Anda di halaman 1dari 29

PRE PLANNING KEGIATAN KEPERAWATAN KOMUNITAS

SENAM LANSIA DAN PEMERIKSAAN FISIK LANSIA

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah Keperawatan Gerontik

Dosen Pembimbing : Ani Kuswati, S.Kep., Ns., MH

Disusun Oleh:

Kintan As Syifa A (P1337420219048) Rofisa Geanika (P1337420219059)

Dhea Meilidiana C. H (P1337420219049) Niken Nureka R (P1337420219060)

Gilang Gustiani (P1337420219050) Laelin Magfirotul K (P1337420219061)

Linda Ayu Purwanti (P1337420219051) Durotun Nafisah (P1337420219062)

Ketut Ayulita M (P1337420219052) Yuwana Oktaviani F (P1337420219063)

Yessy Puji Lestari (P1337420219053) Anggun Roro U (P1337420219064)

Siva Amaliyah (P1337420219054) Dwi Nursiva A. W (P1337420219065)

Hesti Intan Pratiwi (P1337420219055) Ikhwan Zulfa R (P1337420219066)

Yusrotun Nurul M (P1337420219056) Suci Maulita Sari (P1337420219067)

Ivandi Ardiansyah (P1337420219057) Luqman Hakim (P1337420219068)

Ari Purwaningsih (P1337420219058) Fadila Rizki R. D (P1337420219069)

POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

PRODI DIII KEPERAWATAN PURWOKERTO

2021
A. Latar Belakang
Proses penuaan yang dialami lansia akan menyebabkan penurunan fungsi
normal tubuh. Hal ini dapat membuat seorang lansia beresiko mengalami masalah
kesehatan baik biologis, fisiologis, maupun psikologis (Pambudi, Dewi, &
Sulistiyorini, 2017). Jumlah lansia di Indonesia mengalami peningkatan setiap
tahunnya. Pada tahun 2020 jumlah lansia di Indonesia diperkirakan mencapai 30-
40 juta, sehingga Indonesia menduduki peringkat keempat di dunia.
Masalah muskuloskeletal seperti arthritis dan gangguan pada tulang
menjadi masalah yang sering terjadi pada lansia, karena mempengaruhi mobilitas
dan aktivitas yang merupakan hal vital bagi kesehatan total lansia. Arthritis dan
gangguan pada tulang menyebabkan munculnya nyeri sendi (WHO, 2016). Nyeri
sendi memiliki prevalensi nyeri muskuloskeletal yang paling banyak terjadi pada
lansia (Sitinjak, 2016).
Intervensi yang dapat diberikan menurut Ameican Collage of Rheumatolgi
mengatakan terapi yang lebih direkomendasikan untuk OA lutut adalah terapi non
farmakologi yang bersifat terapi modalitas seperti aerobik, latihan ketahanan, dan
intervensi psikososial (Hochberg et al, 2012). Menurut Arthritis Care and
Research olahraga dapat menstimulasi meningkatnya pelepasan hormon endorfin.
Para peneliti menemukan bahwa olahraga tiga kali seminggu secara signifikan
memperbaiki kesehatan pasien-pasien arthritis termasuk OA (Stevenson et al,
2012). Senam rematik merupakan senam yang berfokus pada mempertahankan
lingkup gerak sendi secara maksimal. Tujuan dari senam rematik ini yaitu
mengurangi nyeri sendi dan menjaga kesehatan jasmani penderita rematik (Heri,
2014).

B. Nama Kegiatan

Pelatihan Senam Rematik pada Lansia di Desa Penolih, Kalogondang

C. Tujuan

1. Tujuan Umum
Meningkatkan derajat kesehatan lansia dengan melakukan senam
rematik agar lansia memahami konsep gerakan dan manfaatnya sehingga
dapat dilakukan secara mandiri.
2. Tujuan Khusus
Kegiatan senam rematik memiliki beberapa tujuan khusus, diantaranya:
a. Mahasiswa mengetahui manfaat senam rematik bagi lansia
b. Mahasiswa mampu mempraktekan senam rematik bagi lansia
c. Lansia mampu menirukan gerakan dari senam rematik
d. Lansia mampu mengaplikasikan senam rematik secara mandiri
e. Lansia memahami manfaat senam rematik bagi kesehatan

D. Konsep Acara

1. Persiapan
a. Membuat pre planning kegiatan Senam Lansia
b. Mempersiapkan demonstrasi senam lansia
c. Melakukan koordinasi dengan pihak puskesmas dalam penyelenggaraan
senam lansia sebagai bagian kegiatan pengaktifan posyandu lansia.
d. Berkoordinasi dengan kader serta tokoh masyarakat tentang tempat
kegiatan.
e. Mempersiapkan media dan alat seperti sound system, LCD, layar, dan
video senam.
2. Pelaksanaan
a. Pelaksanaan kegiatan senam lansia dilakukan dengan cara sebagai
berikut:
1) Lansia di arahkan untuk berbaris di lapangan
2) Senam dipimpin oleh instruktur senam, beberapa panitia ikut
mendampingi lansia selama senam berlangsung
3) Lansia dianjurkan istirahat setelah senam
b. Pelaksanaan kegiatan pemeriksaan fisik lansia dilakukan dengan
menggunakan system 3 meja, yaitu :
1) Meja 1 : Pemeriksaan tekanan darah dan anamnesa
2) Meja 2 : Pemeriksaan fisik oleh petugas kesehatan sebagai tindak
lanjut pemeriksaan sebelumnya
3) Meja 3 : Pengambilan obat
c. Peserta kegiatan senam lansia adalah sebagai berikut:
1) Seluruh kader Rt 03 Rw 10
2) Seluruh para lansia yang berada di Rt 03 Rw 10
d. Tempat dan Waktu
Kegiatan senam Lansia ini dilakukan pada:

 Hari dan Tanggal : Sabtu, 02 Oktober 2021

 Tempat : Posyandu lansia Desa Penolih Rt 03/Rw


10,

Kecamatan Kaligondang, Kabupaten


Purbalingga.

 Waktu : 09.00 – 10.30 WIB


3. Strategi antisipasi
a. Bila ada lansia tidak mampu melakukan gerakan, maka dibantu sesuai
dengan batas optimal gerakan lansia.
b. Apabila ada lansia yang tekanan darah tinggi, menderita rematik,
jantung, asma, DM, perlu mendapkan pengawasan secara khusus.
c. Bilamana ada lansia yang lelah ditengah kegiatan senam, dianjurkan
untuk istirahat.
d. Menganjurkan dan mengarahkan kepada lansia untuk melakukan
pemeriksaan fisik sesuai urutan meja pemeriksaan
4. Rencana Tindak Lanjut
a. Memotivasi para lansia untuk terus mengikuti kegiatan senam lansia
maupun pemeriksaan fisik.
b. Berkoordinasi dengan pihak puskesmas dalam berlangsungnya kegiatan
terutama pengaktifan kembali posyandu lansia dengan berbagai kegiatan
didalamnya

E. Strategi Kegiatan

a. Peserta
Peserta kegiatan merupakan lansia yang bertempat tinggal di desa Penolih RT
03/RW 10, Kecamatan Kejobong, Kabupaten Purbalingga.
b. Waktu dan tempat
Hari/tanggal : Sabtu, 2 Oktober 2021
Waktu : 09.00-10.30 WIB
Tempat : Posyandu lansia desa Penolih RT 03/RW 10, Kecamatan
Kejobong, Kabupaten Purbalingga.
c. Susunan acara

No Waktu Kegiatan
1. 09.00-09.05 Pembukaan oleh ketua panitia
2. 09.05-09.35 Senam lansia
3. 09.35-09.45 Pemberian Makanan Tambahan
(PMT) atau snack
4. 09.45-10.00 Pemeriksaan kesehatan umum (TTV)
5. 10.00-10-15 Pemeriksaan fisik oleh petugas
kesehatan sebagai tindak lanjut
pemeriksaan sebelumnya
6. 10.15-10.30 Penutup

d. Cara pendekatan
Pendekatan dilakukan dengan cara memperkenalkan diri ke
masyarakat, menjelaskan kepada lansia dan keluarga mengenai kegiatan yang
akan dilaksanakan, dan memfasilitasi pelayanan kesehatan dasar untuk
pemeriksaan kesehatan lansia.
e. Susunan kepanitiaan
Ketua : Luqman Hakim
Wakil Ketua : Ikhwan Zulfa Rahmawan
Bendahara : Yessy Puji Lestari
Sekretaris : Gilang Gustiani
Fasilitator : Durotun Nafisah
Observer : Ari Purwaningsih
Sie. Kegiatan : Dhea Meilidiana Cahya Hakim
Hesti Intan Pratiwi
Linda Ayu Purwanti
Laelin Maghfirotul Kholqi
Sie. Konsumsi : Dwi Nursiva Ahya Widiyanti
Kintan As Syifa Anindita
Rofisa Geanika
Sie. Perlengkapan : Anggun Roro Utami
Ketut Ayulita Meilani
Suci Maulita Sari
Sie. Humas : Niken Nureka Riskiautami
Yusrotun Nurul Mawaddah
Fadila Rizki Rahma Dhani
Sie. Dokumentasi : Yuwana Oktaviani Fajri
Ivandy Ardiansyah
Siva Amaliyah

f. Anggaran dana

No Jenis Harga
F. 1. Sie konsumsi
Air mineral 1 dus Rp. 20.000
Snack X @ 30 (peserta & panitia) Rp. 150.000
Total Rp. 170.000

Evaluasi
Evaluasi struktur
a. Menyiapkan pre planning 1 minggu sebelum kegiatan dan dilakukan
konsultasi pre planning
b. Waktu pelaksaan kegiatan senam lansia dan pemeriksaan fisik lansia telah
disepakati dan telah ditetapkan (21 Oktober 2021 pukul 08.00 WIB)
c. Tempat dan perlengkapan acara telah dipersiapkan 1 hari sebelum kegiatan
senam lansia dan pemeriksaan fisik lansia
d. Telah terbentuk panitia penyelenggara 4 hari sebelum kegiatan lansia dan
pemeriksaan fisik lansia
e. Koordinasi dengan pihak terkait yaitu rt, rw dan petugas kesehatan puskesmas
1 minggu sebelum kegiatan senam lansia dan pemeriksaan fisik lansia
Evaluasi Proses
a. Pelaksanaan kegiatan sesuai dengan lokasi waktu yang telah ditentukan
b. Instruktur senam memimpin kegiatan senam lansia
c. Lansia mengikuti kegiatan senam dengan aktif dan kooperatif
d. Pemeriksa melakukan pemeriksaan kesehatan, bekerja sama dengan kader
serta petugas kesehatan

Evaluasi Hasil
a. Terbina hubungan saling percaya dengan para lansia di desa penolih
b. 6 orang lansia hadir
c. 90% lansia yang hadir mampu mempraktekan gerakan senam
d. 100% lansia yang hadir memeriksakan kesehatannya.
TINJAUAN TEORI

A. KONSEP LANJUT USIA (LANSIA)


1. Definisi

Lanjut usia adalah seseorang yang mimiliki usia lebih atau sama
dengan 55 tahun (WHO, 2013). Lansia dapat juga diartikan sebagai
menurunnya kemampuan jaringan untuk memperbaiki diri dan
mempertahankan struktur serta fungsi normalnya, sehingga tidak dapat
bertahan terhadap jejas (Darmojo, 2015).

Batasan umur lansia menurut WHO dibagi menjadi 4 yaitu : middle


age (45-59 tahun), elderly old (60-74 tahun) very old (di atas 90 tahun).
Proses menua merupakan proses sepanjang hidup tidak hanya dimulai dari
suatu waktu tertentu, tetapi dimulai sejak permulaan kehidupan, menjadi tua
adalah proses lamaiah, yang berarti seseorang telah melewati 3 tahap
kehidupannya yaitu anak, dewasa, dan tua (Nugroho, 2008).

2. Perubahan yang dialami lansia


Perubahan-perubahan yang terjadi pada lansia meliputi perubahan fisik,
sosial, dan psikologis.
a. Perubahan Fisik
1) Perubahan sel dan ekstrasel pada lansia mengakibatkan penurunan
tampilan dan fungsi fisik, lansia menjadi lebih pendek akibat adanya
pengurangan lebar bahu dan pelebaran lingkar dada dan perut, dan
diameter pelvis. Kulit menjadi keriput dan tipis, masa tubuh
berkurang dan masa lemak bertambah.
2) Perubahan kardiovaskular yaitu pada katup jantung terjadi adanya
penebalan dan kaki, terjadi penurunan kemampuan memompa darah
(kontraksi dan volume) elastis pembuluh darah menurun serta
meningkatnya resistensi pembuluh darah perifer sehingga tekanan
darah meningkat.
3) Perubahan sistem pernapasan yang berhubungan dengan usia yang
memperngaruhi kapasitas fungsi paru yaitu penurunan elastisitas
paru, otot-otot pernapasan kekuatannya menurun dan kaku, kapasitas
residu meningkat sehingga menarik nafas lebih berat, alveoli
melebar dan jumlahnya menurun, kemampuan batuk menurun dan
terjadinya penyempitan pada bronkus.
4) Perubahan integumen terjadi dengan bertambahnya usia
mempengaruhi fungsi dan penampilan kulit, dimana epidermis dan
dermis menjadi lebih tipis, jumlah serat elastis berkurang dan keriput
serta kulit kepala dan menipis, rambut dalam hidung dan telinga
menebal, vaskularisasi menurun, rambut memutih (uban), kelenjar
keringat menurun, kuku keras dan rapuh, serta kuku kaki tumbuh
seperti tanduk.
5) Perubahan sistem persyarafan terjadi perubahan struktur dan fungsi
sistem saraf. Saraf pancaindra mengecil sehingga fungsi menurun
serta lambat dalam merespon dan waktu bereaksi khususnya yang
behubungan dengan stess, berkurangnya atau hilangnya lapisan
meilin akson sehingga menyebabkan berkurangnya respon motorik
dan refleks.
6) Perubahan musculoskeletal sering terjadi pada wanita pasca
monopuase yang dapat mengalami kehilangan densitas tulang yang
masif dapat mengakibatkan osteoporosis, terjadi bungkuk (kifosis),
persendian membesar dan menjadi kaku (atrofi otot), kram, tremor,
tendon mengerut dan mengalami sklerosis.
7) Perubahan gastrointestinal terjadi pelebaran esofagus, terjadi
penurunan asam lambung, peristaltik menurun sehingga daya
absorpsi juga ikut menurun, ukuran lambung mengecil serta fungsi
organ aksesoris menurun sehingga menyebabkan berkurnagnya
produksi hormon dan enzim pencernaan.
8) Perubahan genitourinaria terjadi pengecilan ginjal, pada aliran darah
ke ginjal menurun, penyaringan di glomerulus menurun dan fungsi
tubulus menurun sehingga kemampuan mengonsentrasikan urine
ikut menurun.
9) Perubahan pada vesika urinaria terjadi pada wanita yang dapat
menyebabkan otot-otot melemah, kapasitasnya menurun, dan terjadi
retensi urine.
10) Perubahan pada pendengaran yaitu terjadi membran timpani atrofi
yang dapat menyebabkan gangguan pendengaran dan tulang-tulang
pendengaran mengalami kekakukan.
11) Perubahan pada penglihatan terjadi pada respon mata yang menurun
terhadap sinar, adaptasi terhadap menurun, akomodasi menurun,
lapang pandang menurun dan katarak (Siti dkk, 2008).
3. Masalah Kesehatan Pada Lansia

Masalah-masalah kesehatan yang sering terjadi pada lansia berbeda


dari orang dewasa. Masalah kesehatan pada lansia sering disebut sebagai
sindroma geriatri yaitu kumpulan gejala-gejala mengenai kesehatan yang
sering dikeluhkan oleh para lanjut usia dan atau keluarganya (istilah 14 I),
yaitu :

a. Immobility (kurang bergerak)


• Keadaan tidak bergerak/tirah baring selama 3 hari atau lebih.
• Penyebab utama imobilisasi adalah adanya rasa nyeri, lemah,
kekakuan otot, ketidak seimbangan,masalah psikologis, depresi atau
demensia.
• Komplikasi yang timbul adalah luka di bagian yang mengalami
penekanan terus menerus timbul lecet bahkan infeksi, kelemahan otot,
kontraktur/kekakuan otot dan sendi, infeksi paru-paru dan saluran
kemih, konstipasi dan lain-lain.
• Penanganan : latihan fisik, perubahan posisi secara teratur,
menggunakan kasur anti dekubitus, monitor asupan cairan dan
makanan yang berserat.
b. Instability (Instabilitas dan Jatuh)
• Penyebab jatuh misalnya kecelakaan seperti terpeleset,
sinkop/kehilangan kesadaran mendadak, dizzines/vertigo, hipotensi
orthostatik, proses penyakit dan lain-lain.
• Dipengaruhi oleh faktor intrinsik (faktor risiko yang ada pada pasien
misalnya kekakuan sendi, kelemahan otot, gangguan
pendengaran,penglihatan, gangguan keseimbangan, penyakit misalnya
hipertensi, DM, jantung,dll ) dan faktor risiko ekstrinsik (faktor yang
terdapat di lingkungan misalnya alas kaki tidak sesuai, lantai licin,
jalan tidak rata, penerangan kurang, benda-benda dilantai yang
membuat terpeleset dll).
• Akibat yang ditimbulkan akibat jatuh berupa cedera kepala, cedera
jaringan lunak, sampai patah tulang yang bisa menimbulkan
imobilisasi.
• Prinsip dasar tatalaksana usia lanjut dengan masalah instabilitas dan
riwayat jatuh adalah: mengobati berbagai kondisi yang mendasari
instabilitas dan jatuh, memberikan terapi fisik dan penyuluhan berupa
latihan cara berjalan, penguatan otot, alat bantu, sepatu atau sandal
yang sesuai, serta mengubah lingkungan agar lebih aman seperti
pencahayaan yang cukup, pegangan, lantai yang tidak licin.
c. Incontinence Urin dan Alvi (Beser BAB dan BAK)
• Inkontinensia urin didefinisikan sebagai keluarnya urin yang tidak
dikehendaki dalam jumlah dan frekuensi tertentu sehingga
menimbulkan masalah sosial dan atau kesehatan.
• Inkontinensia urin akut terjadi secara mendadak dapat diobati bila
penyakit yang mendasarinya diatasi misalnya infeksisaluran kemih,
gangguan kesadaran, obat-obatan, masalah psikologik dan skibala.
• Inkontinesia urin yang menetap di bedakan atas: tipe urgensi yaitu
keinginan berkemih yang tidak bisa ditahan penyebanya
overaktifitas/kerja otot detrusor karena hilangnya kontrol neurologis,
terapi dengan obatobatan antimuskarinik prognosis baik, tipe stres
kerena kegagalan mekanisme sfingter/katup saluran kencing untuk
menutup ketika ada peningkatan tekanan intra abdomen mendadak
seperti bersin, batuk, tertawa terapi dengan latihan otot dasar panggul
prognosis baik, tipe overflow yaitu menggelembungnya kandung
kemih melebihi volume normal, post void residu > 100 cc terapi
tergantung penyebab misalnya atasi sumbatan/retensi urin..
• Inkontinensia alvi/fekal sebagai perjalanan spontan atau
ketidakmampuan untuk mengendalikan pembuangan feses melalui
anus, penyebab cedera panggul, operasi anus/rektum, prolaps rektum,
tumor dll.
• Pada inkontinensia urin ntuk menghindari sering mengompol pasien
sering mengurangi minum yang menyebabkan terjadi dehidrasi.
d. Intelectual Impairement (Gangguan Intelektual Seperti Demensia dan
Delirium)
• Demensia adalah gangguan fungsi intelektual dan memori didapat
yang disebabkan oleh penyakit otak, yang tidak berhubungan dengan
gangguan tingkat kesadaran sehingga mempengaruhi aktifitas kerja
dan sosial secara bermakna.
• Demensia tidak hanya masalah pada memori. Demensia mencakup
berkurangnya kemampuan untuk mengenal, berpikir, menyimpan atau
mengingat pengalaman yang lalu dan juga kehilangan pola sentuh,
pasien menjadi perasa, dan terganggunya aktivitas.
• Faktor risiko : hipertensi, DM, gangguan jantung, PPOK dan obesitas.
• Sindroma derilium akut adalah sindroma mental organik yang ditandai
dengan gangguan kesadaran dan atensi serta perubahan kognitif atau
gangguan persepsi yang timbul dalam jangka pendek dan berfluktuasi.
• Gejalanya: gangguan kognitif global berupa gangguan memori jangka
pendek, gangguan persepsi (halusinasi, ilusi), gangguan proses pikir
(diorientasi waktu, tempat, orang), komunikasi tidak relevan, pasien
mengomel, ide pembicaraan melompat-lompat, gangguan siklus tidur.

e. Infection (infeksi)
• Pada lanjut usia terdapat beberapa penyakit sekaligus, menurunnya
daya tahan/imunitas terhadap infeksi, menurunnya daya
komunikasipada lanjut usia sehingga sulit/jarang mengeluh, sulitnya
mengenal tanda infeksi secara dini.
• Ciri utama pada semua penyakit infeksi biasanya ditandai dengan
meningkatnya temperatur badan, dan hal ini sering tidak dijumpai
pada usia lanjut, malah suhu badan yang rendah lebih sering dijumpai.
• Keluhan dan gejala infeksi semakin tidak khas antara lain berupa
konfusi/delirium sampai koma, adanya penurunan nafsu makan tiba-
tiba, badan menjadi lemas, dan adanya perubahan tingkah laku sering
terjadi pada pasien usia lanjut.
f. Impairement of hearing, vision and smell (gangguan pendengaran,
penglihatandan penciuman)
• Gangguan pendengaran sangat umum ditemui pada lanjut usia dan
menyebabkan pasien sulit untuk diajak komunikasi
• Penatalaksanaan untuk gangguan pendengaran pada geriatri adalah
dengan cara memasangkan alat bantu dengar atau dengan tindakan
bedah berupa implantasi koklea.
• Gangguan penglihatan bisa disebabkan gangguan refraksi, katarak
atau komplikasi dari penyakit lain misalnya DM, HT dll,
penatalaksanaan dengan memakai alat bantu kacamata atan dengan
operasi pada katarak.

g. Isolation (Depression)
• Isolation (terisolasi) / depresi, penyebab utama depresi pada lanjut
usia adalah kehilangan seseorang yang disayangi, pasangan hidup,
anak, bahkan binatang peliharaan.
• Selain itu kecenderungan untuk menarik diri dari lingkungan,
menyebabkan dirinya terisolasi dan menjadi depresi. Keluarga yang
mulai mengacuhkan karena merasa direpotkan menyebabkan pasien
akan merasa hidup sendiri dan menjadi depresi. Beberapa orang dapat
melakukan usaha bunuh diri akibat depresi yang berkepajangan.
h. Inanition (malnutrisi)
Asupan makanan berkurang sekitar 25% pada usia 40- 70 tahun.
Anoreksia dipengaruhi oleh faktor fisiologis (perubahan rasa kecap,
pembauan, sulit mengunyah, gangguan usus dll), psikologis (depresi dan
demensia) dan sosial (hidup dan makan sendiri) yang berpengaruh pada
nafsu makan dan asupan makanan.

i. Impecunity (Tidak punya penghasilan)


• Dengan semakin bertambahnya usia maka kemampuan fisik dan
mental akan berkurang secara berlahan-lahan, yang menyebabkan
ketidakmampuan tubuh dalam mengerjakan atau menyelesaikan
pekerjaan sehingga tidak dapat memberikan penghasilan.
• Usia pensiun dimana sebagian dari lansia hanya mengandalkan hidup
dari tunjangan hari tuanya.
• Selain masalah finansial, pensiun juga berarti kehilangan teman
sejawat, berarti interaksi sosial pun berkurang memudahkan seorang
lansia mengalami depresi.

j. Iatrogenic (penyakit karena pemakaian obat-obatan)


• Lansia sering menderita penyakit lebih dari satu jenis sehingga
membutuhkan obat yang lebih banyak, apalagi sebagian lansia sering
menggunakan obat dalam jangka waktu yang lama tanpa pengawasan
dokter sehingga dapat menimbulkan penyakit.
• Akibat yang ditimbulkan antara lain efek samping dan efek dari
interaksi obat-obat tersebut yang dapat mengancam jiwa.
k. Insomnia (Sulit tidur)
• Dapat terjadi karena masalah-masalah dalam hidup yang
menyebabkan seorang lansia menjadi depresi. Selain itu beberapa
penyakit juga dapat menyebabkan insomnia seperti diabetes melitus
dan gangguan kelenjar thyroid, gangguan di otak juga dapat
menyebabkan insomnia. Jam tidur yang sudah berubah juga dapat
menjadi penyebabnya.
• Berbagai keluhan gangguan tidur yang sering dilaporkan oleh lansia
yaitu sulit untuk masuk kedalam proses tidur, tidurnya tidak dalam
dan mudah terbangun, jika terbangun sulit untuk tidur kembali,
terbangun dini hari, lesu setelah bangun di pagi hari.
• Agar bisa tidur : hindari olahraga 3-4 jam sebelum tidur, santai
mendekati waktu tidur, hindari rokok waktu tidur, hindari minum
minuman berkafein saat sore hari, batasi asupan cairan setelah jam
makan malam ada nokturia, batasi tidur siang 30 menit atau kurang,
hindari menggunakan tempat tidur untuk menonton tv, menulis
tagihan dan membaca.
l. Immuno-defficiency (penurunan sistem kekebalan tubuh)
Daya tahan tubuh menurun bisa disebabkan oleh proses menua disertai
penurunan fungsi organ tubuh, juga disebabkan penyakit yang diderita,
penggunaan obat-obatan, keadaan gizi yang menurun.
m. Impotence(Gangguan seksual)
Impotensi/ ketidakmampuan melakukan aktivitas seksual pada usia lanjut
terutama disebabkan oleh gangguan organik seperti gangguan hormon,
syaraf, dan pembuluh darah dan juga depresi
n. Impaction (sulit buang air besar)
• Faktor yang mempengaruhi: kurangnya gerak fisik, makanan yang
kurang mengandung serat, kurang minum, akibat obat-obat tertentu
dan lain-lain.

• Akibatnya pengosongan usus menjadi sulit atau isi usus menjadi


tertahan, kotoran dalam usus menjadi keras dan kering dan pada
keadaan yang berat dapat terjadi penyumbatan didalam usus dan perut
menjadi sakit.

4. Penyakit yang menonjol pada lansia


Menurut Nugroho (2008) penyakit yang menonjol pada lansia yaitu :
a. Gangguan pembuluh darah meliputi hipertensi sampai stroke
b. Gangguan metabolik yaitu diabetes melitus
c. Gangguan persendian biasanya pada lansia yaitu atritis, sakit punggung, dan
terjatuh
d. Gangguuan sosial yaitu kurang penyesuaian diri dan merasa tidak berguna
lagi

5. Pemeliharaan Kesehatan
Pada dasarnya, senam lansia adalah serangkaian gerak atau latihan fisik
yang dilakukan oleh orang lanjut usia untuk meningkatkan kemampuan
fungsionalnya. Jenis aktivitas ini memiliki gerakan yang teratur, terarah, dan
terencana, yang disesuaikan dengan berbagai perubahan tubuh pada lansia.

Umumnya, senam untuk orang lanjut usia memiliki gerakan dan kecepatan yang
lebih lambat dibandingkan dengan senam aerobik. Meski demikian, sama seperti
aerobik, senam ini juga biasanya dilakukan secara berkelompok dengan iringan
musik tertentu. Hal ini dilakukan untuk membawa suasana yang ceria, sehingga
bisa menjadi sarana untuk melepas penat dan kelelahan yang rentan terjadi pada
kelompok usia ini.

Adapun sebagaimana olahraga lansia pada umumnya, senam ini juga


membawa beragam manfaat. Senam ini disebut dapat membantu meningkatkan
kerja jantung, sehingga orang lanjut usia bisa memiliki peredaran darah yang lebih
baik. Tak hanya itu, jenis aktivitas ini juga telah terbukti dapat membantu
menurunkan tekanan darah, sehingga bisa mengurangi risiko hipertensi hingga
penyakit jantung. Selain itu, senam secara rutin juga bisa membantu melawan
radikal bebas dalam tubuh, sehingga bisa membantu meningkatkan sistem
kekebalan. Adapun hal ini merupakan salah satu kunci untuk mendapatkan tubuh
lansia yang sehat dan bugar, sehingga bisa terhindar dari berbagai penyakit.

Adapun secara mental, sebagaimana olahraga pada umumnya, senam ini


juga dapat membantu meningkatkan mood pada lansia. Pasalnya, dilansir dari
Help Guide, olahraga dapat melepaskan hormon endorfin, yaitu hormon pereda
stres, sehingga orang yang melakukannya akan merasa bahagia.

Selain itu, ada manfaat lain untuk lansia jika melakukan senam ini secara
rutin. Manfaat tersebut adalah:

 Meningkatkan kualitas dan kuantitas tidur.


 Mengontrol kadar gula darah, sehingga bisa terhindar dari diabetes.
 Membangun kekuatan otot dan tulang, sehingga bisa mencegah osteoporosis.
 Meningkatkan kelenturan tubuh.
 Menjaga keseimbangan dan koordinasi gerak tubuh.
 Meningkatkan energi.
 Mengurangi ketegangan dan kecemasan.
 Meningkatkan kemampuan kognitif.
 Mencegah depresi.

 Meningkatkan hubungan sosial.

B. KONSEP SENAM LANSIA

1. Definisi Senam Lansia


Senam lansia adalah olahraga yang baik diberikan untuk lansia dan

mudah untuk di lakukan. Senam ini dibuat oleh Menteri Negara Pemuda dan

Olahraga (MENPORA) bertujuan untuk meningkatan kesegaran jasmani

kelompok lansia yang jumlahnya semakin bertambah. Saat ini senam lansia

sudah diberdayakan diberbagai tempat seperti di panti wredha, posyandu,

klinik kesehatan, dan puskesmas. (Suroto, 2004). Senam Lansia memiliki

dampak positif bagi lansia karena dapat membantu melatih tulang,

menghilangkan radikal bebas, serta mendorong kerja jantung menjadi

optimal. (Widianti & Proverawati, 2010)

2. Gerakan Senam Lansia

Tahapan latihan kebugaran jasmani adalah rangkaian proses dalam

setiap latihan, meliputi pemanasan, kondisioning (inti), dan penenangan

(pendinginan) (Sumintarsih, 2006). Lama latihan berlangsung 15-45 menit

dengan frekuensi latihan perminggu sebanyak 3 kali (Setiawan dkk, 2014).

a. Pemanasan

Pemanasan dilakukan sebelum latihan. Pemanasan bertujuan

menyiapkan fungsi organ tubuh agar mampu menerima pembebanan


yang lebih berat pada saat latihan sebenarnya.

b. Kondisioning

Setelah pemanasan cukup dilanjutkan tahap kondisioning atau

gerakan inti yakni melakukan berbagai rangkaian gerak dengan model

latihan yang sesuai dengan tujuan program latihan.

c. Penenangan

Tahap ini bertujuan mengembalikan kodisi tubuh seperti keadaan

awal sebelum berlatih. Biasanya dilakukan dengan serangkaian gerakan

berupa stretching. Pada tahap ini ditandai dengan menurunnya suhu,

berkurangnya keringat, frekuensi detak jantung kembali normal. Tahap

ini juga bertujuan mengembalikan darah ke jantung untuk reoksigenasi

sehingga mencegah genangan darah diotot kaki dan tangan.

3. Tahapan gerakan Senam Lansia

a. Gerakan wajah
Gerakan wajah sangat membantu untuk mengencangkan kulit
lansia yang memang cenderung mengendur. Selain itu, dengan
melakukan gerakan ini dapat membantu kulit wajah lansia agar tidak
kaku. Untuk gerakan ini memang cukup sederhana yaitu cukup anda
lakukan dengan mengucapkan a,i,u,e,o secara berulang-ulang minimal 5
kali dan dapat anda lanjutkan dengan mengucapkan ha- ha, hi-hi
sebanyak 5 kali.
b. Gerakan kepala

Gerakan kepala mempunyai manfaat untuk meregangkan otot di


kepala agar peredaran darah lancar. Gerakan ini dapat dilakukan dengan
anggukkan kepala ke atas dan ke bawah dengan hitungan 1 sampai 8
sebanyak 5 kali, setelah itu ke kanan dan juga ke kiri dalam hitungan
yang sama minimal sebanyak 5 kali hitungan.
c. Gerakan tangan
Untuk gerakan tangan ini dapat anda lakukan dengan berbagai
macam, misalnya dengan gerakan jari tangan membuka dan juga
menutup, gerakan tepuk tangan, memutar pergelangan tangan dan masih
banyak lagi.
1) Pertama gerakan membuka dan menutup tangan dengan hitungan 1
sampai 8 sebanyak 5 kali, gerakan ini berfungsi untuk mengurangi
kekakuan pada tangan dan jari – jari tangan.
2) Kedua gerakan tepuk tangan yang bermanfaat untuk mengurangi
resiko diabetes mellitus, gerakan ini dimulai dari hitungan 1 sampai
8.
3) Ketiga gerakan menyatukan kedua tangan dengan cara tepuk tangan
dan sejajar dengan dada. Gerakan ini berfungsi untuk
memperlancar kerja jantung dan mengurangi resiko penyakit
kardiovaskuler.
4) Keempat gerakan kedua tangan memutar pergelangan tangan kanan
dan kiri, gerakan ini berfungsi untuk mengurangi beban kerja
jantung dan mencegah terjadinya kekakuan pada otot-otot pundak
dan jari tangan

5) Kelima gerakan merentangkan kedua tangan ke samping kanan dan


kiri dengan tangan di kepalkan. Gerakan ini bermanfaat untuk
mengoptimalkan kerja jantung dan mengurangi kekakuan pada
pergelangan tangan.
d. Gerakan kaki

Gerakan kaki bertujuan untuk memperlancar peredaran darah


dari jantung ke seluruh tubuh. Gerakan ini dapat dilakukan dengan
gerakan berjinjit secara bergantian antara kaki kanan dan kiri atau
dalam posisi duduk dengan luruskan kaki dengan mengayunkan telapak
kaki. Gerakan ini dimulai dari hitungan 1 sampai 8 kali.

4. Tahapan gerakan Senam Jantung Sehat


a. Gerakan Pemanasan : Ketukan musik 130 ketukan / menit selama 6 menit.
1) Gerakan I :
- Menundukkan kepala
- Memiringkan kepala ke kanan
- Memiringkan kepala ke kiri
2) Gerakan II :
- Mengangkat bahu kanan
- Mengangkat bahu kiri
- Mengangkat kedua bahu

3) Gerakan III
- Saling menekan kedua telapak tangan
- Menarik jari-jari kedua tangan
4) Gerakan IV
- Memutar badan ke kanan
- Memutar badan ke kiri
5) Gerakan V
- Menarik kedua bahu
- Merentangkan kedua lengan kesamping
6) Gerakan VI
- Memiringkan sisi tubuh ke kanan
- Memiringkan sisi tubuh ke kanan
7) Gerakan VII
- Memutar badan dan kaki ke kanan
- Memutar badan dan kaki ke kiri
8) Gerakan VIII
- Membungkukkan badan
9) Gerakan IX
- Melangkahkan kaki serong kanan
- Melangkahkan kaki serong kiri
10) Gerakan X
- Mengangkat kaki kanan
- Mengangkat kaki kiri
11) Gerakan XI
- Menekuk kaki kanan ke belakang
- Menekuk kaki kiri ke bel
b. Gerakan Inti : Ketukan musik 145 ketukan / menit selama 12 menit.

1) Gerakan I
- Jalan di tempat
2) Gerakan II
- Menundukkan dan menegakkan kepala
- Memiringkan kepala kesamping kanan dan kiri
3) Gerakan III
- Memutar bahu ke depan
- Memutar bahu ke belakang
4) Gerakan IV
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu
rentangkan
5) Gerakan V
- Mendorong lengan ke depan
- Mendorong lengan ke samping
6) Gerakan VI
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu
rentangkan
7) Gerakan VII
- Merenggutkan dan merentangkan tangan
- Mengangkat kedua lengan ke atas dan kaki kanan / kiri ke belakang
8) Gerakan VIII
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu
rentangkan
9) Gerakan IX
- Memutar badan ke samping kanan dan kiri
- Membungkuk badan serong ke kanan dan ke kiri
10) Gerakan X
- Jalan di depan dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu
rentangkan
11) Gerakan XI
- Mengangkat lutut kanan dan kiri
- Mengayun kaki ke kanan dan ke kiri
12) Gerakan XII
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu
rentangkan
13) Gerakan XIII
- Mengayun kedua lengan ke atas kanan dan kiri
- Mengayun kedua lengan ke samping kanan dan kiri belakang
14) Gerakan XIV
- Jalan di tempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas lalu
rentangkan
15) Gerakan XV
- Lari di tempat
16) Gerakan XVI
- Lari di tempat sambil mengayunkan kaki kanan dan kiri ke depan
bergantian
17) Gerakan XVII
- Lari di tempat sambil menekuk kaki kanan dan kiri ke belakang
bergantian
18) Gerakan XVIII
- Lari di tempat mengangkat lutut ke depan, sambil mengangkat
kedua lengan lurus sejajar ke depan dan ke atas
19) Gerakan XIII
- Lari di tempat dan menepuk tangan di atas kepala
20) Gerakan XX
- Lari ditempat dan rentangkan tangan ke depan, ke atas, lalu
rentangkan, menarik nafas
c. Gerakan pendinginan: Ketukan musik 120 ketukan / menit selama 4
menit 30 detik
1) Gerakan I
- Membuka kaki kanan selebar bahu dan membungkuk
2) Gerakan II
- Memutar badan dan kaki ke samping kanan dan kiri
3) Gerakan III
- Memutar badan ke kanan dan ke kiri
4) Gerakan IV
- Meluruskan lengan dan kaki (SJS seri I, 2001).

5. Tahap Gerakan Inti Senam Jantung Sehat


Inti Seri I
Latihan I Gerakan jalan di tempat dengan tujuan
untuk memacu denyut jantung agar
meningkatkan secara perlahan untuk
persiapan melakukan olahraga jantung
sehat, menaikkan suhu badan, serta
menghilangkan kekakuan pada otot dan
persendian. Gerakan ini dilakukan dengan
hitungan 2 x 8.
Latihan II Gerakan kepala ke atas, ke bawah,
memiringkan kepala ke samping kanan
dan ke kiri dengan tujuan untuk melatih
dan melemaskan otot dan persendian
leher. dengan hitungan 4 x 8.

Latihan III Gerakan memutar bahu ke depan dan ke


belakang dengan tujuan untuk melatih dan
melemaskan persendian dan otot pada
bahu, serta meluaskan gerakan bahu.
Dilakukan dengan hitungan 2 x 8.

Latihan IV Gerakan jalan di tempat dengan gerakan


tangan ke atas dan ke bawah, dilakukan
dengan hitungan 2 x 8.

Latihan V Gerakan mendorong lengan ke depan dan


ke samping dengan lutut sedikit ditekuk
dengan tujuan memperkuat otot lengan
dan dada sehingga rongga dada semakin
berkembang dan bertambah luas ruang
untuk mengambil dan menyimpan udara
serta menguatkan otot kaki dan lutut.
Gerakan ini dilakukan dengan hitungan
4 x 8.
Latihan VI Gerakan sama dengan latihan IV dengan
hitungan 2 x 8.
Latihan VII Gerakan merentangkan lengan ke samping
dengan membuka kaki selebar bahu dan
gerakan mengangkat kedua lengan ke atas
dengan kaki kanan dan kiri ke belakang
secara bergantian. Gerakan ini bertujuan
untuk memperkuat otot lengan, dada,
punggung, paha dan kaki, serta
mengembangkan lebih luas rongga dada.
Gerakan ini dilakukan dengan hitungan 4
x 8.
Latihan VIII Gerakan sama dengan latihan IV dengan
hitungan 2 x 8.
Latihan IX Gerakan memutar badan kesamping kanan
dan kiri, serta membungkuk badan serong
kanan dan kiri. Gerakan ini bertujuan
untuk menguatkan persendian dan otot
pada pinggang, punggung serta otot-otot
punggung.
Latihan X Gerakan sama dengan latihan IV dengan
hitungan 2 x 8.
Latihan XI Gerakan mengangkat kaki kanan dan kiri
secara bergantian, serta mengayun kaki
kanan dan kiri secara bergantian. Gerakan
ini bertujuan untuk melatih otot paha, kaki
dan perut. Gerakan ini dilakukan dengan
hitungan 4 x 8.
Latihan XII Gerakan sama dengan latihan IV dengan
hitungan 2 x 8.
Latihan XIII Gerakan mengayun kedua lengan ke atas
kanan dan kiri bergantian, serta mengayun
kedua lengan ke samping kanan dan kiri
belakang bergantian dengan tujuan untuk
menuatkan otot lengan, bahu, punggung,
dada dan kaki, serta mengembangkan
rongga dada lebih luas. Gerakan ini
dilakukan dengan hitungan 4 x 8.

Latihan XIV Gerakan sama dengan latihan IV dengan


hitungan 2 x 8.
Latihan XV Gerakan lari di tempat dengan tujuan
untuk lebih memacu denyut jantung
sehingga mendekati denyut nadi latihan.
Gerakan ini dilakukan dengan hitungan 2
x 8.
Latihan XVI Gerakan lari di tempat sambil mengayun
kedua kaki kanan dan kiri ke depan secara
bergantian dengan tujuan untuk lebih
memacu denyut jantung sehingga
mendekati denyut nadi latihan. Gerakan
ini dilakukan dengan hitungan 2 x 8.
Latihan XVII Gerakan lari di tempat sambil menekuk
kaki kanan dan kiri ke belakang secara
bergantian dengan tujuan untuk lebih
memacu denyut jantung sehingga
mendekati denyut nadi latihan. Gerakan
ini dilakukan dengan hitungan 2 x 8.
Latihan XVIII Gerakan lari di tempat dengan
mengangkat lutut ke depan, sambil
mengangkat kedua lengan lurus sejajar ke
depan dan ke atas dengan tujuan untuk
lebih memacu denyut jantung sehingga
mendekati denyut nadi latihan. Gerakan
ini dilakukan dengan hitungan 2 x 8.
Latihan XIX Gerakan lari di tempat dan bertepuk
tangan di atas kepala dengan tujuan untuk
lebih memacu denyut jantung sehingga
mendekati denyut nadi latihan. Gerakan
ini dilakukan dengan hitungan 2 x 8.

Latihan XX Gerakan lari di tempat sambil menarik


nafas dengan tujuan untuk mengurangi
intensitas latihan secara perlahan-lahan
untuk mengakhiri latihan inti seri I.
Gerakan ini dilakukan dengan hitungan 2
x 8.
DAFTAR PUSTAKA

Anda mungkin juga menyukai