Faktor lain yang mempengaruhi timbulnya pneumonia ialah daya tahan tubuh
yang menurun misalnya akibat Malnutrisi Energi Protein (MEP), penyakit
menahun, trauma pada paru, anestesia, aspirasi dan pengobatan dengan antubiotik
yang tidak sempurna.
3. Klasifikasi
Gagal nafas dibagi menjadi 2 jenis yaitu :
1) Gagal nafas akut
Merupakan gagal nafas yang timbul pada pasien yang paru parunya normal secara
structural maupun fungsional sebelum awitan penyakit timbul.
2) Gagal nafas kronis
Terjadi pada pasien dengan penyakit paru kronik antara lain bronchitis kronik,
emfisema dan penyakit paru hitam.
4. Patofisologi
Penyebab paling penting pada gagal nafas adalan vetilasi tidak adekuat yang
dimana terjadi obstruksi jalan nafas atas. Pada pusat pernafasan yang mengendalikan
pernafasan letaknya dibawah batang otak (pons dan medulla). Indicator gagal nafas
adalah frekuensi pernafasan dan kapasitas vital, frekuensi dari nafas normal adalah
116 – 20 x/menit. Jika lebih dari itu maka tindakan yang akan dilakukan adalah
memberi bantuan ventilator karena kerja pernafasan menjadi tinggi sehingga dapat
menimbulkan kelelahan. Kapsitas vital biasa disebut dengan ukuran ventilasi
normalnya 10 – 20 ml/kg. Pada periode postoperatif dengan anestesi bisa terjadi
pernafasan tidak adekuat karena terdapat agen menekan pernafasan dengan efek yang
dikeluarkan atau dengan meningkatkan efek dari analgetik opiod. Penemonia atau
dengan penyakit paru-paru dapat mengarah ke gagal nafas akut.
5. Tanda dan Gejala
Gejala gagal napas tergantung dari penyebabnya serta kadar oksigen dan karbon
dioksida di dalam darah.Jika kadar oksigen dalam darah terlalu rendah, kondisi ini
menimbulkan gejala sesak napas. Selain itu, kulit pada bagian kuku dan bibir akan
membiru.Apabila kadar karbon dioksida dalam darah terlalu tinggi, maka dapat
memicu gejala berupa napas semakin cepat dan kesadaran menurun. Orang yang
mengalami kegagalan pernapasan biasanya juga akan merasa sangat mengantuk
hingga hilang kesadaran.Gejala lain yang mungkin ditemukan adalah detak jantung
tidak beraturan (aritmia). Aritmia biasanya terjadi jika otak dan jantung tidak
mendapat asupan oksigen yang cukup.
Berikut beberapa gejala gagal napas yang mungkin sering dijumpai:
Memucatnya kulit, bibir, dan kuku. Bahkan jika kadar oksigen sudah sangat
rendah, bisa membiru dan terasa lebih dingin.
Sesak napas. Ini adalah salah satu gejala yang paling awam untuk gagal napas.
Biasanya memerlukan tindakan medis yang cepat.
Hilangnya kesadaran (pingsan). Pingsan adalah cara otak untuk menghemat
energi yang tiba-tiba berhenti karena kondisi gagal napas.
Aritmia. Penurunan kadar oksigen bisa membuat jantung memompa dengan
irama yang tidak teratur. Ketidakteraturan irama inilah yang disebut aritmia.
6. Pemeriksaan Penunjang
a.Laboratorium
3) Fungsi ginjal dan hati: untuk mencari etiologi atau identifikasi komplikasi yang
b.Radiologi:
3)Uji faal paru : sangat berguna untuk evaluasi gagal napas kronik (volume tidal <
2011).
komplikasi
7. Penatalaksanaan Medis
Penatalaksanaan Suportif/Non spesifik Penatalaksanaan non spesifik
3) Fisioterapi dada
Atasi Hipoksemia
Terapi Oksigen
Pada keadaan PaO2 turun secara akut, perlu tindakan secepatnya untuk menaikkan
PaO2 sampai normal. Berlainan sekali dengan gagal nafas dari penyakit kronik yang
menjadi akut kembali dan pasien sudah terbiasa dengan keadaan hiperkarbia sehingga
pusat pernafasan tidak terangsang oleh hipercarbia drive melainkan terhadap hypoxemia
drive. Akibatnya kenaikan PaO2 yang terlalu cepat, pasien dapat menjadi apnoe.1
Pemberian oksigen harus dipertimbangkan apakah pasien benar-benar membutuhkan
oksigen. Indikasi untuk pemberian oksigen harus jelas. Oksigen yang diberikan harus
diatur dalam jumlah yang tepat, dan harus dievaluasi agar mendapat manfaat terapi dan
menghindari toksisitas.
Terapi oksigen jangka pendek merupakan terapi yang dibutuhkan pada pasienpasien
dengan keadaan hipoksemia akut. Oksigen harus segera diberikan dengan adekuat karena
jika tidak diberikan akan menimbulkan cacat tetap dan kematian.
Atasi Hiperkapnia:
Jalan napas sangat penting untuk ventilasi, oksigenasi, dan pemberian obat-obat
pernapasan. Pada semua pasien gangguan pernapasan harus dipikirkan dan diperiksa
adanya obstruksi jalan napas atas. Pertimbangan untuk insersi jalan napas buatan seperti
endotracheal tube (ETT) berdasarkan manfaat dan resiko jalan napas buatan dibandingkan
jalan napas alami.Resiko jalan napas buatan adalah trauma insersi, kerusakan trakea
(erosi), gangguan respon batuk, resiko aspirasi, gangguan fungsi mukosiliar, resiko
infeksi, meningkatnya resistensi dan kerja pernapasan. Keuntungan jalan napas buatan
adalah dapat melintasi obstruksi jalan napas atas, menjadi rute pemberian oksigen dan
obatobatan, memfasilitasi ventilasi tekanan positif dan PEEP, memfasilitasi penyedotan
sekret, dan rute bronkoskopi fibreoptik.
Perubahan posisi dari posisi tiduran menjadi posisi tegak meningkatkan volume
paru yang ekuivalan dengan 5-12 cm H2O PEEP.
Drainase sekret trakeobronkial yang kental dilakukan dengan pemberian
mukolitik, hidrasi cukup, humidifikasi udara yang dihirup, perkusi, vibrasi dada
dan latihan batuk yang efektif.
Pemberian antibiotika untuk mengatasi infeksi.
Pemberian bronkodilator,diberikan apabila timbul bronkospasme.
1. Pengkajian
a. Airway
b. Breathing
c. Circulation
2) Sakit kepala
4) Papiledema
d. Pemeriksaan fisik
1) System pernafasaan
Auskultasi : suara detak jantung menurun dan ada denyut jantung paradok
3) System neurologis
e. Pemeriksaan sekunder
1) Aktifitas
2) Sirkulasi
Tanda : tekanan darah dapat normal, perubahan postural dicatat dari tidur
sampai duduk atau berdiri, nadi normal(90x per menit) ,pengisian kapiler lambat,
disfungsi otot jantung, irama jantung tidak teratur, edema, pucat atau sianosis,pada
4) Integritas ego
Gejala :adanya kondisi takut mati, perasaan ajal sudah dekat, marah pada
perubahan BB
6) Hygiene
7) Neurosensori
9) Pernafasan:
10) Interkasi sosial
Gejala : stress, kesulitan koping dengan stressor yang ada missal : penyakit.
Tanda : kesulitan istirahat dengan tenang, respon terlalu emosi ( marah terus-