Anda di halaman 1dari 25

MK:KRITIS

Asfiksia Neonatorum
MHS Smt V. Prodi D.III Kep Pwt
Pertemuan ke 11
Senin tgl 28 September 2021

Dosen Pengampu:
Ratifah, SST.M.Kes

1
A. Pengertian
Bbrp bayi mengalami depresi saat dilahirkan dng menunjukkan
gejala tonus otot menurun dan mengalami kesulitan untuk
mempertahankan pernafasan yg wajar.
 Suatu keadaan dimana BBL gagal bernafas secara spontan
& teratur segera setelah lahir
 Keadaan bayi yg tdk dpt bernafas spontan & teratur, shg
dpt menurunkan O², & meningkatkan CO² yg menimbulkan
akibat buruk pd kehidupan lbh lanjut
 Asfiksia berarti hipoksia yg progresif, penimbunan CO²
dan Asidosis.
 Gg dlm pengangkutan O² ke jaringan tubuh yg disbbkan
ter gg nya fungsi paru-paru, pembuluh darah a/ jaringan
tubuh.
Bayi-bayi ini:
Dpt mengalami apnu a/ menunjukkan upaya per nafasan yg tdk cukup
untuk kebutuhan ventilasi paru-parunya, sianosis, kuku dan bibir
tampak kebiruan
2
B. Etiologi
1. Secara Umum:
Tersumbatnya jalan pernapasan & atau perdarahan
dlm otak.
2. Pada kehamilan, dpt disbbkan oleh:
 Peny. infeksi akut atau kronis,
 Keracunan obat bius
 Toksemia gravidarum,
 Solotio Placenta
 Anemia berat
 Cacat bawaan atau trauma persalinan
Asfiksia graviditas tdk begitu penting spt asfiksia
yg tjd pd saat persalinan, hal ini krn tdk dpt di
lakukan tindakan dng segera
u/ menolong janin.

3
3. Pada Persalinan, dpt di sbbkan oleh:
a. Kekurangan O², misal pd:
 Partus lama (CPD, serviks kaku, & atonia/
inersia uterine)
 Ruptura uteri yg m’bakat; kontraksi uterus
yg terus menerus m’ganggu sirkulasi darah
ke plasenta
 Tekanan kepala anak yg terlalu kuat pd
plasenta.
 Prolapsus tali pusat shg akan menekan
bagian antara kepala & panggul
 P’berian obat bius terlalu banyak & tdk
tepat pd wktunya

4
 P’darahan bnyk, misalnya plasenta
previa & solusio plasenta
 Kalau plasenta sdh tua dpt tjd
postmaturitas (serotinus), disfungsi
Placenta

b. Paralisis pusat pernafasan, akibat


trauma dari luar spt: krn tindakan
forcep a/ trauma dari dlm spt akibat
obat bius.

5
Faktor lain Risiko terjadinya Asfeksia
Neonatorum:
Selain faktor penyebab yg ada , faktor lain yg perlu
diketahui ialah:
1. Bayi Premature
2. Bayi yg lahir dari ibu pend pre eklamsi atau DM
3. BBBLR
4. Faktor usia Ibu = < dari 18 th dan > 40 th (<20 &>35 Th)
5. Akses pelayanan perawatan ante dan post natal yg
kurang memadai

6
C. Patogenesis
 Bila janin ke<an O² & kadar CO² b’tambah, timbullah
rangsangan t’hdp N.Vagus shg DJJ menjadi lambat
 Bila kekurangan ini terus b’langsung, mk N Vagus tdk
dpt di pengaruhi lagi, dan timbullah kini rangsang dari
N.Simpatikus & DJJ menjadi lbh cpt yg akhirnya
irreguler & m’hilang

D.Scr Klinis tanda-tanda Asfiksia adalah:


 DJJ > cpt dari 160 x/ mnt atau < dari 100 x/ mnt.
 Kekuatan: halus & irreguler
 Adanya pengeluaran meconium, hal ini krn kekurang
an O² dpt merangsang peristaltik usus

7
Kriteria Asfeksia:
1. Janin mulai Asfiksi.
 Jk DJJ normal
 Pada air ketuban terdapat mekonium
2. Janin sdng Asfiksi.
 Jk DJJ > dari 160 x/ mnt
 Pada air ketuban terdapat mekonium
3. Janin dlm keadaan gawat (Gawat Janin).
 Jk DJJ < dari 100 x/ mnt
 Pada air ketuban terdapat mekonium

Pada saat janin berada dlm rahim:


 Janin akan m’adakan p’nafasan & bila diperiksa kmd, mk
terdpt banyak air ketuban & mekonium didlm paru-
parunya
 Bronkus tersumbat & terjd atelektasis & bila janin lahir
alveoli tdk bisa berkembang

8
E. Diagnosis.
1. Intra Utero:
Jika di dptkan:
DJJ irreguler & Frek > dr 160 atau < dr 100 x/ mnt.
T’dpt mekonium dlm air ketuban (pada Pres Kep).
Melalui:
Analisis air ketuban/ Amnioskopi
Kardiotokografi.
USG.

2. Pasca Lahir:
Yang bisa dikaji:
 Apakah kehamilan cukup bulan
 Apakah bayi menangis, bernafas/ tdk megap-megap
 Apakah tonus otot bayi baik/ bayi bergerak aktif

9
 Bayi tampak pucat & kebiru-biruan serta tdk b’nafas.
 Ada gejala neurologis, spt: kejang,nistagmus & menangis
< baik/ tdk menangis.

Hal ini krn janin tlh mengalami p’darahan di otak.

10
F. Penanganan:
1. Jangan sampai t.jd Hipotermi, balut dng kain,
bersihkan mulut & jalan nafas.
2. Lakukan resusitasi (respirasi artifisialis):
 Dng alat yg dimasukkan ke dlm mulut u/
mengalirkan O²dng tekanan 12 mmHg, atau:
 Dpt dilakukan mouth to mouth respiration, heart
massage (massage jantung), atau:
 Dng cara menekan & melepaskan dada bayi

P’berian O²dlm konsentrasi > dr 35 % & dlm


waktu > dr 24 jam bs menybbkan Lenticuler
Fibrosis shg bayi dpt m’jd buta

11
3. Kepala > direndahkan, spy lendir yg menyumbat
p’nafasan dpt keluar.
Gejala p’darahan otak biasanya timbul pd bbrp hr post
partum & jk ada dugaan p’darahan otak berikan injeksi
vit K 1-2 mg
4. Jika di RS: berikan transfusi darah via tali pusat a/
pemberian glukosa
G. Komplikasi & Prognosis:
 T’gantung pd ke < an O² & luasnya p’darahan dlm
otak
 Bayi yg dlm keadaan asfiksia ringan dan sedang
berpotensi untuk pulih total jauh lbh besar
dibanding dng asfeksi berat

12
Bagi bayi yg mengalami Asfeksia Berat hrs
dipikirkan kmngknnya m’derita cacat mental di
kemudian hari. Seperti :
 ADHD: Attention Deficit Hyperactivity Disorder), yaitu
GG mental pd anak yg di tandai dng perilaku hiperaktif,
impulsif serta sulit memusatkan perhatian
 Cerebral Palsy: Kondisi kelainan motorik yg umumnya
terjadi pd masa balita di mana otak lumpuh dan
menyebabkan gg koor4dinasi & gerakan tubuh
 Gg penglihatan
 Gg pendengaran
 Pertumbuhan fisik dan mentalnya lebih lambat dibanding
dng anak seusianya
 Epilepsi.

13
H. Propilaksis
Di RS:
 Hindari forcep tinggi, Versi Luar &
Vacum Extraksi pd panggul sempit
serta pituitarin dosis tinggi.
 Bila Ibu anemis, p’baiki keadaan ibu
terlbh dahulu & bila ada p’darahan
berikan O² & darah segar.
 Jangan berikan obat bius pd waktu yg
tdk tepat & jangan menunggu t’lalu lama
pada Kala II

14
I. Klasifikasi Klinik Asfeksi melalui APGAR
Score:
1. Asfiksia berat, nilai: 0-3
Memerlukan resusitasi segera scr aktif &
p’berian O² t’kendali, krn selalu disertai
asidosis, shg perlu diberikan Bik Nat: 7,5 %
dng dosis 2,4 ml/ kg BB & cairan glukosa 40 %
1-2 ml/ kg BB diberikan Via Vena umbilikus
2. Asfiksia ringan/ sedang, nilai: 4-6.
Memerlukan resusitasi & p’berian O² sampai
bayi dpt b’nafas normal kembali
3. Bayi normal/ sdkt Asfiksia, nilai: 7-9
4. Bayi normal, nilai: 10

15
APGAR SCORE
Tanda 0 1 2 N
Appearance Biru/Pucat Tubuh Tubuh dan
Warna Kulit seluruh Kemerahan, Ekstermitas
tubuh Ekstermitas merah muda
biru

Pulse Tdk ada < 100 x/ mnt > 100 x/ mnt


Detak
Jantung

Grimace Tdk ada Gerakan Menangis


Menyeringai respon sdkt batuk
/ Reflek

Activity Lumpuh/ Ekstermitas Gerakan


Tonus Otot lemes Fleksi sdkt Aktif
Respiration Tdk ada Lambat/ tdk Menangis
teratur kuat
16
J. Pengkajian

 Umumnya penilaian pada BBL dipakai nilai APGAR


(APGAR Score).
 Namun Cara lain dengan menggunakan Hasil
Pertemuan SAREC di Swedia tahun 1985 bisa
penggunaan parameter penilaian BBL dengan cara
sederhana yang disebut nilai SIGTUNA (SIGTUNA
Score) sesuai dengan nama tempat terjadinya
konsensus. Penilaian cara ini terutama untuk tingkat
pelayanan kesehatan dasar karena hanya menilai dua
parameter yang essensial.

17
Yang Dinilai 2 1 0 Nilai

Pernafasan Teratur Megap- Tidak ada


megap
Denyut > 100/menit < 100/menit Tidak ada
jantung

Jumlah nilai = Nilai SIGTUNA

Derajat vitalitas BBL menurut nilai SIGTUNA adalah :


 Tanpa asfiksia atau asfiksia ringan, nilai = 4,
 Asfiksia sedang, nilai= 2 – 3
 Asfiksia berat, nilai= 1
 Bayi lahir mati/ mati baru “fresh still birth”, nilai= 0.

18
Diagnosa Keperawatan
 Gangguan pertukaran gas
Data penunjang/Faktor kontribusi :
 Oksigenasi yg adekuat dari bayi dipengaruhi banyak faktor
spt riwayat prenatal & intranatal, produksi mukus yg
berlebihan, & stress karena dingin.
 Riwayat prenatal dan intranatal yg buruk dpt meng akibatkan
fetal distress dan hipoksia saat masa adaptasi bayi.
Pertukaran gas juga dpt terganggu oleh produksi mucus yg
berlebihan & bersihan jalan nafas yg tidak adekuat.
 Stress akibat dingin meningkatkan kebutuhan oksigen & dpt
mengakibatkan acidosis sbg efek dari metabolisme anaerobik.

19
Tujuan :
 Jalan nafas bebas dari sekret/mukus, pernafasan
dan nadi dalam batas normal, cyanosis tidak terjadi,
tidak ada tanda dari disstres pernafasan.
Intervensi :
 Amati komplikasi prenatal yang mempengaruhi
status plasenta dan fetal (penyakit jantung atau
ginjal, PIH atau Diabetes)
 Review status intranatal termasuk denyut jantung,
perubahan denyut jantung, variabilitas irama, level
PH, warna dan jumlah cairan amnion.
 Catat waktu & pengobatan yg diberikan kpd ibu spt
Magnesium sulfat atau Demerol

20
 Kaji respiratori rate
 Catat keadaan nasal faring, retraksi dada, respirasi
grunting, rales atau ronchi
 Bersihkan jalan nafas; lakukan suction nasofaring jika
dibutuhkan, monitor pulse apikal selama suction
 Letakkan bayi pada posisi trendelenburg pd sudut 10
derajat.
 Keringkan bayi dng handuk yg lembut selimuti &
letakkan diantara lengan ibu a/ hangatkan dng unit
pemanas
 Amati intensitas tangisan dan Catat pulse apikal
 Berikan sentuhan taktil dan stimulasi sensori
 Observasi warna kulit, lokasi sianosis, kaji tonus otot

21
Kolaborasi
 Berikan oksigen melalui masker, 4 - 7 lt/menit jika
diindikasikan asfiksia
 Berikan obat-obatan seperti Narcan melalui IV
 Berikan terapi resusitasi

22
23
24
25

Anda mungkin juga menyukai