditandai dengan
keterikatan kuat dan terus-menerus antara pasien dan perawat yang
ditugaskan untuk merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan asuhan
keperawatan selama pasien dirawat (Fitriani dkk,2014). Dalam menetapkan
seorang perawat primer perlu berhati – hati karena memerlukan beberapa
kriteria, yaitu perawat yang menunjukkan kemampuan asertif, perawat yang
mandiri, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, mengusai
keperawatan klinik, akuntabel, bertanggung jawab, serta mampu
berkolaborasi dengan baik dan disiplin.
Metode primer klien, keluarga, stafmedik dan staf keperawatan akan
mengetahui bahwa pasien tertentu akan merupakan tanggung jawab perawat
primer tertentu. Setiap perawat primer mempunyai 4-6 pasien. Seorang
perawat primer mempunyai kewenangan untuk melakukan rujukan kepada
pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial masyarakat membuat jadwal
perjanjian klinik, mengadakan kunjungan rumah, dan lain sebagainya.
Dengan diberikannya kewenangan tersebut, maka dituntut akontabilitas yang
tinggi terhadap hasil pelayanan yang diberikan, Metode keperawatan primer
adalah pemberian asuhan keperawatan yang ditandai dengan keterkaitan kuat
dan terus menerus antara pasien dan perawat yang ditugaskan untuk
merencanakan, melakukan dan mengkoordinasikan asuhan keperawatan
selama pasien dirawat.
Langkah-langkah dalam proses pelaksanaan primary nursing menurut
Manthey (1980) adalah :
1. Memutuskan untuk menggunakan konsep primary nursing
Keputusan untuk menggunakan model primary nursing harus
didiskusikan bersama antara pihak manajemen, kepala ruangan, dan
seluruh perawat yang ada di ruangan.Hasil diskusi harus mendapat
persetujuan dari semua pihak agar dalam pelaksanaan primary nursing
tidak mengalami hambatan. Konsep primary nursing harus mampu
5

dipahami oleh seorang perawat primer dan perawat pelaksana sebagai tim
yang akan melaksanakan metode penugasan primary nursing. Salah satu
syarat untuk seorang perawat primer dan perawat pelaksana yang
melaksanakan metode penugasan primary nursing adalah ners yang
sudah memahami konsep primary nursing, jika pemahaman konsep
primary nursing sudah dipahami oleh perawat primer dan perawat
pelaksana maka metode penugasan primary nursing sudah dapat di
diputuskan untuk dilaksanakan di ruangan tersebut.
2. Melakukan pengumpulan data
Pengumpulan data dilakukan sebagai bahan rujukan dan informasi
dasar untuk terbentuknya primary nursing.Data dijadikan bahan
perbandingan untuk keberhasilan pelaksanaan primary nursing
selanjutnya. Sebelum dilaksanakan metode penugasan primary nursing
diperlukan pengumpulan data dari berbagai sumber ilmu seperti jurnal,
artikel, textbook, dan pengalaman orang lain sebagai dasar yang akurat.
Pengumpulan data disosialisasikan kepada tim yang akan melaksanakan
metode penugasan primary nursing terutama kepada perawat primer.
3. Pelaksanaan primary nursing
Pelaksanaan primary nursing di ruangan yang sudah ditentukan
terdiri dari kepala ruangan, perawat primer dan perawat pelaksana.
Pemberian asuhan keperawatan yang menyeluruh selama 24 jam di
lakukan oleh perawat primer dibantu dengan perawat pelaksana. Perawat
primer memberikan asuhan keperawatan kepada satu sampai 6 pasien
dari mulai pasien masuk hingga pulang. Seorang perawat primer yang
sudah dipilih dan diputuskan di ruangan yang memakai metode
penugasan primary nursing harus mendapat dukungan dan pengakuan
dari pihak manajemen rumah sakit, perawat pelaksana sebagai anggota
tim nya, dokter dan tim kesehatan lainnya, kepala ruangan dan terutama
dari pasien/keluarga
4. Evaluasi pelaksanaan primary nursing
6

Evaluasi pelaksanaan primary nursing dilakukan setelah waktu yang


disepakati bersama selesai. Pihak manajemen melakukan evaluasi apakah
model primary nursing perlu dilanjutkan atau tidak, perlu dilaksanakan
di ruangan lain atau tidak. Indikator kesuksesan model primary nursing
dapat dilihat dari tingkat kepuasan pasien, perawat, dokter dan pihak
manajemen. Evaluasi pelaksanaan primary nursing sebaiknya dalam
kurun waktu 6 bulan sekali untuk menentukan apakah metode penugasan
primary nursing perlu dilanjutkan atau tidak, diperbaiki atau tidak.
C. Kelebihan Primary Nursing
Adapun kelebihan Model Praktik Keperawatan Profesional (MPKP)
metode primer (Gillies dalam Nursalam, 2014) :
1. Bersifat kontinuitas dan komprehensif.
2. Perawat primer mendapatkan akuntabilitas yang tinggi terhadap hasil dan
memungkinkan pengembangan diri.
Keuntungan antara lain terhadap pasien, perawat, dokter dan rumah sakit.
Menurut Hyams et al (1993), kelebihan primary nursing adalah: sumber daya
manusia yang tersedia ada, pelaksanaan dilakukan oleh perawat primer
dibantu perawat pelaksana (associate nurse), perawat primer dan perawat
pelaksana memiliki pengetahuan mengenai kebutuhan pasien dan rencana
keperawatan, pelayanan terhadap pasien dilanjutkan oleh perawat pelaksana,
kelompok.
D. Kelemahan Primary Nursing
Adapun kelemahan MPKP metode primer (Gillies dalam Nursalam,
2014). Kelemahannya adalah hanya dapat dilakukan oleh perawat yang
memiliki pengalaman dan pengetahuan yang memadai dengan kriteria asertif,
self direction, kemampuan mengambil keputusan yang tepat, menguasai
keperawatan klinis, penuh pertimbangan, serta mampu berkolaborasi
dengan berbagai disiplin ilmu.
Menurut Hyams (1993), kelemahan primary nursing antara lain
perbedaan pendapat antara perawat, perawat primer memiliki jam kerja yang
panjang, ketidak adilan dalam pembagian tugas, perawat pelaksana dapat
7

mengalami hambatan dalam pelayanan, perawat primer kurang dalam


tanggung jawab dan tanggung gugat, membutuhkan perawat pembantu,
mengurangi jam besuk pasien, follop up diselesaikan oleh perawat
primer, mengurangi waktu pertemuan dengan tim lain, perawat pelaksana dan
perawat pembantu harus disediakan, perawat primer memiliki pasien,
memerlukan pendokumentasian yang lebih lengkap, perawat associate kurang
memiliki tanggung jawab, membutuhkan banyak waktu untuk pasien dan
membutuhkan era primary nursing.
E. Struktur Primary Nursing

Dokter Kepala Ruang Sarana RS

Perawat Primer

Pasien/Klien

Perawat
Perawat Perawat
pelaksana
pelaksana pelaksana
(days)
(evening) (night)
Jika diperlukan

F. Ketenagakerjaan dalam Keperawatan Primer


1. Setiap perawat primer adalah perawat bed side.
2. Beban kasus adalah 4-6 orang pasien untuk satu perawat.
3. Penugasan ditentukan oleh kepala bangsal.
4. Perawat primer dibantu oleh perawat profesionaln lain maupun perawat
nonprofessional sebagai perawat pasien
G. Tugas Perawat Primer
8

Menurut Krisnawati (2017) adapun beberapa tugas perawat primer,


antara lain :
1. Menerima Mengakaji kebutuhan pasien secara komprehensif.
2. Membuat tujuan dan rencana keperawatan.
3. Melekasanakan rencana yang telah dibuat selama ia dinas.
4. Mengkomunikasikan dan mengoordinasikan pelayanan yang diberikan
oleh disiplin illmu lain maupun perawat lain.
5. Mengevaluasi keberhasilan yang dicapai.
6. Menerima dan menyesuaikan rencana.
7. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
8. Melakukan rujukan kepada pekerja sosial, kontak dengan lembaga sosial
masyarakat.
9. Membuat jadwal perjanjian klinis.
10. Mengadakan kunjungan rumah.
11. Bertanggung jawab 24 jam terhadap pasien selama pasien datang sampai
pulang.
12. Menerima timbang terima.
13. Menyiapkan penyuluhan untuk pulang.
14. Melaksanakan steralisasi obat.
15. Mendampingi saat visite.
16. Melaporkan perkembangan pasien kepada kepala ruangan.
H. Elemen Primary Nursing
Menurut Manthey (1980) adapula beberapa elemen primary nursing terdiri
dari 4 elemen yaitu :
1. Memilik tanggung jawab.
2. Berani mengambil keputusan.
3. Mampu berkomunikasi interpersonal dengan baik.
4. Mampu membuat asuhan keperawatan secara meyuluruh selama 24 jam.
I. Karakteristik Modalitas Keperawatan Primer
1. Perawat primer mempunyai tanggung jawab untuk asuhan keperawatan
pasien selama 24 jam sehari, dari penerimaan sampai pemulangan.
9

2. Perawat primer melakukan pengkajian kebutuhan asuhan keperawatan,


kolaborasi dengan pasien dan professional kesehatan lain, dan menyusun
rencana perawatan.
3. Pelaksanaan rencana asuhan keperawatan didelegasikan oleh perawat
primer kepada perawat sekunder selama shift lain.
4. Perawat primer berkonsultasi dengan perawat kepala dan penyedia.
5. Autoritas, tanggung gugat dan autonomi ada pada perawat primer.
J. Peran kepala Ruang/ Bangsal dalam Metode Primer
1. Sebagai konsultan dan pengendalian mutu perawat primer.
2. Orientasi dan merencanakan karyawan baru.
3. Menyusun jadwal dinas dan memberi penugasan pada perawat asisten.
4. Evaluasi kerja.
5. Merencanakan/menyelenggarakan pengembangan staf.
6. Membuat 1 – 2 pasien untuk model agar dapat mengenal hambatan yang
terjadi.
10
BAB III

TINJAUAN KASUS

Ruangan anak memiliki kapasitas tempat tidur 30 bed, rata-rata bor 70%
dengan derajat ketergantungan pasien total care 2 orang, partial care 11 orang dan
minimal care 8 orang. Ruangan anak termasuk ruang perawatan umum kelas 1 dan
2. Jumlah perawat sebanyak 18 yang terdiri dari 10 orang perawat kualifikasi
pendidikan ners dan 8 pendidikan diploma tiga. Kepala ruang dengan kualifikasi
S1 Ners dan masa kerja 20 tahun.

Dari tinjauan kasus di atas, menurut hasil diskusi kelompok kami. Kelompok
kami memilih untuk munggunakan metode primer dengan alasan, sebagai
berikut :

1. Alasan nya adalah karena jangkauan observasi setiap perawat hanya 3 pasien
dari 30 bed.
2. Terdapat 10 perawat dengan kualifikasi pendidikan Ners.
3. Terdapat 8 perawat dengan kualifikasi pendidikan diploma III.
4. Karena dilihat dari jumlah ketergantungan untuk perawatan pasien pada
klasifikasi total care dan partial care membutuhkan perawatan secara penuh.
5. Dengan menggunakan metode primer, tidak perlu memperkerjakan terlalu
banyak tenaga keperawatan. Dibuktikan pada kasus diatas hanya ada 18
perawat dengan jumlah TT 30 bed.
6. Karena pada kasus diatas ruang perawatan anak merupakan kelas 1 , hal ini
berkaitan dengan ekonomi klien yang bisa dikatakan mencukupi untuk
melakukan perawatan berbiaya tinggi di metode keperawatan primer.
7. Dengan pengalaman kerja selama 20 tahun Kepala Ruangan bisa
mengidentifikasi siapa perawat yang layak menjadi perawat primer.

11
12
BAB IV

PEMBAHASAN KASUS

Dengan mengadop metode keperawtan primer, Ruangan tidak perlu


memperkerjakan terlalu banyak tenaga keperawatan hal ini terbukti pada kasus
terdapat jumlah TT 30 Bed dengan jumlah perawat 18 orang. Metode primer
dapat meminimilakan jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan karena pada
metode ini satu perawat dapat memegang beberapa pasien. Menurut Nursalam
(2014 : 23) beban kasus pasien yaitu 3-6 orang untuk satu perawat primer. jadi
dari kasus tersebut perawat Ners sudah mencukupi beban kasus pasien yakni 3
pasien per perawat primer.
Pelaksanaan MPKP Primer adalah karena adanya dukungan lingkungan,
termasuk struktur organisasi dan pimpinan rumah sakit. Pelaksanaan MPKP
memerlukan tenaga keperawatan yang dapat melakukan peran dan fungsinya
dengan baik. Tenaga keperawatan merupakan tenaga profesi kesehatan yang
jumlahnya terbanyak dirumah sakit dan yang berinteraksi lama kepada pasien.
Tenaga keperawatan di rumah sakit mempunyai peran yang besar terhadap
pencapaian mutu dan citra rumah sakit di mata masyarakat. Kemampuan perawat
dalam menjalankan tugas dan tanggung jawab berpengaruh terhadap mutu asuhan
keperawatan yang berdampak pada kualitas pelayanan kesehatan (Nurachmah,
2001).
Berdasarkan kasus diatas, terdapat keterangan bahwa Kepala ruang dengan
kualifikasi S1 Ners dan masa kerja 20 tahun. Hal ini bisa menjadi keuntungan
yang bagus bagi ruangan yang dipimpin oleh Kepala Ruangan dengan latar
belakang pendidikan dan pengalaman yang mumpuni. Mengingat metode yang
kami pilih berdasarkan analisis masalah dari kasus tersebut adalah Metode
Keperawatan Primer, maka dalam proses memutuskan penerapan nya pun ada
campur tangan dari Kepala Ruangan sebagai orang yang bertugas dalam
melakukan perencanaan di suatu ruangan. Hal ini dikuatkan dengan penelitian
yang telah dilakukan oleh Ana Pratiwi(2016) berjudul “IMPLEMENTASI

13
14

SISTEM MANAJEMEN MUTU PELAYANAN KEPERAWATAN MELALUI


KEPEMIMPINAN MUTU KEPALA RUANGAN” yang menyatakan bahwa
Dalam unsur masukan terdapat tenaga dan kepemimpinan mutu.Untuk itu salah
satu yang dapat digunakan untuk mengatasi masalah mutu pelayanan adalah
melalui perbaikan kepemimpinan yang berbasis mutu, hal juga dapat ditemukan
pada penelitian yang dilakukan (Dhinamita Nivalinda, M.C. Inge Hartini 2013)
bahwa kepemimpinan kepala ruang yang efektif akan mempengaruhi upaya
menggerakkan perawat dalam lingkup wewenangnya untuk menerapkan budaya
keselamatan pasien. Ana Pratiwi (2016) pada penelitian nya menyatakan ”.
Hal ini sesuai dengan pendapat bahwa perencanaan yang baik akan
menentukan keberhasilan kegiatan dan pencapaian tujuan serta menghindari
keterperangkapan dalam ketidaksiapan dari seluruh komponen kepemimpinan.
Fungsi perencanaan sebaiknya dilakukan oleh kepala ruangan secara optimal agar
dapat memberikan arah kepada perawat pelaksana, mengurangi dampak
perubahan yang terjadi, memperkecil pemborosan atau kelebihan dan menentukan
standart yang akan digunakan dalam melakukan pengawasan serta pencapaian
tujuan. Makin tinggi tingkat pendidikan seseorang, makin mudah menerima
informasi sehingga makin banyak pula pengetahuan yang dimiliki”.
Mengingat pada kasus diatas, bahwa terdapat jumlah ketergantungan untuk
perawatan pasien pada klasifikasi total care dan partial care membutuhkan
perawatan secara penuh. Maka dalam penerapan metode primer, Kepala Ruangan
harus bisa menetapkan seorang perawat primer secara berhati – hati. Karena
sesuai dengan teori yang kami dapatkan memerlukan beberapa kriteria, yaitu
perawat yang menunjukkan kemampuan asertif, perawat yang mandiri,
kemampuan mengambil keputusan yang tepat, mengusai keperawatan klinik,
akuntabel, bertanggung jawab, serta mampu berkolaborasi dengan baik dan
disiplin.
Kemudian, berdasarkan penelitian yang telah di lakukan oleh Sitti Raodhah
dkk (2017) berjudul “ HUBUNGAN PERAN KEPALA RUANGAN DENGAN
KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH YUSUF
KABUPATEN GOWA” yang mengatakan bahwa perencanaan yang dilakukan
15

oleh Kepala Ruangan di pengaruhi oleh pengetahuan dan Pendidikan perawat


diruangan, dengan Pendidikan yang tinggi maka pengetahuan perawat juga
semakin banyak. Sesuai dengan peran kepala ruang dalam metode primer yaitu
Merencanakan/ menyelenggarakan pengembangan staf. Dengan menentukan
perencanaan yang baik maka secara tidak langsung tahap pelaksanaan akan
mendapat hasil yang lebih baik pula mengingat dalam kasus disebutkan bahwa
kepala ruangan memiliki kualifikasi Pendidikan s1 ners yang sudah pasti terlatih
dengan bekal ilmu yang banyak sebelumnya di jenjang perkuliahan.
Kemudian, Sitti Raodhah dkk (2017) menyatakan dalam penelitian nya
bahwa pengorganisasian yang dilakukan kepala ruangan dengan hasil yang baik
dipengaruhi oleh pengalaman atau masa kerja perawat. Sesuai dengan data kasus
di atas, bahwa kepala ruangan sudah memiliki pengalaman kerja selama 20 tahun.
Hal ini bisa menjadi keuntungan yang kuat untuk ruangan yang dipimpin nya,
karena kemampuan dan tanggung jawab kepala ruangan dalam mengorganisir
kegiatan yang akan dilaksanakan perawat harus berjalan dengan baik. Mengingat
beban tugas perawat primer yang ia bawahi adalah merawat 4-6 pasien sehingga
butuh koordinasi yang baik dalam menangani setiap permasalahan yang akan
muncul di kemudian hari pada saat proses perawatan sedang berlangsung.
Didalam kasus disebutkan bahwa tenaga keperawatan di ruangan tersebut
adalah 10 orang ners, alasan kita memilih motode primer adalah karena
jangkauan observasi setiap perawat hanya 3 pasien dari 30 bed . Menurut
Nursalam (2014 : 23) beban kasus pasien yaitu 3-6 orang untuk satu perawat
primer. jadi dari kasus tersebut perawat Ners sudah mencukupi beban kasus
pasien yakni 3 pasien per perawat primer. Selain itu juga di kasus terdapat 8 orang
dengan pendidikan D3 dengan adanya 8 perawat dengan kualifikasi diploma 3
sebagai perawat associate dapat membantu dalam memberikan asuhan
keperawatan, diantara perawat associate da perawat primer juga harus memiliki
komunikasi yang baik agar asuhan dapat maksimal.
Kemudian, Rumah Sakit memberikan biaya tinggi karena adanya teknologi
yang dipakai selama masa perawatan pasien di Rumah sakit, lalu karena adanya
peningkatan profesionalisme keperawatan yang biasanya pasien jarang
16

mengetahui tentang hal ini, walaupun tak jarang pengembangan pendidikan


tersebut belum mampu meningkatkan mutu asuhan dalam Rumah Sakit karena
pihak Rumah Sakit belum mampu dan belum terbiasa dalam mengelolanya.
Rumah Sakit dalam pemberian asuhan keperawatan nya sudah dengan model
MPKP maka kemungkinan nya dalam pemberian asuhan dan biaya perawatan nya
pun akan berubah. Sejalan dengan penelitian yang dilakukan oleh Ratna Sitorus
(2003) berjudul" DAMPAK IMPLEMENTASI MODEL PRAKTIK
KEPERAWATAN PROFESIONAL TERHADAP MUTU ASUHAN
KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT" yang menyatakan bahwa MPKP iyalah
suatu sistem( struktur, proses, dan nilai-nilai profesional) ya memungkinkan
perawat profesional mengatur pemberian asuhan keperawatan termasuk
lingkungan yang dapat menopang pemberian asuhan tersebut.
Dalam penelitian Sitorus (2003) ia juga menyatakan bahwa MPKP
berdampak juga terhadap kepatuhan perawat pada standar asuhan. Hal itu dapat
terjadi karena kemampuan PP masih perlu ditingkatkan agar lebih mampu
mengelola pemberian asuhan keperawatan termasuk dalam memberi pengarahan
kepada PA. Sitorus (2003) menambahkan dampak MPKP terhadap lama hari
rawat bisa terlihat jika MPKP ini sudah menjadi model pada pemberian asuhan
kesehatan secara keseluruhan, kemampuan PP sebagai manajer harus ditingkatkan
agar mampu mempengaruhi PA menjadi suatu tim yang kohesif, dan yang terakhir
adalah kemampuan PA dalam bekerja sebagai tim. Oleh karena itu pada MPKP
ditentukan jumlah dan jenis tenaga keperawatan sesuai dengan kebutuhan klien
dan digunakan metode modifikasi keperawatan primer sehingga memungkinkan
pemberian asuhan keperawatan yang profesional.
17
BAB V

PENUTUP

A. Kesimpulan
1. MPKP merupakan suatu metode pelayanan keperawatan yang sistematis,
terstruktur, dan memiliki proses serta nilai-nilai profesionalisme yang
memungkinkan perawat professional memberikan keperawatan
professional (Sitorus,2006) dalam Agus Supinganto, 2020).
Tujuan MPKP (Menutu keliat (2010) dalam Agus Supinganto, 2020) ada
beberapa tujuan model praktik keperawatan professional (MPKP) yaitu :
a. Menjaga konsistensi asuhan keperawatan.
b. Mengurangi konflik, tumpeng tindih dan kekosongan plaksanaan
asuhan keperawatan oleh tim keperawatan.
c. Menciptakan kemandirian dalam pemberian asuhan keperawatan.
d. Memberikan pedoman dalam menentukan kebijakan dan keputusan.
e. Menjelaskan dengan tegas ruang lingkup dan tujuan asuhan
keperawatan bagi setiap tim keperawatan
2. Metode primer atau Primary Nursing adalah penyerahan menyeluruh,
koordinasi , kontinu , perawatan pasien individu yang dilakukan oleh
perawat professional yang memiliko otonomi , akuntabilitas dan otonomi
selama 24 jam (Primary nurse convention 1977 dalam campbell,1985).
3. Dari tinjauan kasus di atas, menurut hasil diskusi kelompok kami.
Kelompok kami memilih untuk munggunakan metode primer dengan
alasan, sebagai berikut :
a. Alasan nya adalah karena jangkauan observasi setiap perawat hanya
3 pasien dari 30 bed.
b. Terdapat 10 perawat dengan kualifikasi pendidikan Ners.
c. Terdapat 8 perawat dengan kualifikasi pendidikan diploma III.

18
19

d. Karena dilihat dari jumlah ketergantungan untuk perawatan pasien


pada klasifikasi total care dan partial care membutuhkan perawatan
secara penuh.
e. Dengan menggunakan metode primer, tidak perlu memperkerjakan
terlalu banyak tenaga keperawatan. Dibuktikan pada kasus diatas
hanya ada 18 perawat dengan jumlah TT 30 bed.
f. Karena pada kasus diatas ruang perawatan anak merupakan kelas 1 ,
hal ini berkaitan dengan ekonomi klien yang bisa dikatakan
mencukupi untuk melakukan perawatan berbiaya tinggi di metode
keperawatan primer.
g. Dengan pengalaman kerja selama 20 tahun Kepala Ruangan bisa
mengidentifikasi siapa perawat yang layak menjadi perawat primer.
4. Dengan menggunakan metode primer, tidak perlu memperkerjakan
terlalu banyak tenaga keperawatan. Dibuktikan pada kasus diatas hanya
ada 18 perawat dengan jumlah TT 30 bed. Karena pada kasus diatas
ruang perawatan anak merupakan kelas 1 , hal ini berkaitan dengan
ekonomi klien yang bisa dikatakan mencukupi untuk melakukan
perawatan berbiaya tinggi di metode keperawatan primer. Dengan
pengalaman kerja selama 20 tahun Kepala Ruangan bisa
mengidentifikasi siapa perawat yang layak menjadi perawat primer.
Metode primer dapat meminimalkan jumlah tenaga perawat yang
dibutuhkan karena pada metode ini satu perawat dapat memegang
beberapa pasien.
B. Saran
Dengan adanya makalah ini semoga dapat dijadikan sebagai acuan bagi
perawat atau mahasiswa keperawatan dalam model praktek keperawatan
professionalagar menjadi lebih baik disemua bidang terutama kesehatan
20
DAFTAR PUSTAKA

Fitriani et al. 2014 .”Manajemen Keperawatan-MPKP”. Program


Studi Keperawatan.UIN Alaudin Makassar.

Harni. (2016). “Model Praktik Keperawatan Profesional”. Program


Studi Ilmu Keperawatan Universitas Andalas: Padang.

Krisnawati, K. M. (2017). “Empat Pilar Metode Keperawatan


Profesional”. Program Studi Ilmu Keperawatan Universitas Udayana:
Denpasar.

Manthey.(1980).The Practice of Primary Nursing.Blackwell


Scientific Publications,INC.

Marquis, B.L dan Huston, C.J. (2010).Kepemimpinan dan manajemen


keperawatan :Teori dan aplikasi, edisi 4. Jakarta: EGC.

Nursalam.(2014).Manajemen keperawatan : Aplikasi dalam praktek


keperawatan professional , Jakarta : Salemba Medika.

Nurachmah.(2001). Asuhan Keperawatan Bermutu di Rumah Sakit.


Perhimpunan Rumah Sakit seluruh (PERSI).(Internet).Diakses pada
November 2020.

Raodhah,Sitti(2017).” HUBUNGAN PERAN KEPALA RUANGAN


DENGAN KINERJA PERAWAT DI RUANG RAWAT INAP RSUD SYEKH
YUSUF KABUPATEN GOWA”.Public Health Science Journal Vol
9(1).94-102.

Sitorus,Ratna(2003)."HUBUNGAN IMPLEMENTASI MODEL


PRAKTIK KEPERAWATAN PROFESIONAL TERHADAP MUTU
ASUHAN KEPERAWATAN DI RUMAH SAKIT".Jurnal Keperawatan
Indonesia Vol 7(2).41-47

21
22

Supinganto, Aguus dkk. (2020). Praktik Menegemen Keperawatan :


Teori Dan Aplikasinya. Jakarta : Pantera Publishing.

Anda mungkin juga menyukai