ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM SECTIO CAESAREA
MAKALAH
oleh :
Nabilah Auliya (1701021031)
Dwi Nuzulia Rahmi (1701021041)
Erin Nur Cahyanti (1701021027)
Indah Kartika Sari (1701021028)
Samsul Arifin (1701021029)
2019
1
KATA PENGANTAR
ii
DAFTAR ISI
HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2
A. Konsep Medis .............................................................................................. 2
1. Definisi ......................................................................................................... 2
2. Etiologi (Wijaya, 2017) ................................................................................ 2
3. Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria (Robbah, 2014) ............................ 4
4. Klasifikasi Operasi Sectio Caesarea (SC) (Wijaya, 2017) ........................... 4
5. Komplikasi ................................................................................................... 6
6. Patofisiologi ................................................................................................. 6
7. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 7
8. Penatalaksanaan (Wijaya, 2017) .................................................................. 7
B. Konsep Keperawatan ..................................................................................... 11
1. Pengkajian .................................................................................................. 11
2. Diagnosis Keperawatan .............................................................................. 12
3. Intervensi .................................................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................. 20
A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
B. Saran ........................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 22
iii
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Setiap wanita, pastinya menginginkan persalinannya berjalan lancar.
Mereka dapat memutuskan persalinan yang menurut mereka baik. Proses
persalinan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu persalinan melalui vagina (normal)
dan persalinan secara Sectio Caesaria (SC), yaitu tindakan pembedahan pada
dinding perut hingga dinding rahim dengan ketentuan berat janin diatas 500
gram dan janin dalam kondisi utuh. Umumnya, tindakan SC diambil karena
adanya indikasi janin atau ibu yang mangalami kelainan, misalnya
disproporsi sepalopelvik, prolapus tali pusat, mal presentase janin atau ketak
janin lintang (Ismail, 2017).
Rasa nyeri yang didapatkan setelah SC dapat menimbulkan stressor
dimana ibu akan berespon secara biologis yang menimbulkan respon perilaku
fisik dan psikologis. Berdasarkan hal tersebut, perlunya perawatan setelah SC
untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu, misalnya membantu ibu untuk
melakukan pergerakan agar nyeri dapat berkurang(Agustini & Danefi, 2016).
Namun, beberapa ibu lebih memilih untuk tidak bergerak karena takut nyeri
bertambah. Selain nyeri, ada beberapa masalah keperawatan yang muncul
setelah dilakukannya SC, untuk itu perlunya asuhan keperawatan untuk ibu
post SC (Metasari & Sianipar, 2018).
B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan post partum SC
2. Tujuan Khusus
a. Mempelajari definisi post partum SC
b. Menyebutkan etiologi post partum SC
c. Menyebutkan manifestasi post partum SC
d. Menyebutkan klasifikasi dan komplikasi SC
e. Mempelajari patofisiologi SC
f. Mempeljari pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan SC
g. Mempelajari asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum SC
1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Partus sectio caesarea (SC) adalah proses melahirkan janin melalui
jalur abdominal dengan laparotomi yang selanjutnya memerlukan insisi ke
dalam uterus dengan histerotomi (Durotunnisa, 2017).
Sectio caesarea atau bedah sesar adalah suatu persalinan buatan,
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram (Wijaya, 2017).
2. Etiologi (Wijaya, 2017)
a. Indikasi Mutlak
1) Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
b) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adanya
stimulus
c) Adanya tumor pada jalan lahir sehingga terjadi obstruksi
d) Stenosis atau penyempitan yang terjadi pada serviks atau vagina
e) Plasenta previa
f) Disproporsisi sevalopelvik, janin besar dan panggul ibu sempit
g) Ruptur uteri
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak (Robbah, 2014)
a) Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea
adalah jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan
segala letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa.
Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan
sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan
cara lain.
b) Letak belakang
2
3
5. Komplikasi
a. Infeksi Puerpuralis
1) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi
atau perut sedikit kembung
3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu
lama.
b. Pendarahan disebabkan karena :
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia Uteri
3) Pendarahan pada placenta bled
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan
sesudah sectio caesarea klasik.
6. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
7
2) Jika ada tanda infeksi, atau jika sectio caesarea karena partus macet
atau rupture uteri, tunggu sampai bising usus timbul.
3) Jika klien bisa flatus mulai berikan makanan padat.
4) Pemberian infus diteruskan hingga klien dapat minum dengan baik.
5) Jika pemberian infus melebihi 48 jam berikan cairan elektrolit untuk
keseimbangan cairan seperti kalium klorida 40 mg.
6) Sebelum keluar dari rumah sakit pastikan klien dapat minum dan
makan biasa.
c. Perawatan Luka
Perawatan luka diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
yang berlebih dan menghindari terjadinya infeksi. Sectio caesarea
merupakan pembedahan bersih. Prinsip dalam pemberian perawatan luka
adalah pembersihan, penutupan dan perlindungan luka.
d. Analgesik
Pemberian analgesik sangat penting untuk mengurangi rasa nyeri.
e. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
f. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
g. Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
9
B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan,
agam, alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan
umum tanda vital.
b. Keluhan utama
1) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
c. Data Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Riwayat penyakit sekarang, yaitu berhubungan dengan keluhan atau
yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini
dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu, kita mengkaji penyakit yang lain yang
dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya apakah pasien
pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
d. Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-
kira 600-800 mL
2) Integritas ego
Menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai
wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
3) Makanan dan cairan
12
3. Intervensi
a. Preo Operasi Sc
Diagnosa Kep. NOC NIC
Kurang Kowlwdge : disease process Kaji tingkat
pengetahuan Kowledge : health Behavior pengetahuan pasien dan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan keluarga
dengan tidak keperawatan selama …. pasien Jelaskan patofisiologi
mengenal sumber menunjukkan pengetahuan dari penyakit dan
informasi tentang proses penyakit dengan bagaimana hal ini
penyakit kriteria hasil: berhubungan dengan
- Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi,
menyatakan pemahaman dengan cara yang tepat.
tentang penyakit, kondisi, Gambarkan tanda dan
prognosis dan program gejala yang biasa
pengobatan muncul pada penyakit,
- Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu melaksanakan Gambarkan proses
prosedur yang dijelaskan penyakit, dengan cara
secara benar yang tepat
- Pasien dan keluarga Identifikasi
mampu menjelaskan kemungkinan
kembali apa yang penyebab, dengan cara
dijelaskan yang tepat
perawat/timkesehatan Sediakan informasi
lainnya pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
Eksplorasi
kemungkinan sumber
14
anti cemas:........
b. Intra Operasi Sc
C. WOC SC
Etiologi SC
Tindakan SC
Resiko
Adaptasi post partum Anastesi Insisi infeksi
Perdarahan Luka
Psikologi Fisiologis Penurunan syaraf
s
simpatis
laktasi involusi Devisit Volume
Gg. Perfusi Inkontiunitas jar.
Immobilitas cairan
jaringan Pmbl. Darah,
Prolaktin saraf
meningkat
Devisit
Produksi ASI Intoleransi Histamin dan
perwatan diri
meningkat aktivitas prostaglandin
Nyeri
meningkat
Hisapan Obsipasi
meningkat Gangguan rasa
nyaman
Menyusui infektif
BAB III
PENUTUP
a. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan:
1. SC adalah tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin melalui
permukaan abdominal dengan insisi.
2. Penyebab dilakukannya SC adalah keputusan ibu berdasarkan indikasi
medis atau non medis
3. Manifestasi dari post partum SC diantaranya nyeri, adanya luka, terjadi
kontraksi pada uteri, kehilangan darah kurang lebih 600-800cc, perubahan
emosi, terpasang kateter urinarius, auskultasi bising usus tidak terdengar
atau samar, p e n g a r u h a n e s t e s i d a p a t m e n i m b u l k a n m u a l d a n
m u n t a h , status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler, pada kelahiran
secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur,
bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
4. Klasifikasi persalinan SC, diantaranya sectio transperitonealis profunda
(insisi melinang di bawah uteri), sectio caesarea klasik (insisi mengikuti
panjang korpus), SC peritonium (tanpa membuka peritonium), SC
histeriktomi (perluasan tunggul serviks).
5. Komplikasi diantaranya karena infeksi peurpuralis yang ditandai dengan
ileus paralitik, sepsis, dan kenaikan suhu; perdarahan disesbabkan oleh
atonia uteri.
6. Patofisiologi post partum SC, etiologi yang mengakibatkan dilakukannya
SC. Saat dilakukan SC, ibu diberikan anestesi untuk menghilangkan rasa
sakit hingga ibu tidak sadar, setelah diberikannya anestesi selanjutnya
dilakukannya pebedahan dengan insisi di permukaan abdmen. Berdasarkan
penatalaksanaan tersebut, nantinya akan muncul masalah-masalah
keperawatan contohnya nyeri, perdarahan dan sebagainya.
7. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya, pemeriksaan
hemoglobin dan hematokrit, pemeriksaan infeksi, pemeriksaan golongan
darah.
8. Penatalaksanaan SC lebih cenderung pada perawatan nyeri, perawatan
luka, pemberian obat dan lain sebagainya.
20
21
b. Saran
1. Pasien
Pasien diharapkan dapat memberikan keputusan untuk persalinan
apabila tidak ada indikasi SC. Keputusan untuk melakukan SC untuk ibu
yang seharusnya dapat melakukan persalinan normal adalah keputusan
yang kurang tepat, karena tindakan SC memiliki resiko lebih tinggi
daripada persalinan normal. Beberapa ibu hamil, diharpkan dapat
melakukan perawatan kehamilan atau ante natal care untuk mencegah
masalah kehamilan, sehingga ibu dapat melakukan persalinan normal.
2. Keluarga Pasien
Keluarga pasien diharapkan memberikan dukungan untuk pasien, karena
segala bentuk dukungan akan memengaruhi proses persalinan.
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik,
sehingga tidak terjadi komplikasi pada pasien.
4. Perawat
Perawat diharapkan dapat memberikan edukasi antenatal care untuk
mencegah persalinan tidak normal, sehingga tidak membahayakan ibu dan
bayi.
Daftar Pustaka
Ismail, N. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Sectio
Caesarea (SC) Dengan Presentasi Indikasi Bokong di Ruang Bugenvil di
RSUD Dr. Soedirman Kebumen. STIKES Muhammadiyah : Gombong.
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id. Diakses pada 6 Mei 2019 pukul 18.45
WIB
22