Anda di halaman 1dari 8

KONSEP DASAR

ASUHAN KEPERAWATAN PADA PASIEN DENGAN GAGAL NAFAS


1. Definisi
Susan 2007 mengemukakan bahwa Gagal nafas adalah ketidakmampuan
sistem pernafasan untuk mempertahankan oksigenasi darah normal (PaO2), eliminasi
karbon dioksida (PaCO2) dan pH yang adekuat disebabkan oleh masalah ventilasi
difusi atau perfusi. Gagal nafas merupakan penyakit kegawatan disebabkan dari
gangguan pertukaran oksigen dan karbondioksida. Maka dari itu sistem pernafasan
tidak mampu untuk memenuhi metabolisme tubuh. Kegagalan nafas yaitu pertukaran
gas tidak adekuat yang menyebabkan terjadinya hipoksia, hiperkapnia (peningkatan
konsentrasi karbondioksida arteri), dan asidosis. Ventilator merupakan alat bantu
Sebagian atau seluruh proses ventilasi untuk mempertahankan oksigen.
Kondisi inimerupakan kondisi dimana kadar oksigen yang masuk ke dalam
dasar melalui paru paru sangat rendah. Selain itu, agar dapat bekerja dengan baik,
organ tubuh seperti jantung dan otak memerlukan darah yang kaya akan oksigen.
Bukan hanya itu, gagal napas juga dapat terjadi karena lantaran kadar karbondioksida
dalam darah lebih tinggi dari pada kadar oksigen. Gagal nafas juga bisa terjadi karena
adanya kegagalan dalam proses pertukaran oksigen dan karbondioksida dikantung
kantung udara kecil di paru paru atau alveoli. Ketidakmampuan paru untuk
melakukan tugas dalam proses pertukaran gas. Pertukaran gas yang dimaksud adalah
mengirimkan oksigen dari udara yang dihirup masuk kedalam daeah dan
menyingkirkan karbondioksida dari darah Ketika menghembuskan nafas.
2. Etiologi
1. Kelainan diluar paru paru
1) Penekanan pusat pernapasan
a. Takar lajak obat (sedative, narkotik)
b. Trauma atau infark selebral
c. Peliomyelitis bulbar
d. Ensefalitis
2) Kelainan neuromuscular
a. Trauma medulaspinalis servikalis
b. Sindroma guilainbare
c. Sclerosis amiotropik lateral
d. Miastenia gravis
e. Distrofit otot
3) Kelainan pada pleura dan dinding dada
a. Cedera dada
b. Pneumotoraks tension
c. Efusi leura
d. Kifoskoliosis (paru paru abnormal)
e. Obesitas : sindrom pickwick
2. Kelainan didalam paru paru
1) Kelainan obstruksi difusi
a. Emfisema, bronchitis kronis (PPOM)
b. Asma, status asmatikus
c. Fibrosis kistik
3. Kelainan restriktif difus
a. Fibrosis interstisial akibat berbagai penyebab (seperti silica, debu batu barah)
b. Sarcoidosis
c. Scleroderma
d. Edema paru paru
e. Kardiogenetik
f. Nonkardiogenetik (ARDS)
g. Atelectasis
h. Pneumoni yang terkonsolidasi
4. Kelanian vaskuler paru paru
a. Emboli paru paru

Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan antubiotik
yang tidak sempurna.

3. Klasifikasi
Gagal nafas dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Gagal nafas akut
Merupakan gagal nafas yang timbul pada pasien yang paru parunya normal secara
structural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
2) Gagal nafas kronis
Terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik antara lain bronchitis kronik,
emfisema dan penyakit paru hitam.
4. Patofisologi
Penyebab paling penting pada gagal nafas adalan vetilasi tidak adekuat yang
dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pada pusat pernafasan yang mengendalikan
pernafasan letaknya dibawah batang otak (pons dan medulla). Indicator gagal nafas
adalah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi dari nafas normal adalah
116 – 20 x/menit. Jika lebih dari itu maka tindakan yang akan dilakukan adalah
memberi bantuan ventilator karena kerja pernafasan menjadi tinggi sehingga dapat
menimbulkan kelelahan. Kapsitas vital biasa disebut dengan ukuran ventilasi
normalnya 10 – 20 ml/kg. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi
pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang
dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiod. Penemonia atau
dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
5. Tanda dan Gejala
Gejala gagal napas tergantung dari penyebabnya serta kadar oksigen dan karbon
dioksida di dalam darah.Jika kadar oksigen dalam darah terlalu rendah, kondisi ini
menimbulkan gejala sesak napas. Selain itu, kulit pada bagian kuku dan bibir akan
membiru.Apabila kadar karbon dioksida dalam darah terlalu tinggi, maka dapat
memicu gejala berupa napas semakin cepat dan kesadaran menurun. Orang yang
mengalami kegagalan pernapasan biasanya juga akan merasa sangat mengantuk
hingga hilang kesadaran.Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah detak jantung
tidak beraturan (aritmia). Aritmia biasanya terjadi jika otak dan jantung tidak
mendapat asupan oksigen yang cukup.
Berikut beberapa gejala gagal napas yang mungkin sering dijumpai:
 Memucatnya kulit, bibir, dan kuku. Bahkan jika kadar oksigen sudah sangat
rendah, bisa membiru dan terasa lebih dingin.
 Sesak napas. Ini adalah salah satu gejala yang paling awam untuk gagal napas.
Biasanya memerlukan tindakan medis yang cepat.
 Hilangnya kesadaran (pingsan). Pingsan adalah cara otak untuk menghemat
energi yang tiba-tiba berhenti karena kondisi gagal napas.
 Aritmia. Penurunan kadar oksigen bisa membuat jantung memompa dengan
irama yang tidak teratur. Ketidakteraturan irama inilah yang disebut aritmia.
6. Pemeriksaan Penunjang

a.Laboratorium

1)Analisis gas darah (pH meningkat, HCO3- meningkat, PaCO2 meningkat, PaO2

menurun) dan kadar elektrolit (kalium).

2)Pemeriksaan darah lengkap: anemia bisa menyebabkan hipoksia jaringan,

polisitemia bisa trejadi bila hipoksia tidak diobati dengan cepa.

3) Fungsi ginjal dan hati: untuk mencari etiologi atau identifikasi komplikasi yang

berhubungan dengan gagal napas.

b.Radiologi:

1)Rontgen toraks membantu mengidentifikasi kemungkinan penyebab gagal nafas

seperti atelektasis dan pneumoni.

2)EKG dan Ekokardiografi : Jika gagal napas akut disebabkan olehcardiac.

3)Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik (volume tidal <

500ml, FVC (kapasitas vital paksa) menurun,ventilasi semenit (Ve) menurun (Lewis,

2011).

Pemeriksaan Laboratorium Lain

 Pemeriksaan sputum pada kecurigaan infeksi paru

 Pemeriksaan kultur darah pada kecurigaan sepsis


 Pemeriksaan fungsi ginjal dan liver untuk mengetahui kemungkinan

komplikasi

 Elektrolit dan pemeriksaan lainnya sesuai indikasi

7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Suportif/Non spesifik Penatalaksanaan non spesifik

adalah tindakan yang secara tidak langsung ditujukan untuk memperbaiki

pertukaran gas,perhatikan tabel berikut :

1) Atasi Hipoksemia : terapi Oksigen

2) Atasi Hiperkapnia : perbaiki ventilasi

a. Perbaiki jalan nafas

b. Bantuan Ventilasi: Face mask, ambu bag


c. Ventilasi Mekanik

3) Fisioterapi dada

 Atasi Hipoksemia

Terapi Oksigen

Pada keadaan PaO2 turun secara akut, perlu tindakan secepatnya untuk menaikkan
PaO2 sampai normal. Berlainan sekali dengan gagal nafas dari penyakit kronik yang
menjadi akut kembali dan pasien sudah terbiasa dengan keadaan hiperkarbia sehingga
pusat pernafasan tidak terangsang oleh hipercarbia drive melainkan terhadap hypoxemia
drive. Akibatnya kenaikan PaO2 yang terlalu cepat, pasien dapat menjadi apnoe.1
Pemberian oksigen harus dipertimbangkan apakah pasien benar-benar membutuhkan
oksigen. Indikasi untuk pemberian oksigen harus jelas. Oksigen yang diberikan harus
diatur dalam jumlah yang tepat, dan harus dievaluasi agar mendapat manfaat terapi dan
menghindari toksisitas.

Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi yang dibutuhkan pada pasienpasien
dengan keadaan hipoksemia akut. Oksigen harus segera diberikan dengan adekuat karena
jika tidak diberikan akan menimbulkan cacat tetap dan kematian.

 Atasi Hiperkapnia:

Perbaiki Ventilasi Jalan napas (Airway)

Jalan napas sangat penting untuk ventilasi, oksigenasi, dan pemberian obat-obat
pernapasan. Pada semua pasien gangguan pernapasan harus dipikirkan dan diperiksa
adanya obstruksi jalan napas atas. Pertimbangan untuk insersi jalan napas buatan seperti
endotracheal tube (ETT) berdasarkan manfaat dan resiko jalan napas buatan dibandingkan
jalan napas alami.Resiko jalan napas buatan adalah trauma insersi, kerusakan trakea
(erosi), gangguan respon batuk, resiko aspirasi, gangguan fungsi mukosiliar, resiko
infeksi, meningkatnya resistensi dan kerja pernapasan. Keuntungan jalan napas buatan
adalah dapat melintasi obstruksi jalan napas atas, menjadi rute pemberian oksigen dan
obatobatan, memfasilitasi ventilasi tekanan positif dan PEEP, memfasilitasi penyedotan
sekret, dan rute bronkoskopi fibreoptik.
 Perubahan posisi dari posisi tiduran menjadi posisi tegak meningkatkan volume
paru yang ekuivalan dengan 5-12 cm H2O PEEP.
 Drainase sekret trakeobronkial yang kental dilakukan dengan pemberian
mukolitik, hidrasi cukup, humidifikasi udara yang dihirup, perkusi, vibrasi dada
dan latihan batuk yang efektif.
 Pemberian antibiotika untuk mengatasi infeksi.
 Pemberian bronkodilator,diberikan apabila timbul bronkospasme.

KONSEP ASUHAN KEPERAWATAN

1.        Pengkajian

a.         Airway

1)        Peningkatan sekresi pernapasan

2)        Bunyi nafas krekels, ronki dan mengi

b.         Breathing

1)        Distress pernapasan : pernapasan cuping hidung, takipneu/bradipneu, retraksi.

2)        Menggunakan otot aksesori pernapasan

3)        Kesulitan bernafas : lapar udara, diaforesis, sianosis

c.         Circulation

1)        Penurunan curah jantung : gelisah, letargi, takikardia

2)        Sakit kepala

3)        Gangguan tingkat kesadaran : ansietas, gelisah, kacau mental, mengantuk

4)        Papiledema

5)        Penurunan haluaran urine

d.         Pemeriksaan fisik

1)        System pernafasaan

Inpeksi          : kembang kembis dada dan jalan nafasnya

Palpasi           : simetris dada saat paru ekspansi dan pernafasaan tertinggal

Perkusi          : suara nafas sonor

Auskultasi     : suara abnormal (wheezing dan ronchi)


2)        System Kardiovaskuler

Inspeksi         :perdarahan pasif yang keluar dari daerah trauma

Palpasi           :turgor kulit, suhu daerah akral

Auskultasi     : suara detak jantung menurun dan ada denyut jantung paradok

3)        System neurologis

Inpeksi          : gelisah dan tidak ada jejas di kepala

Palpasi           :laterarisasi pada anggota gerak.

e.         Pemeriksaan sekunder

1)        Aktifitas

Gejala            : kelemahan, kelelahan, tidak dapat tidur, pola hidup menetap.

Tanda                        : takikardi, dispnea pada saat aktifitas

2)        Sirkulasi

Gejala            : sesak nafas,gagal nafas.

Tanda            : tekanan darah dapat normal, perubahan postural dicatat dari tidur

sampai duduk atau berdiri, nadi normal(90x per menit) ,pengisian kapiler lambat,

tidak teratus (disritmia), bunyi jantung S4 mungkin menunjukkan gagal jantung,

disfungsi otot jantung, irama jantung tidak teratur, edema, pucat atau sianosis,pada

membran mukossa atau bibir.


3)        Eliminasi

Tanda             : bunyi usus menurun.

4)        Integritas ego

Gejala            :adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada

penyakit, khawatir tentang keluarga.

Tanda                        : menoleh, menyangkal, cemas, kurang kontak mata, gelisah,

marah, perilaku menyerang, focus pada diri sendiri, koma nyeri.

5)        Makanan atau cairan

Gejala            : mual, anoreksia, bersendawa, nyeri ulu hati atau terbakar

Tanda            : penurunan turgor kulit, kulit kering, berkeringat, muntah,tidak ada

perubahan BB
6)        Hygiene

Gejala atau tanda : kesulitan melakukan tugas perawatan

7)        Neurosensori

Gejala            : pusing, berdenyut saat bangun,duduk,atau istirahat

Tanda             : perubahan mental, kelemahan

8)        Nyeri atau ketidaknyamanan

Gejala            : nyeri dada yang timbulnya mendadak (dapat berhubungan dengan

aktifitas), tidak hilang dengan istirahat.

9)        Pernafasan:

Gejala            : dispnea nocturnal, batuk dengan produksi sputum, riwayat merokok,

penyakit pernafasan kronis.

Tanda : peningkatan frekuensi pernafasan, nafas sesak / kuat, pucat, sianosis,

bunyi nafas ( bersih, krekles, mengi ), sputum.

10)    Interkasi sosial

Gejala  : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit.

Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi ( marah terus-

menerus, takut ), menarik diri. (Doengoes, E. Marylinn. 2000)

Anda mungkin juga menyukai