Anda di halaman 1dari 41

KONSEP

GAGAL NAFAS & STATUS ASMATIKUS

MHS TKT III/ SMT V


PRODI. D.III KEPERAWATAN PURWOKERTO
POLTEKKES KEMENKES SEMARANG

DOSEN PENGAMPU:
RATIFAH, SST.M.Kes
Pertemuan ke 10
Selasa , Tgl: 21 September 2021
GAGAL NAFAS dan STATUS ASMATIKUS
PENDAHULUAN
Gagal nafas adalah ketidakmampuan alat pernafasan
untuk mempertahankan oksigenasi didalam darah, dng
atau tanpa penumpukan CO2.

Terdapat 6 sistem kegawatan, dan salah satunya adalah


Gagal nafas yg menempati urutan I dari 6 sistem tsb
Hal ini dapat dimengerti karena bila terjadi Gagal nafas
waktu yang tersedia terbatas shg diperlukan:
ketepatan dan kecepatan untuk bertindak.
 Keterlambatan merujuk penderita diduga merupakan
salah satu penyebab tingginya angka kematian,
disamping beratnya penyakit dasar, penyakit
penyerta & penyulit selama perawatan.

Penatalaksanaan perawatan gagal nafas ini memerlukan:


Suatu ketrampilan & pengetahuan khusus serta penafsiran
& perencanaan maupun melakukan tindakan yg hrs
dilakukan dng cepat, tepat & sistematis, o/k itu
Pengetahuan perawat tentang apa & bagaimana
terjadinya gagal nafas sangat diperlukan.
I. GAGAL NAFAS

A. Pengertian
1. Gagal nafas adalah ketidakmampuan tubuh dalam mempertahankan
tekanan parsial normal O2 & atau CO2 didalam darah. (Merenstein,
1995)
2. Gagal nafas adalah suatu kegawatan yg disebabkan oleh gg
pertukaran oksigen & karbondioksida, sehingga sistem pernafasan tdk
mampu memenuhi metabolisme tubuh. (Staf pengajar ilmu kesehatan
anak, 1985).
3. Gagal napas adalah kondisi kegawatan medis yg terjadi akibat gg
serius pd sistem pernapasan, shg menyebabkan tubuh kekurangan
oksigen.
Kondisi ini perlu sgr mendpt penanganan medis. Jika tdk sgr
ditangani, gagal napas dpt menyebabkan kerusakan organ tubuh &
bahkan kematian.
B. Etiologi:
Gagal napas dpt dikelompokkan berdasarkan kategori
penyakitnya, sebagian etiologi dpt menyebabkan: hipoksemia &
hiperkapnia sekaligus.
1. Gagal napas hipoksemik umumnya terjadi akibat ketidakseimbangan
ventilasi & perfusi (V/Q mismatch) yg paling sering disebabkan kelainan pd
parenkim paru & alveolus., spt
 Pneumonia
 Edema paru
 Fibrosis kistik
 Perdarahan paru
 Tenggelam
 Acute Respiratory Distress Syndrome (ARDS)
 Kontusio paru
2. Gagal napas hiperkapnik berkaitan dng retensi karbon
dioksida yg umumnya terjadi akibat fungsi ventilasi alveolar
yg tdk adekuat, misalnya pada:
Kelainan Jalan Napas
 Laringomalasia
 Trakeitis
 Croup
 Stenosis subglottis
 Tracheal ring
 Aspirasi benda asing
 Tumor
 Penyakit paru obstruktif kronis (PPOK)
 Asthma bronkial berat
 Bronkiolitis
 Anafilaksis 
Kelainan Sistem Saraf Pusat
 Penyakit serebrovaskular
 Tumor intrakranial
 Cedera kepala (trauma)
 Infeksi sistem saraf pusat, misalnya ensefalitis
 Toksisitas obat atau zat
 Ensefalopati metabolik, misal: uremia, ensefalopati hepatikum
 Kongenital, misal: sindrom hipoventilasi kongenital
 Malformasi vaskular
Kelainan Otot Pernapasan & Dinding Dada
 Paralisis diafragma
 Hernia diafragma
 Paralisis nervus frenikus
 Kelainan neuromuskular, misalnya sindrom Guillain-Barre, miastenia gravis
 Kelainan otot, misalnya distrofi otot, polimiositis
 Kyphoscoliosis
 Flail chest
 Kelainan dinding dada kongenital
C. Pathofisiologi

Ada 2 jenis gagal nafas, yaitu: Gagal nafas Akut & Gagal nafas
Kronis yg masing-masing mempunyai pengertian yg berbeda
1. Gagal nafas Akut, yaitu :
 Gagal nafas yg timbul pd pasien yg parunya normal scr struktural
maupun fungsional sblm awitan peny.timbul.
 Stlh gagal nafas akut, biasanya paru-paru kembali ke keadaan
asalnya
2. Gagal nafas Kronis, yaitu:
 Gagal nafas yg terjadi pd pasien dng peny. paru kronis spt:
bronchitis kronis, emfisema & peny. paru hitam (peny. penambang
batu bara).
 Pasien mengalami toleransi terhdp hipoksia & hiperkapnia yg
memburuk scr berthp.
 Pd kasus ini, struktur paru alami kerusakan yg ireversibel
Indikator gagal nafas ialah: Frekuensi pernafasan &
kapasitas vital.
 Frekuensi pernafasan normal yaitu: 16-20 x/ mnt, bila lbh
dari 20 x/mnt, mk tindakan yg dilakukan ialah memberi
bantuan ventilator krn kerja pernafasan menjadi tinggi
shg timbul kelelahan
 Kapasitas vital adalah: ukuran ventilasi

(normal: 10-20 ml/kg)

Penyebab terpenting Gagal nafas adalah Ventilasi yg tdk


adekuat, dimana terjadi Obstruksi jln nafas bag atas
D. Diagnosis:
Selain menentukan penyebab, diagnosis gagal napas juga perlu
menentukan jenis gagal napas, apakah hipoksemia, hiperkapnia, atau
campuran keduanya.
 Gagal napas umumnya dpt dikenali saat melakukan pemeriksaan TTV di triase,
yg terlihat adanya: tanda kegawatan berupa:

Peningkatan usaha napas yg bermakna, gangguan hemodinamik, &


penurunan kesadaran.
E. Prognosis:
Prognosis pd gagal napas scr umum sngt bervariasi, tergantung dari:
 Penyebab gagal napas, usia, & cadangan fisiologis pd individu sebelum sakit
serta ditentukan juga o/ terjadinya komplikasi, terutama komplikasi akibat
terapi.
F. Komplikasi
 Komplikasi pd gagal napas secara umum dpt terjadi baik akibat kondisi
penyakit maupun akibat terapi yg diberikan.
G. Manifestasi klinik

 Umum : kelelahan, berkeringat


 Respirasi : wheezing, merintih, menurun/menghilangnya suara
nafas , nafas cuping hidung, retraksi, takipnea, bradipnea atau apnea,
sianosis.
 Kardiovaskuler: bradikardia atau takikardia hebat, hipotensi/hipertensi,
pulsus Paroksus 12 mmHg, henti jantung.
 Serebral : gelisah, iritabilitas, sakit kepala, kekacauan mental,
kesadaran Menurun, kejang, koma.
H. Pemeriksaan penunjang
 Pengenalan dini gagal nafas sulit diketahui secara klinis, pemeriksaan
laboratorium yg terpenting u/ membantu diagnosa gagal nafas yaitu:
pemeriksaan analisa gas darah u/ mengetahui keadaan oksigenasi,
ventilasi & keseimbangan asam basa, saturasi O 2 dan pH darah.
 Pd pemeriksaan analisa gas darah/ ABG (Arterial Blood Gases) pd
gagal nafas akan didapat Hipoksemia, hiperkapnia, asidosis
(respiratorik a/ metabolik).
Jenis Pemeriksaan Penunjang :
1. Pemeriksaan Gas darah arteri, u/ mengetahui terjadinya
hiposekmia, dng katagori:
 Ringan: PaO2 < 80 mmHg
 Sedang: PaO2 < 60 mmHg
 Berat : PaO2 < 40 mmHg
2. Pemeriksaan Rotgen dada:
Melihat keadaan patologi & a/ kemajuan proses peny yg tdk
diketahui
3. EKG:
 Mungkin memperlihatkan bukti-bukti regangan jantung di
sisi kanan
 Disritmia
I. Klaisifikasi
Gagal napas terdiri atas dua tipe, yaitu: 
1. Gagal napas tipe 1, di mana kadar oksigen dlm darah rendah, namun kadar
karbondioksida tetap normal atau bahkan rendah.
  Pd tipe ini, kelainan berupa hipoksemia, shg disebut gagal napas hipoksemik.
Tekanan parsial oksigen di arteri (PaO2) kurang dari 60 mmHg. Pasien telah
mendapatkan oksigenasi dng fraksi oksigen (FiO2) minimal 0.60. Terjadi akibat
kegagalan difusi oksigen dari alveolus ke sirkulasi.
 Kerja sistem pernapasan terdiri atas 2 hal, yaitu:
 Peredaran oksigen dari paru ke darah u/ didistribusikan ke seluruh tubuh
 Pengambilan karbondioksida dari darah ke paru u/ kemudian dibuang

Apabila salah satu dari sistem kerja ini terganggu, maka dpt memicu terjadinya 
gagal napas.
Gagal napas didefinisikan sbg kegagalan tubuh dlm memenuhi kebutuhan
oksigen & atau membuang karbondioksida.
Pd pemeriksaan medis, akan dibuktikan dng kadar oksigen yg rendah & atau
tingginya kadar karbondioksida.
Diagnosis
Penentuan diagnosis gagal napas tipe 1 ditetapkan atas dasar wawancara medis mendetail,
pemeriksaan fisik, & pemeriksaan penunjang.
Pd wawancara medis akan diketahui bila terdpt adanya riwayat penyakit tertentu yg dpt
menyebabkan komplikasi gagal napas tipe 1. Misalnya, pada seseorang dng edema paru.
Sedangkan pd pemeriksaan fisik, umumnya akan terlihat pucat, bibir & kuku kebiruan,
mengalami sesak, & pd pemeriksaan dng stetoskop ditemukan suara napas tambahan, bila
gg distribusi oksigen melibatkan jantung juga dpt ditemukan Irama jantung yg tidak teratur
(aritmia)
Pd pemeriksaan penunjang dng pulse oxymetri di ujung jari didapatkan kadar oksigen yg
rendah di ujung jari. Sedangkan analisa gas darah menunjukkan kadar oksigen yg rendah di
bawah 60 mm Hg & kadar karbondioksida normal atau rendah.
Penyebab
Umumnya, gagal napas tipe 1 disebabkan o/ penyakit yg ada pd paru. Misalnya edema
paru, infeksi paru pneumonia, & fibrosis paru.
Pd berbagai penyakit tsb, paru tidak lagi dpt menyediakan oksigen yg cukup u/ kemudian
diedarkan ke seluruh tubuh. Akan tetapi kadar karbondioksida tetap dpt dijaga normal, krn
sebagian paru masih berfungsi dng baik. Akibatnya, organ-organ dlm tubuh menjadi
kekurangan oksigen serta nutrisi, yg pd akhirnya dpt mengorbankan kerja serta kesehatan
organ itu sendiri.
Gejala

Gejala yg tampak pd penderita gagal napas tipe 1 yaitu sbb:


Sesak napas
Pd awal tahapan gagal napas, gejala yg dominan terlihat adalah sesak napas. Sesak napas
ini terjadi akibat rendahnya kadar oksigen.
Bibir, kuku dan kulit pucat
Rendahnya kadar oksigen ini menyebabkan bibir, kuku, & kulit penderitanya terlihat
pucat.
Penurunan kesadaran
Bila tdk segera tertangani, rendahnya kadar oksigen akan membuat otak tdk dapat
bekerja dng baik. Otak sendiri merupakan pusat kesadaran & pd akhirnya pusat kesadaran
ini yg akan dikorbankan.
Irama jantung tidak teratur (aritmia)
Kekurangan oksigen pd otak akan menyebabkan penurunan kesadaran, sedangkan pd
jantung mengakibatkan ketidakteraturan irama jantung.
Pengobatan
Pd prinsipnya, pengobatan utama gagal napas tipe 1 adalah pemberian oksigen dng metode yg
sesuai dng kondisi & kebutuhan penderita, metode ini bisa dng Metode non-invasif spt:
masker oksigen,
Metode invasif spt: pemasangan endotracheal tube (ETT) atau tracheostomy. 
Endotracheal tube (ETT) adalah selang yg dipasang melalui mulut & berujung ke pangkal
paru. Alat ini kmd dihubungkan ke alat bantu napas a/ ventilator.
Sedangkan tracheostomy merupakan tindakan pelubangan leher u/kmd dipasangkan selang yg
masuk ke trachea.
Komplikasi:
Rendahnya kadar oksigen akan membuat kerja otak menjadi menurun. Padahal otak adalah
pusat sgl kerja organ tubuh, termasuk pusat kesadaran. O/k itu, komplikasi yg mudah dilihat di
awal adalah hilangnya kesadaran.
Rendahnya kadar oksigen juga berdampak pd jantung berupa gangguan irama jantung atau
aritmia. Bila tidak juga tertangani dng tepat, kondisi ini dpt menyebabkan kegagalan kerja
berbagai organ tubuh (multi organ failure) & berujung pada kematian.
Pencegahan
Pencegahan gagal napas tipe 1 dpt dilakukan dng mengobati penyakit yg mendasarinya.
Pd pasien dng edema paru, misalnya, diperlukan pengobatan yg mampu mengeluarkan
kelebihan cairan di paru, dng dmk, kerja paru jadi lebih ringan & optimal dlm menyediakan
oksigen untuk tubuh.
2. Gagal napas tipe 2,
Pengertian
 Pada gagal napas tipe 2 ini kadar oksigen darah terdeteksi di bawah nilai
normal & kadar karbondioksida terdeteksi jauh di atas nilai normal ( kadar
oksigen darah rendah & kadar karbondioksida tinggi )
 Kelainan berupa hiperkapnia, shg disebut gagal napas hiperkapnik. Tekanan
parsial karbondioksida di arteri (PaCO2) lebih dari 45 mmHg. Terutama
terjadi akibat kegagalan fungsi ventilasi a/ pompa udara pd saluran napas. Dpt
disertai hipoksemia, umumnya disertai asidosis respiratorik
 Aktivitas bernapas pd tubuh manusia melibatkan 2 proses, yaitu :
Peredaran oksigen dari paru ke darah u/ diedarkan ke seluruh tubuh &
Pengambilan karbondioksida sbg gas buang dari darah ke paru u/ kmd
dikeluarkan dari tubuh.

Jk terjadi gg dlm salah satu proses ini, maka


berpotensi menyebabkan gagal napas.
Diagnosis

Untuk menentukan diagnosis gagal napas tipe 2 diperlukan wawancara


medis mendetail, pemeriksaan fisik, & pemeriksaan penunjang.
 Pd wawancara medis dpt diketahui bila terdapat riwayat
penyakit tertentu yg dpt menyebabkan komplikasi gagal napas
tipe 2. Penyakit yg cukup sering menyebabkan gagal napas tipe 2
adalah penyakit paru obstruktif kronik.
 Sementara itu pd pemeriksaan fisik, umumnya penderita tampak
pucat, mengalami sesak dng frekuensi napas yg tinggi. Pd
pemerikaan dng stetoskop akan ditemukan adanya suara napas
tambahan.
 Pd pemeriksaan penunjang dng  pulse oxymetri, di ujung jari
didapatkan kadar oksigen yg rendah di bawah 60 mm Hg &
kadar karbon dioksida tinggi >50 mm Hg.
(nilai normal Oksigen darah = antara 75-100 mmHg &
nilai normal karbon dioksida = 23-29 mmHg/ L)
Penyebab
Penyebab paling sering gagal napas tipe 2 adalah penyakit paru obstruktif kronik
(PPOK) dan asma.
Penyebab lain jarang terjadi di antaranya adalah: bronkitis kronik, kelainan bentuk
dada & kelemahan otot pernapasan pd sindrom Guillain-Barre. Selain itu
penurunan fungsi pusat pernapasan di otak, misalnya krn overdosis obat terlarang,
juga bisa menyebabkan gagal napas tipe 2.
Gejala
Gejala yg umumnya terlihat adalah sbb:
Sesak napas & pucat sesak napas terjadi akibat rendahnya kadar oksigen
dlm darah. Akibatnya kulit & bibir serta kuku akan terlihat lebih pucat.
Napas cepat, peningkatan frekuensi napas terjadi sbg usaha tubuh dlm
mengeluarkan karbondioksida yg berlebih di dlm darah.
Penurunan kesadaran, bila tdk sgr tertangani, rendahnya kadar oksigen akan
membuat otak tidak dapat bekerja baik. Otak sendiri merupakan pusat kesadaran &
pd akhirnya pusat kesadaran ini yg akan dikorbankan.
Irama jantung tidak teratur (aritmia), kekurangan oksigen pd otak akan
menyebabkan penurunan kesadaran, sedangkan pd jantung mengakibatkan
ketidakteraturan irama jantung.
Pengobatan

Pemberian oksigen yg cukup merupakan modalitas utama


dlm pengobatan, metode yg digunakan dpt bersifat :
 Non-invasif spt: masker oksigen, masker oksigen yg
digunakan dlm gagal napas tipe 2 adalah masker
yang non-rebreathing, shg oksigen yg dikeluarkan tdk
akan terhirup kembali.
 Jika metode non-invasif tdk berhasil, akan dilakukan
terapi invasif spt: pemasangan endotracheal tube (ETT)
a/ tracheostomy. ETT adalah selang yg dipasang melalui
mulut & berujung ke pangkal paru. Alat ini kmd akan
dihubungkan ke alat bantu napas a/ ventilator.
Sedangkan tracheostomy merupakan tindakan pelubangan
leher u/ kmd dipasangkan selang yg masuk ke trakea.
Komplikasi:
 Rendahnya kadar oksigen & tingginya kadar karbondioksida
pd gagal napas tipe 2 akan membuat kerja otak menjadi
menurun, sedangkan otak merupakan pusat sgl kerja organ
tubuh, termasuk pusat kesadaran.
O/k itu, komplikasi yg mudah dilihat di awal adalah:

Hilangnya kesadaran.
Dan dng rendahnya kadar oksigen, juga berdampak pd jantung berupa:
Gg irama jantung atau aritmia.
yg bila tdk juga tertangani dng tepat & cepat, kondisi ini dpt
menyebabkan kegagalan kerja berbagai organ tubuh (multi organ
failure) &
berujung pd kematian.
Pencegahan
 Pencegahan pd gagal napas tipe 2 ini dpt dilakukan dng:
Mengobati penyakit yg mendasarinya, pd penderita penyakit
paru obstruktif kronik (PPOK) misalnya: dng pemberian
pengobatan adekuat perlu dilakukan u/mencegah serangan
sesak datang kembali.
 Begitu pula dng penderita Asma, menghindari pencetus asma
& pemberian obat-obatan pengontrol serangan adalah kunci
utama agar serangan asma tdk muncul kembali, shg dpt
menghindari risiko terjadinya gagal napas tipe 2.
I. Pengkajian
Pengkajian Primer, meliputi:
1. Airway:
 Peningkatan secresi pernafasan
 Bunyi nafas krekels, roncki dan mengi.
2. Breathing:
 Ditress pernafasan: pernafasan cuping hidung , takipneu/
bradipneu, retraksi
 Menggunakan otot aksesori pernafasan
 Kesulitan bernafas: lapar udara, diaforisis, sianosis
3. Circulation:
 Penurunan curah jantung: gelisah, letargi, takikardia
 Sakit kepala
 Gg tkt kesadaran: ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk
 Papiledema
 Penurunann haluaran urine
J. PENATALAKSANAAN GAGAL NAPAS SECARA
UMUM

Pada keadaan gawat darurat, penatalaksanaan gagal napas yg penting


adalah: deteksi dini keadaan gagal napas, manajemen jalan
napas, & oksigenasi.
Berikut adalah strategi umum penatalaksanaan pasien dng gagal
napas.
 Kenali dini kondisi gagal napas a/ancaman gagal napas saat triase
 Bila sdh menemukan, pertama-tama pastikan jalan napas paten.
 Pertimbangkan kemungkinan intubasi
 Sambil melakukan terapi, ambil sampel analisis gas darah, sebaiknya sblm
terapi oksigen diberikan bila kondisi memungkinkan.
 Koreksi hipoksemia dng terapi oksigen
 Lakukan pemeriksaan menyeluruh u/ mencari penyebab gagal napas & penyakit
penyerta lain yg dpt memperberat keadaan pasien
 Terapi spesifik sesuai etiologi : misalnya antibiotik pd pneumonia,
bronkodilator pd asma, pemasangan chest tube pd pneumothoraks
 Observasi ketat tanda vital penderita
 Lakukan Oksigenasi sesuai Protap dokter
 Rawat intensif bila terdpt indikasi & memenuhi kriteria rawat
II. STATUS ASMATIKUS
A. Pengertian
1. Status Asmatikus, ialah
 Asma yg berat & persisten yg tdk berespon terhadap terapi konvensional, &
serangan dpt berlangsung lebih dari 24 jam
2. Asma adalah kelainan berupa inflamasi kronik saluran napas yg
menyebabkan hipereaktivitas bronkus terhadap berbagai rangsangan
yg dpt menimbulkan gejala mengi, batuk, sesak napas & dada terasa
berat terutama pd malam & atau dini hari yg umumnya bersifat
reversible baik dng a/ tanpa pengobatan (Depkes RI, 2009).
3. Asma adalah penyakit inflamasi kronik saluran napas yg melibatkan
sel & elemennya, di mana dpt menyebabkan peningkatan
hiperesponsif jalan napas yg menimbulkan gejala episodik berulang
berupa mengi, sesak napas, dada terasa berat & batuk-batuk terutama
malam & a/ dini hari. Gejala tsb b/d obstruksi jalan napas yg luas,
bervariasi & seringkali bersifat reversibel dng atau tanpa pengobatan
4. Asma merupakan penyakit jalan napas obstruktif intermiten
yg bersifat reversible di mana trakea & bronkus berespon scr
hiperaktif terhadap stimuli tertentu yg ditandai dengan
penyempitan jalan napas, yg mengakibatkan dispnea, batuk
& mengi
5. Asma adalah: Peny sistem respirasi yg ditandai dng episode
sesak & mengi berulang, hal ini di sbbkan o/ implamasi
kronik saluran udara serta sekresi mukus yg berlebih

Pada serangan asma akut, inflamsi akan menyebabkan saluran


udara menjadi sempit, shg mengurangi aliran udara inspirasi
dan ekspirasi
B. Faktor Pencetus
 Faktor pencetus asma adalah semua faktor pemicu &
pemacu ditambah dng aktivitas fisik, udara dingin, histamin
& metakolin.
 Secara umum faktor pencetus serangan asma adalah:
1. Faktor Alergen
 Yg merupakan zat-zat tertentu yg bila dihisap a/ dimakan dpt
menimbulkan serangan asma spt: debu rumah, tungau, spora
jamur, bulu binatang, tepung sari, bbrp makanan laut
 Makanan lain yg dpt menjadi faktor pencetus adalah:
Telur, kacang, bahan penyedap, pengawet, pewarna makanan
& susu sapi
2. Infeksi saluran pernapasan
 Infeksi saluran napas terutama disbbkan oleh virus.
Diperkirakan 2/3 pasien asma dewasa serangan asmanya
ditimbulkan o/ infeksi saluran pernapasan
Asma yg muncul pd saat dewasa dpt disebabkan o/ berbagai faktor, spt:
 Adanya sinusitis, polip hidung, sensitivitas terhadap aspirin a/ obat-
obat Anti-Inflamasi Non Steroid (AINS), a/ dpt juga terjadi krn
mendptkan pemicu, spt debu & bulu binatang di tempat kerja yg
mengakibatkan ISPA yg berulang. Ini disebut dng Occupational
asthma yaitu asma yg disbbkan krn pekerjaan.
3. Tekanan jiwa
 Faktor ini berperan mencetuskan serangan asma terutama pd
orang yg agak labil kepribadiannya, ini lebih menonjol pd
wanita & anak-anak. Ekspresi emosi yg dimunculkan scr
berlebihan juga dpt menjadi faktor pencetus asma
4. Olahraga/kegiatan jasmani yg berat
 Serangan asma krn exercise (Exercise Induced Asthma/EIA)
terjadi sgr stlh OR a/aktivitas fisik yg cukup berat. Lari cepat
& bersepeda merupakan 2 jenis kegiatan paling mudah
menimbulkan serangan asma
5. Obat-obatan
 Pasien asma biasanya sensitif a/alergi terhadap obat
tertentu
 Obat tsb misalnya golongan aspirin, NSAID, beta
bloker, dll
6. Polusi udara
 Pasien asma sngt peka terhadap udara berdebu, asap
pabrik a/ kendaraan, asap rokok, asap yg mengandung
hasil pembakaran & oksida fotokemikal serta bau yg
tajam.
C. Penegakan Diagnosa

1. Sesak/ Sulit Nafas


2. Mengi/ Wheezing
3. Batuk berdahak
4. Ronkhi.
D. Tatalaksana
1. Tatalaksana dlm Kehamilan
a. Beri Oksigen & pasang Canule IV
b. Hindari penggunaan obat penekan batuk, sedativ & antihistamin
c. Berikan cairan RL atau NaCl.0,9 %
d. Berikan terbutalin scr SC dng dosis 0,25 mg/ 15 mnt dlm 3 dosis a/ oral 2,5 mg
tiap 4-6 jam
e. Berikan 40-60 mg metilprednison IV tiap 6 jam a/ hidrokortison IV 2 mg/kg BB
tiap 4 jam atau stlh loading dose 2 mg/kg BB dilanjutkan dng infus 0,5 mg/kg
BB/jam
f. Jika ada tanda infeksi beri ampisilin 2 g IV tiap 6 jam
g. Rujuk ke fasilitas yg memadai. Di RS rujukan pertimbangkan foto Thorax, Lab,
alat monitor fungsi Vital & rawat intensiv bl perlu
h. Tatalaksana selanjutnya dpt ditentukan dng dokter Sp paru a/ peny dalam, &
dokter Obstgyn
2. Tatalaksana dlm Persalinan
 Asma dpt memburuk slm persalinan shg persalinan hrs di
RS
 Penanganan asma akut pd persalinan sama dng
penanganan saat kehamilan.
 Persalinan per vaginam disarankan kecuali ada indikasi
Obstetri u/ SC
 Serangan Asma berat yg tdk memberikan respon stlh 30-
60 mnt dng terapi beta agonis & teofilin (Status
Asmatikus) hrs ditangani di Unit perawatan intensif
PRAKTEK LABORATORIUM
PEMERIKSAAN AGD (ANALISA GAS DARAH)
1. Pengertian
 Analisa Gas Darah (AGD) atau Arterial Blood Gas ( ABG) tes
adalah: Tes u/ mengukur kadar Oksigen, Karbodioksida & tingkat
asam basa (pH) di dalam darah.
 Analisis gas darah umumnya dilakukan u/ memeriksa fungsi organ
paru yg menjadi tempat pertukaran oksigen dan karbodioksida.
 Tes ini juga dilakukan pd pasien yg sedang menggunakan alat
bantu napas u/memonitor kondisi serta mengetahui apakah
pengaturan alat sudah sesuai atau blm.
 Selain itu, tes ini dpt dilakukan u/ memeriksa kondisi organ
jantung & ginjal, serta memeriksa gejala yg disbbkan o/ gg
distribusi oksigen & karbon dioksida, a/ keseimbangan pH dlm
darah, spt: sesak napas, kesulitan bernapas, mual, pusing, &
penurunan kesadaran. 
2.Indikasi:
AGD arteri dilakukan u/:
Memperoleh informasi ttg status asam-basa klien
Mengetahui bila darah terlalu asam (asidosis) a/ basa (alkalosis)
Mengetahui apakah tekanan oksigen dlm darah terlalu rendah (hipoksemia) a/ tekanan karbon
dioksida terlalu tinggi (hiperkarbia)
.
Kondisi-kondisi di atas dpt digunakan sbg dasar diagnosis penyakit yg berkaitan dng sistem
metabolisme tubuh a/ sistem pernapasan,
Penyakit-penyakit tsb, al:
Gagal Nafas
Asma
Peny paru obstruktif kronis
Pneumonia
Ketoasidosis Diabetik
Gagal hati, Gagal jantung,Gagal ginjal
Trauma kepala a/ leher yg memengaruhi pernapasan, mis: luka bakar
Infeksi berat a/ sepsis
Gg tidur
Keracunan zat kimia a/ overdosis obat

Selain u/ diagnosis, AGD juga dptt digunakan u/ mengevaluasi kondisi pasien yg


menggunakan Alat bantu pernafasan.
3. Kontraindikasi :
Keadaan fibrinolisis sistemik,spt: pada terapi trombolitik
( pengobatan u/ melarutkan gumpalan berbahaya dlm pembuluh
darah) merupakan kontraindikasi relatif.
4. Tujuan
Tujuan dilakukan AGD adalah, u/ mengetahui:
pH darah
Tekanan parsial Karbon Dioksida (PCO2)
Bikarbonat (HCO3-)
Base excess/deficit
Tekanan Oksigen (PO2)
Kandungan Oksigen (O2)
Saturasi Oksigen (SO2)
5. Faktor-faktor yg berkontribusi pd Nilai AGD yg
abnormal
 Obat-obatan dpt meningkatkan pH darah: sodium bikarbonat
 Kegagalan u/ mengeluarkan semua udara dari spuit dpt menyebabkan
nilai PaCO2 yg rendah & nilai PaO2 meningkat
 Obat-obatan yg dpt meningkatkan PaCO2 : aldosterone, ethacrynic acid,
hydrocortisone, metolazone, prednisone, sodium bicarbonate, thiazides.
 Obat-obatan yg dpt menurunkan PaCO2 : acetazolamide,
dimercaprol,methicillinsodium, nitrofurantoin, tetracycline,
triamterene.
 Obat-obatan yg dpt meningkatkan HCO3-: alkaline salts, diuretics
 Obat-obatan yg dpt menurunkan HCO3-: acid salts.
Saturasi oksigen dipengaruhi o/ tekanan parsial oksigen dlm darah,
suhu tubuh,pH darah, dan struktur hemoglobin.
6. Persiapan sblm melakukan AGD

Tidak ada persiapan khusus , namun ada bbrp kondisi, pasien


mungkin hanya akan diminta u/berpuasa sblm prosedur
dilaksanakan.
Sblm pengambilan darah dilakukan, akan ditentukan pembuluh
arteri mana yg paling mudah & memenuhi syarat u/ diakses.
Jika pasien sdng mendptkan oksigen tambahan, kadar oksigen yg
diterima hrs konstan slm kurang lebih 20 menit sblm pasien
menjalani tes AGD.
Suplai oksigen tambahan juga bisa dihentikan 20 menit sblm
pengambilan darah, jika kondisi pasien memungkinkan.
Pd kondisi tertentu, pasien dpt diberikan bius lokal agar pasien tdk
merasakan sakit saat jarum ditusukkan ke dalam pembuluh darah
arteri.(a/ Innstruksi dokter)
7. Prosedur Pemeriksaan AGD

No. Langkah Kerja Ilustrasi

A. Pra Interaksi
1. Beri salam, panggil pasien dengan menyebut namanya

2. Jelaskan tujuan, prosedur dan lama tindakan yang akan dilakukan


kepada klien.Catatan :
Beberapa institusi mengijinkan
diberikan anestesi di area penusukan dengan 1% lidocaine / xilocaine,
akan mempersiapkan diri pasien/bayi
dioleskan anaestesi semprot /salep.

B. Fase Orientasi
1. Cek catatan medik , meliputi :
- Alasan pengambilan spesimen darah.
- Riwayat faktor perdarahan, terapi antikoagulan, gangguan perdarahan,
jumlah trombosit yang rendah.
- Kontra indikasi dilakukan penusukan pada arteri atau vena, infus intra
vena atau keadaan setelah radikal mastektomi.
No. Langkah Kerja Ilustrasi

2. Siapkan formulir laboratorium.

3. Cuci tangan

4. Siapkan alat dan bahan.


Untuk pengambilan darah arteri : siapkan spuit aspirasi 0,5 ml heparin dengan perbandingan 1:
1000 unit/ml dari vial. Kemudian lakukan usaha agar heparin menyentuh semua dinding bagian
dalam spuit.
5.
Beri kesempatan pada klien untuk bertanya.

6. Beri kesempatan klien untuk bertanya.

7. Menanyakan keluhan klien.

8. Memulai tindakan dengan cara yang baik.

9. Jaga privacy klien

Dekatkan peralatn pada klien, dan atur posisi klien agar nyaman.
.
No. Langkah Kerja Ilustrasi
10. Identifikasi tempat penusukan

11. Posisikan klien dengan lengan ekstensi dan telapak tangan menghadap ke atas.

12 Letakkan pengalas.

13. Pakai sarung tangan

14. Palpasi arteri radial dan brakial dengan jari tangan,tentukan darah pulsasi maksimal.

15. Lakukan Allen, untuk mengkaji kadekuatan sirkulasi kolateral pada arteri ulnaris.
Tes Allen dengan lakukan penekanan pada kedua denyutan radialis dan ulnaris dari salah satu
pergelangan tangan pasien sampai denyutan hilang.
Tangan menjadi pucat karena kurangnya sirkulasi ke tangan. Lepaskan tekanan pada arteri ulnaris,
Jika tangan kembali normal dng cepat (tangan akan kemerahan dlm 10 detik), hasil test
dinyatakan negatif dan penusukan arteri dpt ilakukan pd pergelangan tangan tsb
Jika stlh dilakukan pelepasan tekanan pd arteri renalis tangan tetap pucat, artinya sirkulasi
ulnaris tidak adekuat. Hasil test dinyatakan positif dan pergelangan tangan yang lain harus di
test.
Bila hasil ke 2 pergelangan tangan adalah positif, arteri femoralis hrs dieksplorasi.
8. Peringatan Analisis Gas Darah
Sampel darah untuk analisis gas darah berasal dari pembuluh darah arteri yang
terletak lebih dalam daripada pembuluh darah vena. Oleh karena itu, teknik
pengambilan darah akan berbeda dengan pengambilan darah pada umumnya.
Teknik ini juga mungkin terasa lebih tidak nyaman.
Pengambilan sampel darah bisa dilakukan di beberapa lokasi yang pembuluh darah
arterinya paling mudah untuk diakses. Namun, ada beberapa kondisi yang membuat
pengambilan darah arteri tidak boleh dilakukan pada sebuah lokasi, antara lain:
Terdapat gangguan aliran darah
Terdapat penyakit arteri perifer
Terdapat saluran abnormal (fistula) pada pembuluh arteri, baik yang timbul karena
penyakit atau sengaja dibuat atau dicangkok untuk akses cuci darah (cimino)
Terdapat infeksi, luka bakar, atau bekas luka
Pasien perlu memberi tahu dokter jika memiliki gangguan pembekuan darah atau
sedang mengonsumsi obat pengencer darah (antikoagulan) guna mengurangi risiko
perdarahan. Pasien juga perlu memberi tahu semua obat-obatan, termasuk produk
herbal, vitamin, dan suplemen yang sedang dikonsumsi.
Beberapa kondisi dapat mempengaruhi hasil pemeriksaan, antara lain merokok atau
menghirup asap rokok (pasif), mengalami demam, dan bernapas cepat, misalnya
karena cemas.

Anda mungkin juga menyukai