KELOMPOK 3:
Anastasia Indrayati Ganis 1305007017
Dewi Kusumaningsih 1305000187
E.D. Sarzani 1305000276
Leo Ginting 1305000659
Luli Hanna R. Panjaitan 1305000713
Mia Ilmiawaty Saadah 1304000493
Dedi Irawan 0606102202
Box 3
Nama Diagnosa medis Tk. Ketergantungan
Tn. L Post operasi pemasangan WSD ec. Trauma Total care
Tn. M Fraktur humerus sinistra Partial care
Box 4
Nama Diagnosa medis Tk. Ketergantungan
Tn. N Post operasi ileostomi Total care
Tn. O Post operasi appendikstomi Partial care
TUGAS 8
Dalam suatu post conference di ruangan X, perawat A mengeluh hari ini sangat lelah
karena banyak sekali yang harus ganti balutan. Perawat B tidak mau kalah, dia juga
mengatakan hampir semua disuntik, satu pasien bisa 3-4 suntikan. Beberapa perawat
lainnya tidak berkomentar terhadap situasi tersebut dan menganggap itu hal yang wajar
yang memang tiap hari dilaksanakan. Anda adalah kepala ruangan baru yang ditunjuk
untuk membenahi ruangan X. Berdasarkan pengamatan saudara metode penugasan apa
yang dilaksanakan di ruangan? Apa rencana saudara? Buat analisa SWOT terhadap
rencana tersebut.
Pembahasan kelompok
Dari kasus jelas terlihat bahwa satu perawat melaksanakan 1 jenis pekerjaan, misalnya
perawat A khusus mengganti balutan, perawat B menyuntik. Hal ini mengindikasikan
bahwa metode penugasan yang diterapkan dalam ruangan X tersebut adalah metode
fungsional. Metode fungsional adalah metode penugasan yang pembagian tugasnya
didasarkan pada jenis pekerjaan yang dilakukan.
Menurut kelompok kami, metode penugasan fungsional dalam suatu instansi pelayanan
kesehatan, khususnya dalam suatu unit ruang rawat kurang tepat digunakan. Penerapan
metode ini membuat perawat tidak dapat memberikan asuhan keperawatan yang holistik
dan comprehensive, karena pembagian tugasnya hanya pada jenis pekerjaan tertentu saja.
Hal ini juga pada akhirnya menutup perawat untuk memiliki keahlian di bidang/tugas
yang lain.
Padahal menurut teori dan konsep keperawatan yang sudah dipelajari bahwa asuhan
keperawatan yang baik dan professional adalah asuhan keperawatan yang memberikan
pelayanan keperawatan yang bersifat care, holistik dan comprehensive.
Walaupun demikian ada beberapa keuntungan dari metode fungsional:
Perawat terampil untuk tugas tertentu
Perawat mudah memproleh kepuasan kerja setelah selesai tugas
Kekurangan tenaga yang kompeten dapat digantikan oleh tenaga yang tidak
berpengalaman untuk satu tugas.
Sedangkan kerugian penerapan metode ini adalah:
Pelayanan keperawatan terpilah-pilah atau tidak total sehingga proses keperawatan sulit
diterapkan.
Setelah selesai tugas, banyak melakukan tugas non keperawatan
Perawat melihat askep hanya sebagai keterampilan saja
Dengan melihat keuntungan dan kerugian diatas, kelompok kami menilai kalau metode
penugasan fungsional kurang tepat untuk diterapkan, tetapi metode penugasan yang tepat
dalam suatu ruang rawat adalah metode tim. Sebagai kepala ruangan baru, kelompok
kami akan merencanakan untuk mengganti metode fungsional yang dilaksanakan selama
ini dengan metode penugasan tim.
Metode tim adalah pengorganisasian pelayanan keperawatan oleh sekelompok perawat
untuk sekelompok kliem yang akan dipimpin oleh perawat yang berijazah, sudah
berpengalaman serta memiliki pengetahuan di bidang keperawatan serta kepemimpinan.
Metode tim ini memicu jiwa kepemimpinan dan keahlian bekerja dalam tim bagi
perawat.
Pertimbangan untuk tidak memilih metode penugasan lain, seperti metode primer,
moduler dan alokasi klien adalah karena metode-metode tersebut membutuhkan perawat
yang sangat professional yang menangani klien sepenuhnya, bahkan ada yang harus
bertangung jawab selama 24jam, hal tersebut akan memberikan perubahan yang sangat
drastis bagi para perawat yang sebelumnya merekan hanya mengerjakan satu tugas saja.
Jika dalam metode tim, perawat akan lebih mudah beradaptasi karena akan ada arahan
dari ketua tim.
Langkah-langkah yang akan dilakukan, antara lain:
Bermusyawarah dengan perwakilan perawat, kepala ruangan yang lama dan menejer
keperawatan mengenai metode penugasan baru yang akan ditawarkan yaitu metode tim.
Membandingkan SWOT pelaksanaan metode fungsional dan analisis SWOT metode tim.
Dengan menggunakan metode tim diharapkan perawat akan terpacu untuk melakukan
proses keperawatan dengan lebih baik. Perawat tidak bekerja seperti robot yang hanya
melaksanakan satu tugas tertentu saja, tetapi akan lebih memahami klienya dan
melakukan asuhan keperawatan dengan lebih teurapetik
Melakukan pembagian tugas yang jelas antara kepala ruangan, ketua tim dan anggota tim.
Anggota tim bertanggung jawab terhadap kliennya, tetapi berhak menerima bimbingan
dari ketua tim. Dengan demikian, tidak hanya klien yang akan puas karena diberi
pelayanan dengan baik dan terarah, tetapi perawat juga akan lebih puas karena
ketrampilannya akan meningkat dan mereka dapat melihat perkembangan kesembuhan
kliennya.
Bagan 1.
Struktur Metode Tim di Ruang X
Kesulitan dalam pembagian tugas karena keahlian para perawat belum merata. Dengan
menerapkan metode penugasan tim, maka keuntungannya adalah:
Kepuasan klien meningkat karena diberi pelayanan yang lebih baik.
RS menyediakan pelatihan untuk mendukung metode tim. --------------PENGORGANISASIAN DATA
Data Penunjang Data Penghambat Masalah
Perawat belum terbiasa dengan metode yang baru
Kesulitan dalam pembagian tugas karena keahlian para perawat belum merata.
Perawat mengeluh sulit beradaptasi dengan metode penugasan yang baru Butuh waktu
yang lama dalam rapat tim.
Memungkinkan terjadinya hambatan koordinasi dalam anggota tim.
Jika ketua tim tidak mampu mengatur penugasan anggota tim dengan baik maka
memungkinkan kembali ke metode fungsional.
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim
Planning of Action
Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim
Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran
Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.1 Mengadakan
evaluasi penerapan metode penugasan fungsional Membuat form penilaian evaluasi
penerapan metode penugasan fungsional 25 Maret- 4 April 2009
Kepala ruangan Seluruf staf perawat Tertulis Rp 10.000
Menggandakan form penilaian evaluasi penerapan metode penugasan fungsional
25 Maret- 4 April 2009
Tertulis Rp 8.500
Mengadakan proses evaluasi penerapan metode penugasan fungsional
April-Juni 2009 Observasi dan tertulis Mempresentasi hasil proses evaluasi penerapan metode penugasan fungsional Juni 2009
Manajer Perawat RS dan seluruh staf perawat ruang X Presentasi Rp 72.800
Planning of Action
Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim
Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran
Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.2 Meningkatkan
Planning of Action
Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim
Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran
Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.3 Mengatur
kembali pembagian shift seluruh staf perawat di ruang X Rumus menurut Douglas.
perawat=pasien derajat ketergantungan pasien
Jumlah klien di ruang X adalah 15 orang, dengan tingkat ketergantungan sbb:
Self care : 3 orang
Partial care : 8 orang
Total care : 5 orang
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan pershift adalah:
Shift pagi = 6 orang
Shift sore = 4 orang
Shift malam = 3 orang
Jumlah perawat dibagi menjadi 2 tim, antara lain:
Tim 1 (Box 1 dan 3)
Shift pagi = 3 orang
Shift sore = 2 orang
Shift malam = 1 orang (+ Katim)
Tim 2 (Box 2 dan 4)
Shift pagi = 3 orang
Shift sore = 2 orang
Shift malam = 2 orang 26 - 27 Maret 2009 Kepala ruangan Seluruh staf perawat Tertulis Planning of Action
Masalah: Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim
Objektif Uraian kegiatan Prosedur/ strategi Target waktu Penanggung jawab Sasaran
Metode Biaya
Adaptasi perubahan metode penugasan fungsional menjadi metode tim 1.4
Shift sore
Self care:
perawat = pasien derajat ketergantungan pasien
= 3 0,14
= 0,42
Partial care:
perawat = pasien derajat ketergantungan pasien
= 8 0,15
= 1,2
Total care:
perawat = pasien derajat ketergantungan pasien
= 5 0,3
= 1,5
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang X pada shift sore adalah 0,42 + 1,2 + 1,5
= 3,12 + 25% total shift sore = 3,12 + 0,78 = 3,9
Shift malam
Self care:
perawat = pasien derajat ketergantungan pasien
= 3 0, 07
= 0,21
Partial care:
perawat = pasien derajat ketergantungan pasien
= 8 0,1
= 0,8
Total care:
perawat = pasien derajat ketergantungan pasien
= 5 0,2
=1
Maka jumlah perawat yang dibutuhkan di ruang X pada shift malam adalah 0,21 + 0, 8 +
1 = 2,01 + 25% total shift malam = 2,01 + 0,503 = 2, 513
Dari hasil perhitungan jumlah perawat per shift, maka total perawat ideal yang
dibutuhkan di ruangan X adalah, sbb:
Total perawat = perawat shift pagi + perawat shift sore + perawat shift malam
= 4,47 + 3,12 + 2,01
= 9,6
maka pemenuhan kebutuhan tenaga perawat tidak bisa dalam waktu yang
singkat,sehingga dalam perencanaanya harus memperhatikan visi dari rumah sakit dan
visi bidang keperawatn,mempelajari faktor-faktor yang berkaitan pada yingkat makro
rumah sakit seperti : landasan hukum,target area,populasi dan data sekunder(data statistik
kesehatan),dan mempelajari hal-hal yang bersifat mikro rumah sakit seperti : analisis
situasi tenaga perawat,beban kerja perawat,da kinerja personal perawat.
B.
Analisis Situasi Tenaga Perawat di Rumah Sakit
.Dalam melakukan analisis situasi tenaga perawat di rumah sakit,ada sejumlah pertanyaan
yang harus dijawab oleh perencana tenaga perawat di rumah sakit.1.Apakah tenaga yang
ada saat ini sudah cukup ? umtuk itu perlu dilakukan analisis jumlah dan jenis tenaga
yang ada pada setiap unit perawatan di rumah sakit.Perlu dilakukan pengamatan yang
seksama terhadap beban kerja, jumlah tenaga, dan kompetensi yang ada.2.Perencana
harus dapat memprediksi situasi yang akan datang terutam terhadap perubahan tuntutan
jenis dan jumlah pelayanan kesehatan di masa datang.3.Merencanakan pelatihanpelatihan dan rotasi tenaga perawat untuk menyesuaikan beban kerja dan tuntutan
pelayanan di masa depan.4.Dilakukan analisis beban kerja tenaga perawat yang
ada.Beban kerja dapat dilihat atau dibandingkan antara jumlah tenaga dan volume kerja
yang harus dikerjakan pada satuan waktu tertentu.Pola bebean kerja biasanya pagi dan
siang hari lebih beasr dibandingkan sore dan malam hari bila dilihat dari kunjungan
pasien.5.melakukan inventarisasi keahlian personal yang ada sebagai informasi
manajemen untuk mengetahui jumlah personal profesional dan non profesional.6.Analisis
model kerja yang dilakukan oleh perawat/metoda yang digunakan dalam meberikan
asuhan keperawatan apakah metoda fungsional,metoda tim,metoda primer,atau metoda
sekunder(Yaslis Ilyas,200).
C.Analisis Kebutuhan Tenaga Perawat Di Rumah Sakit
Pada dasarnya semua metoda atau formula yang telah dikembangkan untuk menghitung
tenaga perawat di rumah sakit berakar pada beban kerja dan personal yang
berssangkutan. Hal ini telah banyakdilakukan penelitian-penelitian di luar negri oleh para
pakar keperawatan.Analisis kebutuhan tenaga perawat harus betul-betul direncanakan
dengan baik agar tidak dilakukan secara berulang-ulang karena akan mebutuhkan
waktu,biaya dan tenaga sehingga tidak efektif dan tidak efisien. Ada beberapa situasi
yang harus dipertimbangkan dalam kita melakukan analisis ketenagaan ini, antara lain :
1.Adanya perluasan rumah sakit sehingga berdampak pada penambahan atau perubahan
tempat tidur hal ini akan berdampak pada perubahan rasio kebutuhan tenaga
perawat.Apabila rumah sakit sudah merencanakan perluasan rumah sakit maka harus
direncanakan pula penambahan tenaga perawat.2.Adanya berbagai perubahan jenis
pelayanan dan fasilitas rumah sakit, yang akan berdampak pada peningkatan
Bed Occupancy Rate
(BOR),yang pada akhirnya perlu analisa situasi dan kebutuhan tenaga.Hal ini perlu
diantisipasi jauh sebelumnya sehingga pelayanan bisa terlaksana dengan
optimal.3.Adanya penurunan motivasi,penurunan prestsi kerja seperti : sering tidak
masuk kerja,datang terlambat,penyelesaian pekerjaan semakin lambat. Hal ini bisa terjadi
karena : pimpinan kurang memperhatikan bawahan,tidak ada reward,kerja yang ketat dan
dan beban kerja yang berat serta tenaga yang kurang.Bila hal ini sudah terjadi maka perlu
4.Cara Gillies
Gillies (1989) mengemukakan rumus kebutuhan teanaga keperawatan di satuy unit
perawatan adalagh sebagai berikut:Keterangan :A = rata-rata jumlah
perawatan/pasien/hariB = rata-rata jumlah pasien /hariC= Jumlah hari/tahunD = Jumlah
hari libur masing-masing perawatE = jumlah jam kerja masing-masing perawatF =
Jumlah jam perawatan yang dibutuhkan per tahunG = Jumlah jam perawatan yang
diberikan perawat per tahunH = Jumlah perawat yang dibutuhkan untuk unit tersebut
Prinsip perhitungan rumus Gillies
:Dalam memberikan pelayanan keperawatan ada tiga jenis bentuk pelayanan, yaitu:a.
Perawatan langsung
, adalah perawatan yang diberikan oleh perawat yang ada hubungan secara khusus
dengan kebutuhan fisik, psikologis, dan spiritual. Berdasarkan tingkat ketergantungan
pasien padfa perawat maka dapat diklasifikasikan dalam empat kelompok, yaitu: self
care, partial care, total care dan intensive care. Menurut Minetti Huchinson (1994)
kebutuhan keperawatan langsung setiap pasien adalah empat jam perhari sedangkan
untuk:* self care dibutuhkan x 4 jam: 2 jam* partial care dibutuhkan x 4 jam: 3 jam*
Total care dibutuhkan 1- 1 x 4 jam: 4-6 jam* Intensive care dibutuhkan 2 x 4 jam: 8
jamb.
Perawatan tak langsung,
meliputi kegiatan-kegiatan membuat rencana perawatan, memasang/ menyiapkan alat,
,konsultasi dengan anggota tim, menulis dan membaca catatan kesehatan, melaporkan
kondisi pasien. Dari hasil penelitian RS Graha Detroit (Gillies, 1989, h 245) = 38 menit/
klien/ hari, sedangkan menurut Wolfe & Young (Gillies, 1989, h. 245) = 60 menit/ klien/
hari dan penelitian di Rumah Sakit John Hpokins dibutuhkan 60 menit/ pasien (Gillies,
1994)c.
Pendidikan kesehatan
yang diberikan kepada klien meliputi: aktifitas, pengobatan serta tindak lanjut
pengobatan. Menurut Mayer dalam Gillies (1994), waktu yang dibutuhkan untuk
pendidikan kesehatan ialah 15 menit/ klien/ hari.-Rata-rata klien per hari adalah jumlah
klien yang dirawat di suatau unit berdsasarkan rata-ratanya atau menurut Bed
Occupancy Rate (BOR) dengan rumus:
Jumlah hari perawatan rumah sakit dalam waktu tertentu
x 100%
Jumlah tempat tertentu x 365
-Jumlah hari pertahun, yaitu 365 hari-Hari libur masing-masing perawat pertahun, yaitu
128 hari, hari minggu= 52 hari dan hari sabtu = 52 hari. Untuk hari sabtu tergantung
kebijakan RS setempat, kalau ini merupakan hari libur maka harus diperhitungkan, begitu
juga sebaliknya, hari libur nasional = 12 hari dan cuti tahunan = 12 hari.-Jumlah jam
kerja tiap perawat adalah 40 jam per minggu (kalau hari kerja efektif 5 hari maka 40/5 =
8 jam, kalu hari kerja efektif 6 hari per minggu maka 40/6 jam = 6,6 jam perhari)-Jumlah
tenaga keperawatan yang dibutuhkan di satu unit harus ditambah 20% (untuk antisiapasi
kekurangan/ cadangan)
Contoh perhitungannya:
Dari hasil observasi dan sensus harian selama enam bulan di sebuah rumah sakit A yang
berkapasitas tempat tidur 20 tempat tidur, didapatkan jumlah rata-rata klien yang dirawat
(BOR) 15 orang perhari. Kriteria klien yang dirawat tersebut adalah 5 orang dapat
melakukan perawatan mandiri, 5 orang perlu diberikan perawatan sebagian, dan 5 orang
lainnya harus diberikan perawatan total. Tingkat pendidikan perawat yaitu, SPK dan D III
Keperawatan. Hari kerja efektif adalah 6 hari perminggu. Berdasarkan situasi tersebut
maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga perawat di ruang tersebut adalah
sbb:a.Menetukan terlebih dahulu jam keperawatan yang dibutuhkan klien perhari, yaitu: keperawatan langsung-keperawatan mandiri 5 orang klien: 5 x 2 jam =
10 jamkeperawatan parsial 5 orang klien: 5 x 3 jam =
15 jam-keperawatan total 5 orang
klien: 5 x 6 jam =
30 jam- keperawatan tidak langsung 15 orang klien: 5 x 1 jam =
15 jam-penyuluhan kesehatan 15 orang klien: 15 x 0,25 jam = 3,75 jam
total jam keperawatan secara keseluruhan 73,75 jamb.Menetukan jumlah jam
keperawatan per klien per hari = 73,75 jam / 15 klien = 4,9 jamc.Menetukan jumlah
kebutuhan tenaga keperawatan pada ruangan tersebut adalah klangsung dengan
menggunakan rumus (Gillies, 1989) diatas, sehingga didapatkan hasil sbb:d.Menentukan
jumlah kebutuhan tenaga keperawatan yang dibutuhkan perhari, yaitu:e.Menentukan
jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per shift, yaitu dengan ketentuan menurut
Warstler ( dalam Swansburg, 1990, h. 71). Proporsi dinas pagi 47%, sore 36%, dan
malam 17%. Maka pada kondisi di atas jumlah tenaga keperawatan yang dibutuhkan per
shift adalah:-shift pagi: 5,17 orang (5 orang)-shift sore: 3,96 orang (4 orang)-shift malam:
1, 87 orang (2 orang)f.Kombinasi jumlah tenaga menurut Intermountain Health Care Inc.
adalah:-58% = 6,38 (6 orang) S I keperawatan-26% = 2,86 (3 orang) D III keperawatan16% = 1,76 (2 orang) SPK
Kombinasi menurut Abdellah dan Levinne adalah:-55% = 6,05 (6 orang) tenaga
professional-45% = 4,95 (5 orang) tenaga non professional
5.Cara Swansburg (1999)
Jumlah rata-rata pasien/ hari x jumlah perawat/ pasien/ hari
Jam kerja/ hariContoh: Pada rumah sakit A, jumlah tempat tidur pada unit Bedah 20
buah, rata-rata pasien perhari 15 orang, jumlah jam perawatan 5 jam/ pasien/ hari, dan
jam kerja 7 jam/hari
Cara menghitung
Jumlah perawat yang dibutuhkan adalah: Jumlah shift dalam seminggu: 11 x 7 = 77
shiftBila jumlah perawat sama setiap hari dengan 6 hari kerja/ minggu dan 7 jam/ hari
maka jumlah perawaty yang dibuthkan = 77 : 6 = 12,83 atau
13 orang.6.Metoda Formulasi Nina
Nina (1990) menggunsksn lima tahapan dalam menghitung kebutuhan tenaga.
Contoh pengitungannya:
Hasil observasi terhadap RS A yang berkapasitas 300 tempat tidur, didapatrkan jumlah
rata-rata klien yang dirawat (BOR) 60 %, sedangkan rata-rata jam perawatan adaalah 4
jam perhari. Berdasarkan situasi tersebut maka dapat dihitung jumlah kebutuhan tenaga
perawat di ruang tersebut adalah sbb:
Tahap IDihitung A = jumlah jam perawatan klien dalam 24 jam per klien. Dari contoh
diatas A= 4 jam/ hari
Tahap IIDihitung B= jumlah rata-erata jam perawatan untuk sekuruh klien dalam satu
hari. B = A x tempat tidur = 4 x 300 = 1200
Tahap IIIDihitung C= jumlah jam perawatan seluruh klien selama setahun. C= B x 365
hari = 1200 x 365 = 438000 jam
Tahap IVDihitung D = jumlah perkiraan realistis jam perawatan yang dibutuhkan selama
setahun.
D= C x BOR / 80 = 438000 x 180/ 80 = 985500
Nilai 180 adalah BOR total dari 300 klien, dimana 60% x 300 = 180. Sedangkan 80
adalah nilai tetap untuk perkiraan realistis jam perawatan.
Tahap VDidapat E= jumlah tenaga perawat yang dibutuhkan.E= 985500/ 1878 = 524,76
(525 orang)
Angka 1878 didapat dari hari efektif pertahun (365 52 hari minggu = 313 hari) dan
dikalikan dengan jam kerja efektif perhari (6 jam)
7.Metoda hasil Lokakarya Keperawatan
Menurut hasil lokakarya keperawatan (Depkes RI 1989), rumusan yang dapat digunakan
untuk perhitungan kebutuhan tenaga keperawatan adalah sebagai berikutJam perawatan
24 jam x 7 (tempat tidur x BOR)
+ 25% Hari kerja efektif x 40 jamPrinsip perhitungan rumus ini adalah sama dengan
rumus dari Gillies (1989) diatas, tetapi ada penambahan pada rumus ini yaitu 25% untuk
penyesuaian ( sedangkan angka 7 pada rumus tersebut adalah jumlah hari selama satu
minggu).
8.Standar ketenagaan Perawat dan Bidan di Rumah Sakit
Pedoman cara perhitungan kebutuhan tenaga perawat dan bidan menurut direktorat
pelayanan keperawatan Dirjen Yan-Med Depkes RI (2001) dengan memperhatikan unit
kerja yang ada pada masing-masing rumah sakit. Model pendekatan yang digunakan
adalah sebagai berikut :
a.Rawat inap
berdasarkan klasifikasi pasien cara perhitungannya berdasarkan :
jam kerja efektif tiap perawat atau bidan 7 jam per hari
Contoh perhitungannya
NoJenis kategoriRata-rata pasien/ hari
Rata-rata jam perawatan pasien / hari *
Jumlah jam perawatan/ hari (cx d)Abcde12345
Dasar penghitungan tenaga di kamar operasi :-jumlah dan jenis operasi - jumlah
kamar operasi
- Pemakain kamar operasi (diprediksi 6 jam perhari) pada hari kerja
- Tugas perawat di kamar operasi: instrumentator, perawat sirkulasi (2 orang/ im)
Tingkat ketergantungan pasien:a.Operasi besar: 5 jam/ operasib.Operasi sedang: 2 jam/
operasic.Operasi kecil: 1 jam / operasi
( Jml. Jam perawatan/ hari x jml. Operasi)
x jml perawat dlm tim
x2
jam kerja efektif/ hari
Contoh kasus:
Dalam satu rumah sakit terdapat 30 operasi perhari, dengan perincian:operasi besar: 6
orang; operasi sedang: 15 orang; operasi kecil: 9 orang
cara penghitungan:
{(6 x 5 jam) + (15 x 2) + (9 x 1)}
x 2 = 19,71 + 1 (perawat cadangan inti)
7 jam
c.Di Ruang Penerimaan
Ketergantungan pasien di ruang penerimaan: 15 menitKetergantungan di RR: 1 jam1,15 x
30
= 4,92 orang (dibulatkan 5 orang) 7Perhitungan diatas dengan kondisi: alat tenun dan set
operasi dipersiapkan oleh CSSD.
d.Jumlah tenaga di Instalasi Gawat Darurat
Dasar perhitungan di gawat darurat adalah:
Waktu yang diperlukan untuk pertolongan persalinan mencakup kala I s.d. kala
IV = 4 jam/ pasien
Jam efektif kerja bidan 7 jam/ hari
Rata-rata jumlah pasien
setiap hari = 10 orangContoh: jumlah bidan yang diperlukan adalah:10 x 4 jam
= 40
= 5,7 = 6 orang + loss day ( 78
x 1,6 ) = 6 + 2 = 8 orang 7 jam/hr 7
286
E. Penutup
Salah satu aspek yang sangat penting untuk mencapai pelayanan keperawatan yang
bermutu adalah tersedianya tenaga keperawatan yang sesuai dengan situasi dan
kebutuhan baik kuantitas maupun kualitasnya. Untuk itu diperlukan perencanaan yang
baik dalam menetukan pengembangan tenaga perawat.Perencanaan yang salah bisa
mengabitkan kekurangan tenaga atau kelebihan tenaga, bila tenaga berlebih akan
mengakibatkan kerugian pada rumah sakit, dan apabila tenaga kurang bisa
mengakibatkan beban kerja yang tinggi sehingga kualitas pelayanan akan menurun. Bila
kualitas pelayanan menurun bisa berdampak pada kunjungan pasien akan menurun dan
ini akan mengakibatkan income rumah sakit menurun dan seterusnya bisa membuat
kesejahteraan karyawan juga menurun.
Manajer keperawatan dituntut untuk bisa merencanakan jumlah tenaga oerawat yang
betul-betul sesuai dengan kebutuhan yang real, sehuingga mutu pelayanan dapat terjamin.
Disamping itu manajer harus mempunyai visi dan misi sesuai dengan visi dan misi rumah
sakit. Dalam setuiap pengambilan keputusan harus betul-betul mempertimbangkan
berbagai aspek, baik aspek mikro maupun aspek makro rumah saikit.Pendekatan
perhitungan tenaga yang dibahas dalam makalah ini mudah-mudahan dapat membantu
para manajer keperawatan di rumah sakit dalam merencanakan penambahan tenaga
keperawatan.
http://www.scribd.com/doc/8537398/Analisis-Kebutuhan-Tenaga-Perawatan-RumahSakit
http://www.google.co.id/search?hl=id&client=firefox-a&channel=s&rls=org.mozilla
%3Aen-US
%3Aofficial&hs=ynZ&q=perhitungan+tenaga+perawat+menurut+gillies&btnG=Telusuri
&meta=&aq=f&oq=