MOJOKERTO
Oleh :
PROFESI NERS
MOJOKERTO
2019
ASUHAN KEPERAWATAN ANAK
PADA “AN. R” DENGAN MASALAH GEA (GASTROENTERITIS AKUT)
DI RUANG SUNAN MURIA RUMAH SAKIT SAKINAH
MOJOKERTO
Oleh :
PROFESI NERS
MOJOKERTO
2019
LAPORAN PENDAHULUAN
GASTROENTERITIS AKUT
A. DEFINISI
Diare adalah defekasi encer lebih dari 3 kali sehari dengan atau tanpa darah
atau lendir dalam tinja. diare merupakan suatu keadaan terjadinya inflamasi mukosa
lambung atau usus. diare diartikan sebagai suatu keadaan dimana terjadinya
kehilangan cairan dan elektrolit secara berlebihan yang terjadi karena frekuensi buang
air besar satu kali atau lebih dengan bentuk encer atau cair.
Jadi diare dapat diartikan suatu kondisi, buang air besar yang tidak normal
yaitu lebih dari 3 kali sehari dengan konsistensi tinja yang encer dapat disertai atau
tanpa disertai darah atau lendir sebagai akibat dari terjadinya proses inflamasi pada
lambung atau usus.
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan tinja berbentuk cairan atau
setengah cairan, dengan demikian kandungan air pada tinja lebih banyak dari keadaan
normal yakni 100-200 ml/sekali defekasi. diare adalah buang air besar encer atau cair
lebih dari tiga kali sehari. Diare akut adalah diare yang awalnya mendadak dan
berlangsung singkat dalam beberapa jam atau beberapa hari
Diare adalah buang air besar (defekasi) dengan jumlah yinja yang lebih
banyak dari biasanya (normal 100-200 cc/jam tinja). Dengan tinja berbentuk cair
/setengan padat, dapat disertai frekuensi yang meningkat. Diare adalah buang air
besar encer lebih dari 3 x sehari. Diare terbagi 2 berdasarkan mula dan lamanya ,
yaitu diare akut dan kronis.
B. ETIOLOGI
Ditinjau dari sudut patofisiologi, penyebab diare akut dapat dibagi dalam dua
golongan yaitu:
1. Diare sekresi (secretory diarrhoe), disebabkan oleh:
a) Infeksi virus, kuman-kuman patogen dan apatogen seperti shigella, salmonela, E.
Coli, golongan vibrio, B. Cereus, clostridium perfarings, stapylococus aureus,
comperastaltik usus halus yang disebabkan bahan-bahan kimia makanan
(misalnya keracunan makanan, makanan yang pedas, terlalau asam), gangguan
psikis (ketakutan, gugup), gangguan saraf, hawa dingin, alergi dan sebagainya.
b) Defisiensi imum terutama SIGA (secretory imonol bulin A) yang mengakibatkan
terjadinya berlipat gandanya bakteri/flata usus dan jamur terutama canalida.
2. Diare osmotik (osmotik diarrhoea) disebabkan oleh:
a) malabsorpsi makanan: karbohidrat, lemak (LCT), protein, vitamin dan mineral.
b) Kurang kalori protein.
c) Bayi berat badan lahir rendah dan bayi baru lahir.
C. PATOFISIOLOGI
Sebanyak kira-kira 9-10 liter cairan memasuki saluran cerna setiap hari yang
berasal dari luar (asupan diet) dan dari dalam tubuh sendiri (sekresi cairan lambung,
empedu dan sebagainya). Sebagian besar jumlah tersebt diresorbsi di usus halus dan
sisanya sebanyak 1500 ml memasuki usus besar. Sejumlah 90% dari cairan usus besar
akan diresorbsi sehingga tersisa sejumlah 150-250 ml cairan ikut membentuk tinja.
Faktor-faktor fisiologis yang menyebabkan diare sangat erat hubungannya satu
sama lain. Misalnya, cairan dalam lumen usus yang mengkat akan menyebabkan
terangsangnya usus secara mekanis karena meningkatnya volume sehingga motilitas
usus meningkat. Sebaliknya bila waktu henti makanan di usus terlalu cepat akan
menyebabkan gangguan waktu penyentuhan makanan dengan mukosa usus sehingga
penyerapan elektrolit, air dan zat-zat lain terganggu.
Dua hal umum yang patut diperhatikan pada keadaan diare akut karena infeksi
adalah faktor kausal (agent) dan faktor penjamu (host). Faktor penjamu adalah
kemampuan tubuh untuk mempertahankan diri terhadap organisme yang dapat
menimbulkan diare akut yang terdiri atas faktor-faktordaya tahan tubuh atau lingkungan
intern traktus intestinalis seperti keasaman lambung, motilitas usus dan juga mencakup
flora normal usus.
Faktor kausal yang mempengaruhi patogenitas antara lain daya penetrasi yang
dapat merusak sel mukosa, kemampuan memproduksi toksin yang mempengaruhi sekresi
cairan usus halus serta daya lekat kuman pada lumen usus. Kuman dapat membentuk
koloni-koloni yang dapat menginduksi diare.
Mekanisme dasar yang menyebabkan diare ialah yang pertama gangguan osmotik,
akibat terdapatnya makanan atau zat yang tidak dapat diserap akan menyebabkan tekanan
osmotik dalam rongga usus meninggi, sehingga terjadi pergeseran air dan elektrolit
kedalam rongga usus, isi rongga usus yang berlebihan ini akan merangsang usus untuk
mengeluarkannya sehingga timbul diare.
Kedua akibat rangsangan tertentu (misalnya toksin) pada dinding usus akan terjadi
peningkatan sekali air dan elektrolit ke dalam rongga usus dan selanjutnya diare timbul
karena terdapat peningkatan isi rongga usus.
Selain itu diare juga dapat terjadi, akibat masuknya mikroorganisme hidup ke
dalam usus setelah berhasil melewati rintangan asam lambung, mikroorganisme tersebut
berkembang biak, kemudian mengeluarkan toksin dan akibat toksin tersebut terjadi
hipersekresi yang selanjutnya akan menimbulkan diare.
Sedangkan akibat dari diare akan terjadi beberapa hal sebagai berikut:
4. Gangguan gizi
Terjadinya penurunan berat badan dalam waktu singkat, hal ini disebabkan oleh:
- Makanan sering dihentikan oleh orang tua karena takut diare atau muntah yang
bertambah hebat.
- Walaupun susu diteruskan, sering diberikan dengan pengeluaran dan susu yang
encer ini diberikan terlalu lama.
- Makanan yang diberikan sering tidak dapat dicerna dan diabsorbsi dengan baik
karena adanya hiperperistaltik.
5. Gangguan sirkulasi
Sebagai akibat diare dapat terjadi renjatan (shock) hipovolemik, akibatnya
perfusi jaringan berkurang dan terjadi hipoksia, asidosis bertambah berat, dapat
mengakibatkan perdarahan otak, kesadaran menurun dan bila tidak segera diatasi
klien akan meninggal.
D. PATHWAY
E. MANIFESTASI KLINIS
Diare akut karena infeksi dapat disertai muntah-muntah, demam, tenesmus,
hematoschezia, nyeri perut dan atau kejang perut. Akibat paling fatal dari diare yang
berlangsung lama tanpa rehidrasi yang adekuat adalah kematian akibat dehidrasi yang
menimbulkan renjatan hipovolemik atau gangguan biokimiawi berupa asidosis
metabolik yang berlanjut. Seseoran yang kekurangan cairan akan merasa haus, berat
badan berkurang, mata cekung, lidah kering, tulang pipi tampak lebih menonjol,
turgor kulit menurun serta suara menjadi serak. Keluhan dan gejala ini disebabkan
oleh deplesi air yang isotonik.
Karena kehilangan bikarbonat (HCO3) maka perbandingannya dengan asam
karbonat berkurang mengakibatkan penurunan pH darah yang merangsang pusat
pernapasan sehingga frekuensi pernapasan meningkat dan lebih dalam (pernapasan
Kussmaul)
Gangguan kardiovaskuler pada tahap hipovolemik yang berat dapat berupa
renjatan dengan tanda-tanda denyut nadi cepat (> 120 x/menit), tekanan darah
menurun sampai tidak terukur. Pasien mulai gelisah, muka pucat, akral dingin dan
kadang-kadang sianosis. Karena kekurangan kalium pada diare akut juga dapat timbul
aritmia jantung.
Penurunan tekanan darah akan menyebabkan perfusi ginjal menurun sampai
timbul oliguria/anuria. Bila keadaan ini tidak segera diatsi akan timbul penyulit
nekrosis tubulus ginjal akut yang berarti suatu keadaan gagal ginjal akut.
1. Mula-mula anak/bayi cengeng gelisah, suhu tubuh mungkin meningkat, nafsu makan
berkurang.
2. Sering buang air besar dengan konsistensi tinja cair atau encer, kadang disertai wial
dan wiata.
3. Warna tinja berubah menjadi kehijau-hijauan karena bercampur empedu.
4. Anus dan sekitarnya lecet karena seringnya difekasi dan tinja menjadi lebih asam
akibat banyaknya asam laktat.
5. Terdapat tanda dan gejala dehidrasi, turgor kulit jelas (elistitas kulit menurun), ubun-
ubun dan mata cekung membran mukosa kering dan disertai penurunan berat badan.
6. Perubahan tanda-tanda vital, nadi dan respirasi cepat tekan darah turun, denyut
jantung cepat, pasien sangat lemas, kesadaran menurun (apatis, samnolen, sopora
komatus) sebagai akibat hipovokanik.
7. Diuresis berkurang (oliguria sampai anuria).
8. Bila terjadi asidosis metabolik klien akan tampak pucat dan pernafasan cepat dan
dalam. (Kusmaul).
F. PEMERIKSAAN DIAGNOSTIK
1. Pemeriksaan tinja
a) Makroskopis dan mikroskopis
b) PH dan kadar gula dalam tinja
c) Bila perlu diadakan uji bakteri
2. Pemeriksaan gangguan keseimbangan asam basa dalam darah, dengan menentukan
PH dan cadangan alkali dan analisa gas darah.
3. Pemeriksaan kadar ureum dan kreatinin untuk mengetahui faal ginjal.
4. Pemeriksaan elektrolit terutama kadar Na, K, Kalsium dan Posfat.
G. KOMPLIKASI
1. Dehidrasi (ringan, sedang, berat, hipotonik, isotonik atau hipertonik).
2. Renjatan hipovolemik.
3. Hipokalemia (dengan gejala mekorismus, hiptoni otot, lemah, bradikardi, perubahan
pada elektro kardiagram).
4. Hipoglikemia.
5. Introleransi laktosa sekunder, sebagai akibat defisiensi enzim laktase karena
kerusakan vili mukosa, usus halus.
6. Kejang terutama pada dehidrasi hipertonik.
7. Malnutrisi energi, protein, karena selain diare dan muntah, penderita juga mengalami
kelaparan.
H. DERAJAT DEHIDRASI
Menurut banyaknya cairan yang hilang, derajat dehidrasi dapat dibagi
berdasarkan:
a. Kehilangan berat badan
1) Tidak ada dehidrasi, bila terjadi penurunan berat badan 2,5%.
2) Dehidrasi ringan bila terjadi penurunan berat badan 2,5-5%.
3) Dehidrasi berat bila terjadi penurunan berat badan 5-10%
b. Skor Mavrice King
Bagian tubuh Nilai untuk gejala yang ditemukan
Yang diperiksa 0 1 2
Keadaan umum Sehat Gelisah, cengeng Mengigau, koma,
Apatis, ngantuk atau syok
Kekenyalan kulit Normal Sedikit kurang Sangat kurang
Mata Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Ubun-ubun besar Normal Sedikit cekung Sangat cekung
Mulut Normal Kering Kering & sianosis
Denyut nadi/mata Kuat <120 Sedang (120-140) Lemas >40
Keterangan
- Jika mendapat nilai 0-2 dehidrasi ringan
- Jika mendapat nilai 3-6 dehidrasi sedang
- Jika mendapat nilai 7-12 dehidrasi berat
c. Gejala klinis
Gejala klinis
Gejala klinis
Ringan Sedang Berat
Keadaan umum
Kesadaran Baik (CM) Gelisah Apatis-koma
Rasa haus + ++ +++
Sirkulasi
Nadi N (120) Cepat Cepat sekali
Respirasi
Pernapasan Biasa Agak cepat Kusz maull
Kulit
Uub Agak cekung Cekung Cekung sekali
Agak cekung Cekung Cekung sekali
Biasa Agak kurang Kurang sekali
Normal Oliguri Anuri
Normal Agak kering Kering/asidosis
I. KEBUTUHAN CAIRAN ANAK
Tubuh dalam keadaan normal terdiri dari 60 % air dan 40 % zat padat seperti protein,
lemak dan mineral. Pada anak pemasukan dan pengeluaran harus seimbang, bila
terganmggu harus dilakukan koreksi mungkin dengan cairan parentral, secara matematis
keseimbangan cairan pada anak dapat di gambarkan sebagai berikut :
Kebutuhan
Umur Berat Badan Total/24 jam Cairan/Kg BB/24
jam
Whaley and Wong (1997), Haroen N.S, Suraatmaja dan P.O Asnil 1998), Suharyono,
Aswitha, Halimun (1998) dan Bagian Ilmu Kesehatan anak FK UI (1988), menyatakan
bahwa jumlah cairan yang hilang menurut derajat dehidrasi pada anak di bawah 2 tahun
adalah sebagai berikut :
Keterangan :
J. PENATALAKSANAAN
Penatalaksanaan diare akut karena infeksi pada orang dewasa terdiri atas:
- Mengukur BJ Plasma
Kebutuhan cairan dihitung dengan rumus:
BJ Plasma – 1,025
---------------------- x BB x 4 ml
0,001
- Metode Pierce
Berdasarkan keadaan klinis, yakni:
* diare ringan, kebutuhan cairan = 5% x kg BB
* diare sedang, kebutuhan cairan = 8% x kg BB
* diare ringan, kebutuhan cairan = 10% x kg BB
- Metode Daldiyono
Berdasarkan skoring keadaan klinis sebagai berikut:
* Rasa haus/muntah =1
* BP sistolik 60-90 mmHg =1
* BP sistolik <60 mmHg =2
* Frekuensi nadi >120 x/mnt =1
* Kesadaran apatis =1
* Kesadaran somnolen, sopor atau koma =2
* Frekuensi napas >30 x/mnt =1
* Facies cholerica =2
* Vox cholerica =2
* Turgor kulit menurun =1
* Washer women’s hand =1
* Ekstremitas dingin =1
* Sianosis =2
* Usia 50-60 tahun =1
* Usia >60 tahun =2
Kebutuhan cairan =
Skor
-------- x 10% x kgBB x 1 ltr
15
Bila ada demam tinggi dan dicurigai adanya infeksi sistemik pemeriksaan
biakan empedu, Widal, preparat malaria serta serologi Helicobacter jejuni sangat
dianjurkan. Pemeriksaan khusus seperti serologi amuba, jamur dan Rotavirus
biasanya menyusul setelah melihat hasil pemeriksaan penyaring.
1. Medis
Dasar pengobatan diare adalah:
a. Pemberian cairan, jenis cairan, cara memberikan cairan, jumlah pemberiannya.
1) Cairan per oral
Pada klien dengan dehidrasi ringan dan sedang diberikan peroral
berupa cairan yang bersifat NaCl dan NaHCO3 dan glukosa. Untuk diare akut
dan kolera pada anak diatas 6 bulan kadar Natrium 90 mEg/l. Pada anak
dibawah umur 6 bulan dengan dehidrasi ringan-sedang kadar natrium 50-60
mEg/l. Formula lengkap disebut oralit, sedangkan larutan gula garam dan tajin
disebut formula yang tidak lengkap karena banyak mengandung NaCl dan
sukrosa.
2) Cairan parentral
Diberikan pada klien yang mengalami dehidrasi berat, dengan rincian
sebagai berikut:
- Untuk anak umur 1 bl-2 tahun berat badan 3-10 kg
1 jam pertama : 40 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infus set
berukuran 1 ml=15 tts atau 13 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20
tetes).
7 jam berikutnya : 12 ml/kgBB/menit= 3 tts/kgBB/mnt (infusset
berukuran 1 ml=15 tts atau 4 tts/kgBB/menit (set infus 1 ml=20 tetes).
16 jam berikutnya : 125 ml/kgBB/ oralit
- Untuk anak lebih dari 2-5 tahun dengan berat badan 10-15 kg
1 jam pertama : 30 ml/kgBB/jam atau 8 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 10
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
- Untuk anak lebih dari 5-10 tahun dengan berat badan 15-25 kg
1 jam pertama : 20 ml/kgBB/jam atau 5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 7
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
7 jam berikut : 10 ml/kgBB/jam atau 2,5 tts/kgBB/mnt (1 ml=15 tts atau 3
tts/kgBB/menit (1 ml=20 tetes).
16 jam berikut : 105 ml/kgBB oralit per oral.
- Untuk bayi baru lahir dengan berat badan 2-3 kg
Kebutuhan cairan: 125 ml + 100 ml + 25 ml = 250 ml/kg/BB/24 jam, jenis
cairan 4:1 (4 bagian glukosa 5% + 1 bagian NaHCO3 1½ %.
Kecepatan : 4 jam pertama : 25 ml/kgBB/jam atau 6 tts/kgBB/menit (1 ml
= 15 tts) 8 tts/kg/BB/mt (1mt=20 tts).
b. Pengobatan dietetik
Untuk anak dibawah 1 tahun dan anak diatas 1 tahun dengan berat badan
kurang dari 7 kg, jenis makanan:
- Susu (ASI, susu formula yang mengandung laktosa rendah dan lemak tak
jenuh
- Makanan setengah padat (bubur atau makanan padat (nasi tim)
- Susu khusus yang disesuaikan dengan kelainan yang ditemukan misalnya susu
yang tidak mengandung laktosa dan asam lemak yang berantai sedang atau tak
jenuh.
c. Obat-obatan
Prinsip pengobatan menggantikan cairan yang hilang dengan cairan yang
mengandung elektrolit dan glukosa atau karbohidrat lain.
ASUHAN KEPERAWATAN
GASTROENTERITIS AKUT
PENGKAJIAN KEPERAWATAN
1. Identitas
Perlu diperhatikan adalah usia. Episode diare terjadi pada 2 tahun pertama
kehidupan. Insiden paling tinggi adalah golongan umur 6-11 bulan. Kebanyakan
kuman usus merangsang kekebalan terhadap infeksi, hal ini membantu menjelaskan
penurunan insidence penyakit pada anak yang lebih besar. Pada umur 2 tahun atau
lebih imunitas aktif mulai terbentuk. Kebanyakan kasus karena infeksi usus
asimptomatik dan kuman enteric menyebar terutama klien tidak menyadari adanya
infeksi. Status ekonomi juga berpengaruh terutama dilihat dari pola makan dan
perawatannya .
2. Keluhan Utama
BAB lebih dari 3 x
5. Riwayat Nutrisi
Pada anak usia toddler makanan yang diberikan seperti pada orang dewasa, porsi
yang diberikan 3 kali setiap hari dengan tambahan buah dan susu. kekurangan gizi
pada anak usia toddler sangat rentan,. Cara pengelolahan makanan yang baik,
menjaga kebersihan dan sanitasi makanan, kebiasan cuci tangan,
o Gerakan kasar dan halus, bacara, bahasa dan kecerdasan, bergaul dan
mandiri : Umur 2-3 tahun :
1. berdiri dengan satu kaki tampa berpegangan sedikitpun 2 hitungan
(GK)
2. Meniru membuat garis lurus (GH)
3. Menyatakan keinginan sedikitnya dengan dua kata (BBK)
4. Melepasa pakaian sendiri (BM)
9. Pemeriksaan Fisik
a. pengukuran panjang badan, berat badan menurun, lingkar lengan mengecil,
lingkar kepala, lingkar abdomen membesar,
b. keadaan umum : klien lemah, gelisah, rewel, lesu, kesadaran menurun.
c. Kepala : ubun-ubun tak teraba cekung karena sudah menutup pada anak
umur 1 tahun lebih
d. Mata : cekung, kering, sangat cekung
e. Sistem pencernaan : mukosa mulut kering, distensi abdomen, peristaltic
meningkat > 35 x/mnt, nafsu makan menurun, mual muntah, minum normal
atau tidak haus, minum lahap dan kelihatan haus, minum sedikit atau
kelihatan bisa minum
f. Sistem Pernafasan : dispnea, pernafasan cepat > 40 x/mnt karena asidosis
metabolic (kontraksi otot pernafasan)
g. Sistem kardiovaskuler : nadi cepat > 120 x/mnt dan lemah, tensi menurun
pada diare sedang .
h. Sistem integumen : warna kulit pucat, turgor menurun > 2 dt, suhu
meningkat > 375 0
c, akral hangat, akral dingin (waspada syok), capillary
refill time memajang > 2 dt, kemerahan pada daerah perianal.
i. Sistem perkemihan : urin produksi oliguria sampai anuria (200-400 ml/ 24
jam ), frekuensi berkurang dari sebelum sakit.
j. Dampak hospitalisasi : semua anak sakit yang MRS bisa mengalami stress
yang berupa perpisahan, kehilangan waktu bermain, terhadap tindakan
invasive respon yang ditunjukan adalah protes, putus asa, dan kemudian
menerima.
10. Pemeriksaan Penunjang
1) Laboratorium :
feses kultur : Bakteri, virus, parasit, candida
Serum elektrolit : Hipo natremi, Hipernatremi, hipokalemi
AGD : asidosis metabolic ( Ph menurun, pO2 meningkat, pcO2
meningkat, HCO3 menurun )
Faal ginjal : UC meningkat (GGA)
2) Radiologi : mungkin ditemukan bronchopemoni
PENATALAKSANAAN DIARE
Rehidrasi
1. jenis cairan
1) Cara rehidrasi oral
o Formula lengkap (NaCl, NaHCO3, KCl dan Glukosa) seperti orali, pedyalit
setiap kali diare.
o Formula sederhana ( NaCl dan sukrosa)
2) Cara parenteral
o Cairan I : RL dan NS
o Cairan II : D5 ¼ salin,nabic. KCL
D5 : RL = 4 : 1 + KCL
o HSD (half strengh darrow) D ½ 2,5 NS cairan khusus pada diare usia > 3
bulan.
2. Jalan pemberian
1) Oral (dehidrasi sedang, anak mau minum, kesadaran baik)
2) Intra gastric ( bila anak tak mau minum,makan, kesadran menurun)
3. Jumlah Cairan ; tergantung pada :
1) Defisit ( derajat dehidrasi)
2) Kehilangan sesaat (concurrent less)
3) Rumatan (maintenance).
4. Jadwal / kecepatan cairan
1) Pada anak usia 1- 5 tahun dengan pemberian 3 gelas bila berat badanya
kurang lebih 13 kg : maka pemberianya adalah :
o BB (kg) x 50 cc
o BB (kg) x 10 – 20 = 130 – 260 cc setiap diare = 1 gls.
2) Terapi standar pada anak dengan diare sedang :
+ 50 cc/kg/3 jam atau 5 tetes/kg/mnt
Terapi
a. Umur > 1 tahun dengan BB>7 kg, makanan padat / makanan cair atau susu
b. Dalam keadaan malbasorbsi berat serta alergi protein susu sapi dapat diberi elemen
atau semi elemental formula.
Supportif
DIAGNOSA KEPERAWATAN
1. Perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan tubuh berhubungan dengan diare atau
output berlebihan dan intake yang kurang
2. Gangguan keseimbangan cairan dan elektrolit berhubungan dengan kehilangan
cairan skunder terhadap diare.
3. Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi skunder
terhadap diare
4. Resiko gangguan integritas kulit berhubungan dengan peningkatan frekwensi diare.
5. Resiko tinggi gangguan tumbuh kembang berhubungan dengan BB menurun terus
menerus.
6. Kecemasan anak berhubungan dengan tindakan invasive
INTERVENSI KEPERAWATAN
Kriteria hasil :
o Tanda vital dalam batas normal (N: 120-60 x/mnt, S; 36-37,50 c, RR : < 40
x/mnt )
o Turgor elastik , membran mukosa bibir basah, mata tidak cowong, UUB tidak
cekung.
o Konsistensi BAB lembek, frekwensi 1 kali perhari
Intervensi :
4) Anjurkan keluarga untuk memberi minum banyak pada kien, 2-3 lt/hr
R/ Mengganti cairan dan elektrolit yang hilang secara oral
5) Kolaborasi :
- Pemeriksaan laboratorium serum elektrolit (Na, K,Ca, BUN)
R/ koreksi keseimbang cairan dan elektrolit, BUN untuk mengetahui faal
ginjal (kompensasi).
2) Ciptakan lingkungan yang bersih, jauh dari bau yang tak sedap atau sampah, sajikan
makanan dalam keadaan hangat
R/ situasi yang nyaman, rileks akan merangsang nafsu makan.
Diagnosa 3 : Resiko peningkatan suhu tubuh berhubungan dengan proses infeksi dampak
sekunder dari diare
Tidak terdapat tanda infeksi (rubur, dolor, kalor, tumor, fungtio leasa)
Intervensi :
Tujuan : setelah dilakukan tindaka keperawtan selama di rumah sakit integritas kulit tidak
terganggu
2) Demontrasikan serta libatkan keluarga dalam merawat perianal (bila basah dan
mengganti pakaian bawah serta alasnya)
R/ Mencegah terjadinya iritassi kulit yang tak diharapkan oleh karena kelebaban
dan keasaman feces
3) Atur posisi tidur atau duduk dengan selang waktu 2-3 jam
R/ Melancarkan vaskulerisasi, mengurangi penekanan yang lama sehingga tak
terjadi iskemi dan irirtasi .
Kriteria hasil : Mau menerima tindakan perawatan, klien tampak tenang dan tidak rewel
Intervensi :
3) Berikan pujian jika klien mau diberikan tindakan perawatan dan pengobatan
R/ menambah rasa percaya diri anak akan keberanian dan kemampuannya
4) Lakukan kontak sesering mungkin dan lakukan komunikasi baik verbal maupun non
verbal (sentuhan, belaian dll)
R/ Kasih saying serta pengenalan diri perawat akan menunbuhkan rasa aman pada
klien.
Arjatmo T. 2001. Keadaan Gawat yang mengancam jiwa, Jakarta gaya baru
Betz Cecily L, Sowden Linda A. 2002. Buku Saku KeperawatanPediatik, Jakarta, EGC
Lab/ UPF IKA, 1994. Pedoman Diagnosa dan Terapi . RSUD Dr. Soetomo. Surabaya.
Price & Wilson (1995), Patofisologi-Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit, Buku 1, Ed.4,
EGC, Jakarta
Sachasin Rosa M. 1996. Prinsip Keperawatan Pediatik. Alih bahasa : Manulang R.F. Jakarta,
EGC
Soeparman & Waspadji (1990), Ilmu Penyakit Dalam, Jilid I, Ed. Ke-3, BP FKUI, Jakarta.
Pertumbuhan adalah bertambahnya jumlah dan besarnya sel di seluruh bagian tubuh
yang secara kuantitatif dapat diukur. Sedangkan perkembangan adalah bertambah
sempurnanya fungsi alat tubuh yang dapat dicapai melalui tumbuh, kematangan dan belajar.
Pusat aktivitas yang menyenagka di dalam mulutnya, anak mendapat kepuasaan saat
mendapat ASI, kepuasan bertambah dengan aktifitas mengisap jari dan tangannya atau benda
– benda sekitarnya.
Meliputi retensi dan pengeluaran feces. Pusat kenikmatanya pada anus saat BAB, waktu
yang tepat untuk mengajarkan disiplin dan bertanggung jawab.
Tertarik pada perbedaan antomis laki dan perempuan, ibu menjadi tokoh sentral bila
menghadapi persoalan. Kedekatan ank laki – laki pada ibunya menimbulkan gairah sexual
dan perasaan cinta yang disebut oedipus compleks.
4. Fase latent (4 – 5 tahun sampai masa pubertas )
Masa tenang tetapi anak mengalami perkembangan pesat aspek motorik dan kognitifnya.
Disebut juga fase homosexual alamiah karena anak – nak mencari teman sesuai jenis
kelaminnya, serta mencari figur (role model) sesuai jenis kelaminnya dari orang dewasa.
5. Fase Genitalia
Alat reproduksi sudah muali matang, heteroseksual dan mulai menjalin hubungan rasa
cinta dengan berbeda jenis kelamin.
Prilaku anak banyak melibatkan motorik, belum terjadi kegiatan mental yang bersifat
simbolis (berfikir). Sekitar usia 18 – 24 bulan anak mulai bisa melakukan operations, awal
kemampuan berfikir.
Tahap pra konseptual (2 – 4 tahun) anak melihat dunia hanya dalam hubungan dengan
dirinya, pola pikir egosentris. Pola berfikir ada dua yaitu : transduktif ; anak mendasarkan
kesimpulannya pada suatu peristiwa tertentu (ayam bertelur jadi semua binatang bertelur)
atau karena ciri – ciri objek tertentu (truk dan mobil sama karena punya roda empat). Pola
penalaran sinkretik terjadi bila anak mulai selalu mengubah – ubah kriteria klasifikasinya.
Misal mula – mula ia mengelompokan truk, sedan dan bus sendiri – sendiri, tapi kemudia
mengelompokan mereka berdasarkan warnanya, lalu berdasarkan besar – kecilnya dst. Tahap
intuitif ( 4 – 7 tahun) Pola fikir berdasar intuitif, penalaran masih kaku, terpusat pada bagian
bagian terentu dari objek dan semata –mata didasarkan atas penampakan objek.
Konversi menunjukan anak mampu menawar satu objek yang diubah bagaimanapun
bentuknya, bila tidak ditambah atau dikurangi maka volumenya tetap. Seriasi menunjukan
anak mampu mengklasifikasikan objek menurut berbagai macam cirinya seperti : tinggi,
besar, kecil, warna, bentuk dst.
1. Tahap operasional – formal (mulai usia 12 tahun)
Anak dapat melakukan representasi simbolis tanpa menghadapi objek – objek yang ia
fikirkan. Pola fikir menjadi lebih fleksibel melihat persoalan dari berbagai sudut yang
berbeda.
Kebutuhan rasa aman dan ketidakberdayaannya menyebabkan konflik basic trust dan
mistrust, bila anak mendapatkan rasa amannya maka anak akan mengembangkan
kepercayaan diri terhadap lingkungannya, ibu sangat berperan penting.
Organ tubuh lebih matang dan terkoordinasi dengan baik sehingga terjadi peningkatan
keterampilan motorik, anak perlu dukungan, pujian, pengakuan, perhatian serta dorongan
sehingga menimbulkan kepercayaan terhadap dirinya, sebaliknya celaan hanya akan
membuat anak bertindak dan berfikir ragu – ragu. Kedua orang tua objek sosial terdekat
dengan anak.
Bila tahap sebelumnya anak mengembangkan rasa percaya diri dan mandiri, anak akan
mengembnagkan kemampuan berinisiatif yaitu perasaan bebas untuk melalukan sesuatu atas
kehendak sendiri. Bila tahap sebelumnya yang dikembangkan adalah sikap ragu-ragu, maka
ia kan selalu merasa bersalah dan tidak berani mengambil tindakan atas kehendak sendiri.
Logika anak sudah mulai tumbuh dan anak sudah mulai sekolah, tuntutan peran dirinya
dan bagi orang lain semakin luas sehingga konflik anak masa ini adalah rasa mampu dan
rendah diri. Bila lingkungan ekstern lebih banyak menghargainya maka akan muncul rasa
percaya diri tetapi bila sebaliknya, anak akan rendah diri.
1. Identity vs Role confusion ( mulai 12 tahun)
Anak mulai dihadapkan pada harapan – harapan kelompoknya dan dorongan yang makin
kuat untuk mengenal dirinya sendiri. Ia mulai berfikir bagaimana masa depannya, anak mulai
mencari identitas dirinya serta perannya, jiak ia berhasil melewati tahap ini maka ia tidak
akan bingung menghadapi perannya
Individu sudah mulai mencari pasangan hidup. Kesiapan membina hubungan dengan
orang lain, perasaan kasih sayang dan keintiman, sedang yang tidak mampu melakukannya
akan mempunyai perasaan terkucil atau tersaing.
Adanya tuntutan untuk membantu orang lain di luar keluarganya, pengabdian masyarakat
dan manusia pada umumnya. Pengalaman di masa lalu menyebabkan individu mampu
berbuat banyak untuk kemanusiaan, khususnya generasi mendatang tetapi bila tahap – tahap
silam, ia memperoleh banyak pengalaman negatif maka mungkin ia terkurung dalam
kebutuhan dan persoalannya sendiri.
Memasuki masa ini, individu akan menengok masa lalu. Kepuasan akan prestasi, dan
tindakan-tindakan dimasa lalu akan menimbbulkan perasaan puas. Bila ia merasa semuanya
belum siap atau gagal akan timbul kekecewaan yang mendalam.
1. Pra-konvensional
Mulanya ditandai dengan besarnya pengaruh wawasan kepatuhan dan hukuman terhadap
prilaku anak. Penilaian terhadap prilaku didasarkan atas akibat sikap yang ditimbulkan oleh
prilaku. Dalam tahap selanjutnya anak mulai menyesuaikan diri dengan harapan – harapan
lingkungan untuk memperoleh hadiah, yaitu senyum, pujian atau benda.
2. Konvensional
Anak terpaksa menyesuaikan diri dengan harapan lingkungan atau ketertiban sosial agar
disebut anak baik atau anak manis
3. Purna konvensional
Anak mulai mengambil keputusan baik dan buruk secara mandiri. Prinsip pribadi
mempunyai peranan penting. Penyesuaian diri terhadap segala aturan di sekitarnya lebih
didasarkan atas penghargaannya serta rasa hormatnya terhadap orang lain.
Menurut Hurlock, masa bayi mempunyai emosi yang berupa kegairahan umum, sebelum
bayi bicara ia sudah mengembangkan emosi heran, malu, gembira, marah dan takut.
Perkembangan emosi sangat dipengaruhi oleh faktor kematangan dan belajar. Pengalaman
emosional sangat tergantung dari seberapa jauh individu dapat mengerti rangsangan yang
diterimanya. Otak yang matang dan pengalaman belajar memberikan sumbangan yang besar
terhadap perkembangan emosi, selanjutnya perkembngan emosi dipengaruhi oleh harapan
orang tua dan lingkungan.
6. Perkembangan Psikososial
Proses pertumbuhan dan perkembangan anak, tidak selamanya berjalan sesuai yang
diharapkan. Hal ini disebabkan karena banyak faktor yang mempengaruhinya, baik faktor
yang dapat diubah/dimodifikasi yaitu faktor keturunan, maupun faktor yang tidak dapat
diubah/dimodifikasi yaitu faktor lingkungan. Apabila ada faktor lingkungan yang
menyebabkan gangguan terhadap proses tumbuh kembang anak, maka faktor tersebut perlu
diubah (dimodifikasi).
1. Seks
kecepatan pertumbuhan dan perkembangan pada seorang anak wanita berbeda
dengan anak laki-laki
2. Ras
Anak keturunan bangsa Eropa lebih tinggi dan besar dibandingkan dengan
anak keturunan bangsa Asia.
2. Faktor Lingkungan
1. Kebudayaan
Kebudayaan suatu daerah akan mempengaruhi kepercayaan adat kebiasaan dan tingkah
laku dalam merawat dan mendidik anak.
Keadaan sosial ekonomi keluarga dapat mempengaruhi pola asuhan terhadap anak.
Misalnya orang tua yang mempunyai pendidikan cukup mudah menerima dan menerapkan
ide-ide utuk pemberian asuhan terhadap anak
3. Nutrisi
Untuk tumbuh kembang, anak memerlukan nutrisi yang adekuat yang didapat dari makan
yang bergizi. Kekurangan nutrisi dapat diakibatkan karena pemasukan nutrisi yang kurang
baik kualitas maupun kuantitas, aktivitas fisik yang terlalu aktif, penyakit-penyakit fisik yang
menyebabkan nafsu makan berkurang, gangguan absorpsi usus serata keadaan emosi yang
menyebabkan berkurangnya nafsu makan.
Disebabkan karena adanya penyakit atau kecelakaan yang dapat menggangu proses
pertumbuhan dan perkembangan anak.
5. Olahraga
1. Lingkungan internal
1) Intelegensi
2) Hormon
3) Emosi
Hubungan yang hangat dengan ornag lain seperti ayah, ibu, saudara, teman sebaya
serta guru akan memberi pengaruh pada perkembangan emosi, sosial dan intelektual anak.
Pada saat anakberinteraksi dengan keluarga maka kan mempengaruhi interaksi anak di luar
rumah. Apabila kebutuhan emosi anak tidak dapat terenuhi
KONSEP DDST
Agar lebih cepat dalam melaksanakan skrining, maka dapat digunakan tahap pra
skrining dengan menggunakan :
1. DDST Short Form, yang masing-masing sektor hanya diambil 3 tugas (sehingga
seluruhnya ada 12 tugas) yang ditanyakan pada ibunya. Bila didapatkan salah satu
gagal atau ditolak, maka dianggap “suspect” dan perlu dilanjutkan dengan DDST
lengkap.
2. PDQ (Pra-Screening Development Questionnaire)
Bentuk kuisioner ini digunakan bagi orang tua yang berpendidikan SLTA ke atas
dapat diisi orang tua di rumah atau pada saat menunggu di klinik.Dipilih 10
pertanyaan pada kuisioner yang sesuai dengan umur anak.Kemudian dinilai
berdasarkan kriteria yang sudah ditentukan dan pada kasus yang dicurigai
dilakukan tes DDST lengkap. (Soetjiningsih, 1998)
KONSEP IMUNISASI
Hepatitis B
Ibuhamil
DPT
Ensefalofi
Polio
1. Demam
2. muntah / diare
3. konsumsi obati munosupresif
4. radiasi umum
5. keganasan
6. pend HIV
Campak
1. demam
2. TB tanpa pengobatan
3. Imunosupresi
7. Manfaat Imunisasi
a. Untuk anak
Mencegah penderitaan yang disebabkan oleh penyakit, dan kemungkinan
cacat atau kematian.
b. Untuk keluarga
Menghilangkan kecemasan dan psikologi pengobatan bila anak
sakit.Mendorong pembentukan keluarga apabila orang tua yakin bahwa anaknya
akan menjalani masa kanak-kanak yang nyaman.
c. Untuk Negara
Memperbaiki tingkat kesehatan, menciptakan bangsa yang kuat dan berakal
untuk melanjutkan pembangunan negara (Proverawati,2010 )
3) Pemberian imunisasi
a) Pastikan vaksin masih berkualitas/poten
(1) VVM A atau B
(2) Belum kadaluarsa
(3) Lebel vaksin masih ada dan terbaca
(4) Vaksin DPT-HB-Hib belum pernah mengalami pembekuan
(5) Belum melewati ketentuan masa pakai (vaksin sisa pelayanan
statis)
b) Gunakan alat suntik sekali pakai atau Auto Disable Syiringe (ADS)
c) Dosis dan cara pemberian imunisasi DPT-HB-Hib
(1) Dosis pemberian 0,5 ml
(2) Cara penyuntikan intramuskuler, disuntikkan di paha
anterolateral pada bayi dan dilengan kanan atas pada batita saat
imunisasi lanjutan
(3) Bayi atau anak dipangku dengan posisi menghadap kedepan.
Pegang lokasi suntikan dengan ibu jari dan jari telunjuk
(4) Suntikkan vaksin dengan posisi jarum suntik 90° terhadap
permukaan kulit
(5) Suntikkan pelan-pelan untuk mengurangi rasa sakit
d) Penyuluhan
Penyuluhan dilakukan sebelum dan sesudah pelayanan imunisasi.
Materi yang diberikan tentang alasan pemberian imunisasi DPT-HB-
Hib, mamfaat dan keluhan yang mungkin terjadi setelah imunisasi dan
cara penanggulangannya.
KONSEP BERMAIN
A. DEFINISI BERMAIN
Bermain adalah suatu kegiatan yang dilakukan dengan atau tanpa mempergunakan
alat yang menghasilkan pengertian atau memberikan informasi, memberi kesenangan maupun
mengembangkan imajinasi anak (Anggani Sudono, 2000)
Bermain adalah kegiatan yang dilakukan berulang-ulang demi kesenangan, tanpa ada
tujuan atau sasaran yang hendak dicapai (Suhendi et al, 2001)
Bermain sama dengan bekerja pada orang dewasa, dan merupakan aspek terpenting dalam
kehidupan anak serta merupakan satu cara yang paling efektif untuk menurunkan stress pada
anak, dan penting untuk kesejahteraan mental dan emosional anak (Champbell dan Glaser,
1995). Bermain tidak sekedar mengisi waktu tetapi merupakan kebutuhan anak seperti halnya
makanan, perawatan dan cinta kasih. Dengan bermain anak akan menemukan kekuatan serta
kelemahannya sendiri, minatnya, cara menyelesaikan tugas-tugas dalam bermain
(Soetjiningsih, 1995)
B. FUNGSI BERMAIN
Pada saat bermain, anak melakukan eksplorasi dan manipulasi terhadap segala sesuatu
yang ada di lingkungan sekitarnya, terutama mengenal warna, bentuk, ukuran, tekstur
dan membedakan objek. Pada saat bermain pula anak akan melatih diri untuk
memecahkan masalah. Pada saat anak bermain mobil-mobilan, kemudian bannya
terlepas dan anak dapat memperbaikinya maka ia telah belajar memecahkan
masalahnya melalui eksplorasi alat mainannya dan untuk mencapai kemampuan ini,
anak menggunakan daya pikir dan imajinasinya semaksimal mungkin. Semakin sering
anak melakukan eksplorasi seperti ini akan semakin terlatih kemampuan
intelektualnya.
· Perkembangan Social
· Perkembangan Kreativitas
· Perkembangan Moral
Anak mempelajari nilai benar dan salah dari lingkungannya, terutama dari orang tua
dan guru. Dengan melakukan aktivitas bermain, anak akan mendapatkan kesempatan
untuk menerapkan nilai-nilai tersebut sehingga dapat diterima di lingkungannya dan
dapat menyesuaikan diri dengan aturan-aturan kelompok yang ada dalam
lingkungannya. Melalui kegiatan bermain anak juga akan belajar nilai moral dan
etika, belajar membedakan mana yang benar dan mana yang salah, serta belajar
bertanggung-jawab atas segala tindakan yang telah dilakukannya. Misalnya, merebut
mainan teman merupakan perbuatan yang tidak baik dan membereskan alat permainan
sesudah bermain adalah membelajarkan anak untuk bertanggung-jawab terhadap
tindakan serta barang yang dimilikinya. Sesuai dengan kemampuan kognitifnya, bagi
anak usia toddler dan prasekolah, permainan adalah media yang efektif untuk
mengembangkan nilai moral dibandingkan dengan memberikan nasihat. Oleh karena
itu, penting peran orang tua untuk mengawasi anak saat anak melakukan aktivitas
bermain dan mengajarkan nilai moral, seperti baik/buruk atau benar/salah.
Pada saat dirawat di rumah sakit, anak akan mengalami berbagai perasaan yang
sangat tidak menyenangkan, seperti marah, takut, cemas, sedih, dan nyeri. Perasaan
tersebut merupakan dampak dari hospitalisasi yang dialami anak karena menghadapi
beberapa stressor yang ada dilingkungan rumah sakit. Untuk itu, dengan melakukan
permainan anak akan terlepas dari ketegangan dan stress yang dialaminya karena
dengan melakukan permainan anak akan depat mengalihkan rasa sakitnya pada
permainannya (distraksi) dan relaksasi melalui kesenangannya melakukan permainan.
Hal tersebut terutama terjadi pada anak yang belum mampu mengekspresikannya
secra verbal. Dengan demikian, permainan adalah media komunikasi antar anak
dengan orang lain, termasuk dengan perawat atau petugas kesehatan dirumah sakit.
Perawat dapat mengkaji perasaan dan pikiran anak melalui ekspresi nonverbal yang
ditunjukkan selama melakukan permainan atau melalui interaksi yang ditunjukkan
anak dengan orang tua dan teman kelompok bermainnya.
C. TUJUAN BERMAIN
Melalui fungsi yang terurai diatas, pada prinsipnya bermain mempunyai tujuan
sebagai berikut :
1. Untuk melanjutkan pertumbuhan dan perkembangan yang normal pada saat sakit
anak mengalami gangguan dalam pertumbuhan dan perkembangannya. Walaupun
demikian, selam anak dirawat di rumah sakit, kegiatan sitimulasi pertumbuhan
dan perkembangan masih harus tetap dilanjutkan untuk menjaga
kesinambungannya
4. Dapat beradaptasi secara efektif terhadap stress karena sakit dan dirawat dirumah
sakit
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Smith et al; Garvev; Rubin, Fein dan
Vandenberg (Johnson et al, 1999) diungkapkan adanya beberapa cirri kegiatan
bermain yaitu :
2. Perasaan dari orang yang terlibat dalam kegiatan bermain diwarnai oleh emosi-
emosi yang positif
5. Bebas memilih, dan ciri ini merupakan elemen yang sangat penting bagi konsep
bermain pada anak-anak kecil.
E. KLASIFIKASI BERMAIN
Ada beberapa jenis permainan, baik ditinjau dari isi permainan, karakter social dan
kelompok usia anak. Dibawah ini akan dibahas secara rinci satu per satu :
1. Berdasarkan Isi Permainan
Permainan ini menggunakan alat yang dapat menimbulkan rasa senang pada anak
dan biasanya mengasyikkan. Misalnya, dengan menggunakan pasir, anak akan membuat
gunung-gunungan atau benda-benda apa saja yang dapat dibentuknya dengan pasir . Bisa
juga dengan menggunakan air anak akan melakukan macam-macam permainan, misalnya
memindah-mindahkan air ke botol, bak, atau tempat lain. Cirri khas permainan ini adalah
anak akan semakin asyik bersentuhan dengan alat permainan ini dan dengan permainan
yang dilakukannya sehingga susah dihentikan
c. Skill play
e. Unoccupied behaviour
f. Dramatic play
Sesuai dengan sebutannya, pada permainan ini anak memainkan peran sebagai
orang lain melalui permainannya. Anak berceloteh sambil berpakaian meniru
orang dewasa, misalnya ibu guru, ibunya, ayahnya, kakaknya, dan sebagainya
yang ingin ia tiru. Apabila anak bermain dengan temannya, akan terjadi
percakapan di antara mereka tentang peran orang yang mereka tiru. Permainan
ini penting untuk proses identifikasi anak terhadap peran tertentu .
a. Onlooker play
Pada jenis permainan ini, anak hanya mengamati temannya yang sedang
bermain, tanpa ada inisiatif untuk ikut berpartisipasi dalam permainan. Jadi,
anak tersebut bersifat pasif, tetapi ada proses pengamatan terhadap permainan
yang sedang dilakukan temannya.
b. Solitary play
Pada permainan ini, anak tampak berada dalam kelompok permainan, tetapi anak
bermain sendiri dengan alat permainan yang dimilikinya, dan alat permainan tersebut
berbeda dengan alat permainan yang digunakan temannya, tidak ada kerja sama, ataupun
komunikasi dengan teman sepermainannya
c. Parallel play
Pada permainan ini, anak dapat menggunakan alat permainan yang sama,
tetapi antara satu anak dengan anak lainnya tidak terjadi kontak satu sama lain
sehingga antara anak satu dengan anak lain tidak ada sosialisasi satu sama
lain. Biasanya permainan ini dilakukan oleh anak usia toddler.
d. Associative play
Pada permainan ini sudah terjadi komunikasi antara satu anak dengan anak
lain, tetapi tidak terorganisasi, tidak ada pemimpin atau yang memimpin
permainan, dan tujuan permainan tidak jelas. Contoh permainan jenis ini
adalah bermain boneka, bermain hujan-hujanan dan bermain masak-masakan.
e. Cooperative play
Aturan permainan dalam kelompok tampak lebih jelas pada permainan jenis
ini, juga tujuan dan pemimpin permainan. Anak yang memimpin permainan
mengatur dan mengarahkananggotanya untuk bertindak dalam permainan
sesuai dengan tujuan yang diharapkan dalam permainan tersebut. Misalnya,
pada permainan sepak bola, ada anak yang memimpin permainan, aturan main
harus dijalankan oleh anak dan mereka harus dapat mencapai tujuan bersama,
yaitu memenangkan permainan dengan memasukkan bola ke gawang lawan
mainnya.
Permainan untuk anak usia bayi dibagi menjadi bayi usia 0 – 3 bulan, usia 4 –
6 bulan, dan usia 7 – 9 bulan. Karakteristik permainan anak usia bayi adalah
“sense of pleasure play”.
Seperti yang telah disinggung diatas bahwa karakteristik khas permainan bagi usia
bayi adalah adanya interaksi social yang menyenangkan antara bayi dan
orang tua dan/atau orang dewasa sekitarnya. Selain itu, perasaan senang
juga menjadi cirri khas dari permainan untuk bayi di usia ini.
Alat permainan yang biasa digunakan, misalnya mainan gantungan yang
berwarna terang dengan bunyi musik yang menarik. Dari permainan
tersebut, secara visual bayi diberi objek yang berwarna terang dengan
tujuan menstimuli penglihatannya. Oleh karena itu bayi harus
ditidurkan atau diletakkan pada posisi yang memungkinkan agar dapat
memandang bebas ke sekelilingnya. Secara auditori ajak bayi berbicara,
beri kesempatan untuk mendengar pembicaraan, musik dan nyanyian
yang menyenangkan.
Jenis permainan yang tepat dipilih untuk anak usia toddler adalah “solitary
play dan parallel play”. Pada anak usia 1 sampai 2 tahun lebih jelas terlihat
anak melakukan permainan sendiri dengan mainannya sendir, sedangkan pada
usia lebih dari 2 tahun sampai 3 tahun, anak mulai dapat melakukan
permainan secara parallel karena sudah dapat berkomunikasi dalam
kelompoknya walaupun belum begitu jelas karena kemampuan berbahasa
blum begitu lancar. Jenis alat permainan yang tepat diberikan adalah
boneka, pasir, tanah liat dan lilin warna-warni yang dapat dibentuk benda
macam-macam
Oleh kerena itu jenis permainan yang sesuai adalah “associative play,
dramatic play dan skill play”. Anak melakukan permainan bersama-sama
dengan temannya dengan komunikasi yang sesuai dengan kemampuan
bahasanya. Anak juga sudah mampu memainkan peran orang tua tertentu yang
diidentifikasinya, seperti ayah, ibu dan bapak atau ibu gurunya. Permainan
yang menggunakan kemampuan motorik (skill paly) banyak dipilih anak usia
prasekolah. Untuk itu, jenis alat permainan yang tepat diberikan pada anak
misalnya, sepeda, mobil-mobilan, alat olah raga, berenang dan permainan
balok-balok besar
d. Anak usia sekolah (> 6 tahun sampai 12 tahun)
F. SYARAT BERMAIN
Ada beberapa hal yang dipersyaratkan untuk dapat melakukan kegiatan bermain yang
baik untuk anak, yaitu :
Tentu akan lebih baik jika anak dalam kondisi sehat. Namun anak yang sakitpun
diperbolehkan untuk bermain, malah bias mempercepat proses
kesembuhannya.tentunya jenis permainannya disesuaikan kondisi fisik. Misalnya
pilih permainan yang bisa dilakukan ditempat tidur seperti melipat, mewarnai,
menggambar atau mendengarkan dongeng, memainkan jari-jemari sambil bercerita,
main tebak-tebakan, dll.
3. Lama bermain
Tergantung karakteristik anak, ada yang aktif dan pasif. Namun sebaiknya
bermain tak terlalu lama agar anak tak mengabaikan tugas-tugas lainnya seperti
makan, mandi dan tidur. Untuk bayi, cukup 10-30 menit karena rentang
perhatiannya pun masih terbatas. Untuk anak yang lebih besar, buatlah komitmen
lebih dulu. Missal, boleh main selama 1 jam, setelah itu makan atau mandi.
Namun kita hurus konsisten dengan aturan itu agar anak tidak bingung. Bagi anak
yang sakit, jika ia butuh banyak istirahat, jangan dipaksa
Terlebih untuk bayi, keamanan mainan harus diperhatikan betul. Pilih yang tidak
mudah rusak/pecah ataupun terurai seperti manik-manik karena di khawatirkan
akan masuk mulut atau lubang telingan/hidung. Jangan pula memberikan mainan
yang bertali panjang, berukurang kecil dan menggunakan listrik. Selain itu secara
umum mainan anak haruslah tidak boleh ada bagian yang mudah tertelan, tidak
tajam atau berujung runcing, catnya tidak beracun (nontoxic), tidak mudah
mengelupas, tidak menjepit dan tidak menimbulkan api.
5. Dampingi anak
Penting diingat, mainan bukan pengganti orang tua, melainkan sarana untuk
mendekatkan hubungan orang tua dengan anak jadi, selalu dampingi anak kala
bermain. Tanpa arahan kita anak akan bermain sendiri tanpa mengenal tujuan dari
permainan tersebut. Oleh karena itu kita perlu selalu mendampingi mereka dalam
bermain. Hal ini juga untuk mengatasi segala persoalan yang dihadapi tiap anak,
seperti sulitnya berkonsentrasi terhadap suatu kegiatan. Situasi ini juga dapat
memacu pertumbuhan harga diri anak dengan memberikan penghargaan pada
setiap hasil kegiatan atau penemuan-penemuan anak dalam proses bermain.
Ada 5 (lima) factor yang mempengaruhi aktivitas bermain pada anak, yaitu :
Aktivitas bermain yang tepat dilakukan anak, yaitu sesuai dengan tahapan pertumbuhan
dan perkembangan anak. Tentunya permainan anak usia bayi tidak lagi efektif untuk
pertumbuhan dan perkembangan anak usia sekolah. Demikian juga sebaliknya karena
pada dasarnya permainan adalah alat stimulasi pertumbuhan dan perkembangan anak.
Dengan demikian, orang tua dan perawat harus mengetahui dan memberikan jenis
permainan yang tepat untuk setiap tahapan pertumbuhan dan perkembangan anak.
Ada bebarapa pndangan tentang konsep gender dalam kaitannya dengan permainan
anak. Dalam melaksanakan aktivitas bermain tidak membedakan jenis kelamin laki-
laki atau perempuan. Semua alat permainan dapat digunakan oleh anak laki-laki atau
perempuan untuk mengembangkan daya pikir, imajinasi, kreativitas dan kemampuan
social anak. Akan tetapi, ada pendapat lain yang meyakini bahwa permainan adalah
salah satu alat untuk membantu anak mengenal identitas diri sehingga sebagian alat
permainan anak perempuan tidak dianjurkan untuk digunakan oleh anak laki-laki. Hal
ini di latarbelakangi oleh alasan adanya tuntutan perilaku yang berbeda antara laki-
laki dan perempuan dan hal ini dipelajari melalui media permainan.
Alat dan jenis permainan yang cocok atau sesuai bagi anak
Orang tua harus bijaksana dalam memberikan alat permainan untuk anak. Pilih
yang sesuai dengan tahap tumbuh kembang anak. Label yang tertera pada mainan
harus dibaca terlebih dahulu sebelum membelinya, apakah mainan tersebut sesuai
dengan usia anak. Alat permainan tidak selalu harus yang dibeli di took atau
mainan jadi, tetapi lebih diutamakan yang dapat menstimulus imajinasi dan
kreativitas anak, bahkan seringkali mainan tradisional yang dibuat sendiri dari
atau berasal dari benda-benda di sekitar kehidupan anak, akan lebih merangsang
anak untuk kreatif. Alat permainan yang harus didorong, ditarik, dan
dimanipulasi, akan manegajarkan anak untuk dapat mengembangkan kemampuan
koordinasi alat gerak. Permainan membantu anak untuk meningkatkan
kemampuan dalam mengenal norma dan aturan serta interaksi social dengan orang
lain.
Orang tua dan anak dapat memilih mainan bersama-sama, tetapi yang harus diingat
bahwa alat permainan harus aman bagi anak. Oleh karena itu, orang tua harus membantu
anak memilihkan mainan yang aman.
3. Permainan pada anak di rumah sakit tidak hanya memberikan rasa senang pada
anak, tetapi juga akan membantu anak mengekspresikan perasaan dan pikiran
cemas, takut, sedih tegang dan nyeri
Kebutuhan bermain mengacu pada tahapan tumbuh kembang anak, sedangkan tujuan
yang ditetapkan harus memperhatikan prinsip bermain bagi anak di rumah sakit yaitu
menekankan pada upaya ekspresi sekaligus relaksasi dan distraksi dari perasaan takut,
cemas, sedih, tegang dan nyeri.
PROSES KEGIATAN BERMAIN
Uraikan kegiatan bermain yang akan dilakukan. Ingat bahwa perawat hanya sebagai
fasilitator dan kegiatan bermain harus dilakukan secara aktif oleh anak dan orang
tuanya. Kegiatan bermain yang dijalankan mengacu pada tujuan yang telah ditetapkan
sebelumnya. Apabila permainan akan dilakukan dalam kelompok, uraikan dengan
jelas aktivitas setiap anggota kelompok dalam permainan dan kegiatan orang tua
setiap anak.
Alat permainan yang digunakan tidak harus yang baru dan bagus. Gunakan alat
permainan yang dimiliki anak atau yang tersedia di ruang perawatan. Yang penting
adalah alat permainan yang digunakan harus menggambarkan kreativitas perawat dan
orang tua, serta dapat menjadi media untuk eksplorasi perasaan anak.
Selama kegiatan bermain respons anak dan orang tua harus diobservasi dan menjadi
catatan penting bagi perawat, bahkan apabila tampak adanya kelelahan pada anak
permainan tidak boleh di teruskan. Proses dalam melakukan permainan merupakan
hal yang terpenting, bukan semata-mata hasilnya.