Anda di halaman 1dari 25

HALAMAN JUDUL

ASUHAN KEPERAWATAN
POST PARTUM SECTIO CAESAREA

MAKALAH

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah


KEPERAWATAN MATERNITAS
Yang dibina oleh Diyan Indriyani, M.Kep., Sp.Kep.Mat.

oleh :
Nabilah Auliya (1701021031)
Dwi Nuzulia Rahmi (1701021041)
Erin Nur Cahyanti (1701021027)
Indah Kartika Sari (1701021028)
Samsul Arifin (1701021029)

PROGRAM STUDI DIPLOMA III KEPERAWATAN

FAKULTAS ILMU KESEHATAN

UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH JEMBER

2019

1
KATA PENGANTAR

Assalamualaikum Warahmatullahi Wabarakatuh.


Alhamdulillahirabbilalamin, segala puji bagi Allah yang telah membantu
kami dalam menyelesaikan Tugas mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah
tentang “Asuhan Keperawatan Ibu Post Partum Sectio Caesarea” ini dengan
penuh kemudahan. Tanpa pertolongan-Nya mungkin kami tidak akan sanggup
menyelesaikan makalah ini dengan baik. Shalawat serta salam juga semoga selalu
tercurah limpahkan kepada Baginda tercinta Nabi Muhammad SAW.
Tugas ini dibuat berdasarkan tugas yang diberikan oleh Dosen
Pembimbing saya, Ibu Diyan Indriyani, M.Kep., Sp. Kep. Mat. Semoga tugas ini
dapat memenuhi nilai mata kuliah Keperawatan Medikal Bedah, walaupun kami
menyadari makalah ini masih jauh dari kata sempurna . Oeh karena itu, kritik dan
saran dari bapak sangat kami harapkan. Terima kasih.
Wassalamualaikum Warahmatullah Wabarakatuh.

Jember, April 2019

ii
DAFTAR ISI

HALAMAN JUDUL............................................................................................... 1
KATA PENGANTAR ............................................................................................ ii
DAFTAR ISI .......................................................................................................... iii
BAB I ...................................................................................................................... 1
PENDAHULUAN .................................................................................................. 1
A. Latar Belakang ............................................................................................. 1
B. Tujuan .......................................................................................................... 1
BAB II ..................................................................................................................... 2
TINJAUAN PUSTAKA ......................................................................................... 2
A. Konsep Medis .............................................................................................. 2
1. Definisi ......................................................................................................... 2
2. Etiologi (Wijaya, 2017) ................................................................................ 2
3. Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria (Robbah, 2014) ............................ 4
4. Klasifikasi Operasi Sectio Caesarea (SC) (Wijaya, 2017) ........................... 4
5. Komplikasi ................................................................................................... 6
6. Patofisiologi ................................................................................................. 6
7. Pemeriksaan Penunjang ............................................................................... 7
8. Penatalaksanaan (Wijaya, 2017) .................................................................. 7
B. Konsep Keperawatan ..................................................................................... 11
1. Pengkajian .................................................................................................. 11
2. Diagnosis Keperawatan .............................................................................. 12
3. Intervensi .................................................................................................... 13
BAB III ................................................................................................................. 20
PENUTUP ............................................................................................................. 20
A. Kesimpulan ................................................................................................ 20
B. Saran ........................................................................................................... 21
Daftar Pustaka ....................................................................................................... 22

iii
BAB I
PENDAHULUAN

A. Latar Belakang
Setiap wanita, pastinya menginginkan persalinannya berjalan lancar.
Mereka dapat memutuskan persalinan yang menurut mereka baik. Proses
persalinan dibagi menjadi 2 bagian, yaitu persalinan melalui vagina (normal)
dan persalinan secara Sectio Caesaria (SC), yaitu tindakan pembedahan pada
dinding perut hingga dinding rahim dengan ketentuan berat janin diatas 500
gram dan janin dalam kondisi utuh. Umumnya, tindakan SC diambil karena
adanya indikasi janin atau ibu yang mangalami kelainan, misalnya
disproporsi sepalopelvik, prolapus tali pusat, mal presentase janin atau ketak
janin lintang (Ismail, 2017).
Rasa nyeri yang didapatkan setelah SC dapat menimbulkan stressor
dimana ibu akan berespon secara biologis yang menimbulkan respon perilaku
fisik dan psikologis. Berdasarkan hal tersebut, perlunya perawatan setelah SC
untuk mengurangi rasa nyeri pada ibu, misalnya membantu ibu untuk
melakukan pergerakan agar nyeri dapat berkurang(Agustini & Danefi, 2016).
Namun, beberapa ibu lebih memilih untuk tidak bergerak karena takut nyeri
bertambah. Selain nyeri, ada beberapa masalah keperawatan yang muncul
setelah dilakukannya SC, untuk itu perlunya asuhan keperawatan untuk ibu
post SC (Metasari & Sianipar, 2018).

B. Tujuan
1. Tujuan Umum
Memahami dan mengaplikasikan asuhan keperawatan post partum SC
2. Tujuan Khusus
a. Mempelajari definisi post partum SC
b. Menyebutkan etiologi post partum SC
c. Menyebutkan manifestasi post partum SC
d. Menyebutkan klasifikasi dan komplikasi SC
e. Mempelajari patofisiologi SC
f. Mempeljari pemeriksaan penunjang dan penatalaksanaan SC
g. Mempelajari asuhan keperawatan pada ibu dengan post partum SC

1
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
A. Konsep Medis
1. Definisi
Partus sectio caesarea (SC) adalah proses melahirkan janin melalui
jalur abdominal dengan laparotomi yang selanjutnya memerlukan insisi ke
dalam uterus dengan histerotomi (Durotunnisa, 2017).
Sectio caesarea atau bedah sesar adalah suatu persalinan buatan,
dimana janin dilahirkan melalui suatu insisi pada dinding perut dan
dinding rahim dengan syarat rahim dalam keadaan utuh serta berat janin di
atas 500 gram (Wijaya, 2017).
2. Etiologi (Wijaya, 2017)
a. Indikasi Mutlak
1) Indikasi Ibu
a) Panggul sempit absolute
b) Kegagalan melahirkan secara normal karena kurang adanya
stimulus
c) Adanya tumor pada jalan lahir sehingga terjadi obstruksi
d) Stenosis atau penyempitan yang terjadi pada serviks atau vagina
e) Plasenta previa
f) Disproporsisi sevalopelvik, janin besar dan panggul ibu sempit
g) Ruptur uteri
b. Indikasi Janin
1) Kelainan Letak (Robbah, 2014)
a) Letak lintang
Bila terjadi kesempitan panggul, maka sectio caesarea
adalah jalan/cara yang terbaik dalam melahirkan janin dengan
segala letak lintang yang janinnya hidup dan besarnya biasa.
Semua primigravida dengan letak lintang harus ditolong dengan
sectio caesarea walaupun tidak ada perkiraan panggul sempit.
Multipara dengan letak lintang dapat lebih dulu ditolong dengan
cara lain.
b) Letak belakang

2
3

Sectio caesarea disarankan atau dianjurkan pada letak


belakang bila panggul sempit, primigravida, janin besar dan
berharga.
2) Gawat Janin
Pemeriksaan biasanya dilakukan untuk mengetahui asupan
oksigen pada janin dengan cara memeriksa detak jantung janin.
Apabila janin terdeteksi kekurangan oksigen, maka operasi SC
adalah pilihannya.
3) Janin Besar
4) Prolapsus plasenta, plasenta terlepas dari janin di dalam rahim.
5) Perkembangan bayi yang tehambat
6) Mencegah hipoksia janin, misalnya akibat pre-eklamsia
c. Indikasi Relatif
1) Riwayat SC sebelumnya
2) Presentasi bokong, biasanya bokong janin lebih dulu memasuki
pintu panggul ibu
3) Distosia, kelambatan atau kesulitan melahirkan normal karena
adanya kelainan janin atau kondisi ibu
4) Pre-eklamsia berat, penyakit kardiovaskuler, dan diabetes
5) Ibu dengan HIV positif sebelum inpartu
6) Gemeli, dengan ketentuan:
a) Bila janin pertama letak lintang atau presentasi bahu
b) Bila terjadi saling mengunci pada bayi (interlock)
c) Distosia karena tumor
d) IUFD (Intra Uterine Fetal Death)
d. Indikasi Sosial
1) Wanita yang takut melahirkan secra normal berdasarkan
pengalaman sebelumnya
2) Wanita yang ingin SC karena takut bayinya mengalami cedera atau
afiksia selama persalinan atau mengurangi resiko kerusakan dasar
panggul
4

3) Wanita yang takut perubahan pada tubuhnya atau sexuality image


setelah melahirkan
e. Kontra Indikasi (Robbah, 2014)
1) Janin Mati
2) Syok
3) Anemia berat
4) Kelainan congenital Berat
5) Infeksi piogenik pada dinding abdomen
6) Minimnya fasilitas operasi SC

3. Manifestasi Klinik Post Sectio Caesaria (Robbah, 2014)


Persalinan dengan SC , memerlukan perawatan yang lebih
koprehensif yaitu: perawatan post operatif dan perawatan
post partum. Manifestasi klinis SC,antara lain :
a. Nyeri akibat ada luka pembedahan
b. Adanya luka insisi pada bagian abdomen
c. Fundus uterus kontraksi kuat dan terletak di umbilicus
d. Aliran lokhea sedang dan bebas bekuan yang berlebihan
(lokhea tidak banyak)
e. Kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira -kira 600-
800ml
f. Emosi labil / perubahan emosional dengan mengekspresikan
ketidakmampuan menghadapi situasi baru
g. Biasanya terpasang kateter urinarius
h. Auskultasi bising usus tidak terdengar atau samar
i. P e n g a r u h a n e s t e s i d a p a t m e n i m b u l k a n m u a l d a n m u n t a h
j. Status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler
k. Pada kelahiran secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang
paham prosedur
l. Bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
4. Klasifikasi Operasi Sectio Caesarea (SC) (Wijaya, 2017)
a. Sectio Transperitonealis Profunda
5

Sectio caesarea transperitonealis profunda dengan insisi di


segmen bawah uterus. Insisi pada bawah rahim, bisa dengan teknik
melintang atau memanjang. Keunggulan dari SC Transperitonealis
Profunda, diantaranya perdarahan insisi tidak banyak, penjahitan luka
lebih mudah, penutupan luka dengan reperitonial yang baik, resiko
peritonitis tidak besar, perut pada uterus umumnya kuat, sehingga bahaya
ruptur uteri. Adapun kekurangan, diantaranya luka dapat menyebar ke
kiri, kanan dan bawah yang dapat menyebabkan putusnya arteri uterina.
b. Sectio Caesarea Klasik
Teknik ini dengan menginsisi uterus dibuat menurut panjangnya
pada korpus. Karena meningkatnya risiko ruptura dalam kehamilan
berikutnya maka operasi ini jarang dibenarkan. Kerugian lainnya berupa
adanya kesukaran dalam peritonealisasi. Indikasi dilakukannya Sectio
Caesarea klasik adalah:
1) Bila terjadi kesukaran dalam memisahkan kandungan kencing untuk
mencapai segmen bawah rahim, misalnya karena adanya perlekatan-
perlekatan akibat pembedahan Sectio Caesarea yang lalu, atau adanya
tumor-tumor di daerah segmen bawah rahim.
2) Janin besar dalam letak lintang.
3) Plasenta previa dengan insersi plasenta di dinding depan segmen
bawah rahim.
c. Sectio Caesarea Peritoneum
Dilakukan tanpa membuka peritoneum parietalis dengan
demikian tidak membuka kavum abdominal. Dulu dilakukan untuk
mengurangi bahaya infeksi, akan tetapi dengan kemajuan pengobatan
infeksi pembedahan ini jarang dilakukan. Rongga peritoneum tak dibuka,
dilakukan pada klien infeksi uterin berat.
Menurut arah sayatan pada rahim sectio dapat dilakukan dengan
sayatan memanjang (longitudinal) dan sayatan melintang (transversal).
d. Sectio Caesarea-Histerektomi
Tindakan sectio caesarea-histerektomi total memerlukan
perluasan operasi untuk mengangkat tunggul serviks. Pengupasan lapisan
6

jaringan dipermudah oleh keadaan kehamilan. Umumnya peningkatan


perdarahan tidak menimbulkan kesukaran teksis apapun. Indikasi teknik
Sectio Caesarea – hiperektomi, diantaranya ruptur uteri, atonia uteri,
perdarahan akibat solusio plasenta, plasenta previa, dan plasenta akreta,
atonia uteri, fibroid.

5. Komplikasi
a. Infeksi Puerpuralis
1) Ringan : dengan kenaikan suhu beberapa hari saja.
2) Sedang : dengan kenaikan suhu yang lebih tinggi disertai dehidrasi
atau perut sedikit kembung
3) Berat : dengan peritonitis, sepsis dan ileus paralitik. Hal ini sering
kita jumpai pada partus terlantar dimana sebelumnya telah
terjadi infeksi intrapartum karena ketuban yang telah pecah terlalu
lama.
b. Pendarahan disebabkan karena :
1) Banyak pembuluh darah yang terputus dan terbuka
2) Atonia Uteri
3) Pendarahan pada placenta bled
c. Luka pada kandung kemih, emboli paru dan keluhan kandung kemih bila
reperitonalisasi terlalu tinggi.
d. Suatu komplikasi yang baru kemudian tampak ialah kurang kuatnya
perut pada dinding uterus, sehingga pada kehamilan berikutnya bisa
terjadi ruptura uteri. Kemungkinan hal ini lebih banyak ditemukan
sesudah sectio caesarea klasik.
6. Patofisiologi
Adanya beberapa kelainan / hambatan pada proses persalinan yang
menyebabkan bayi tidak dapat lahir secara normal / spontan, misalnya
plasenta previa sentralis dan lateralis, panggul sempit, disproporsi cephalo
pelvic, rupture uteri mengancam, partus lama, partus tidak maju, pre-
eklamsia, distosia serviks, dan malpresentasi janin. Kondisi tersebut
menyebabkan perlu adanya suatu tindakan pembedahan yaitu Sectio
Caesarea (SC).
7

Dalam proses operasinya dilakukan tindakan anestesi yang akan


menyebabkan pasien mengalami imobilisasi sehingga akan menimbulkan
masalah intoleransi aktivitas. Adanya kelumpuhan sementara dan
kelemahan fisik akan menyebabkan pasien tidak mampu melakukan
aktivitas perawatan diri pasien secara mandiri sehingga timbul masalah
defisit perawatan diri. Kurangnya informasi mengenai proses pembedahan,
penyembuhan, dan perawatan post operasi akan menimbulkan masalah
ansietas pada pasien. Selain itu, dalam proses pembedahan juga akan
dilakukan tindakan insisi pada dinding abdomen sehingga menyebabkan
terputusnya inkontinuitas jaringan, pembuluh darah, dan saraf - saraf di
sekitar daerah insisi. Hal ini akan merangsang pengeluaran histamin dan
prostaglandin yang akan menimbulkan rasa nyeri (nyeri akut). Setelah
proses pembedahan berakhir, daerah insisi akan ditutup dan menimbulkan
luka post op, yang bila tidak dirawat dengan baik akan menimbulkan
masalah resiko infeksi.
7. Pemeriksaan Penunjang
a. Hemoglobin atau hematokrit (HB/Ht) untuk mengkaji perubahan dari
kadar pra operasi dan mengevaluasi efek kehilangan darah pada
pembedahan
b. Leukosit (WBC) mengidentifikasi adanya infeksi
c. Tes golongan darah, lama perdarahan, waktu pembekuan darah
d. Urinalisis / kultur urine
e. Pemeriksaan elektrolit
8. Penatalaksanaan (Wijaya, 2017)
a. Perawatan Awal
1) Yakinkan jalan napas bersih dan cukup ventilasi.
2) Pemeriksaan tanda-tanda vital.
3) Periksa kesadaran ibu.
4) Transfusi darah bila perlu.
5) Beri posisi nyaman.
b. Fungsi Gastrointestinal
1) Jika tindakan bedah tidak berat, berikan klien diet cair.
8

2) Jika ada tanda infeksi, atau jika sectio caesarea karena partus macet
atau rupture uteri, tunggu sampai bising usus timbul.
3) Jika klien bisa flatus mulai berikan makanan padat.
4) Pemberian infus diteruskan hingga klien dapat minum dengan baik.
5) Jika pemberian infus melebihi 48 jam berikan cairan elektrolit untuk
keseimbangan cairan seperti kalium klorida 40 mg.
6) Sebelum keluar dari rumah sakit pastikan klien dapat minum dan
makan biasa.
c. Perawatan Luka
Perawatan luka diperlukan untuk mencegah terjadinya perdarahan
yang berlebih dan menghindari terjadinya infeksi. Sectio caesarea
merupakan pembedahan bersih. Prinsip dalam pemberian perawatan luka
adalah pembersihan, penutupan dan perlindungan luka.
d. Analgesik
Pemberian analgesik sangat penting untuk mengurangi rasa nyeri.
e. Pemberian cairan
Karena 24 jam pertama penderita puasa pasca operasi, maka
pemberian cairan perintavena harus cukup banyak dan mengandung
elektrolit agar tidak terjadi hipotermi, dehidrasi, atau komplikasi pada
organ tubuh lainnya. Cairan yang biasa diberikan biasanya DS 10%,
garam fisiologi dan RL secara bergantian dan jumlah tetesan tergantung
kebutuhan. Bila kadar Hb rendah diberikan transfusi darah sesuai
kebutuhan.
f. Diet
Pemberian cairan perinfus biasanya dihentikan setelah penderita
flatus lalu dimulailah pemberian minuman dan makanan peroral.
Pemberian minuman dengan jumlah yang sedikit sudah boleh dilakukan
pada 6 - 10 jam pasca operasi, berupa air putih dan air teh.
g. Mobilisasi
1) Miring kanan dan kiri dapat dimulai sejak 6 - 10 jam setelah operasi
2) Latihan pernafasan dapat dilakukan penderita sambil tidur telentang
sedini mungkin setelah sadar
9

3) Hari kedua post operasi, penderita dapat didudukkan selama 5 menit


dan diminta untuk bernafas dalam lalu menghembuskannya.
4) Kemudian posisi tidur telentang dapat diubah menjadi posisi setengah
duduk (semifowler)
5) Selanjutnya selama berturut-turut, hari demi hari, pasien dianjurkan
belajar duduk selama sehari, belajar berjalan, dan kemudian berjalan
sendiri pada hari ke-3 sampai hari ke5 pasca operasi.
h. Kateterisasi
Kandung kemih yang penuh menimbulkan rasa nyeri dan tidak
enak pada penderita, menghalangi involusi uterus dan menyebabkan
perdarahan. Kateter biasanya terpasang 24 - 48 jam / lebih lama lagi
tergantung jenis operasi dan keadaan penderita.
i. Pemberian obat-obatan
1) Antibiotik
Cara pemilihan dan pemberian antibiotic sangat berbeda-beda
setiap institusi.
2) Analgetik dan obat untuk memperlancar kerja saluran pencernaan
a) Supositoria: ketopropen sup 2x/24 jam
b) Oral: tramadol tiap 6 jam atau paracetamol
c) Injeksi: penitidine 90-75 mg diberikan setiap 6 jam bila perlu
3) Obat-obatan lain
Untuk meningkatkan vitalitas dan keadaan umum penderita
dapat diberikan caboransia seperti neurobian I vit. C
j. Perawatan luka
Kondisi balutan luka dilihat pada 1 hari post operasi, bila basah
dan berdarah harus dibuka dan diganti
k. Perawatan rutin
Hal-hal yang harus diperhatikan dalam pemeriksaan adalah suhu,
tekanan darah, nadi,dan pernafasan.
l. Perawatan Payudara
Pemberian ASI dapat dimulai pada hari post operasi jika ibu
memutuskan tidak menyusui, pemasangan pembalut payudara yang
10

mengencangkan payudara tanpa banyak menimbulkan kompesi, biasanya


mengurangi rasa nyeri.
11

B. Konsep Keperawatan
1. Pengkajian
a. Identitas klien dan penanggung jawab
Meliputi nama, umur, pendidikan, suku bangsa, pekerjaan,
agam, alamat, status perkawinan, ruang rawat, nomor medical record,
diagnosa medik, yang mengirim, cara masuk, alasan masuk, keadaan
umum tanda vital.
b. Keluhan utama
1) Riwayat kehamilan, persalinan, dan nifas sebelumnya bagi klien
multipara
c. Data Riwayat penyakit
1) Riwayat kesehatan sekarang.
Riwayat penyakit sekarang, yaitu berhubungan dengan keluhan atau
yang berhubungan dengan gangguan atau penyakit dirasakan saat ini
dan keluhan yang dirasakan setelah pasien operasi.
2) Riwayat Kesehatan Dahulu
Pada riwayat penyakit dahulu, kita mengkaji penyakit yang lain yang
dapat mempengaruhi penyakit sekarang, Maksudnya apakah pasien
pernah mengalami penyakit yang sama (Plasenta previa).
3) Riwayat Kesehatan Keluarga
Meliputi penyakit yang diderita pasien dan apakah keluarga pasien
ada juga mempunyai riwayat persalinan plasenta previa.
d. Keadaan klien meliputi :
1) Sirkulasi
Hipertensi dan pendarahan vagina yang mungkin terjadi.
Kemungkinan kehilangan darah selama prosedur pembedahan kira-
kira 600-800 mL
2) Integritas ego
Menunjukkan prosedur yang diantisipasi sebagai tanda
kegagalan dan atau refleksi negatif pada kemampuan sebagai
wanita. Menunjukkan labilitas emosional dari kegembiraan,
ketakutan, menarik diri, atau kecemasan.
3) Makanan dan cairan
12

Abdomen lunak dengan tidak ada distensi (diet ditentukan).


e. Neurosensori
Kerusakan gerakan dan sensasi di bawah tingkat anestesi spinal
epidural.
f. Nyeri / ketidaknyamanan
Mungkin mengeluh nyeri dari berbagai sumber karena trauma bedah,
distensi kandung kemih , efek - efek anesthesia, nyeri tekan uterus
mungkin ada.
g. Pernapasan
Bunyi paru - paru vesikuler dan terdengar jelas.
h. Keamanan
i. Balutan abdomen dapat tampak sedikit noda / kering dan utuh.
j. Seksualitas
Fundus kontraksi kuat dan terletak di umbilikus. Aliran lokhea sedang.
2. Diagnosis Keperawatan
a. Pre Operasi SC
1) Kurang pengetahuan berhubungan dengan tidak mengenal sumber
informasi penyakit
2) Ansietas berhubungan dengan kurangnya informasi tentang prosedur
pembedahan, penyembuhan dan perawatan post operasi
b. Intra Operasi SC
1) Perubahan Perfusi Jaringan berhubungan dengan perdarahan
2) Devisit Volume Cairan berhubungan dengan perdarahan
c. Post SC
1) Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir.
2) Risiko tinggi infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka
kering bekas operasi
3) Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya
pengetahuan ibu tentang cara menyusui yang bernar.
4) Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, nyeri luka
operasi
5) Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kondisi diri menurun
13

3. Intervensi
a. Preo Operasi Sc
Diagnosa Kep. NOC NIC
Kurang  Kowlwdge : disease process  Kaji tingkat
pengetahuan  Kowledge : health Behavior pengetahuan pasien dan
berhubungan Setelah dilakukan tindakan keluarga
dengan tidak keperawatan selama …. pasien  Jelaskan patofisiologi
mengenal sumber menunjukkan pengetahuan dari penyakit dan
informasi tentang proses penyakit dengan bagaimana hal ini
penyakit kriteria hasil: berhubungan dengan
- Pasien dan keluarga anatomi dan fisiologi,
menyatakan pemahaman dengan cara yang tepat.
tentang penyakit, kondisi,  Gambarkan tanda dan
prognosis dan program gejala yang biasa
pengobatan muncul pada penyakit,
- Pasien dan keluarga dengan cara yang tepat
mampu melaksanakan  Gambarkan proses
prosedur yang dijelaskan penyakit, dengan cara
secara benar yang tepat
- Pasien dan keluarga  Identifikasi
mampu menjelaskan kemungkinan
kembali apa yang penyebab, dengan cara
dijelaskan yang tepat
perawat/timkesehatan  Sediakan informasi
lainnya pada pasien tentang
kondisi, dengan cara
yang tepat
 Sediakan bagi keluarga
informasi tentang
kemajuan pasien
dengan cara yang tepat
 Diskusikan pilihan
terapi atau penanganan
 Dukung pasien untuk
mengeksplorasi atau
mendapatkan second
opinion dengan cara
yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi
kemungkinan sumber
14

atau dukungan, dengan


cara yang tepat

Diagnosa Kep. NOC NIC


Ansietas  Kontrol kecemasan Anxiety Reduction
berhubungan  Koping (penurunan kecemasan)
dengan Setelah dilakukan asuhan  Gunakan pendekatan
kurangnya selama.... klien kecemasan yang menenangkan
informasi teratasi dgn kriteria hasil:  Nyatakan dengan jelas
tentang prosedur - Klien mampu harapan terhadap pelaku
pembedahan, mengidentifikasi dan pasien
penyembuhan mengungkapkan gejala  Jelaskan semua
dan perawatan cemas prosedur dan apa yang
post operasi - Mengidentifikasi, dirasakan selama
mengungkapkan dan prosedur
menunjukkan tehnik untuk  Temani pasien untuk
mengontol cemas memberikan keamanan
- Vital sign dalam batas dan mengurangi takut
normal  Berikan informasi
- Postur tubuh, ekspresi faktual mengenai
wajah, bahasa tubuh dan diagnosis, tindakan
tingkat aktivitas prognosis
menunjukkan  Libatkan keluarga untuk
berkurangnya kecemasan mendampingi klien
 Instruksikan pada
pasien untuk
menggunakan tehnik
relaksasi
 Dengarkan dengan
penuh perhatian
 Identifikasi tingkat
kecemasan
 Bantu pasien mengenal
situasi yang
menimbulkan
kecemasan
 Dorong pasien untuk
mengungkapkan
perasaan, ketakutan,
persepsi
 Kelola pemberian obat
15

anti cemas:........

b. Intra Operasi Sc

Diagnosa Kep. NOC NIC


Perubahan Kriteria Hasil : Peripheral Sensation
Perfusi Mendemonstrasikan status Management
Jaringan b.d sirkulasi yang ditandai dengan : (Manajemen sensasi
o Tekanan systole dan diastole perifer)
perdarahan
dalam rentang yang - Periksa kulit dan
diharapkan membran mukosa
o Tidak ada ortostatik hipertensi untuk kemerahan,
o Tidak ada tanda tanda kehangatan ekstrim,
peningkatan tekanan edema atau kering
intrakranial (tidak lebih dari - Pantau warna dan
15 mmHg)
suhu kulit
- Monitor adanya
Mendemonstrasikan,
daerah tertentu yang
kemampuan kognitif yang
ditandai dengan : hanya peka terhadap
o Berkomunikasi dengan jelas panas/
dan sesuai dengan kemampuan dingin/tajam/tumpul
o Menunjukkan perhatian, - Monitor adanya
konsentrasi dan orientasi paretese
o Memproses informasi - lnstruksikan keluarga
o Membuat keputusan dengan untuk mengobservasi
benar kulit jika ada isi atau
laserasi
- Gunakan sarung
tangan untuk proteksi
- Batasi gerakan pada
kepala, leher dan
punggung
- Monitor adanya
tromboplebitis
·
Diagnosa Kep. NOC NIC
Devisit Volume  Fluid balance
Cairan b.d  Hydration · Pertahankan catatan intake
perdarahan  Nutritional Status : Food dan output yang akurat
and Fluid Intake · Monitor status hidrasi (
Setelah dilakukan tindakan kelembaban membran
keperawatan selama….. defisit mukosa, nadi adekuat,
16

volume cairan teratasi dengan tekanan darah ortostatik ),


kriteria hasil: jika diperlukan
- Mempertahankan urine · Monitor hasil lab yang sesuai
output sesuai dengan usia dengan retensi cairan (BUN ,
dan BB, BJ urine normal, Hmt , osmolalitas urin,
- Tekanan darah, nadi, suhu albumin, total protein )
tubuh dalam batas normal · Monitor vital sign setiap
- Tidak ada tanda tanda 15menit – 1 jam
dehidrasi, Elastisitas · Kolaborasi pemberian cairan
turgor kulit baik, IV
membran mukosa lembab, · Monitor status nutrisi
tidak ada rasa haus yang · Berikan cairan oral
berlebihan · Berikan penggantian
- Orientasi terhadap waktu nasogatrik sesuai output (50
dan tempat baik – 100cc/jam)
- Jumlah dan irama · Dorong keluarga untuk
pernapasan dalam batas membantu pasien makan
normal · Kolaborasi dokter jika tanda
- Elektrolit, Hb, Hmt dalam cairan berlebih muncul
batas normal meburuk
- pH urin dalam batas · Atur kemungkinan tranfusi
normal · Persiapan untuk tranfusi
- Intake oral dan intravena · Pasang kateter jika perlu
adekuat · Monitor intake dan urin
output setiap 8 jam
c. Post Operasi Sc

Diagnosa Kep. NOC NIC


Nyeri akut - Pain Level  Lakukan pengkajian nyeri
berhubungan - pain control, secara komprehensif
dengan injury - comfort level termasuk lokasi,
fisik jalan lahir. Setelah dilakukan tinfakan karakteristik, durasi,
keperawatan selama …. frekuensi, kualitas dan faktor
Pasien tidak mengalami presipitasi
nyeri, dengan kriteria hasil:  Observasi reaksi nonverbal
 Mampu mengontrol dari ketidaknyamanan
nyeri (tahu penyebab  Bantu pasien dan keluarga
nyeri, mampu untuk mencari dan
menggunakan tehnik menemukan dukungan
nonfarmakologi untuk  Kontrol lingkungan yang
mengurangi nyeri, dapat mempengaruhi nyeri
mencari bantuan) seperti suhu ruangan,
17

 Melaporkan bahwa pencahayaan dan kebisingan


nyeri berkurang dengan  Kurangi faktor presipitasi
menggunakan nyeri
manajemen nyeri  Kaji tipe dan sumber nyeri
 Mampu mengenali untuk menentukan intervensi
nyeri (skala, intensitas,  Ajarkan tentang teknik non
frekuensi dan tanda farmakologi: napas dala,
nyeri) relaksasi, distraksi, kompres
 Menyatakan rasa hangat/ dingin
nyaman setelah nyeri  Berikan analgetik untuk
berkurang mengurangi nyeri
 Tanda vital dalam  Tingkatkan istirahat
rentang normal  Berikan informasi tentang
 - Tidak mengalami nyeri seperti penyebab nyeri,
gangguan tidur berapa lama nyeri akan
berkurang dan antisipasi
ketidaknyamanan dari
prosedur
 Monitor vital sign sebelum
dan sesudah pemberian
analgesik pertama kal

Diagnosa Kep. NOC NIC


Risiko tinggi NOC : NIC :
infeksi § Immune Status - Pertahankan teknik
berhubungan § Knowledge : Infection control aseptif
dengan trauma§ Risk control - Batasi pengunjung bila
jaringan / luka Setelah dilakukan tindakan perlu
kering bekas keperawatan - Cuci tangan setiap
operasi selama…… pasien tidak sebelum dan sesudah
mengalami infeksi dengan tindakan keperawatan
kriteria hasil: - Gunakan baju, sarung
§ Klien bebas dari tanda dan tangan sebagai alat
gejala infeksi pelindung
§ Menunjukkan kemampuan- Ganti letak IV perifer
untuk mencegah timbulnya dan dressing sesuai
infeksi dengan petunjuk umum
§ Jumlah leukosit dalam batas- Gunakan kateter
normal intermiten untuk
§ Menunjukkan perilaku hidup menurunkan infeksi
sehat kandung kencing
18

§ Status imun, gastrointestinal,- Tingkatkan intake


genitourinaria dalam batas nutrisi
normal - Berikan terapi
antibiotik..
- Monitor tanda dan
gejala infeksi sistemik dan
lokal
- Pertahankan teknik
isolasi k/p
- Inspeksi kulit dan
membran mukosa
terhadap kemerahan,
panas, drainase
- Monitor adanya luka
- Dorong masukan cairan
- Dorong istirahat
- Ajarkan pasien dan
keluarga tanda dan gejala
infeksi
- Kaji suhu badan pada
pasien neutropenia setiap
4 jam
19

C. WOC SC
Etiologi SC

Tindakan SC

Resiko
Adaptasi post partum Anastesi Insisi infeksi

Perdarahan Luka
Psikologi Fisiologis Penurunan syaraf
s
simpatis
laktasi involusi Devisit Volume
Gg. Perfusi Inkontiunitas jar.
Immobilitas cairan
jaringan Pmbl. Darah,
Prolaktin saraf
meningkat
Devisit
Produksi ASI Intoleransi Histamin dan
perwatan diri
meningkat aktivitas prostaglandin
Nyeri
meningkat
Hisapan Obsipasi
meningkat Gangguan rasa
nyaman

Menyusui infektif
BAB III
PENUTUP

a. Kesimpulan
Berdasarkan penjelasan pada bab sebelumnya, dapat disimpulkan:
1. SC adalah tindakan yang dilakukan untuk mengeluarkan janin melalui
permukaan abdominal dengan insisi.
2. Penyebab dilakukannya SC adalah keputusan ibu berdasarkan indikasi
medis atau non medis
3. Manifestasi dari post partum SC diantaranya nyeri, adanya luka, terjadi
kontraksi pada uteri, kehilangan darah kurang lebih 600-800cc, perubahan
emosi, terpasang kateter urinarius, auskultasi bising usus tidak terdengar
atau samar, p e n g a r u h a n e s t e s i d a p a t m e n i m b u l k a n m u a l d a n
m u n t a h , status pulmonary bunyi paru jelas dan vesikuler, pada kelahiran
secara SC tidak direncanakan maka bisanya kurang paham prosedur,
bonding dan Attachment pada anak yang baru dilahirkan.
4. Klasifikasi persalinan SC, diantaranya sectio transperitonealis profunda
(insisi melinang di bawah uteri), sectio caesarea klasik (insisi mengikuti
panjang korpus), SC peritonium (tanpa membuka peritonium), SC
histeriktomi (perluasan tunggul serviks).
5. Komplikasi diantaranya karena infeksi peurpuralis yang ditandai dengan
ileus paralitik, sepsis, dan kenaikan suhu; perdarahan disesbabkan oleh
atonia uteri.
6. Patofisiologi post partum SC, etiologi yang mengakibatkan dilakukannya
SC. Saat dilakukan SC, ibu diberikan anestesi untuk menghilangkan rasa
sakit hingga ibu tidak sadar, setelah diberikannya anestesi selanjutnya
dilakukannya pebedahan dengan insisi di permukaan abdmen. Berdasarkan
penatalaksanaan tersebut, nantinya akan muncul masalah-masalah
keperawatan contohnya nyeri, perdarahan dan sebagainya.
7. Pemeriksaan penunjang yang dilakukan diantaranya, pemeriksaan
hemoglobin dan hematokrit, pemeriksaan infeksi, pemeriksaan golongan
darah.
8. Penatalaksanaan SC lebih cenderung pada perawatan nyeri, perawatan
luka, pemberian obat dan lain sebagainya.

20
21

9. Pengkajian difokuskan pada riwayat penyakit dahulu, apakah ibu ada


riwayat hipertensi atau penyakit lain. Sehingga apabila ditemukannya
riwayat penyakit tertentu tindakan dan perencanaan pelaksanaan akan
berbeda.
10. Diagnosisi untuk SC diantaranya:
a. Nyeri akut berhubungan dengan injury fisik jalan lahir Risiko tinggi
infeksi berhubungan dengan trauma jaringan / luka kering bekas
operasi
b. Menyusui tidak efektif berhubungan dengan kurangnya pengetahuan
ibu tentang cara menyusui yang bernar.
c. Konstipasi berhubungan dengan penurunan tonus otot, nyeri luka
operasi
d. Intoleransi aktifitas berhubungan dengan kondisi diri menurun

b. Saran
1. Pasien
Pasien diharapkan dapat memberikan keputusan untuk persalinan
apabila tidak ada indikasi SC. Keputusan untuk melakukan SC untuk ibu
yang seharusnya dapat melakukan persalinan normal adalah keputusan
yang kurang tepat, karena tindakan SC memiliki resiko lebih tinggi
daripada persalinan normal. Beberapa ibu hamil, diharpkan dapat
melakukan perawatan kehamilan atau ante natal care untuk mencegah
masalah kehamilan, sehingga ibu dapat melakukan persalinan normal.
2. Keluarga Pasien
Keluarga pasien diharapkan memberikan dukungan untuk pasien, karena
segala bentuk dukungan akan memengaruhi proses persalinan.
3. Pelayanan Kesehatan
Pelayanan kesehatan diharapkan dapat memberikan pelayanan yang baik,
sehingga tidak terjadi komplikasi pada pasien.
4. Perawat
Perawat diharapkan dapat memberikan edukasi antenatal care untuk
mencegah persalinan tidak normal, sehingga tidak membahayakan ibu dan
bayi.
Daftar Pustaka
Ismail, N. (2017). Asuhan Keperawatan pada Pasien Post Partum Sectio
Caesarea (SC) Dengan Presentasi Indikasi Bokong di Ruang Bugenvil di
RSUD Dr. Soedirman Kebumen. STIKES Muhammadiyah : Gombong.
http://elib.stikesmuhgombong.ac.id. Diakses pada 6 Mei 2019 pukul 18.45
WIB

Wijaya, A. (2017). Asuhan Keperawatan pada Klien Post Sectio Caesarea


dengan Nyeri Akut di Ruang Mawar Rumah Sakit Umum Daerah Dr.
Moewardi. Stikes Kusuma Husada: Surakarta.

Agustini, F & Danefi, T. (2016). Hubungan Mobilisasi Ibu Post SC (Sectio


Caesarea) dengan Penyembuhan Luka Operasi di Ruangan 1 RSU dr.
Soekardjo Kota Tasikmalaya. JURNAL BIDAN VOL. 2 NO. 1.
http://jurnal.ibijabar.org Diakses pada 6 Mei 2019 pukul 20.15 WIB

Metasari, D. & Sianipar, B. K. (2018). Faktor-Faktor yang Mempengaruhi


Penurunan Nyeri Post Partum Operasi Sectio Caesarea di RS. Raflessia
Bengkulu. JOURNAL of Nursing and Public Health.
https://jurnal.unived.ac.id. Diakses pada 6 Mei 2019 pukul 20.35 WIB

Robbah, H. (2014). Laporan Pendahuluan Post Partum dengan Sectio Caesarea.


STIKES Madani: Yogyakarta. https://www.academia.edu. Diakses pada 6
Mei 2019 pukul 21.45 WIB

Martowirjo. A. L. (2018). Asuhan Keperawatan pada Pasien Post OP Sectio


Caesarea dalam Pemenuhan Kebutuhan Rasa Nyaman (Nyeri) di Ruang
Nifas RSU Dewi Sartika Kendari. http://repository.poltekkes-kdi.ac.id/516/
Diakses pada 7 Mei 2019 pukul 13.30 WIB

22

Anda mungkin juga menyukai