Penulis
Dewi Ayu Pratiwi¹, Dinda Asmara², Khaula Nur Aliya³, Ratri Utami⁴, Shintayu⁵, Syifa Aulia⁶
Data Penulis
1. Dewi Ayu Pratiwi: Mahasiswa S1 Reguler FIK UI Angkatan 2015, 1506758355,
dewiayuprtw@gmail.com
2. Dinda Asmara: Mahasiswa S1 Reguler FIK UI Angkatan 2015, 1506732173,
dindasmara@gmail.com
3. Khaula Nur Aliya: Mahasiswa S1 Reguler FIK UI Angkatan 2015, 1506690441,
aliya0102@gmail.com
4. Ratri Utami: Mahasiswa S1 Reguler FIK UI Angkatan 2015, 1506690031,
ratriutamii4@gmail.com
5. Shintayu Pramesranni Anazky Putri Sudibyo: Mahasiswa S1 Reguler FIK UI Angkatan
2015, 1506758286, shintayusudibyo@gmail.com
6. Syifa Aulia: Mahasiswa S1 Reguler FIK UI Angkatan 2015, 1506727652,
syifauliaa39@yahoo.com
Abstrak
Rumah sakit menjadi salah satu aset utama di Indonesia. Rumah sakit menyediakan pelayanan kesehatan kepada
masyarakat diantaranya pelayanan keperawatan. Tanggung jawab yang besar bagi perawat untuk memberikan
pelayanan keperawatan yang terbaik. Pelayanan keperawatan harus diimbangi dengan manajemen keperawatan yang
baik mengingat beban kerja yang tinggi pada perawat. Namun, tidak semua rumah sakit memiliki manajemen
keperawatan yang baik terutama pada fungsi pengorganisasian dalam pemberian asuhan keperawatan. Maka dari itu,
perlu dilakukan pengkajian manajemen keperawatan pada rumah sakit. Metode yang digunakan pada penulisan ini
adalah wawancara dan observasi pada ruang Pafio B di RSUD Bogor. Hasil pengamatan yang didapatkan oleh penulis
adalah ditemukannya komponen manajemen keperawatan yang belum terpenuhi. Komponen tersebut adalah fungsi
pengorganisasian, pembagian tugas, dan pengelompokkan staf di ruangan. Oleh karena itu, rumah sakit sakit perlu
memperbaiki kembali manajemen keperawatan di setiap ruangan dengan tujuan pelayanan keperawatan yang
diberikan pada pasien dapat lebih baik.
1
2
yang baik. Salah satu bagian dari manajemen Mengingat pentingnya manajemen
keperawatan adalah pengorganisasian. keperawatan dalam rumah sakit, sudah
Pengorganisasian ini bertujuan untuk seharusnya mahasiswa keperawatan
melakukan tugas dan tanggung jawab yang mempelajari mengenai pengorganisasian dan
efektif antara perorangan dan kelompok metode penugasan ini. Salah satu ruangan di
(Marquis & Huston, 2012). Menentukan jalur rumah sakit daerah yaitu RSUD Bogor
komunikasi dan koordinasi yang efektif juga menganut pada metode penugasan tim.
merupakan tujuan dari organisasi. Hal ini Harapan dari mempelajari ini adalah
berguna untuk pengambilan keputusan secara mahasiswa dapat mengetahui kerugian dan
tepat dan anitipasi dengan berbagai perubahan keuntungan dari metode yang digunakan pada
yang mungkin nantinya akan terjadi. rumah sakit tersebuh. Sehingga kedepannya
mahasiswa dapat lebih kritis jika masuk ke
Dalam rumah sakit terdapat 4 prinsip
dalam dunia pekerjaan dan dapat
dalam pengorganisasian yaitu rantai
menyesuaikan metode penugasan yang baik
komando, kesatuan komando, span of
dan sesuai dengan kondisi perawatnya.
management control dan spesialisasi
(Marquis & Huston, 2012). Dalam Hasil dan Pembahasan
menjalankan perannya, perawat juga Pembahasan Hasil wawancara :
memerlukan metode penugasan yang berguna
Ruang Pafio B di RSUD Bogor
mempermudah pekerjaan. Metode-metode
memiliki ruangan sebanyak 12 ruangan
tersebut diantaranya metode penugasan
dengan 4 tempat tidur disetiap ruangan.
fungsional, metode penugasan tim, metode
Pembagian ruangan di ruang rawat Pafio B
manajemen kasus dan metode keperawatan
terdiri dari kamar rawat inap bedah, non
primer.
bedah, isolation airbone, dan dua kamar
Pada RSUD Bogor sendiri memiliki isolasi yang terletak di belakang ruangan,
komponen yang masih kurang dari yang telah dimana ruangan tersebut termasuk kedalam
dikemukakan di atas. Komponen tersebut rawat inap kelas III. Ruangan ini memiliki
yaitu fungsi pengorganisasian dan pembagian satu nurse stasion yang terletak dibagian
tugas dalam bekerja. Hal ini tentu jika paling depan.
dilakukan terus menerus akan berdampak
Metode Penugasan
pada efektifitas para pekerja. Seharusnya,
perawat terbagi dengan perorganisasian yang Metode penugasan yang digunakan di
baik sehingga alur birokrasi dalam ruang rawat ini adalah metode penugasan
menjalankan peran dapat terlaksana dengan TIM yang terdiri dari 2 tim yaitu tim A
baik. (bertugas untuk mengelola ruangan dibagian
3
kiri) dan tim B (bertugas untuk mengelola Perawatan yang komprehensif dapat diberikan
ruangan dibagian kanan). Setiap TIM untuk pasien melalui komunikasi tim yang
berjumlah 10 orang perawat dengan satu luas, idealnya satu perawat bertanggung
kepala TIM. Pada setiap shift, hanya ada 6 jawab pada tiga pasien.
perawat yang berjaga yang artinya setiap shift
Prinsip Pengorganisasian dalam Asuhan
di tim A dan tim B hanya memiliki 3 orang
Keperawatan
perawat yang bertugas. Sedangkan ketua tim
hanya hadir pada shift pagi. Terdapat 4 prinsip dalam melakukan
fungsi pengorganisasian yaitu: rantai
Pada dasarnya, model manajemen
komando, kesatuan komando, rentang
keperawatan yang ada, setiap ruangan/unit
kendali, dan spesialisasi. Pada pelayanan
perawatan dapat mempertimbangkan
keperawatan pada pasien fungsi
kemungkinan penerapan dari salah satu model
pengorganisasian dapat terlihat dari hubungan
di atas berdasarkan prinsip pemilihan
antara pasien dan perawat. Hal ini dapat
penugasan yang tepat, efektif, dan efisien.
terlihat dari apakah pasien mengetahui
Prinsip dalam pemilihan model manajemen
perawat yang bertugas saat itu dan apakah
keperawatan yaitu pertimbangan jumlah
pasien mematuhi perawat sebagai komando
tenaga, kualifikasi staf dan klasifikasi pasien.
dalam melakukan perawatan.
Hal ini juga dijadikan sebagai landasan
RSUD Pasar Minggu untuk menentukan Operan yang digunakan untuk
metode penugasan dengan metode tim. penukaran informasi dan pergantuan
tanggung jawab dari perawat shidft saat itu
Kekurangan staf perawat profesional
dan perawat shift sebelumnya. Setiap selesai
di tahun 1950-an, menghasilkan
melakukan operan di shift pagi, Katim dan
perkembangan sistem perawatan pasien, yaitu
para perawat pelaksana akan berkeliling
“Team Nursing”. Menurut Marquis dan
mengecek kondisi pasien dan juga
Huston (2012), personil tambahan
memberitahu pasien siapa perawat yang
berkolaborasi dalam memberikan pelayanan
berjaga selanjutnya. Pasien juga mengetahui
kepada sekelompok pasien di bawah arahan
peran perawat yang berjaga, seperti
seorang perawat profesional dalam team
membantu memasang dan mengganti infus,
nursing. Sebagai pemimpin tim, perawat
memberikan medikasi, serta edukasi
bertanggung jawab untuk mengetahui kondisi
mengenai hal yang masih belum dipahami.
dan kebutuhan semua pasien untuk ditugaskan
Namun, pasien menilai bahwa kinerja perawat
tim dan untuk merencanakan perawatan
cenderung lambat dan pasien harus berkali-
individu (Marquis& Huston, 2012).
4
Kesimpulan