1
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN
2
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING
Pembimbing
Widjijati, MN
NIP. 19730525 199803 2 003
Tanggal: 20 Oktober 2021
3
LEMBAR PENGESAHAN
Dewan Penguji
Widjijati, MN Ketua ( )
NIP. 19730525 199803 2 003
Widjijati, MN Ketua ( )
NIP. 19730525 199803 2 003
Widjijati, MN Ketua ( )
NIP. 19730525 199803 2 003
Mengetahui,
a.n Direktur
Ketua Program Studi Keperawatan Purwokerto
Program Diploma III
4
NIP. 198604231988032002
KATA PENGANTAR
5
Peneliti berharap semoga hasil penulisan ini dapat memberikan manfaat
khususnya untuk Pengelolaan Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Pada
Pasien Diabetes Melitus Tipe II. Penulis menyadari bahwa laporan Karya Tulis
Ilmiah masih jauh dari sempurna, oleh karena itu masukan dan kritik untuk
perbaikan karya ilmiah pada masa mendatang sangat penulis harapkan.
Penulis
6
DAFTAR ISI
Contents
HALAMAN JUDUL i
LEMBAR PERNYATAAN KEASLIAN TULISAN ii
LEMBAR PERSETUJUAN PEMBIMBING iii
LEMBAR PENGESAHAN iv
KATA PENGANTAR v
DAFTAR ISI vii
DAFTAR GAMBAR ix
DAFTAR TABEL x
BAB 1 1
PENDAHULUAN 1
A. Latar Belakang Masalah 1
B. Rumusan Masalah 4
C. Tujuan 4
D. Manfaat Penelitian 5
BAB II 6
TINJAUAN PUSTAKA 6
A. 6
1. Definisi Diabetes Melitus 6
2. Etiologi 7
3. Manifestasi Klinis 7
4. 8
5. Pathway 10
6. Komplikasi 11
7. Pencegahan 11
8. Pemeriksaan Penunjang 12
B. 18
1. Definisi Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah 18
2. Faktor Risiko 18
3. Batasan Karakteristik 18
4. Pengelolaan 18
7
C. 24
1. Pengkajian 24
2. Diagnosis 30
3. Intervensi 32
d. Implementasi 35
e. Evaluasi 35
BAB III 36
METODOLOGI PENELITIAN 36
A. Rancangan Penelitian 36
B. 37
C. Fokus Studi 37
D. Definisi Operasional 37
E. Tempat dan Waktu 37
F. Pengumpulan Data 37
G. Cara Pengelolaan Data 38
H. Analisa Data dan Penyajian Data 38
I. Etika Penelitian 39
DAFTAR PUSTAKA 40
8
DAFTAR GAMBAR
9
DAFTAR TABEL
Intervensi resiko terhadap infeksi ditandai dengan kadar glukosa tinggi dan
penurunan fungsi leukosit......................................................................................32
10
BAB 1
PENDAHULUAN
Menua adalah proses fisiologis yang akan berlangsung pada seluruh orang
dengan mekanisme yang berbeda-beda tiap orang. Pada proses fisiologis ini organ
masalah terutama pada orang lanjut usia. Pada orang lanjut usia dapat mengalami
kekuatan otot melemah, daya lihat menurun, daya dengar menurun, kulit jadi
sering terjadi di rumah sakit yang biasa dikenal dengan penyakit gula. Diabetes
berikutnya yaitu jika ibunya yang terdiagnosa Diabetes Melitus maka akan
Melitus rata- rata sering terjadi di usia remaja sampai dewasa. Tidak hanya
termasuk penyakit keturunan Diabetes Melitus juga dapat dipengaruhi oleh salah
satu faktor yaitu gaya hidup yang tidak sehat misalnya, suka makan dan minum
obesitas. Diabetes Melitus juga dapat dipengaruhi oleh beberapa faktor yaitu
keturunan, obesitas, kurang olahraga, makan secara berlebihan dan gaya hidup
kurang sehat (Kusnanto, 2013 dalam Nurul 2018). Tanpa disadari banyak orang
1
yang sudah terkena Diabetes Melitus karena penyakit Diabetes Melitus jarang
diketahui secara spontan dengan berlangsung lama tanpa keluhan sampai beberapa
tujuh di dunia (ADA, 2018). Prevalensi Diabetes Melitus Tipe II di dunia yaitu
sebanyak 371 juta jiwa disebutkan oleh International Diabetes Federation (IDF).
Di Asia terutama Indonesia, China, Pakistan dan India terdapat 96 juta jiwa.
Laporan hasil Riset Kesehatan Dasar pada tahun 2018, menunjukkan prevalensi
sebanyak 57% dari jumlah total 8,2 juta pasien menderita Diabetes Melitus Tipe
II. Menurut Riset Kesehatan Dasar (Riskesdas) tahun 2018 menyebutkan bahwa
8% ( Riskesdas, 2018).
Diabetes Melitus Tipe I mutlak terjadi karena rusaknya sel islet di dalam
dalam penyakit kronis yang terjadi pada saat pankreas sedikit menghasilkan
dihasilkan ( WHO, 2017). Hormon insulin yaitu hormon yang dapat membantu
masuknya gula darah ke tubuh (WHO, 2016). Diabetes Melitus Tipe II mengalami
penurunan fungsi pada beta pankreas perihal tersebut bisa menimbulkan kendala
tidak berkaitan khusus dengan reseptor khusus di permukaan sel oleh karena itu
sel tidak dapat membawa masuk glukosa yang ada di dalam darah sehingga dapat
2
mengakibatkan hiperglikemia (kadar glukosa darah tinggi). Metabolisme tubuh
hormon insulin bekerja sama untuk mengatur kadar glukosa darah yang
diproduksi dalam pankreas sehingga dapat digunakan sebagai sumber energi (IDF,
2015).
yaitu berolahraga secara teratur, memulai pola hidup yang sehat serta mengurangi
glukosa darah dalam Diabetes Melitus Tipe II disebabkan oleh pengobatan dan
kontrol yang tidak teratur serta ketidakpatuhan dalam diet. Secara farmakologi
pasien Diabetes Melitus dianjurkan untuk rutin dan teratur minum obat yang
diresepkan oleh dokter sesuai dengan petunjuk yang diberikan, meliputi dosis,
jumlah dan jenis obat. Obat Diabetes Melitus Tipe II dikonsumsi 2 kali sehari
yaitu pagi dan malam hari (Niven, 2012 dalam Adelaide 2019).
Melitus Tipe II yang dibiarkan terus- menerus atau tidak rutin diobati akan
dalam Lathifah 2017). Dampak buruk yang bisa terjadi yaitu masalah mulut dan
gigi bisa menyebabkan glukosa dalam mulut tidak terkontrol, kerusakan saraf
melanda pada kaki dan tangan, kerusakan mata dapat menimbulkan kebutaan,
kerusakan ginjal yang dapat menurunkan fungsi ginjal, dan kaki diabetik dapat
kemampuan sel fagosit menurun sehingga akan menimbulkan infeksi. Infeksi paru
3
merupakan salah satu yang biasa terjadi pada pasien Diabetes Melitus Tipe II
B. Rumusan Masalah
C. Tujuan
Tujuan Umum :
Tujuan Khusus :
4
6. Melakukan dokumentasi Keperawatan Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa
D. Manfaat Penelitian
1. Manfaat Teoritis
II.
2. Manfaat Praktis
1) Bagi Peneliti
yang optimal.
5
6
BAB II
TINJAUAN PUSTAKA
Diabetes Melitus merupakan salah satu penyakit yang banyak diderita oleh
yang tinggi sehingga dapat menyebabkan tubuh tidak bisa melepaskan atau
hiperglikemia yang terjadi karena kelainan sekresi insulin, kerja insulin atau
dengan rusaknya sel beta di pankreas. Tipe ini sering disebut dengan diabetes
tergantung insulin yang disebabkan oleh suatu kondisi kelenjar ludah atau
pankreas tidak dapat menghasilkan insulin ke dalam darah normal dan tubuh
tidak bisa efektif menggunakan insulin sehingga pankreas dalam tubuh selalu
Diabetes Melitus Tipe II adalah kondisi di mana kenaikan gula darah yang
diakibatkan oleh sel beta pankreas karena memproduksi insulin dalam jumlah
7
yang sedikit dan adanya gangguan fungsi insulin atau resistensi urine, (Rudi,
8
kombinasi resistensi terhadap aksi insulin, sekresi insulin yang tidak
adekuat, dan sekresi glukagon yang berlebihan atau tidak tepat, (Rudi, 2019).
memasuki sel yang pada akhirnya berujung di dalam peredaran darah dan
tertimbun di sana.
2. Etiologi
insulin oleh sel beta pankreas. Penyakit Diabetes Melitus Tipe II berasal dari
adanya gangguan pada metabolisme yang secara genetis dan klinis termasuk
fisik, tidak mengatur pola makan dan minum, dan stres yang berlebihan
(Rudy, 2019).
3. Manifestasi Klinis
yaitu kadar glukosa darah yang tinggi, sering buang air kencing di malam
penurunan berat badan yang drastis, mudah lelah meski sudah cukup istirahat,
mulut terasa kering, pingsan, dan infeksi yang mudah kambuh (Rudy, 2019).
9
4. Patofisiologi
terhadap kadar glukosa darah tinggi menjadi progresif kurang efisien ketika
terjadi meski tersedia insulin endogen. Kadar insulin yang dihasilkan pada
mengeluarkan jumlah insulin yang kurang dari yang dibutuhkan oleh tubuh
10
sebelum DM Tipe II yang baru didiagnosis sudah mengalami komplikasi
insulin biologis, baik di hati maupun jaringan perifer. Orang dengan DM Tipe
kadar glukosa darah tinggi. Hal ini bersamaan dengan ketidakmampuan otot
penyebab resistensi insulin perifer tidak jelas, namun dapat terjadi setelah
11
5. Pathway
Resistensi insulin
RESIKO
KETIDAKSTABILAN KADAR
GLUKOSA DARAH
Sumber: Abata, 2014, Brunner dan Suddarth 2010, Sadiyah, 2016 dalam
12
Saputri, 2018
13
6. Komplikasi
Diabetes Melitus yang tidak tertangani dengan baik atau tidak terkontrol
masalah perut lainnya, disfungsi ereksi, masalah kulit, infeksi, masalah gigi
7. Pencegahan
a. Pencegahan primer
yang memiliki faktor risiko, yakni mereka yang belum terkena, tetapi
primer diabetes melitus tipe II antara lain program penurunan berat badan,
b. Pencegahan sekunder
14
glukosa sesuai target terapi serta pengendalian faktor risiko penyulit yang
c. Pencegahan tersier
menetap.
yang baik antara ahli di berbagai disiplin (jantung, ginjal, mata, saraf,
pencegahan tersier.
8. Pemeriksaan Penunjang
15
Pemeriksaan fisik, riwayat medis dan uji laboratorium dilakukan untuk
2) Glukosa Plasma Puasa (fasting plasma glucose, FPG) >126 mg/dl (7,0
8 jam.
16
3) PG dua jam >200 mg/dl (11,1 mmol/L) selama pemeriksaan toleransi
Priscilla, 2016).
2016).
OGTT:
PG 2 jam: 2140 (7, 8 mmol/L) dan < 200 mg/dl (11,1 mmol/L).
Priscilla, 2016)
17
kardiovaskular dan merupakan penanda prediabetes (LeMone,
Priscilla, 2016)
dengan gula darah (glukosa) selama tiga bulan terakhir. Durasi ini
18
peptide, umumnya disebut C-peptide. Oleh karena C-Peptide dan
M. Joyce, 2014).
4) Ketonuria
Kadar keton urine dapat dites dengan tablet atau distrip oleh
dalam urine selama mengalami sakit akut atau stres, ketika kadar
glukosa darah naik (>240 mg/dl) dan ketika hamil atau memiliki bukti
5) Proteinuria
19
dalam urine adalah gejala awal dari penyakit ginjal. Pemeriksaan
terkait efek yang tidak diinginkan dari obat-obatan tertentu pada ginjal
20
B. Konsep Dasar Risiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah
2. Faktor Risiko
Rata-rata aktivitas harian kurang dari yang dianjurkan menurut gender dan
kurang pengetahuan tentang faktor yang dapat diubah, kurang kepatuhan pada
3. Batasan Karakteristik
diet tidak sesuai atau berlebihan, hasil pemeriksaan gula darah yang tidak
4. Pengelolaan
akibat diabetes melitus. Caranya yaitu menjaga kadar glukosa dalam batas
21
normal tanpa terjadi hipoglikemia serta memelihara kualitas hidup yang baik.
Ada lima komponen dalam penatalaksanaan Diabetes Melitus Tipe II, yaitu
(Safira, 2018).
(2018) didapatkan hasil bahwa adanya hubungan yang kuat antara pola
makan dengan kadar gula darah. Apabila pola makan yang tidak baik
22
seseorang terkena diabetes. Selanjutnya, hal ini juga bisa memicu adanya
resistensi insuline.
pengaturan 3 J (jadwal, jenis dan jumlah) maka hal ini akan menyebabkan
terkontrol.
b. Latihan Fisik
sel-sel dapat menerima gula dengan lebih baik dan kadar gula pun lantas
23
kelompok kontrol diberikan senam lansia sesuai jadwal puskesmas yang
c. Pemantauan
darah, keton urine. Selain itu, pengkajian tambahan seperti cek berat
Damayanti, 2015).
24
Berdasarkan penelitian yang dilakukan oleh Dewi Ratna (2016)
yang tepat sehingga mengurangi resiko komplikasi yang berat dan dapat
kadar glukosa darah dapat dilakukan kapan saja, sebelum makan, sesudah
pemeriksaan khusus.
darah mandiri oleh setiap pasien diabetes melitus tipe II diperoleh hasil
komplikasi 32% lebih rendah dan risiko kematian 52% lebih rendah pada
pasien diabetes melitus tipe II. Pemantauan gula darah mandiri yang
pasien dapat menyesuaikan makanan, aktivitas fisik, dan dosis obat untuk
d. Terapi Farmakologi
25
thiazolidinediones, alpha glukosidase, inhibitor, dan prandial glukosa
glukosa darah rendah atau semakin rendah tingkat kepatuhan minum obat
e. Pendidikan
dan hal ini merupakan beban bagi keluarga dan masyarakat. Tingkat
26
C. Asuhan Keperawatan Resiko Ketidakstabilan Kadar Glukosa Darah Pada
1. Pengkajian
Pengkajian merupakan tahapan dasar yang paling utama, serta menjadi bagian
meliputi :
a. Identitas
1) Identitas Pasien
Kusuma, 2020).
3) Keluhan Utama
luka sukar sembuh dan bau, intensitas BAK di malam hari tinggi, haus
meski cukup dan lelah meski cukup istirahat, adanya rasa kesemutan
27
4) Riwayat Kesehatan Masa Lalu
(Bararah, 2013).
1) Pola Aktivitas
2) Pola Istirahat
3) Pola Sirkulasi
yang lama.
28
b) Tanda: takikardia, hipertensi, nadi yang menurun, kulit terasa
4) Pola Eliminasi
c. Pemeriksaan Fisik
1) Keadaan Umum
29
insulin yang kurang tepat, takikardia (60-100 x/menit). (Black, M.
Joyce, 2014).
2) Sistem Pernapasan
atau bengkak.
2014).
3) Sistem Kardiovaskular
Perkusi:
4) Sistem Persarafan
30
Terjadi penurunan sensoris, paresthesia, anesthesia, letargi,
kadar glukosa darah tinggi sering mengalami nyeri saraf. Nyeri saraf
5) Sistem Perkemihan
Poliuria, retensi urine, inkontinensia urine, rasa panas atau sakit saat
6) Sistem Pencernaan
7) Sistem Integumen
8) Sistem Muskuloskeletal
31
9) Sistem Endokrin
2014).
(Bararah, 2013).
oksigen, sel darah putih, zat gizi dan antibodi ke tempat luka. Infeksi
2. Diagnosis
32
Definisi: risiko terhadap variasi kadar glukosa darah naik/turun dari
rentang normal.
a) Minor
Objektif : -
b) Mayor
a. Minor a. Minor
Subjektif: Subjektif:
Objektif: 1. Gemetar
33
Subjektif: b. Mayor
1. Gangguan koordinasi
Faktor Risiko
3) Malnutrisi
1) AIDS
2) Luka bakar
4) Diabetes melitus
34
5) Tindakan invasif
7) Penyalahgunaan obat
3. Intervensi
35
badan l. Konsultasikan dengan dokter
jika tanda dan gejala
i. Pemahaman manajemen
hiperglikemia menetap atau
diabetes melitus meningkat
memburuk.
j. Status nutrisi adekuat
m. Mengidentifikasi kemungkinan
k. Olahraga teratur penyebab hiperglikemia
36
darah secara mandiri
37
c. Risiko terhadap infeksi ditandai dengan kadar glukosa tinggi dan
NOC: NIC:
38
tanda dan gejala infeksi
d. Implementasi
keperawatan dapat dilakukan pada individu dalam keluarga dan pada anggota
keluarga lainnya.
glukosa darah dan keton, jika perlu (Wilkinson dan Ahern, 2021)
e. Evaluasi
atau belum berhasil, perlu disusun rencana baru yang sesuai. Semua tindakan
39
untuk itu dapat dilaksanakan secara bertahap sesuai waktu dan kesediaan
40
BAB III
METODOLOGI PENELITIAN
A. Rancangan Penelitian
peristiwa yang terjadi pada masa kini, dengan rancangan penelitian studi kasus.
Studi kasus pada karya tulis ilmiah ini adalah studi untuk mengeksplorasi masalah
Taroenadibrata Purbalingga.
B. Subjek Penelitian
keperawatan ini ada 2 pasien atau 2 kasus dengan diagnosa medis yang sama dan
masalah keperawatan yang sama. Pada studi kasus ini subyek penelitian yang
1. Kriteria Inklusi
2. Kriteria Eksklusi
C. Fokus Studi
41
Fokus studi penelitian ini adalah asuhan keperawatan pada pasien yang
D. Definisi Operasional
pada usia lebih dari 30 tahun, bisa diobati tanpa atau dengan tablet maupun
glukosa/gula darah yang tidak stabil dari rentang normal bisa naik maupun
turun dan tidak patuh pada diet yang dapat mengganggu kesehatan
F. Pengumpulan Data
1. Wawancara
pada sistem tubuh pasien dan pemeriksaan GDS (Gula Darah Sewaktu).
42
mengenai asuhan keperawatan dalam membantu proses pengamatan sebagai
3. Studi Dokumentasi
hasil dari pemeriksaan diagnostik dan data lain yang mendukung kegiatan
anamnesa secara langsung kepada pasien yang sesuai dengan kriteria yang
ditetapkan oleh penulis. Dari hasil anamnesa tersebut nantinya akan diolah
studi pustaka dengan data yang diperoleh. Teknik analisis data yang digunakan
yaitu analisis deskriptif, penulis menganalisa data berdasarkan data yang telah
didapat melalui tahap pengkajian sampai dengan evaluasi. Data yang diperoleh
dapat berupa data objektif maupun data subyektif dan disajikan secara narasi
43
I. Etika Penelitian
Etika yang mendasari dalam penyusunan studi kasus yang dibuat peneliti adalah :
3. Confidentiality (kerahasiaan)
44
DAFTAR PUSTAKA
45
Maria, I. (2021). Asuhan Keperawatan Diabetes Melitus dan Asuhan
Keperawatan Stroke. Yogyakarta: DEEPUBLISH.
Nurarif A.H, dan Kusuma H. (2015). Aplikasi Asuhan Keperawatan Berdasarkan
Diagnosa (Kamitsuru, 2018) Medis & NANDA NIC NOC. Jogjakarta:
Media Action.
Wijaya, A.S & Putri, Y.M. (2013). Keperawatan Medikal Bedah 2. Bengkulu :
Nuha Medika.
46