Anda di halaman 1dari 31

ASUHAN KEPERAWATAN HIPERTIROID

Dosen Pembimbing : Herin Mawarti, S.Kep.Ns, M. Biomed,

Oleh :

1. AYU NOVIDIA ARIF (7314010)


2. ISWAHDANI MASKURO (7314025)
3. SITI MASRUROH (7314044)
4. SRIYANI

PROGAM STUDI S1 ILMU


KEPERAWATAN FAKULTAS ILMU
KESEHATAN
UNIVERSITAS PESANTREN TINGGI DARUL ULUM
JOMBANG 2016
0
KATA PENGANTAR
Alhamdulillah dengan memanjatkan puji syukur kehadirat Allah SWT atas rahmat
dan hidayah-Nya kami dapat menyelesaikan makalah yang berjudul “Asuhan Keperawatan

Hipertiroid”.

Dalam penyusunan Asuhan keperawatan ini kami telah mendapatkan bantuan dari
beberapa pihak.Oleh karena itu, kami mengucapkan terima kasih kepada :

1.Rektor UNIPDU Jombang :Bapak prof.Dr.H.Ahmad Zahro,Ma


2.Dekan Fakultas ilmu Kesehatan :Bapak H.Andi Yudianto,S.kep.Ns.M.Kes
3.Ka.Prodi S1 Keperawatan :Bapak Moh.Rajin,S.kep.Ns,M.Kes
4.Dosen Pembimbing :Ibu Herin Mawarti, S.Kep.Ns, M.Biomed
5.Orang tua,dosen,dan teman-teman atas do’a dan dorongannya.

Semoga dengan hadirnya makalah ini dapat menunjang dalam proses belajar. Kami
pun menyadari sepenuhnya bahwa makalah ini masih jauh dari kata sempurna. Oleh karena
itu, kritik dan saran yang membangun kami harapkan dari pembaca makalah ini.

Semoga makalah ini dapat bermanfaat bagi penulis khususnya dan bagi pembaca pada
umumnya.

Jombang, 23 Maret 2016

Penulis

1
DAFTAR ISI

Kata Pengantar...........................................................................................................1
Daftar isi …………………………………………………………………………… 2
BAB 1 PENDAHULUAN.........................................................................................3
1.1 Latar belakang….................................................................................................3
1.2 Tujuan…..............................................................................................................3
BAB II PEMBAHASAN..........................................................................................5
2.1. Definisi................................................................................................................5

2.2. Anatomi Fisiologi................................................................................................5

2.3. Etiologi.................................................................................................................7

2.4. Manifestasi klinis.................................................................................................9

2.5. Klasifikasi............................................................................................................9

2.6. Patofisiologi........................................................................................................10

2.7. Pathway...............................................................................................................12

2.8. Pemeriksaan penunjang.......................................................................................13

2.9. Penatalaksanaan..................................................................................................13

BAB III KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN......................................................15


3.1. Asuhan keperawatan…........................................................................................15

3.2. Pengkajian…........................................................................................................15

3.3. Diagnosa...............................................................................................................17

3.4. Intervensi..........................................................................................................................18

3.5. Evaluasi.................................................................................................................24

3.6. Discharge planning…...........................................................................................24

BAB IV PENUTUP.....................................................................................................25
4.1. Kesimpulan….......................................................................................................25

4.2. Saran…..................................................................................................................25

DAFTAR PUSTAKA.................................................................................................26
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. Latar Belakang

Hipertiroid di Indonesia masih banyak dijumpai, karena hipertiroid dapat disebabkan


beberapa penyebab antara lain : penyakit Graves (75%) Hipertiroid dapat terjadi di daerah
endemik maupun cukup yodium, sehingga masyarakat yang mengalami hipertiroid ini
memerlukan perawatan dan pengobatan yang baik. Hipertiroid lebih banyak pada wanita
dibandingkan pria dengan rasio 1:5, dan banyak terjadi di usia pertengahan. Beberapa
kepustakaan luar negeri menyebutkan insidensinya masa anak diperkirakan 1/100.000 anak
per tahun. Mulai 0,1/100.000 anak per tahun untuk anak usia 0-4 tahun meningkat sampai
dengan 3/100.000 anak per tahun pada usia remaja . Hipertiroid menyebabkan kelainan pada
banyak organ salah satunya pada sistem kardiovaskular. Beberapa studi dan penelitian
mengemukakan bahwa terjadi atrial fibrilasi 33 dari 47% pasien dengan umur lebih dari 60
tahun. Serta kurang dari 1% kasus serangan baru atrial fibrilasi disebabkan hipertiroid. Dan
penelitian yang dilakukan oleh Nakazawa melaporkan 11.345 pasien dengan hipertiroid 288
kasus disertai atrial fibrilasi, 6 kasus mengalami emboli sistemik, diantaranya mengalami
gagal jantung, diantaranya berusia > 50 tahun.

Kelainan tiroid merupakan kelainan endokrin tersering kedua yang ditemukan selama
kehamilan. Berbagai perubahan hormonal dan metabolik terjadi selama
kehamilan, menyebabkan perubahan kompleks pada fungsi tiroid maternal. Hipertiroid
adalah kelainan yang terjadi ketika kelenjar tiroid menghasilkan hormon tiroid yang
berlebihan dari kebutuhan tubuh

1.2. Tujuan
1. Tujuan Umum
Dari penyusunan makalah ini diharapkan penulis dapat mengerti, memahami dan
memperoleh gambaran tentang penerapan asuhan keperawatan pada klien hipertiroid.
2. Tujuan Khusus
Setelah penulisan makalah ini, penulis mampu :
a) Menjelaskan konsep dasar penyakit hipertiroid dimulai dari pengertian, penyebab,
patofisiologi, manifestasi klinik, pemeriksaan diagnostik sampai dengan
penatalaksanaan medik pada penderita hipertiroid.
b) Melakukan pengkajian pada klien penderita hipertiroid.
c) Merumuskan diagnosa keperawatan kepada klien penderita hipertiroid
d) Menyusun intervensi keperawatan pada klien penderita hipertiroid
e) Melaksanakan tindakan keperawatan pada klien penderita hipertiroid
f) Melakukan evaluasi keperawatan pada klien penderita hipertiroid
BAB II

PPEMBAHASAN

2.1. Definisi

Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) merupakan suatu keadaan di mana didapatkan


kelebihan hormon tiroid karena ini berhubungan dengan suatu kompleks fisiologis dan
biokimiawi yang ditemukan bila suatu jaringan memberikan hormon tiroid berlebihan.

Hipertiroidisme adalah kadar hormon tiroid yang bersirkulasi berlebihan. Gangguan


ini dapat terjadi akibat disfungsi kelenjar tiroid hipofisis, atau hipotalamus. (Elizabeth
J.Corwin:296)

Hipertiroidisme dapat didefinisikan sebagai respon jaringan-jaringan terhadap


pengaruh metabolik terhadap hormon tiroid yang berlebihan (Price & Wilson:337)

Hipertiroid adalah suatu ketidakseimbangan metabolik yang merupakan akibat dari


produksi hormon tiroid yang berlebihan. (Dongoes E, Marilynn , 2000 hal 708)

Hipertiroid atau Hipertiroidisme adalah suatu keadaan atau gambaran klinis akibat
produksi hormon tiroid yang berlebihan oleh kelenjar tiroid yang terlalu aktif. Karena tiroid
memproduksi hormon tiroksin dari lodium, maka lodium radiaktif dalam dosis kecil dapat
digunakan untuk mengobatinya (mengurangi intensitas fungsinya).

2.2. Anatomi Fisiologi

a. Anatomi
Kelenjar tiroid merupakan kelenjar berwarna merah kecoklatan dan sangat vascular.
Terletak di anterior cartilago thyroidea di bawah laring setinggi vertebra cervicalis 5 sampai
vertebra thorakalis 1. Kelenjar ini terselubungi lapisan pretracheal dari fascia cervicalis dan
terdiri atas 2 lobus, lobus dextra dan sinistra, yang dihubungkan oleh isthmus. Beratnya kira2
25 gr tetapi bervariasi pada tiap individu. Kelenjar tiroid sedikit lebih berat pada wanita
terutama saat menstruasi dan hamil. Lobus kelenjar tiroid seperti kerucut. Ujung apikalnya
menyimpang ke lateral ke garis oblique pada lamina cartilago thyroidea dan basisnya setinggi
cartilago trachea 4-5. Setiap lobus berukutan 5x3x2 cm. Isthmus menghubungkan bagian
bawah kedua lobus, walaupun terkadang pada beberapa orang tidak ada. Panjang dan
lebarnya kira2 1,25 cm dan biasanya anterior dari cartilgo trachea walaupun terkadang lebih
tinggi atau rendah karena kedudukan dan ukurannya berubah.

Kelenjar ini tersusun dari bentukan bentukan bulat dengan ukuran yang bervariasi
yang disebut thyroid follicle. Setiap thyroid follicle terdiri dari sel-sel selapis kubis pada
tepinya yang disebut SEL FOLIKEL dan mengelilingi koloid di dalamnya. Folikel ini
dikelilingi jaringan ikat tipis yang kaya dengan pembuluh darah. Sel folikel yang
mengelilingi thyroid folikel ini dapat berubah sesuai dengan aktivitas kelenjar thyroid
tersebut. Ada kelenjar thyroid yang hipoaktif, sel foikel menjadi kubis rendah, bahkan dapat
menjadi pipih. Tetapi bila aktivitas kelenjar ini tinggi, sel folikel dapat berubah menjadi
silindris, dengan warna koloid yang dapat berbeda pada setiap thyroid folikel dan sering kali
terdapat Vacuola Resorbsi pada koloid tersebut.

b. Fisiologi

Hormon tiroid dihasilkan oleh kelenjar tiroid. Kelenjar tiroid memiliki dua buah
lobus, dihubungkan oleh isthmus, terletak di kartilago krokoidea di leher pada cincin trakea
ke dua dan tiga. Kelenjar tiroid berfungsi untuk pertumbuhan dan mempercepat metabolisme.
Kelenjar tiroid menghasilkan dua hormon yang penting yaitu tiroksin (T4) dan triiodotironin
(T3). Karakteristik triioditironin adalah berjumlah lebih sedikit dalam serum karena
reseptornya lebih sedikit dalam protein pengikat plasma di serum tetapi ia lebih kuat karena
memiliki banyak resptor pada jaringan. Tiroksin memiliki banyak reseptor pada protein
pengikat plasma di serum yang mengakibatkan banyaknya jumlah hormon ini di serum, tetapi
ia kurang kuat berikatan pada jaringan karena jumlah reseptornya sedikit.
Proses pembentukan hormon tiroid adalah:

1. Proses penjeratan ion iodida dengan mekanisme pompa iodida. Pompa ini dapat
memekatkan iodida kira-kira 30 kali konsentrasinya di dalam darah;
2. Proses pembentukan tiroglobulin. Tiroglobulin adalah glikoprotein besar yang
nantinya akan mensekresi hormon tiroid;
3. Proses pengoksidasian ion iodida menjadi iodium. Proses ini dibantu oleh enzim
peroksidase dan hidrogen peroksidase.
4. Proses iodinasi asam amino tirosin. Pada proses ini iodium (I) akan menggantikan
hidrogen (H) pada cincin benzena tirosin. Hal ini dapat terjadi karena afinitas iodium
terhadap oksigen (O) pada cincin benzena lebih besar daripada hidrogen. Proses ini
dibantu oleh enzim iodinase agar lebih cepat.
5. Proses organifikasi tiroid. Pada proses ini tirosin yang sudah teriodinasi (jika
teriodinasi oleh satu unsur I dinamakan monoiodotirosin dan jika dua unsur I menjadi
diiodotirosin)
6. Proses coupling (penggandengan tirosin yang sudah teriodinasi). Jika monoiodotirosin
bergabung dengan diiodotirosin maka akan menjadi triiodotironin. Jika dua
diiodotirosin bergabung akan menjadi tetraiodotironin atau yang lebih sering disebut
tiroksin. Hormon tiroid tidak larut dalam air jadi untuk diedarkan dalam darah harus
dibungkus oleh senyawa lain, dalam hal ini tiroglobulin. Tiroglobulin ini juga sering
disebut protein pengikat plasma. Ikatan protein pengikat plasma dengan hormon tiroid
terutama tiroksin sangat kuat jadi tiroksin lama keluar dari protein ini. Sedangkan
triiodotironin lebih mudah dilepas karena ikatannya lebih lemah.

2.3. Etiologi

1. Beberapa penyakit yang menyebabkan Hipertiroid yaitu :

a. Penyakit Graves

Penyakit ini disebabkan oleh kelenjar tiroid yang oberaktif dan merupakan penyebab
hipertiroid yang paling sering dijumpai. Penyakit ini biasanya turunan. Wanita 5 kali lebih
sering daripada pria. Di duga penyebabnya adalah penyakit autonoium, dimana antibodi yang
ditemukan dalam peredaran darah yaitu tyroid stimulating.

Immunogirobulin (TSI antibodies), Thyroid peroksidase antibodies (TPO) dan TSH


receptor antibodies (TRAB). Pencetus kelainan ini adalah stres, merokok, radiasi, kelainan
mata dan kulit, penglihatan kabur, sensitif terhadap sinar, terasa seperti ada pasir di mata,
mata dapat menonjol keluar hingga double vision.Penyakit mata ini sering berjalan sendiri
dan tidak tergantung pada tinggi rendahnya hormon tiroid. Gangguan kulit menyebabkan
kulit jadi merah, kehilangan rasa sakit, serta berkeringat banyak.

b. Toxic Nodular Goiter

Benjolan leher akibat pembesaran tiroid yang berbentuk biji padat, bisa satu atau
banyak. Kata toxic berarti hipertiroid, sedangkan nodule atau biji itu tidak terkontrol oleh
TSH sehingga memproduksi hormon tiroid yang berlebihan.

c. Minum obat Hormon Tiroid berlebihan

Keadaan demikian tidak jarang terjadi, karena periksa laboratorium dan kontrol ke
dokter yang tidak teratur. Sehingga pasien terus minum obat tiroid, ada pula orang yang
minum hormon tiroid dengan tujuan menurunkan badan hingga timbul efek samping.

d. Produksi TSH yang Abnormal

Produksi TSH kelenjar hipofisis dapat memproduksi TSH berlebihan, sehingga


merangsang tiroid mengeluarkan T3 dan T4 yang banyak.

e. Tiroiditis (Radang kelenjar Tiroid)

Tiroiditis sering terjadi pada ibu setelah melahirkan, disebut tiroiditis pasca
persalinan, dimana pada fase awal timbul keluhan hipertiorid, 2-3 bulan kemudian keluar
gejala hpotiroid.

f. Konsumsi Yoidum Berlebihan

Bila konsumsi berlebihan bisa menimbulkan hipertiroid, kelainan ini biasanya timbul
apabila sebelumnya si pasien memang sudah ada kelainan kelenjar tiroid.

3. Penyebab Utama
 Penyakit Grave
 Toxic multinodular goitre
 Solitary toxic adenoma
4. Penyebab Lain
 Penyakit troboblastis
 Ambilan hormone tiroid secara berlebihan
 Pemakaian yodium yang berlebihan
 Kanker pituitari
 Obat-obatan seperti Amiodarone

2.4. Manifestasi Klinis


a. Peningkatan frekuensi denyut jantung
b. Peningkatan tonus otot, tremor, iritabilitas, peningkatan kepekaan terhadap
Katekolamin
c. Peningkatan laju metabolisme basal, peningkatan pembentukan panas, intoleran
terhadap panas, keringat berlebihan
d. Penurunan berat badan, peningkatan rasa lapar (nafsu makan baik)
e. Peningkatan frekuensi buang air besar
f. Gondok (biasanya), yaitu peningkatan ukuran kelenjar tiroid
g. Gangguan reproduksi
h. Tidak tahan panas
i. Cepat letih
j. Tanda bruit
k. Haid sedikit dan tidak tetap
l. Pembesaran kelenjar tiroid
m. Mata melotot (exoptalmus)

2.5. Klasifikasi

Hipertiroidisme (Tiroktosikosis) di bagi dalam 2 kategori:

1. Kelainan yang berhubungan dengan Hipertiroidisme


2. Kelainan yang tidak berhubungan dengan Hipertiroidisme

Klasifikasi lain :

1. Goiter Toksik Difusa (Graves’ Disease)

Kondisi yang disebabkan, oleh adanya gangguan pada sistem kekebalan tubuh
dimana zat antibodi menyerang kelenjar tiroid, sehingga menstimulasi kelenjar tiroid
untuk memproduksi hormon tiroid terus menerus.

Graves’ disease lebih banyak ditemukan pada wanita daripada pria, gejalanya
dapat timbul pada berbagai usia, terutama pada usia 20 – 40 tahun. Faktor keturunan
juga dapat mempengaruhi terjadinya gangguan pada sistem kekebalan tubuh, yaitu
dimana zat antibodi menyerang sel dalam tubuh itu sendiri.

2. Nodular Thyroid Disease

Pada kondisi ini biasanya ditandai dengan kelenjar tiroid membesar dan tidak
disertai dengan rasa nyeri. Penyebabnya pasti belum diketahui. Tetapi umumnya
timbul seiring dengan bertambahnya usia.

3. Subacute Thyroiditis
Ditandai dengan rasa nyeri, pembesaran kelenjar tiroid dan inflamasi, dan
mengakibatkan produksi hormon tiroid dalam jumlah besar ke dalam darah.
Umumnya gejala menghilang setelah beberapa bulan, tetapi bisa timbul lagi pada
beberapa orang.

4. Postpartum Thyroiditis

Timbul pada 5 – 10% wanita pada 3 – 6 bulan pertama setelah melahirkan dan
terjadi selama 1 -2 bulan. Umumnya kelenjar akan kembali normal secara perlahan-
lahan.

2.6. Patofisiologi

Penyebab hipertiroidisme biasanya adalah penyakit graves, goiter toksika. Pada


kebanyakan penderita hipertiroidisme, kelenjar tiroid membesar dua sampai tiga kali dari
ukuran normalnya, disertai dengan banyak hiperplasia dan lipatan-lipatan sel-sel folikel ke
dalam folikel, sehingga jumlah sel-sel ini lebih meningkat beberapa kali dibandingkan
dengan pembesaran kelenjar. Juga, setiap sel meningkatkan kecepatan sekresinya beberapa
kali lipat dengan kecepatan 5-15 kali lebih besar daripada normal.

Pada hipertiroidisme, kosentrasi TSH plasma menurun, karena ada sesuatu yang
“menyerupai” TSH, Biasanya bahan – bahan ini adalah antibodi immunoglobulin yang
disebut TSI (Thyroid Stimulating Immunoglobulin), yang berikatan dengan reseptor
membran yang sama dengan reseptor yang mengikat TSH. Bahan – bahan tersebut
merangsang aktivasi cAMP dalam sel, dengan hasil akhirnya adalah hipertiroidisme. Karena
itu pada pasien hipertiroidisme kosentrasi TSH menurun, sedangkan konsentrasi TSI
meningkat. Bahan ini mempunyai efek perangsangan yang panjang pada kelenjar tiroid,
yakni selama 12 jam, berbeda dengan efek TSH yang hanya berlangsung satu jam. Tingginya
sekresi hormon tiroid yang disebabkan oleh TSI selanjutnya juga menekan pembentukan TSH
oleh kelenjar hipofisis anterior.

Pada hipertiroidisme, kelenjar tiroid “dipaksa” mensekresikan hormon hingga diluar


batas, sehingga untuk memenuhi pesanan tersebut, sel-sel sekretori kelenjar tiroid membesar.
Gejala klinis pasien yang sering berkeringat dan suka hawa dingin termasuk akibat dari sifat
hormon tiroid yang kalorigenik, akibat peningkatan laju metabolisme tubuh yang diatas
normal. Bahkan akibat proses metabolisme yang menyimpang ini, terkadang penderita
hipertiroidisme mengalami kesulitan tidur. Efek pada kepekaan sinaps saraf yang
mengandung tonus otot sebagai akibat dari hipertiroidisme ini menyebabkan terjadinya
tremor otot yang halus dengan frekuensi 10-15 kali perdetik, sehingga penderita mengalami
gemetar tangan yang abnormal. Nadi yang takikardi atau diatas normal juga merupakan salah
satu efek hormon tiroid pada sistem kardiovaskuler. Eksopthalmus yang terjadi merupakan
reaksi inflamasi autoimun yang mengenai daerah jaringan periorbital dan otot-otot
ekstraokuler, akibatnya bola mata terdesak keluar.
2.7. Pathway

Tiroiditis Pnykt Graves (antibody reseptor TSH merangsang aktivitas tiroid)


Nodul tiroid toksik
Sekresi hormon tiroid yang

hipertiroidis

hipermetabolis Gerakan bola Aktifitas simpatik


ma ta relatif
Ketidakseimba
ngan ene dengan
Infiltrasi rgi
limfosit, sel mast ke jaringan
Perubahan
orbitalkondulksi listrk

kelelah&pe↓otot Beban kerja jantung ↓


eksoftalmusmata

Perubahan nutr Kurang Aritmia, takikardi


isi
Resiko kerusakan
kuran kebut penget
ah
tubuh g dari
uhan

Resiko pe↓ curah


2.8. Pemeriksaan Penunjang

Pemeriksaan diagnostik yang dilakukan diantaranya yaitu (Norman, 2011) :

a. Thyroid-stimulating hormone (TSH) yang dihasilkan oleh hipofisis akan menurun pada

hipertiroidisme. Dengan demikian, diagnosis hipertiroidisme hampir selalu dikaitkan

dengan kadar TSH yang rendah. Jika kadar TSH tidak rendah, maka tes lain harus

dijalankan.
b. Hormon tiroid sendiri (T3, T4) akan meningkat. Bagi pasien dengan hipertiroidisme,

mereka harus memiliki tingkat hormon tiroid yang tinggi. Terkadang semua hormon

tiroid yang berbeda tidak tinggi dan hanya satu atau dua pengukuran hormon tiroid yang

berbeda dan tinggi. Hal ini tidak terlalu umum, kebanyakan orang dengan hipertiroid

akan memiliki semua pengukuran hormon tiroid tinggi (kecuali TSH).


c. Yodium tiroid scan akan menunjukkan jika penyebabnya adalah nodul tunggal atau

seluruh kelenjar.

2.9. Penatalaksanaan
1. Konservatif

Tata laksana penyakit Graves

a. Obat Anti-Tiroid. Obat ini menghambat produksi hormon tiroid. Jika dosis berlebih,
pasien mengalami gejala hipotiroidisme.Contoh obat adalah sebagai berikut :
 Thioamide
 Methimazole dosis awal 20 -30 mg/hari
 Propylthiouracil (PTU) dosis awal 300 – 600 mg/hari, dosis maksimal 2.000 mg/hari
 Potassium Iodide
 Sodium Ipodate
 Anion Inhibitor
b. Beta-adrenergic reseptor antagonist. Obat ini adalah untuk mengurangi gejalagejala
hipotiroidisme. Contoh: Propanolol

Indikasi :

1) Mendapat remisi yang menetap atau memperpanjang remisi pada pasien muda
dengan struma ringan –sedang dan tiroktosikosis
2) Untuk mengendalikan tiroktosikosis pada fase sebelum pengobatan atau sesudah
pengobatan yodium radioaktif
3) Persiapan tiroidektomi
4) Pasien hamil, usia lanjut
5) Krisis tiroid

Penyekat adinergik ß pada awal terapi diberikan, sementara menunggu pasien menjadi
eutiroid setelah 6-12 minggu pemberian anti tiroid. Propanolol dosis 40-200 mg dalam 4
dosis pada awal pengobatan, pasien kontrol setelah 4-8 minggu. Setelah eutiroid, pemantauan
setiap 3-6 bulan sekali: memantau gejala dan tanda klinis, serta Lab.FT4/T4/T3 dan TSHs.
Setelah tercapai eutiroid, obat anti tiroid dikurangi dosisnya dan dipertahankan dosis terkecil
yang masih memberikan keadaan eutiroid selama 12-24 bulan. Kemudian pengobatan
dihentikan , dan di nilai apakah tejadi remisi. Dikatakan remisi apabila setelah 1 tahun obat
antitiroid di hentikan, pasien masih dalam keadaan eutiroid, walaupun kemidian hari dapat
tetap eutiroid atau terjadi kolaps.

2. Surgical

a. Radioaktif iodine. Tindakan ini adalah untuk memusnahkan kelenjar tiroid yang
hiperaktif
b. Tiroidektomi. Tindakan Pembedahan ini untuk mengangkat kelenjar tiroid yang
membesar
BAB III

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

3.1. Asuhan Keperawatan

Asuhan keperawatan merupakan asuhan yang diberikan oleh seorang perawat kepada

seorang klien menggunakan proses keperawatan. Menurut Hidayat (2004), proses

keperawatan merupakan cara sistematis yang dilakukan oleh perawat bersama klien dalam

menentukan kebutuhan asuhan keperawatan dengan melakukan pengkajian, menetukan

diagnosis, merencanakan tindakan yang akan dilakukan, melaksanakan tindakan serta

mengevaluasi hasil asuhan yang telah diberikan.

3.2. Pengkajian

Menurut Hidayat (2004), pengkajian merupakan langkah pertama dari proses

keperawatan dengan mengumpulkan data-data yang akurat dari klien sehingga akan diketahui

berbagai permasalahan yang ada. Tahap pengkajian terdiri dari pengumpulan data, validasi

data dan identifikasi masalah.

Hal-hal yang dikaji pada klien dengan hipertiroid meliputi (Carpenito, 2007) :

1. Aktivitas atau istirahat


Gejala : Imsomnia, sensitivitas meningkat, Otot lemah,gangguan koordinasi, kelelahan berat
Tanda : Atrofi otot

2. Sirkulasi

Gejala : Palpitasi, nyeri dada (angina)

Tanda : Distritmia (vibrilasi atrium), irama gallop, murmur, peningkatan tekanan darah
dengan tekanan nada yang berat. Takikardia saat istirahat, sirkulasi kolaps, syok (krisis
tirotoksikosis)

3. Eliminasi

Gejala : Perubahan pola berkemih (poliuria, nocturia), rasa nyeri/terbakar, kesulitan berkemih
(infeksi), infeksi saluran kemih berulang, nyeri tekan abdomen, diare, urine encer, pucat,
kuning, poliuria (dapat berkembang menjadi oliguria atau anuria jika terjadi hipovolemia
berat), urine berkabut, bau busuk (infeksi), bising usus lemah dan menurun, hiperaktif (diare).

4. Integritas / Ego

Gejala : Stress, tergantung pada orang lain, masalah finansial yang berhubungan dengan
kondisi.

Tanda : Ansietas peka rangsang

5. Makanan / Cairan

Gejala : Hilang nafsu makan, mual atau muntah, tidak mengikuti diet, peningkatan masukan

glukosa atau karbohidrat, penurunan berat badan lebih dari periode beberapa hari/minggu,

haus, penggunaan diuretik (tiazid)

Tanda : Kulit kering atau bersisik, muntah, pembesaran thyroid (peningkatan kebutuhan

metabolisme dengan pengingkatan gula darah), bau halitosis atau manis, bau buah (napas

aseton).

6. Neurosensori

Gejala : Pusing atau pening, sakit kepala kesemutan, kelemahan pada otot parasetia,

gangguan penglihatan.

Tanda : Disorientasi, mengantuk, lethargi, stupor atau koma (tahap lanjut), gangguan memori

baru masa lalu ) kacau mental. Refleks tendon dalam (RTD menurun;koma), aktivitas kejang

( tahap lanjut dari DKA).

7. Nyeri / Kenyamanan

Gejala : Abdomen yang tegang atau nyeri (sedang / berat), wajah meringis dengan palpitasi,
tampak sangat berhati-hati.

8. Pernapasan

Gejala : Merasa kekurangan oksigen, batuk dengan / tanpa sputum purulen (tergantung
adanya infeksi atau tidak)

Tanda : sesak napas, batuk dengan atau tanpa sputum purulen (infeksi), frekuensi pernapasan
meningkat
9. Keamanan

Gejala : Kulit kering, gatal, ulkus kulit

Tanda : Demam, diaforesis, kulit rusak, lesi atau ulserasi, menurunnya kekuatan
umum/rentang gerak, parastesia atau paralysis otot termasuk otot pernapasan (jika kadar
kalium menurun dengan cukup tajam)

10. Seksualitas

Gejala : Rabas wanita ( cenderung infeksi ), masalah impotent pada pria.

Tanda : Glukosa darah meningkat 100-200 mg/ dl atau lebih, aseton plasma positif secara
mencolok, asam lemak bebas kadar lipid dengan kolosterol meningkat.

3.3. Diagnosa Keperawatan

Menurut Carpenito dan Moyet (2007) diagnosa keperawatan adalah suatu pernyataan

klinik yang menjelaskan tentang respons individu, keluarga, atau masyarakat terhadap

masalah kesehatan/proses kehidupan baik aktual atau potensial. Diagnosis keperawatan

merupakan dasar pemilihan intervensi dalam mencapai tujuan yang telah ditetapkan oleh

perawat yang bertanggung jawab.

Adapun diagnosa keperawatan yang sering muncul pada klien dengan hipertiroid

adalah sebagai berikut (Carpenito, 2007):

a. Risiko tinggi terhadap penurunan curah jantung berhubungan dengan hipertiroid

tidak terkontrol, keadaan hipermetabolisme, peningkatan beban kerja jantung.


b. Kelelahan berhubungan dengan hipermetabolik dengan peningkatan kebutuhan

energi.
c. Risiko tinggi terhadap perubahan nutrisi kurang dari kebutuhan berhubungan

dengan peningkatan metabolisme (peningkatan nafsu makan/pemasukan dengan

penurunan berat badan).


d. Ansietas berhubungan dengan faktor fisiologis: status hipermetabolik.
e. Kurang pengetahuan mengenai kondisi, prognosis dan kebutuhan pengobatan

berhubungan dengan tidak mengenal sumber informasi.


3.4. Intervensi

N Tujuan dan
Diagnosa keperawatan Intervensi
o Kriteria Hasil
1. Penurunan curah jantung NOC : NIC :
 Cardiac Cardiac Care
Definisi :  Evaluasi adanya
Pump
Ketidakadekuatan darah effectiveness nyeri dada(intensitas,lokasi,
yang dipompa oleh  Circulation durasi)
Status  Catat adanya disritmia jantung
jantung untuk memenuhi
 Vital  Catat adanya tanda dan gejala
kebutuhan metabolik Sign Status penurunan cardiac putput
tubuh. Kriteria Hasil :  Monitor status kardiovaskuler
 Tanda vital  Monitor status pernafasan
Batasan Karakteristik : yang menandakan gagal
dalam
jantung
 Perubahan rentang  Monitor abdomen sebagai
frekuensi/irama normal indicator penurunan perfusi
 Dapat  Monitor balance cairan
jantung:Aritmia,Brakik
mentoleransi  Monitor adanya
ardi, takikardi,
perubahan tekanan darah
aktivitas,
Perubahan EKG,  Atur periode latihan dan
tidak istirahat untuk
Palpitasi
 Perubahan preload ada kelelahan menghindari
- Penurunan tekanan  Tidak ada kelelahan
vena central edema  Monitor toleransi aktivitas
- Penurunan tekanan pasien
paru,
 Monitor adanya
arteri paru perifer, dan dyspneu, fatigue, tekipneu dan
- Edema, keletihan
- Distensi vena jugular. tidak ada asites ortopneu
- Murmur  Tidak ada  Anjurkan untuk menurunkan
- Peningkatan berat stress
penuruna
badan Vital Sign Monitoring
n
 Perubahan Afterload  Monitor TD, nadi, suhu, dan RR
- Kulit lembab kesadaran  Catat adanya fluktuasi tekanan
- Penurunan nadi perifer darah
- Penurunan resistansi  Monitor TD saat pasien
vascular paru berbaring, duduk, atau berdiri
- Dispnea  Auskultasi TD pada
- Oliguria kedua lengan dan bandingkan
- Perubahan warna kulit
 Monitor TD, nadi, RR, sebelum,
- Variasi pada
selama, dan setelah aktivitas
pembacaaan  Monitor kualitas dari nadi
TD.  Monitor bunyi jantung
 Monitor frekuensi dan irama
pernapasan
 Monitor suara paru
 Perubahan  Monitor pola pernapasan
Kontraktilitas abnormal
- Batuk.  Monitor suhu, warna, dan
- Penurunan indeks kelembaban kulit
jantung  Monitor sianosis perifer
- Penurunan fraksi ejeksi  Monitor adanya cushing triad
- Ortopnea (tekanan nadi yang melebar,
- Dispnea paroksismal bradikardi, peningkatan sistolik)
nokturnal  Identifikasi penyebab dari
- Penurunan stroke perubahan vital sign
volume index
- Bunyi S3, bunyi S4
 Perilaku/emosi:
Ansietas, gelisah

Faktor yang
berhubungan :

 Perubahan afterload
 Perubahan
kontraktilitas
 Perubahan frekuensi
jantung
 Perubahan preload
 Perubahan irama
 Perubahan volume
sekuncup

2 Keletihan NOC : NIC :


 Disruptive Energy Management
Definisi : rasa letih luar effects  Observasi adanya pembatasan
biasa dan penurunan  Endurance klien dalam melakukan aktivitas
kapasitas kerja fisik dan  Energy  Dorong pasien untuk
conservation mengungkapkan perasaan
jiwa pada tingkat
 Nutritional terhadap keterbatasan
status : energy  Kaji adanya factor yang
menyebabkan kelelahan
yang biasanya secara terus  Monitor nutrisi dan sumber
Kriteria Hasil : energi yang adekuat
menerus
 Memverbalisasi  Monitor pasien akan adanya
Batasan Karakteristik : kan peningkatan kelelahan fisik dan emosi secara
energi dan berlebihan
 Gangguan konsentrasi merasa lebih  Monitor respon kardivaskuler
 Gangguan libido baik terhadap aktivitas
 Penurunan performa  Menjelaskan  Monitor pola tidur dan lamanya
 Kurang minat terhadap
penggunaan tidur/istirahat pasien
sekitar energi untuk
 Mengantuk mengatasi
 Peningkatan keluhan kelelahan
fisik
 Kurang energi
 Lesu
 Persepsi membutuhkan
energi tambahan untuk
menyelesaikan tugas
rutin
 Mengatakan kurang
energi yang luar biasa
 Mengatakan perasaan
lelah
 Mengatakan tidak
mampu
mempertahankan
aktivitas fisik pada
tingkat yang
biasanya

Faktor yang
berhubungan :

 Psikologis
- Ansietas, depresi
- Mengatakan gaya
hidup membosankan,
stres.
 Fisiologis
- Anemia, status
penyakit
- Peningkatan kelemahan
fisik
- Malnutrisi, kondisi
fisik buruk
- Kehamilan, deprivasi
tidur.
 Lingkungan
- Kelembapan, suhu,
cahaya, kebisingan
 Situasional
- Peristiwa hidup negatif
- Pekerjaan

3 Ketidakseimbangan nutrisi NOC : NIC :


kurang dari kebutuhan  Nutritional Nutrition Management
Status :  Kaji adanya alergi makanan
tubuh
food and Fluid  Kolaborasi dengan ahli gizi
Definisi : asupan nutrisi Intake untuk menentukan jumlah
Kriteria Hasil : kalori dan nutrisi yang
tidak cukup untuk
 Adanya dibutuhkan pasien.
memenuhi peningkatan  Anjurkan pasien untuk
berat meningkatkan intake Fe
kebutuhan metabolik badan sesuai  Anjurkan pasien untuk
dengan tujuan meningkatkan protein dan
Batasan karakteristik :  Berat badan vitamin C
ideal sesuai  Berikan substansi gula
 Kram abdomen
dengan  Yakinkan diet yang dimakan
 Nyeri abdomen
mengandung tinggi serat untuk
 Menghindari makanan tinggi badan mencegah konstipasi
 BB 20% / lebih  Mampu
 Berikan makanan yang terpilih (
dibawah BB ideal mengidentifikas sudah dikonsultasikan dengan
 Kerapuhan kapiler i kebutuhan ahli gizi)
 Diare nutrisi  Ajarkan pasien bagaimana
 Kehilangan rambut  Tidak ada tanda membuat catatan
berlebihan tanda malnutrisi makanan harian.
 Kurang makanan  Monitor jumlah nutrisi dan
 Bising usus hiperaktif kandungan kalori
 Kurang minat pada  Berikan informasi
makanan tentang kebutuhan nutrisi
 Penurunan BB dengan  Kaji kemampuan pasien untuk
mendapatkan nutrisi
asupan
yang
dibutuhkan
makanan adekuat
Nutrition Monitoring
 Membran mukosa
 BB pasien dalam batas normal
pucat  Monitor adanya
 Tonus otot menurun penurunan berat badan
 Sariawan ronnga mulut
 Kelemahan otot  Monitor tipe dan jumlah
pengunyah aktivitas yang biasa dilakukan
 Kelemahan otot untuk  Monitor interaksi anak atau
orangtua selama makan
menelan
 Monitor lingkungan selama
makan
 Jadwalkan pengobatan dan
tindakan tidak selama jam
makan
 Monitor kulit kering dan
perubahan pigmentasi
 Monitor turgor kulit
 Monitor kekeringan, rambut
kusam, dan mudah patah
 Monitor mual dan muntah
 Monitor pertumbuhan dan
perkembangan
 Monitor pucat, kemerahan, dan
kekeringan jaringan
konjungtiva
 Monitor kalori dan intake
nuntrisi
4 Ansietas NOC : NIC :
Definisi : perasaan tidak  Anxiety control Anxiety Reduction (penurunan
nyaman atau kekhawatiran  Coping kecemasan)
yang samar disertai respons Kriteria Hasil :  Gunakan pendekatan yang
autonom  Klien mampu menenangkan
Batasan Karakteristik : mengidentifikas  Nyatakan dengan jelas harapan
 Penurunan produktivitas i dan terhadap perilaku pasien
 Gelisah mengungkapkan  Jelaskan semua prosedur dan
 Insomnia gejala cemas apa yang dirasakan selama
 Rasa nyeri yang  Mengidentifikas prosedur
meningkatkan i,  Temani pasien untuk
ketidakberdayaan mengungkapkan memberikan keamanan dan
dan mengurangi takut
menunjukkan  Berikan informasi faktual
tehnik untuk mengenai diagnosis, tindakan
mengontol prognosis
cemas  Identifikasi tingkat kecemasan
 Vital sign dalam  Bantu pasien mengenal situasi
batas normal yang menimbulkan kecemasan
 Postur tubuh,  Dorong pasien untuk
ekspresi wajah, mengungkapkan perasaan,
bahasa tubuh ketakutan, persepsi
dan  Instruksikan
pasien menggunakan teknik
tingkat aktivitas relaksasi
menunjukkan  Barikan obat untuk mengurangi
berkurangnya kecemasan
kecemasan
5 Kurang NOC : NIC :
 Knowledge Teaching : disease Process
pengetahuan mengenai : disease  Berikan penilaian tentang
kondisi, prognosis dan process tingkat pengetahuan pasien
kebutuhanpengobatan  Kowledge : tentang proses penyakit yang
berhubungan dengan tidak health Behavior spesifik
mengenal sumber informasi. Kriteria Hasil :  Jelaskan patofisiologi dari
 Pasien penyakit dan bagaimana hal ini
dan keluarga berhubungan dengan anatomi
menyatakan dan fisiologi, dengan cara yang
pemahaman tepat.
tentang  Gambarkan tanda dan gejala
penyakit, yang biasa muncul
kondisi, pada penyakit, dengan
prognosis cara yang tepat
dan program  Gambarkan proses penyakit,
pengobatan dengan cara yang tepat
 Pasien dan  Identifikasi
keluarga kemungkinan penyebab, dengna
mampu cara yang tepat
melaksanakan  Sediakan informasi pada pasien
prosedur tentang kondisi, dengan cara
yang tepat
yang dijelaskan  Hindari harapan yang kosong
secara benar  Sediakan bagi keluarga
 Pasien dan informasi tentang kemajuan
keluarga pasien dengan cara yang tepat
mampu  Diskusikan perubahan gaya
menjelaskan hidup yang mungkin diperlukan
kembali untuk mencegah komplikasi di
masa yang akan datang dan atau
apa yang
proses pengontrolan penyakit
dijelaskan
 Diskusikan pilihan terapi atau
perawat/tim
penanganan
kesehatan
 Dukung pasien untuk
lainnya
mengeksplorasi
atau
mendapatkan second
opinion
dengan cara yang tepat atau
diindikasikan
 Eksplorasi kemungkinan sumber
atau dukungan, dengan cara
yang tepat
 Instruksikan pasien mengenai
tanda dan gejala untuk
melaporkan pada pemberi
perawatan kesehatan, dengan
cara yang tepat
3.5. Evaluasi
1. Klien akan mempertahankan curah jantung yang adekuat sesuai dengan kebutuhan tubuh
2. Klien akan mengungkapkan secara verbal tentang peningkatan tingkat energy
3. Klien akan menunjukkan berat badan stabil
4. Klien akan melaporkan ansietas berkurang sampai tingkat dapat diatasi
5. Klien akan melaporkan pemahaman tentang penyakitnya

3.6. Discharge Planning


1. Olahraga secara teratur
2. Berhenti merokok
3. Jika mengalami penurunan berat badan, berikan tambahan atau ekstra kalori atau
protein kedalam diet untuk meningkatkan kembali berat badan
4. Jaga agar kalsium tetap tercukupi
BAB IV
PENUTUP
2.10. Kesimpulan

Tiroid sendiri diatur oleh kelenjar lain yang berlokasi di otak, disebut pituitari.Pada
gilirannya,pituitari diatur sebagian oleh hormon tiroid yang beredardalam darah (suatu efek
umpan balik dari hormon tiroid pada kelenjar pituitari) dan sebagian oleh kelenjar lain yang
disebut hipothalamus,juga suatu bagian dari otak. Pengobatan hipertiroidisme adalah
membatasi produksi hormon tiroid yangberlebihan dengan cara menekan produksi (obat
antitiroid) atau merusak jaringan tiroid (yodium radioaktif,tiroidektomi subtotal).

2.11. Saran

Dari penyakit ini, dapat dihindarkan dengan cara tidak stress, tidak merokok, tidak
mengkonsumsi obat-obatan sembarangan dan tidak mengkonsumsi yodium secara berlebihan
karena dapat terjadi radiasi pada leher dan organism-organisme dapat menyebabkan infeksi
karena ada virus.
Daftar Pustaka

Amin, Hardi .2013. Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan Diagnosa Medis

dan NANDA NIC – NOC. Edisi 1 Revisi. Yogyakarta : Mediaction.

Doenges, Marilyn B, dkk. 2002. Rencana Asuhan Keperawatan. Edisi 3. Jakarta : EGC.

Hidayat, A. Azis Alimul .2005. Pengantar Dokumentasi Proses Keperawatan. Jakarta : EGC

Nassisi D .2008. Stroke, Hemorrhagic. Departement of Emergency Medicine, Mount Sinai

Medical Center.

Nursalam. 2001. Proses dan Dokumentasi Keperawatan. Jakarta: EGC

Price, S.A & Wilson. L.M. .2006. Patofisiologi : Konsep Klinis Proses-Proses Penyakit Edisi

6 vol 2. Jakarta: EGC

Sudoyo, Aru W. 2009. Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam, Jilid 1, Edisi 4. Jakarta. Interna

Publishing.

http://emedicine.medscape.com

Anda mungkin juga menyukai