Anda di halaman 1dari 42

ASUHAN KEPERAWATAN PADA LANSIA DENGAN DIMENSIA

Dosen Pembimbing : Shanti Rosmaharani, S.Kep.,Ns.,M.Kep

Disusun Oleh :
1.Achmad Korizky Wibowo 181301001
2.Dendy Virgianto 181301009
3.Dita Ayu Kurniawati 181301012
4.Dwi Zuliana 181301013
5.Fernanda Lucky Aby Cahyani 181301020
6.Muhamad Muhsin Alfattah 181301038
7.Nando Gusti Ilham Nugroho 181301040
8. Pias Calvin Astrawan 181301047
9. Renanda Angga Widrajat Miko 181301049
10. Novan Cahyo Santoso 181301065

SEKOLAH TINGGI ILMU KESEHATAN PEMKAB


JOMBANG
TAHUN AJARAN 2020/2021
BAB I

PENDAHULUAN

A. LATAR BELAKANG

Lansia dikatakan sebagai tahap akhir pada daur kehidupan

manusia. Lansia adalah keadaan yang di tandai oleh kegagalan seseorang

untuk mempertahankan keseimbangan terhadap kondisi fisiologis yang

berkaitan dengan penurunan kemampuan untuk hidup (Ferry dan

Makhfudli, 2009). Menurut UU No. 13 tahun 1998 tentang kesejahteraan

lansia disebutkan bahwa lansia adalah seseorang yang telah mencapai usia

60 tahun (Dewi, S.R, 2014). Namun, menurut WHO, batasan lansia dibagi

atas: usia pertengahan (middle age) yaitu antara 45-59 tahun, lanjut usia

(elderly) yaitu 60-74 tahun, lanjut usia tua (old) 75-90 tahun, dan usia

sangat tua (very old) diatas 90 tahun (Notoadmodjo, 2011).

Populasi lansia di dunia dari tahun ke tahun semakin meningkat,

bahkan pertambahan lansia menjadi yang paling mendominasi apabila

dibandingkan dengan pertambahan populasi penduduk pada kelompok

usia lainnya. Menurut WHO, populasi lansia di Asia Tenggara sebesar 8 %

atau sekitar 142 juta jiwa. Pada tahun 2050 diperkirakan populasi lansia

akan terus meningkat hingga 3 kali lipat. Pada tahun 2000 didapatkan data

jumlah lansia sekitar 5,300,000 (7,4%) dari total populasi, sedangkan pada

tahun 2010 terjadi peningkatan jumlah lansia menjadi 24,000,000 (9,77%)

Dari total populasi dan diperkirakan pada tahun 2020 jumlah lansia

akan terus meningkat hingga 28,800,000 (11,34%) dari total populasi. Di

Indonesia pada tahun 2020 jumlah lansia diperkirakan sekitar 80.000.000


(Kemenkes RI, 2018).

Meningkatnya jumlah penduduk usia lanjut (lansia) tentu

menimbulkan masalah terutama dari segi kesehatan dan kesejahteraan

lansia. Masalah tersebut jika tidak ditangani akan berkembang menjadi

masalah yang lebih kompleks. Masalah

yang kompleks pada lansia baik dari segi fisik, mental, dan sosial

berkaitan dengan kesehatan dan kesejahteraan mereka (Notoadmodjo,

2011).

B. TUJUAN

1. Tujuan Umum

Memberikan asuhan keperawatan yang komprehensif terhadap

lansia binaan dengan demensia dan mampu menerapkan manajemen

kasuspadalan
BAB II

TINJAUAN PUSTAKA

A. Lanjut Usia

1. Pengertian lanjut usia

Undang-Undang Nomor 13 Tahun 1998 tentang kesejahteraan

lanjut usia pada Bab 1 Pasal 1 Ayat 2 menyebutkan bahwa Lanjut Usia

adalah seseorang yang mencapai usia 60 tahun ke atas. Lanjut usia

merupakan tahapan akhir perkembangan pada daur kehidupan manusia.

Karena merupakan tahap akhir perkembangan, maka ada kemunduran

biologi yang terlihat sebagai gejala-gejala kemunduran fisik, antara lain

kulit mulai mengendur; timbul keriput; rambut beruban; serta gigi mulai

ompong. Kemunduran lain yang terjadi adalah kemampuan-kemampuan

kognitif seperti mudah lupa; kemunduran orientasi terhadap waktu, ruang,

serta tempat (Maryam, 2008).

2. Klasifikasi lanjut usia

Menurut Depkes RI (2005) dalam Maryam (2008) klasifikasi lansia

ada lima macam yaitu pralansia (prasenilis) yaitu seseorang yang berusia

45 – 59 tahun; lansia yaitu berusia 60 tahun atau lebih; lansia risiko tinggi

yaitu berusia 70 tahun atau lebih/ berusia 60 tahun atau lebih yang

memiliki masalah kesehatan; lansia potensial adalah lansia yang masih

mampu melakukan pekerjaan dan/atau kegiatan yang dapat menghasilkan

barang/ jasa; lansia tidak potensial adalah lansia yang tidak berdaya

mencari nafkah, sehingga hidupnya bergantung pada bantuan orang lain.


3. Karakteristik lanjut usia

Maryam, (2008) menjelaskan bahwa karakteristik lansia adalah

berusia 60 tahun atau lebih; kebutuhan dan masalah yang bervariasi dari

rentang sehat sampai sakit, dari kebutuhan biopsikososial sampai spiritual,

serta dari kondisi adaptif hingga kondisi maladaptif; lingkungan tempat

tinggal yang bervariasi.

B. Demensia

1. Pengertian demensia

Demensia (pikun) adalah kemunduran kognitif yang sedemikian

beratnya sehingga mengganggu aktivitas hidup sehari-hari dan aktivitas

sosial. Kemunduran kognitif pada demensia biasanya diawali dengan

hilangnya fungsi intelektual, kemunduran memori (pelupa) serta daya pikir

lain. Demensia berkaitan erat dengan usia lanjut (Nugroho, 2012).

Grayson (2004) dalam Aspiani (2014) menyebutkan bahwa demensia

bukanlah sekedar penyakit biasa, melainkan kumpulan gejala yang

disebabkan beberapa penyakit atau kondisi tertentu. Kumpulan gejalanya

ditandai dengan penurunan kognitif, perubahan mood, serta perubahan

tingkah laku.

2. Penyebab demensia

Menurut Aspiani (2014) penyebab demensia dibedakan menjadi dua :

a. Penyebab demensia yang reversible

1) Drugs (obat)
Misalnya obat sedative, obat penenang, obat anti

konvulsan, obat anti hipertensi, obat anti aritmia. Menurut Sharon

(1994) semua obat memiliki efek samping yang potensial misalnya

depresi, disorientasi, dan demensia, termasuk obat yang kita kira

tidak berbahaya seperti penghilang rasa sakit, obat batuk dan obat

pencahar. Sirkulasi darah yang buruk, metabolisme umum yang

menurun, sembelit dan penurunan fungsi detoksifikasi

(menetralisirkan racun) hati dapat menjadi penyebab keracunan

obat pada segala usia.

2) Emotional (emosional)

Gangguan emosional misalnya depresi. UNHAS, (2016)

menyatakan riwayat pasien yang mendukung demensia adalah

kerusakan bertahap seperti tangga (stepwise) misalnya depresi

yang menyebabkan kehilangan memori dan kesukaran membuat

keputusan diikuti oleh periode yang stabil dan kemudian akan

menurun lagi. Awitan dapat perlahan atau mendadak.

3) Metabolic dan endokrin

Misalnya adalah diabetes melitus, hipoglikemia, gangguan

tiroid, gangguan elektrolit. Menurut (Robert,R. 2008) dalam

Waluyan (2016) keadaan hiperglikemi dan resistensi insulin dapat

mengakibatkan komplikasi kronis pada penderita dengan

pengobatan jangka panjang yaitu komplikasi makrovaskular,

mikrovaskular dan komplikasi neuropati. Komplikasi diabetes


mellitus tipe 2 menyebabkan terjadinya perubahan dan gangguan di

berbagai sistem, termasuk sistem saraf pusat, dan hal ini

berhubungan dengan gangguan fungsi kognitif.

4) Eye and ear

Disfungsi mata dan telinga.

5) Nutritional

Kekurangan vitamin B6 (pellagra), vit B1 (sindrom

wernicke), vitamin B12 (anemia pernisiosa), asam folat dan asam

lemak omega-3. Asam lemak omega-3 merupakan komponen

penting dari membran sel dari semua sel di dalam tubuh.

Kekurangan asam lemak omega-3 dapat meningkatkan risiko

penurunan kognitif yang berkaitan dengan usia atau demensia. Para

ilmuan percaya bahwa asam lemak omega-3 DHA adalah

perlindungan terhadap penyakit demensia (Sumbono, 2016)

6) Tumor dan trauma

Tumor otak terutama tumor metastatik (dari payudara dan

paru) dan meningioma akan mengganggu keseimbangan antara

neurotransmitter di otak (Tomb, 2004).

7) Infeksi

Ensefalitis oleh virus misalnya herpes simplek, bakteri

misalnya pneumococcus, TBC, parasit, fungus, abses otak,

neurosifilis. Menurut Almeida (2005) dalam Harahap (2015)

penyebab demensia terkait infeksi adalah semua agen penyebab


infeksi pada SSP dapat secara tunggal atau bersama-sama

menyebabkan terjadinya infeksi dengan memanfaatkan faktor

virulensi yang dimilikinya. Dengan faktor virulensi tersebut, agen

infeksi mampu menginduksi respon inflamasi di otak dengan

akibat terjadinya proses neurodegenerasi, suatu proses yang

mengakibatkan terjadinya demensia.

8) Arterosklerosis

Komplikasi penyakit arterosklerosis adalah infark miokard

dan gagal jantung. Menurut Sharon (1994) jantung dan paru-paru

berhubungan dengan berat ringannya kekurangan oksigen di otak.

Kekurangan oksigen ini pada gilirannya dapat menyebabkan

episode akut kebingungan dan dapat menyebabkan demensia

kronis.

b. Penyebab demensia yang non reversible

1) Penyakit degeneratif

Misalnya penyakit alzheimer, penyakit huntington,

kelumpuhan supranuklear progresif, penyakit parkinson.

2) Penyakit vaskuler

Misalnya penyakit serebrovaskuler oklusif (demensia multi-

infark), embolisme serebral, arteritis, anoksia sekunder akibat henti

jantung, gagal jantung.


3) Demensia traumatik

Misalnya perlukaan kranio-serebral, demensia pugi-listika.

4) Infeksi

Misalnya sindrom defisiensi imun dapatan (AIDS), infeksi

opportunistik, demensia pasca ensefalitis

3. Karakteristik demensia

Menurut John (1994) dalam Aspiani (2014) bahwa lansia yang

mengalami demensia juga akan mengalami keadaan yang sama seperti

orang depresi yaitu akan mengalami defisit aktivitas kehidupan sehari-hari

(AKS), gejala yang sering menyertai demensia adalah :

a. Gejala awal

Kinerja mental menurun; fatique; mudah lupa; gagal dalam tugas.

b. Gejala lanjut

Gangguan kognitif; gangguan afektif; gangguan perilaku.

c. Gejala umum

Mudah lupa; ADL terganggu; disorientasi; cepat marah; kurang

konsentrasi; resiko jatuh.

C. Brain Gym

1. Pengertian brain gym

Brain gym adalah senam yang berisi beberapa gerakan sederhana

untuk memperbaiki kerja bagian otak kanan dan kiri untuk memperbaiki

fungsi otak. Brain gym dapat meningkatkan kemampuan mengingat,

kemampuan koordinasi tubuh, kemampuan gerak, kemampuan

penanganan stres, dan peningkatan kemampuan belajar (Dennison 2009

dalam Setiawan 2014).


2. Manfaat brain gym

Manfaat dilakukannya brain gym adalah untuk meningkatkan

fungsi kognitif, mengurangi stress emosional, pikiran lebih jernih, kerja

lebih rileks dan senang, kemampuan berbahasa dan daya ingat meningkat,

lebih kreatif dan efisien, orang merasa lebih sehat karena stress berkurang,

dan bekerja meningkat (Dennison 2009 dalam Setiawan 2014).

3. Mekanisme pelaksanaan brain gym

a. Melakukan pemeriksaan tingkat demensia (pemeriksaan fungsi

kognitif dan fungsi mental) terlebih dahulu menggunakan Mini Mental

State Examination (MMSE). Nilai <21 biasanya indikasi adanya

kerusakan kognitif. Kriteria demensia ringan bila nilai 21 – 30; kriteria

demensia sedang nilai 11 – 20; dan nilai demensia berat <10 (Aspiani,

2014).

b. Menurut penelitian Aminuddin (2015) brain gym dilakukan 10-15

menit setiap pagi sebanyak 5 kali/minggu selama 4 minggu

c. Prinsip brain gym adalah mengaktifkan otak ke dalam tiga fungsi

yakni dimensi lateralis (otak kiri-kanan), dimensi pemfokusan (otak

depan-belakang), dimensi pemusatan (otak atas-bawah), masing-

masing dimensi memiliki tugas tertentu, sehingga gerakan senam yang

harus dilakukan dapat bervariasi (Dennison 2009 dalam Setiawan

2014). Gerakan-gerakan ringan dengan permainan melalui olah tangan

dan kaki dapat memberikan rangsangan atau stimulus pada otak.

Gerakan yang menghasilkan stimulus itulah yang dapat meningkatkan


fungsi kognitif (kewaspadaan, konsentrasi, kecepatan, persepsi,

belajar, memori, pemecahan masalah dan kreativitas), menyelaraskan

kemampuan beraktivitas dan berpikir pada saat yang bersamaan,

meningkatkan keseimbangan atau harmonisasi antara kontrol emosi

dan logika, mengoptimalkan fungsi kinerja panca indera, menjaga

kelenturan dan keseimbangan tubuh (Widianti dan Proverawati, 2010

dalam Aminuddin 2015).

1) Lateralis (sisi) tubuh manusia dibagi dalam sisi kiri dan sisi kanan

yang berhubungan dengan komunikasi. Sifat ini memungkinkan

dominasi salah satu sisi misalnya menulis dengan tangan kanan

atau kiri, dan juga untuk integrasi kedua sisi tubuh (bilateral

intergration). Gerakan menyeberang garis tengah dapat

menyatukan otak bagian kiri (pikiran rasional) dan otak bagian

kanan (perasaan) sehingga orang dapat lebih bersifat positif,

mampu mendengar dengan kedua telinga, melihat dengan dua

mata, menulis dan bergerak secara luwes. Ketidakmampuan untuk

menyeberangi garis tengah mengakibatkan apa yang disebut

ketidakmampuan belajar (learning disable) atau disleksia, gerakan

kaku, tulisan jelek, sulit membaca, dan menulis. Gerakan-gerakan

pada dimensi ini bertujuan untuk menstimulasi koordinasi kedua

belahan otak dan integrasi dua sisi/bilateral. Contoh gerakan-

gerakan pada dimensi lateralis adalah gerakan silang, coretan


ganda, 8 tidur, putaran leher, olengan pinggul, gerakan silang

berbaring, mengisi energi.

2) Fokus adalah dimensi muka-belakang dengan melibatkan batang

otak yang berhubungan dengan kemampuan konsentrasi, mengerti

dan memahami. Kemampuan menyeberangi garis tengah

partisipasi yang memisahkan bagian belakang dan depan tubuh,

dan juga bagian belakang (occipital) dan depan otak (frontal lobe).

Ketidaklengkapan perkembangan refleks pada garis tengah

menghasilkan ketidakmampuan menfokuskan (underfocused),

kurang pengertian, cepat bingung, sulit memahami dan kurang

mampu mengungkapkan diri. Sementara, sebagian lain adalah yang

terlalu mengalami fokus-lebih (overfocused) dan berusaha terlalu

keras. Gerakan-gerakan pada dimensi ini membantu melepaskan

hambatan fokus adalah aktivitas integrasi depan/belakang. Contoh

gerakannya adalah gerakan burung hantu, mengaktifkan tangan

(lambaian tangan), lambaian kaki, pompa betis, luncuran gravitasi,

pasang kuda-kuda.

3) Pemusatan adalah kemampuan untuk menyeberangi garis pisah

antara bagian atas dan bawah tubuh dan mengaitkan fungsi dari

bagian atas dan bawah otak: bagian tengah sistem limbis (mid

brain) yang berhubungan dengan informasi emosional serta otak

besar (cerebrum) untuk berpikir yang abstrak, kemampuan

mengatur dan mengorganisasikan sesuatu. Ketidakmampuan untuk


mempertahankan pemusatan ditandai oleh ketakutan yang tidak

beralasan, cenderung bereaksi berjuang atau melarikan diri, atau

ketidakmampuan untuk merasakan atau menyatakan emosi.

Gerakan-gerakan pada dimensi ini membuat sistem badan menjadi

relaks dan membantu menyiapkan kemampuan untuk mengolah

informasi tanpa pengaruh emosi negatif disebut pemusatan atau

bertumpu pada dasar yang kokoh. Contoh gerakan pada dimensi

pemusatan yaitu minum air, gerakan sakelar otak, gerakan tombol

bumi, gerakan tombol imbang, tombol angkasa, menguap

berenergi,pasang telinga.

4) Gerakan penguatan

Contoh dari gerakan ini adalah titik positif, dan kait relaks.

d. Senam otak dapat dilakukan segala umur, baik lansia, bayi, anak autis,

remaja, maupun orang dewasa (Widianti dan Proverawati, 2010 dalam

Aminuddin 2015).

e. Sebelum melakukan rangkaian latihan rangkaian gerakan senam otak

dianjurkan terlebih dahulu meminum air, karena air adalah unsur

pembawa energi listrik. Air mengandung mineral, dan membantu

memperlancar peredaran darah dan oksigen ke seluruh tubuh.

Kekurangan air akan membuat otot menegang sehingga tubuh tidak

merasa nyaman (Widianti dan Proverawati, 2010 dalam Aminuddin

2015). Air merupakan pembawa energi listrik yang sangat baik. Dua

per tiga tubuh manusia terdiri dari air. Semua aksi listrik dan kimia
dari otak serta sistem pusat saraf tergantung pada aliran arus listrik

antara otak dan organ sensorik yang dimudahkan oleh air. Air sangat

penting agar sistem jaringan limfoid tubuh berfungsi dengan baik.

Minum air yang cukup dapat meningkatkan konsentrasi (mengurangi

kelelahan mental), memaksimalkan kemampuan bergerak dan

berpartisipasi, memaksimalkan koordinasi mental dan fisik

(mengurangi berbagai kesulitan yang berhubungan dengan perubahan

neurologis), melepaskan stres serta memaksimalkan kemampuan

komunikasi dan keterampilan sosial (Dennison, P. E. dan Dennison, G.

E., 2009 dalam Aminuddin 2015).


Gambar 1. Konsep Studi Kasus

Lansia

Kemunduran Tahapan akhir Kemunduran


Biologis perkembangan Fisik

Kemunduran
Kognitif

Penyebab Dementia Aktivitas Fisik


Reversible

Penyebab
Irreversible
Brain Gym
Lansia
Ketergantunga n

Penurunan
tingkat demensia

Keterangan
: Problem
: Siklus penyakit d emensia Lansia
Kesehatan
Produktif
: Siklus penerapan brain gym terhadap askep pada lansia
BAB III
ASUHAN KEPERAWATAN

Kasus

Seorang klien Bpk.C mengatakan datang ke panti di antar oleh anaknya sekitar ±
5 bulan yang lalu namun klien tidak dapat mengingat pada tanggal dan bulan apa
diantar kepanti dan sampai saat ini klien tidak pernah menjenguk oleh dikunjungi
oleh anaknya atau yang lainnya. Klien mengatakan ingin diantarkan kepanti
karena dia sudah tidak kuat dengan istrinya yang menikah lagi dan mengambil
semua hartanya dan kalien merasa sudah tua. Klien tidak merasakan sakit atau
tidak punya keluhan apapun. Dilakukan pemeriksaan fisik TD : 110/70 mmHg ,
Nadi : 80x/menit , RR : 20x/menit Suhu : 36ºC
FORMAT PENGKAJIAN
ASUHAN KEPERAWATAN GERONTIK
(ADAPTASI TEORI MODEL CAROL A MILLER)

TANGGAL PENGKAJIAN : 15 April 2021


NAMA WISMA : Panti Sosial Tresna Werdha Budhi
Dharma 2 Cengkareng
IDENTITAS KLIEN
Nama : Bpk.C
Umur : 58 thn
Jenis Kelamin : Laki-Laki
Riwayat Pekerjaan : Wirausaha Bikin Keset dan Handuk
Penghasilan : 3.000.000
Tingkat Pendidikan : SLTA
Status Perkawinan : Kawin
Lama tinggal di panti : sudah ± 1 tahun
IDENTITAS KELUARGA
Nama : Nn. S
Hubungan : Anak Kandung
Pekerjaan : Pegawai Swasta
Alamat : Jl.Pattimura No.2 Surabaya

RIWAYAT KESEHATAN

Keluhan utama : Keluhan saat ini, klien merasa dirinya sedang tidak sakit. Klien
hanya merasa sudah tua dan sering kesulitan untuk mengingat. Dan klien
sering bergadang akibat susah untuk tidur.

Upaya yang telah dilakukan untuk mengatasi keluhan: Klien biasanya


mendengarkan musik sebelum tidur.

Obat-obatan yang biasa digunakan: obat yang bersifat sedativ


Terapi / operasi yang pernah dilakukan: -
RIWAYAT KESEHATAN KELUARGA
Genogram :

Keterangan : Klien pernah menikah namun istrinya menikah lagi dan klien
tidak ingin mengingat istrinya lagi karena telah menyakiti perasaanya.
Dari hasil pernikahan dengan istrinya klien mempunyai 5 orang anak
kandung (3 laki-laki, 2 perempuan), Orangtua sudah meninggal.

ALASAN DATANG KE PANTI WERDA


Klien mengatakan ingin diantarkan kepanti karena dia sudah tidak kuat dengan
istrinya yang menikah lagi dan mengambil semua hartanya dan kalien merasa
sudah tua
4. AGE RELATED CHANGES (PERUBAHAN TERKAIT PROSES
MENUA) :

FUNGSI FISIOLOGIS

1. Kondisi Umum
Ya Tidak Keterangan
Kelelahan : ν
Perubahan BB : ν
Perubahan nafsu : ν
makan
Masalah tidur : ν

2 Integumen
.
Ya Tidak Keterangan
Lesi / luka : ν
Pruritus : ν
Perubahan : ν
pigmen
Memar : ν
Pola : ν
penyembuhan
lesi

3 Hematopoetic
.
Ya Tidak Keterangan
Perdarahan : ν
abnormal
Pembengkakan : ν
kel. limfe
Anemia : ν

4 Kepala
.
Ya Tidak Keterangan
Sakit kepala : ν
Pusing : ν
Gatal pada : ν
kulit kepala

5 Mata
.
Ya Tidak Keterangan
Perubahan : ν
penglihatan
Pakai kacamata : ν
Kekeringan : ν
mata
Nyeri : ν
Gatal : ν
Photobobia : ν
Diplopia : ν
Riwayat infeksi : ν
6 Telinga
.
Ya Tidak Keterangan
Penurunan : ν
pendengaran
Discharge : ν
Tinitus : ν
Vertigo : ν
Alat bantu : ν
dengar
Riwayat : ν
infeksi
Kebiasaan : ν
membersihka
n telinga
Dampak pada : Mengurangi terjadinya kurangnya pendengaran klien
ADL

7 Hidung sinus
.
Ya Tidak Keterangan
Rhinorrhea : ν
Discharge : ν
Epistaksis : ν
Obstruksi : ν
Snoring : ν
Alergi : ν
Riwayat infeksi :

8. Mulut,
tenggorokan
Ya Tidak Keterangan
Nyeri telan : ν
Kesulitan menelan : ν
Lesi : ν
Perdarahan gusi : ν
Caries : ν
Perubahan rasa : ν
Gigi palsu : ν
Riwayat Infeksi : ν
Pola sikat gigi : Klien ruting menggosok gigi 2 kali sehari
9 Leher
.
Ya Tidak Keterangan
Kekakuan : ν
Nyeri tekan : ν
Massa : ν

10 Thorax
.
Ya Tidak
Simetris
Tarikan : ν
intercostae
Barrel chest : ν
Pigeon chest
Wheezing : ν
Ronchi : ν
Palpitasi : ν
Dipsnoe : ν
Paroximal : ν
nocturnal
Orthopnea ν
Murmur ν
Chest pain ν

11 Abdomen
.
Ya Tidak Keterangan
Disphagia : ν
Nausea / :
vomiting
Hemateemesis : ν
Perubahan nafsu : ν
makan
Massa : ν
Jaundice : ν
Perubahan pola : ν
BAB
Melena : ν
Hemorrhoid : ν
Pola BAB : Klien biasanya BAB 1 kali sehari kadang tidak bisa BAB
sehingga BAB nya 2 kali sehari

12 Genetalia
.
Ya Tidak Keterangan
Dysuria : ν
Frekuensi : .........................................................................................
Hesitancy : ν
Urgency : ν
Hematuria : ν
Poliuria : ν
Oliguria : ν
Nocturia : ν
Inkontinensia : ν
Nyeri berkemih : ν
Pola BAK : Klien BAK sehari 3 kali tanpa adanya hambatan

Lesi : ν
Disharge : ν
Testiculer pain : ν
Testiculer massa : ν
Perubahan gairah sex : ν
Impotensi
Reproduksi (perempuan)
Lesi
Discharge
Postcoital bleeding
Nyeri pelvis
Prolap
Riwayat menstruasi
Aktifitas seksual
Pap smear

14 MUSKULOSKELETA
. L
Ya Tidak Keterangan
Nyeri Sendi : ν
Bengkak : ν
Kaku sendi : ν
Deformitas : ν
Spasme : ν
Kram : ν
Kelemahan otot : ν
Masalah gaya berjalan : ν
Nyeri punggung : ν
Pola latihan : melatih kelenturan otot (Senam)
Dampak ADL : Meningkatkan kekuatan atau peregangan otot

15 Persyarafan
.
Ya Tidak Keterangan
Headache : ν
Seizures : ν
Syncope : ν
Tic/tremor : ν
Paralysis : ν
Paresis : ν
Masalah memori : ν
Gangguan ν
koordinasi
(tes hidung-jari
hidung)

5 POTENSI PERTUMBUHAN PSIKOSOSIAL DAN SPIRITUAL :


.
Psikososial Y Tidak Keterangan
A
Cemas : ν
Depresi : ν
Ketakutan : v
Menarik : ν
diri
Harga diri : ν
rendah
Insomnia : ν
Kesulitan : ν
dalam
mengambil
keputusan
Kesulitan : ν
konsentrasi
Mekanisme : Menarik Diri
koping
Persepsi tentang kematian : klien berpikir dengan bertambahnya usia maka
ajal kematian semakin cepat
Dampak pada ADL : potensi terjadinya halusinasi
Spiritual
 Aktivitas ibadah:
klien selalu melakukan ibadah tepat waktu dan selalu
berjama’ah dengan klien yang ada di panti social tresna
werdha budhi dharma 2
 Hambatan :
Tidak ada hambatan

6. LINGKUNGAN :

 Kamar : keadaan kamar di panti social tresna werdha budhi Dharma


2 sangat luas, bersih dan fasilitasnya lengkap. Sehingga membuat
klien-klien disana merasa nyaman.

 Kamar mandi : kondisi kamar mandi di panti social tresna werdha


budhi dharma 2 juga bersih, fasilitasnya lengkap dan seriap kamar
bangsal terdapat kamar mandi 2 terpisah satu untuk mandi dan
BAK dan satunya khusus untuk BAB.

 Dalam rumah.wisma : Sekarang klien tinggal di Panti Sosial Tresna


Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat di Wisma Jeruk
kamar Jeruk Lemon yang terdiri dari 30 orang, barang-barang
disimpan oleh pengurus Panti Tresna Werdha Budhi Dharma 2
Cengkareng Jakarta Barat

 Luar rumah : tinggal Dahulu klien tinggal di Karang Anyar dan


memiliki rumah sendiri, klien tinggal dirumah dengan istri dan 5
anaknya. Klien merupakan orang yang terbuka dengan masalah-
masalah yang dihadapi baik dikeluarga maupun dengan lingkungan.
Sekarang klien tinggal di Panti Sosial Tresna Werdha Budhi
Dharma 2 Cengkareng Jakarta Barat di Wisma Jeruk kamar Jeruk
Lemon yang terdiri dari 30 orang, barang-barang disimpan oleh
pengurus Panti Tresna Werdha Budhi Dharma 2 Cengkareng
Jakarta Barat

7. NEGATIVE FUNCTIONAL CONSEQUENCES

1. Kemampuan ADL
Tingkat kemandirian dalam kehidupan sehari-hari (Indeks Barthel)

No Kriteria Dengan Mandir Skor


Bantuan i Yang
Didapat
1 Makan 5 10 10

2 Berpindah dari kursi roda ke tempat tidur, atau 5-10 15 10

sebaliknya
3 Personal toilet (cuci muka, menyisir rambut, gosok 0 5 10

gigi)
4 Keluar masuk toilet (mencuci pakaian, menyeka 5 10 10

tubuh, menyiram)
5 Mandi 0 5 5

6 Berjalan di permukaan datar (jika tidak bisa, dengan 0 5 10

kursi roda )
7 Naik turun tangga 5 10 8

8 Mengenakan pakaian 5 10 10

9 Kontrol bowel (BAB) 5 10 10

10 Kontrol Bladder (BAK) 5 10 10

Penilaian
0 - 2 : Ketergantungan
21 - 61 : Ketergantungan berat/sangat tergantung
62 - 90 : Ketergantungan berat
91 - 99 : Ketergantungan ringan
100 : Mandiri

2. Aspek Kognitif dengan MMSE (Mini Mental Status Exam)

Kapasitas perawatan diri lansia mengalami penurunan


N Aspek Nilai Nila Kriteria
o Kognitif maksim i
al Klie
n
1 Orientasi 5 2 Menyebutkan dengan benar :
Tahun : 2021
Hari : Minggu
Musim : Dingin
Bulan : April
Tanggal : 15
2 Orientasi 5 2 Dimanasekarangkitaberada ?
Negara: Indonesia
Panti : Panti Sosial Tresna Werdha Budhi
Dharma 2
Propinsi: Jawa Barat
Wisma : Wisma Jeruk kamar Jeruk Lemon
Kabupaten/kota : Jakarta Barat
3 Registrasi 3 3 Sebutkan 3 nama obyek (misal : kursi,
meja, kertas), kemudian ditanyakan
kepada klien, menjawab :
1) Kursi 2). Meja 3).
Kertas
4 Perhatiandankalk 5 2 Meminta klien berhitung mulai dari 100
ulasi kemudian kurangi 7 sampai 5 tingkat.
Jawaban :
1). 93 2). 86 3). 79 4). 72
5). 65
5 Mengingat 3 1 Minta klien untuk mengulangi ketiga
obyek pada poin ke- 2 (tiap poin nilai 1)
6 Bahasa 9 5 Menanyakan pada klien tentang benda
(sambil menunjukan benda tersebut).
1) Jam Tangan
2). Pensil
3). Minta klien untuk mengulangi kata
berikut :
“ tidak ada, dan, jika, atau tetapi )
Klien menjawab : tidak ada,jika,tetapi

Minta klien untuk mengikuti perintah


berikut yang terdiri 3 langkah.
4). Ambil kertas ditangan anda
5). Lipat dua
6). Taruh dilantai.
Perintahkan pada klien untuk hal berikut
(bila aktifitas sesuai perintah nilai satu
poin.
7). “Tutup mata anda”
8). Perintahkan kepada klien untuk
menulis kalimat dan
9). Menyalin gambar 2 segi lima yang
saling bertumpuk

Total nilai 30 15
Interpretasi hasil :
24 – 30 : tidak ada gangguan kognitif
18 – 23 : gangguan kognitif sedang
0 - 17 : gangguan kognitif berat

Kesimpulan : Klien Mengalami Gangguan Kognitif Berat

3. Tes Keseimbangan
Time Up Go Test
N Tanggal Pemeriksaan Hasil TUG (detik)
o
1 > 28 Detik
1 April 2021
2

Rata-rata Waktu TUG >30 detik

Interpretasi hasil Diperkirakan


membutuhkan
bantuan dalam
mobilisasi dan
melakukan ADL
Interpretasi hasil:
Apabila hasil pemeriksaan TUG menunjukan hasil berikut:

>13,5 detik Resiko tinggi jatuh


>24 detik Diperkirakan jatuh dalam
kurun waktu 6 bulan
>30 detik Diperkirakan membutuhkan
bantuan dalam mobilisasi dan
melakukan ADL
(Bohannon: 2006; Shumway-Cook,Brauer & Woolacott: 2000; Kristensen,
Foss & Kehlet: 2007: Podsiadlo & Richardson:1991)

4. Kecemasan, GDS
Pengkajian Depresi
Jawaban
No Pertanyaan
Ya Tdk Hasil
1. Anda puas dengan kehidupan anda saat ini 0 1 1
2. Anda merasa bosan dengan berbagai aktifitas dan kesenangan 1 0 0
3. Anda merasa bahwa hidup anda hampa / kosong 1 0 0
4. Anda sering merasa bosan 1 0 0
5. Anda memiliki motivasi yang baik sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda takut ada sesuatu yang buruk terjadi pada anda 1 0 1
7. Anda lebih merasa bahagia di sepanjang waktu 0 1 0
8. Anda sering merasakan butuh bantuan 1 0 1
9. Anda lebih senang tinggal dirumah daripada keluar melakukan 1 0 0
sesuatu hal
10. Anda merasa memiliki banyak masalah dengan ingatan anda 1 0 1
11. Anda menemukan bahwa hidup ini sangat luar biasa 0 1 1
12. Anda tidak tertarik dengan jalan hidup anda 1 0 1
13. Anda merasa diri anda sangat energik / bersemangat 0 1 0
14. Anda merasa tidak punya harapan 1 0 0
15. Anda berfikir bahwa orang lain lebih baik dari diri anda 1 0 0
Jumlah 6
(Geriatric Depressoion Scale (Short Form) dari Yesafage (1983) dalam
Gerontological Nursing, 2006)
Interpretasi :
Jika Diperoleh skore 5 atau lebih, maka diindikasikan depresi

5. Status Nutrisi

Pengkajian determinan nutrisi pada lansia:


N Indikators scor Pemeriksaan
o e

1. Menderita sakit atau kondisi yang mengakibatkan 2 0


perubahan jumlah dan jenis makanan yang dikonsumsi

2. Makan kurang dari 2 kali dalam sehari 3 0

3. Makan sedikit buah, sayur atau olahan susu 2 1

4. Mempunyai tiga atau lebih kebiasaan minum minuman 2 0


beralkohol setiap harinya

5. Mempunyai masalah dengan mulut atau giginya sehingga 2 0


tidak dapat makan makanan yang keras

6. Tidak selalu mempunyai cukup uang untuk membeli 4 0


makanan

7. Lebih sering makan sendirian 1 1

8. Mempunyai keharusan menjalankan terapi minum obat 3 1 0


kali atau lebih setiap harinya

9. Mengalami penurunan berat badan 5 Kg dalam enam bulan 2 1


terakhir

10 Tidak selalu mempunyai kemampuan fisik yang cukup 2 1


. untuk belanja, memasak atau makan sendiri

Total score 4
(American Dietetic Association and National Council on the Aging,
dalam Introductory Gerontological Nursing, 2001)

*centang pada kolom pemeriksaan jika ditemukan indikator pada lansia


Interpretasi:
0–2 : Good
3–5 : Moderate nutritional risk
≥6 : High nutritional risk

6. Hasil pemeriksaan Diagnostik


No Jenis Tanggal Hasil
pemeriksaan Pemeriksaan
Diagnostik
1 Dimensia 1 April 2021
Alzheimer MRI (1)
CT Scan (2)
FDG-PET scan (4)
Pungsi lumbal (15)

2 laboratorium Pemeriksaan darah


Kadar vit B12
TSH
Serologi HIV
sifilis

7. Fungsi sosial lansia

APGAR KELUARGA DENGAN LANSIA


Alat Skrining yang dapat digunakan untuk mengkaji fungsi sosial lansia
NO URAIAN FUNGSI SKOR

1. Saya puas bahwa saya dapat kembali pada keluarga ADAPTATIO 2


(teman-teman) saya untuk membantu pada waktu N
sesuatu menyusahkan saya

2. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman)saya PARTNERS 1


membicarakan sesuatu dengan saya dan HIP
mengungkapkan masalah dengan saya

3. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya GROWTH 2


menerima dan mendukung keinginan saya untuk
melakukan aktivitas / arah baru
4. Saya puas dengan cara keluarga (teman-teman) saya AFFECTION 1
mengekspresikan afek dan berespon terhadap emosi-
emosi saya seperti marah, sedih/mencintai

5. Saya puas dengan cara teman-teman saya dan saya RESOLVE 2


meneyediakan waktu bersama-sama

Kategori Skor: TOTAL 8


Pertanyaan-pertanyaan yang dijawab:
1). Selalu : skore 22). Kadang-kadang : 1
3). Hampir tidak pernah : skore 0
Intepretasi:
< 3 = Disfungsi berat
4 - 6 = Disfungsi sedang
> 6 = Fungsi baik
Smilkstein, 1978 dalam Gerontologic Nursing and health aging 2005

ANALISA DATA

Nama Pasien : Bpk.C


No. RM :000432
Dx. Medis : Dimensia
Alzheimer

TGL DATA ETIOLOGI MASALAH


15/04/2 Ds: Kehilangan memori Perubahan pola pikir
1 ingatan
1. Klien mengatakan
sudah tua dan
sudah tidak
mengingat
identitas sendiri,
hari apa, tanggal
berapa, sedang
apa.
DO:
1. Terlihat sering
lupa
2. Sering mengulang
pertanyaan
3. Perubahan yang
terjadi lupa dan
bingung

DAFTAR DIAGNOSA KEPERAWATAN


NO
TANGGAL DIAGNOS DIAGNOSA KEPERAWATAN
A
15/04/21 1. Perubahan proses pikir berhubungan dengan
kehilangan memori/ingatan
DAFTAR PRIORITAS
DIAGNOSA KEPERAWATAN

NO
PRIORITAS
TANGGAL DIAGNOS
DIAGNOSA KEPERAWATAN
A
1. Perubahan proses pikir
RENCANA KEPERAWATAN

Nama Pasien : Bpk.C


No RM : 000432
Dx. Medis : Dimensia Alzheimer

TANGGA RENCANA KEPERAWATAN


DIAGNOSA TUJUAN KRITERIA HASIL INTERVENSI RASIONAL
L
KEPERAWATAN

15/04/21 Perubahan proses Setelah Dengan kriteria hasil: 1. Kaji keadaan proses pola 1. Untuk mengetahui
1. Klien mampu pikir klien dengan keadaan proses
pola pikir dilakukan
mempertahanka menanyakan hari dan jam. pikir klien menurun
berhubungan tindakan n fungsi ingatan 2. Kalukan pendekatan atau meningkat
2. Menunjukan secara verbal 2. Membina
dengan kehilangan keperawatan
orientasi optimal 3. Lakukan rivew hubungan
memori/ingatan kepada terhadap waktu, terapeutik
angka/huruf
tempat dan 3. Untuk membantu
Bpk.C 4. Perkenalkan nama
orang. kemampuan
selama 3x24 perawat yang ada dan kognitif klien
mengevaluasi setiap 4. Mengasah daya
jam, harinya ingat klien
diharapkan 5. Berikan isyarat 5. Meningkatkan
lingkungan,waktu, dan orientasi terhadap,
klien mampu tempat. waktu dan
lingkungan.
mengenali Lakukan brain gym 6. Mengasah daya
perubahan Kolaborasi pada terapi ingat jangka
pendek
dalam okupasi jika perlu
berpikir.
IMPLEMENTASI / TINDAKAN KEPERAWATAN

Sambungan

Nama Pasien : Bpk.C No RM :


000432
Dx. Medis : Dimensia
Alzheimer

EVALUASI/
N
Dx.KEP TGL/JAM IMPLEMENTASI RESPON TTD
O
KLIEN
1 Perubahan pola 15-04-2021 1. Melakukan 1. Klien Nurs
pengkajian
. pikir berhubungan 08.30 bisa Ani
keadaan
dengan kehilangan proses pola menjaw
pikir klien
memori atau ab
dengan
ingatan menanyaka pertany
n hari dan
aan
jam.
2. Melakukan yang
pendekatan
diberik
secara
verbal an oleh
3. melakukan
perawat
rivew
angka/huruf
4. melakukan
perkenalkan
nama
perawat
yang ada
dan
mengevalua
si setiap
harinya
5. membeerika
n isyarat
lingkungan,
waktu, dan
tempat.
2 6. Lakukan
brain gym

Sambungan
CATATAN PERKEMBANGAN

Nama Pasien : Bpk.C, No RM : 000432


Dx. Medis : Dimensia Alzheimer

N PERKEMBANGAN
TGL/JAM Dx.KEP
O (S O A P I E R)
1. 15/04/21 Perubahan pola pikir S : klien mengatakan dia sudah tidak kuat
berhub ungan dengan dengan istrinya yang menikah lagi dan
kehilangan memori memngambi semua hartanya
ingatan O: tidak dapat mengingat pada tanggal dan
bulan
A: terjadi dimensia
P: lakukan terapi okupasi
Sambungan
EVALUASI KEPERAWATAN

Sambungan

Nama Pasien : Bpk. C, No RM :000432


Dx. Medis : Dimensia Alzheimer

PERKEMBANGAN
NO TGL/JAM Dx.KEP
(S O A P I E R)
15/04/21 Perubahan pola pikir S : klien mampu mengakomodasi sedikit demi
berhub ungan dengan sedikit perintah.
kehilangan memori O: klien mampu mengenali waktu seperti pagi,
ingatan siang, dan malam
A: terjadi dimensia
P: lakukan pendekatan dengan cara perlahan
dan tenang
Sambungan

DAFTAR PUSTAKA

Ambarawati, R. F (2014). Konsep Kebutuhan Dasar Manusia. Yogyakarta: Parama Ilmu.


Azizah, L. M (2011) Keperawatan Lanjut Usia. Yogyakarta: Graha Ilmu.
Maryam, S., Ekasari, M. F., dkk. (2008). Mengenal Usia Lanjut dan Perawatannya. Jakarta: Salemba
Medika.
Nugroho, W.(2008).Keperawatan Gerontik dan Geriatrik. Jakarta: Buku Kedokteran.
Stockslager, J. L., & Schaeffer, L. (2008). Asuhan Keperawatan Geriatrik. Jakarta: Kedokteran EGC .
Sudoyo, A. W., Setiyohadi, B., dkk. (2010). Buku Ajar Ilmu Penyakit Dalam. Jakarta: Interna Publishing.
Padila. (2013). Buku Ajar Keperawatan Gerontik. Yogyakarta: Nuha Medika.

Anda mungkin juga menyukai