Anda di halaman 1dari 13

MAKALAH

KASUS PELANGGARAN ETIKA, NORMA , MORAL , AGAMA


BUDAYA DALAM PELAKSANAAN KEPERAWATAN KOLABORASI
ANTAR PROFESI,TOKOH FORMAL ATAU NON FORMAL
BERHUBUNGAN DENGAN KESEHATAN

Untuk Memenuhi Tugas Mata Kuliah Etika Keperawatan

Dosen pembimbing : Kasiati, S.Kep.Ns .M.K

NAMA ANGGOTA KELOMPOK 1/1B :

1. Nabila Hana Prilita (P17210213097)


2. Aradea Solly Surya K (P17210213074)
3. Nadiah Fitriana P (P17210211055)
4. Vitania Angel Y (P17210211054)
5. Karina Bindi M (P17210213091)

JURUSAN KEPERAWATAN

PRODI D3 KEPERAWATAN MALANG

POLITEKNIK KESEHATAN KEMENKES MALANG

Februari 2022
KATA PENGANTAR

Puji syukur diucapkan kehadirat Allah SWT atas segala rahmatNya sehingga makalah ini
dapat tersusun sampai dengan selesai. Tidak lupa kami mengucapkan terimakasih terhadap
bantuan dari pihak yang telah berkontribusi dengan memberikan bantuan pikiran dan kontribusi
dalam mengerjakan tugas makalah ini.

Kami sangat berharap semoga makalah ini dapat menambah pengetahuan dan
pengalaman bagi pembaca. Bahkan kami berharap lebih jauh lagi agar makalah ini bisa pembaca
praktekkan dalam kehidupan sehari-hari.

Bagi kami sebagai penyusun merasa bahwa masih banyak kekurangan dalam penyusunan
makalah ini karena keterbatasan pengetahuan dan pengalaman Kami. Untuk itu kami sangat
mengharapkan kritik dan saran yang membangun dari pembaca demi kesempurnaan makalah ini.

Malang,17 Februari 2022

Penulis
DAFTAR ISI
Kata Pengantar..................................................................................................................1

Daftar Isi.............................................................................................................................2

BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................3

1.1 Latar Belakang.........................................................................................................3


1.2 Tujuan Pembahasan ................................................................................................4
1.3 Manfaat Penulisan ...................................................................................................4

BAB II TINJAUAN TEORI................................................................................................

2.1 Definisi.......................................................................................................................
2.2 Macam .......................................................................................................................
2.3 Faktor yang mempengaruhi.......................................................................................

BAB III GAMBARAN KASUS..........................................................................................

3.1 ....................................................................................................................................

BAB IV PENYELESAIAN MASALAH

BAB V KESIMPULAN DAN SARAN

DAFTAR PUSTAKA ..........................................................................................................


BAB I

PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Aspek etika keperawatan adalah hal krusial bagi perawat pada pelayanan. Banyaknya
masalah pelanggaran etik yg terjadi pada Indonesia misalnya bayi melepuh lantaran
ditinggal perawat, galat suntik, pasien jatuh, pembiaran pasien sehinga terlambat menerima
penanganan adalah hal-hal yg masih saja terjadi pada perawatan pasien. Hal tadi mampu saja
terjadi lantaran perawat kurang memperhatikan prinsip etika pada asuhan keperawatan.
Penelitian sang Haddad & Eiger (2018) memberitahuakn banyaknya keluhan pasien
lantaran ketidak pedulian perawat. Etika keperawatan merupakan panduan bagi perawat
pada pada menaruh asuhan keperawatan supaya segala tindakan yg diambilnya permanen
memperhatikan kebaikan klien. Etika keperawatan mengandung unsur-unsur pengorbanan,
dedikasi, pengabdian, & interaksi antara perawat menggunakan klien, dokter, sejawat
perawat, diri sendiri, famili klien, & pengunjung. Terdapat 7 prinsip etik keperawatan yaitu
yaitu; otonomi (menghormati hak pasien), non malficience (nir merugikan pasien),
beneficience (melakukan yg terbaik bagi pasien), justice (bersikap adil pada seluruh pasien),
veracity (amanah pada pasien & famili), fidelity (selalu menepati janji pada pasien &
famili), & confidentiality (sanggup menjaga misteri pasien). Etika keperawatan & etika
kesehatan hingga waktu ini sebagai info yg menarik buat dibahas lantaran setiap hari
perawat berhadapan menggunakan perkara etik. Secara generik beberapa aspek prinsip etik
yg tak jarang dilanggar secara nir sadar sang beberapa perawat merupakan aspek otonomi,
perawat terkadang nir meminta persetujuan sebelum melakukan tindakan lantaran dipercaya
pasien sudah pasrah pada petugas kesehatan terhadap kesembuhannya. Pada poly masalah
terlihat bahwa pelayanan yg diberikan perawat nir sinkron menggunakan kode etik
keperawatan yg sudah ditetapkan. Perawat ingin dikatakan profesional namun pada proses
aplikasi masih belum sinkron & melanggar berdasarkan kode etik yg sudah ditetapkan.
1.2 Tujuan pembahasan
1. Bagaimana cara mengantisipasi pelanggaran kode etik keperawatan?
2. Bagaimana analisis bentuk pelanggaran & hukuman terhadap perawat yang
melanggar kode etik keperawatan?
3. Bagaimana aspek etika keperawatan bagi pelayanan kesehatan
1.3 Manfaat
1. Untuk mengetahui cara mengantisipasi pelanggaran kode etik
keperawatan.
2. Untuk menganalisis bentuk pelanggaaran dan sanksi terhadap perawat
yang melanggar kode etik keperawatan.
BAB II

TINJAUAN TEORI

2.1 Definisi Etika

Etika berasal dari kata yunani, yaitu ethos yang berarti adat istiadat atau
kebiasaan. Etika berhubungan dengan pertimbangan pembuat keputusan, benar atau
tidaknya suatu perbuatan karena tidak ada undang-undang atau peraturan mengenai hal
yang harus dilakukan.

Etika adalah ilmu pengetahuan yang membahas tentang prinsip- prinsip moralitas.
Pada hakikatnya segala sesuatu itu bernilai, hanya nilai macam apa yang ada serta
bagaimana hubungan nilai tersebut dengan manusia.

Etika merupakan suatu disiplin yang diawali dengan mengidentifikasi,


mengorganisasi, menganalisis, dan memutuskan perilaku manusia dengan menerapkan
prinsip-prinsip untuk menderteminasi perilaku yang baik terhadap suatu situasi yang
dihadapi. Etika berbagai profesi ditetapkan dalam kode etik yang bersumber dari
martabat dan hak manusia (yang memiliki sikap menerima) dan kepercayaan dari profesi.

Etika profesi keperawatan adalah filsafat yang mengarahkan tanggung jawab


moral yang mendasari pelaksanaan praktik keperawatan. Etika profesi keperawatan
adalah milik dan dilaksanakan oleh semua perawat. Semua perawat harus untuk menaati
kode etik yang telah disepakati. Dalam melaksanakan praktik keperawatan, seorang
perawat harus mengambil suatu keputusan dalam upaya pelayanan keperawatan klien.
Keputusan yang diambil berdasarkan pertimbangan dan kemampuan penalaran ilmiah
dan penalaran etika, hal yang baik bagi pelayanan keperawatan klien diukur dari sudut
keyakinannya sendiri, norma masyarakat, dan standar professional.

 Beberapa Faktor Penyebab Pelanggaran Etika:


1. tidak berjalannya control dan pengawasan dri masyarakat
2. Kurangnya iman dari individu tersebut.
3. rendahnya pengetahuan masyarakat mengenai substansi kode etik pada setiap
bidang, karena buruknya pelayanan sosialisasi dari pihak prepesi sendiri
4. belum terbentuknya kultur dan kesadaran dari orang tersebut.
5. tidak adanya kesadaran etis dan moralitas dari orang tersebut
6. kebutuhan individu
7. tidak ada pedoman hidup dari individu tersebut
8. perilaku dan kebiasaan individu yang buruk sehingga menjadi sebuah kebiasaan
9. lingkungan tidak etis mempengaruhi individu tersebut melakukan sebuah
pelanggaran
10. Kurangnya sanksi yang keras atau tegas di Negara kita tentang pelanggaran kode
etik
 Faktor-faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Etika
1. Kebutuhan Individu
2. Tidak Ada Pedoman
3. Perilaku dan Kebiasaan Individu Yang Terakumulasi dan Tak Dikoreksi
4. Lingkungan Yang Tidak Etis
5. Perilaku Dari Komunitas
 Sanksi Pelanggaran Etika
1. Sanksi Sosial
Skala relatif kecil, dipahami sebagai kesalahan yang dapat ‘dimaafkan’
2. Sanksi Hukum
Skala besar, merugikan hak pihak lain

2.2 Definisi Moral

Istilah Moral berasal dari bahasa Latin. Bentuk tunggal kata ‘moral’ yaitu mos
sedangkan bentuk jamaknya yaitu mores yang masing-masing mempunyai arti yang sama
yaitu kebiasaan, adat. Bila kita membandingkan dengan arti kata ‘etika’, maka secara
etimologis, kata ’etika’ sama dengan kata ‘moral’ karena kedua kata tersebut sama-sama
mempunyai arti yaitu kebiasaan, adat.

Dengan kata lain, kalau arti kata ’moral’ sama dengan kata ‘etika’, maka rumusan
arti kata ‘moral’ adalah nilai-nilai dan norma- norma yang menjadi pegangan bagi
seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur tingkah lakunya. Jadi bila kita
mengatakan bahwa perbuatan pengedar narkotika itu tidak bermoral, maka kita
menganggap perbuatan orang itu melanggar nilai-nilai dan norma-norma etis yang
berlaku dalam masyarakat. Atau bila kita mengatakan bahwa pemerkosa itu bermoral
bejat, artinya orang tersebut berpegang pada nilai-nilai dan norma-norma yang tidak baik.

‘Moralitas’ (dari kata sifat Latin moralis) mempunyai arti yang pada dasarnya
sama dengan ‘moral’, hanya ada nada lebih abstrak. Berbicara tentang “moralitas suatu
perbuatan”, artinya segi moral suatu perbuatan atau baik buruknya perbuatan tersebut.
Moralitas adalah sifat moral atau keseluruhan asas dan nilai yang berkenaan dengan baik
dan buruk. Ajaran moral memuat pandangan tentang nilai dan norma moral yang terdapat
pada sekelompok manusia. Ajaran moral mengajarkan bagaimana orang harus hidup.
Ajaran moral merupakan rumusan sistematik terhadap anggapan tentang apa yang
bernilai serta kewajiban manusia.

 Faktor-Faktor Penyebab Terjadinya Kerusakan Moral:


1. Kemajuan teknologi,
2. Memudarnya kualitas keimanan.
3. Pengaruh lingkungan.
4. Hilangnya kejujuran.
5. Hilangnya Rasa Tanggung Jawab.
6. Tidak Berpikir Jauh ke Depan.
7. Rendahnya Disiplin.

2.3 Konsep Moral Dalam Praktik Keperawatan


1. Advokasi
Dasar falsafah dan ideal keperawatan yang melibatkan bantuan perawat secara
aktif kepada individu untuk secara bebas menentukan nasibnya sendiri. Pada dasarnya
peran perawat sebagai advokat pasien adalah memberi informasi dan memberi bantuan
kepada pasien atas keputusan apapun kepada pasien.
Dalam memberi bantuan terdapat 2 peran yaitu aksi dan nonaksi, dalam peran aksi tugas
perawat memberikan keyainan kepada pasien bahwa mereka mempunyai hak dan
tanggungjawab dalam menentukan pilihan atau keputusan sendiri dan tidak terpengaruh
oleh oranglain. Dalam peran nonaksi perawat menahan diri untuk tidak mempengaruhi
keputusan pasien.
2. Akuntabilitas
Akuntabilitas mengandung dua komponen yaitu tanggung jawab dan tanggung
gugat. Tindakan yang dilakukan perawat dilihat dari praktik keperawatan, kode etik dan
undang-undang dapat dibenarkan. Akuntabilitas dipandang dalam suatu hirarki dimulai
dari tingkat individu, tingkat institusi/profesional, dan tingkat sosial.
Pada tingkat individu akuntabilitas individu direfleksikan dalam proses pembuatan
keputusan etika keperawatan, kompetensi, komitmen dan integritas. Pada tingkat institusi
akuntabilitas direfleksikan dalam pernyataan falsafah dan tujuan bidang keperawatan atau
audit keperawatan. Pada tingkat profesional akuntabilitas direfleksikan dalam standar
praktik keperawatan. Pada tingkat sosial akuntabilitas direfleksikan dalam undang-
undang yang mengatur pratik keperawatan.
3. Loyalitas
Merupakan suatu konsep meliputi simpati, peduli, dan hubungan timbal balik
terhadap pihak yang secara profesional berhubungan dengan perawat. Loyalitas
merupakan elemen pembentuk kombinasi manusia yang memperhatikan dan memperkuat
anggota masyarakat keperawatan dalam mencapai tujuan. Loyalitas dapat mengancam
asuhan keperawatan bila anggota profesi/ teman sejawat bila menganaggap loyalitas lebih
penting daripada kualitas asuhan keperawatan.

2.4 Definisi Nilai

Nilai adalah kualitas dari suatu yang bermanfaat bagi kehidupan manusia (lahir dan
batin) dengan karakteristik:
1. Nilai bersifat abstrak hanya dapat dipahami, dipikirkan, dimengerti dan dihayati oleh
manusia.
2. Nilai berkaitan dengan harapan, cita-cita, keinginan dan segala sesuatu pertimbangan
batiniah manusia.
3. Nilai dapat bersifat subyektif bila diberikan oleh subyek dan bersifat obyektif bila
melekat pada sesuatu yang terlepas dari penilaian manusia.

2.5 Definisi Norma

Istilah norma-norma atau kaidah, yaitu biasanya suatu nilai yang mengatur dan
memberikan pedoman atau patokan tertentu bagi setiap orang atau masyarakat untuk
bersikap tindak, dan berperilaku sesuai dengan peraturan-peraturan yang telah disepakati
bersama. Patokan atau pedoman tersebut sebagai norma (norm) atau kaidah yang
merupakan standar yang harus ditaati atau dipatuhi. Norma merupakan wujud konkrit
dari nilai yang menuntun sikap dan tingkah laku manusia. Nilai dan norma senantiasa
berkaitan dengan moral dan etika.

Norma tersebut akan dipakai untuk menilai bagaimana sebagai profesional


tersebut menjalankan tugas dan kewajibannya dengan baik sebagai manusia yang berbudi
luhur, juiur, bermoral, penuh integritas dan bertanggung jawab. Dalam hal ini yang
ditekankan adalah “sikap atau perilaku” mereka dalam menjalankan tugas dan fungsi
sebagai profesional yang diembannya untuk saling menghargai sesama atau kehidupan
manusia. Pada akhirnya nilai moral, etika, kode perilaku dan kode etik standard profesi
adalah memberikan jalan, pedoman, tolok ukur dan acuan untuk mengambil keputusan
tentang tindakan apa yang akan dilakukan dalam berbagai situasi dan kondisi tertentu
dalam memberikan pelayanan profesi atau keahliannya masing- masing.

 Macam-Macam Norma
Berdasarkan jenisnya, norma dibagi menjadi 4 yaitu norma agama, norma kesusilaan,
norma kesopanan, norma kebiasaan, dan norma hukum.
1. Norma Agama
Norma agama merupakan aturan-aturan yang dijalankan oleh masyarakat yang
sumbernya berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Norma ini biasanya berisi akan
perintah yang harus dijalankan oleh seseorang, ajaran yang merupakan segala ilmu
ataupun pedoman bagi para penganut agama tersebut, maupun larangan yang berarti
tidak melakukan suatu perbuatan yang seharusnya dihindari.
Norma agama memiliki sifat yaitu dogmatis yang berarti bahwa aturan yang ada
tidak boleh ditambah maupun juga dikurangi nilainya sesuai dengan yang tertulis
pada kitab suci masing-masing agama.
Norma agama sendiri dipercaya jika dilanggar memiliki sanksi yang nantinya
akan diberikan setelah orang tersebut meninggal dunia berupa dosa maupun hukuman
yang harus dijalankan berdasarkan ajaran masing-masing agama di akhirat.
Di Indonesia sendiri, norma agama berbeda-beda dikarenakan terdapat 6 agama
berbeda yang hidup saling berdampingan, seperti Islam, Kristen Protestan, Kristen
Katolik, Hindu, Buddha, dan Konghucu yang memiliki baik perintah, ajaran, maupun
larangan yang berbeda antara satu sama lain.
Seperti pada contohnya, dimana dalam Agama Islam dilarang memakan makanan
yang mengandung babi, sedangkan agama memiliki pantangan lain yang berbeda
mengikuti ajaran agama masing-masing.

2. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan merupakan aturan-aturan yang dijalankan oleh masyarakat
yang sumbernya berasal dari hati nurani seseorang. Norma ini merupakan sesuatu
yang kita jalani dan rasakan setiap harinya, dimana seseorang didorong untuk
melakukan tindakan yang baik dan menghindari tindakan yang buruk. Intinya, norma
ini memiliki tujuan untuk mengatur perbuatan atau tingkah laku yang dilakukan
seseorang. Dengan adanya norma kesusilaan, menjadi sebuah batasan bagi seseorang
untuk tidak melanggar dan melakukan tindak kejahatan.
Berdasarkan ajaran norma ini, biasanya orang yang melanggar akan mendapatkan
sanksi berupa perasaan bersalah, penyesalan, atau bahkan dikucilkan di tengah
masyarakat.
Contoh kasus yang melanggar norma kesusilaan yaitu penghianatan, pelecehan
seksual, penyimpangan perilaku yang membuat masyarakat menolak seseorang.
3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan merupakan aturan-aturan yang menekankan pada perbuatan
seseorang untuk menjaga kesopan santunan, tata krama mereka, dan juga ada istiadat
setiap individu. Hal tersebut dikarenakan Indonesia merupakan negara dengan
beragam suku, budaya, dan adat istiadat yang berbeda-beda dan hidup berdampingan
satu sama lain.
Norma ini diberlakukan untuk menjaga dan menghargai satu sama lain dalam
kehidupan sehari-hari. Tujuan diberlakukannya norma kesopanan adalah penerimaan
diri dari masyarakat, mampu menghargai orang lain khususnya orang yang lebih tua,
memahami hakikat dan tata etika dalam bergaul, dan mampu bersosialisasi dengan
baik tanpa melanggar hal-hal yang tidak baik.
Contoh norma kesopanan yaitu:
1. Mengucapkan terimakasih setelah mendapatkan bantuan.
2. Meminta maaf jika berbuat salah kepada orang lain.
3. Tidak memakai pakaian dan riasan yang berlebihan ketika menghadiri
pemakaman.
4. Norma Hukum
Norma hukum merupakan aturan-aturan yang dibuat oleh badan yang
bertanggung jawab seperti pemerintah yang dikemas dalam bentuk Undang-Undang.
Norma ini memiliki sifat yang memaksa guna menjaga dan melindungi kepentingan
masyarakat.
Norma ini diberlakukan untuk memastikan adanya keadilan yang diterima setiap
orang dan menciptakan kehidupan masyarakat yang tertib, aman, rukun, serta damai.
Karena sifat norma ini tertulis dan memaksa, maka jika aturan yang ada dilanggar
maka akan mendapatkan hukuman atau sanksi yang tegas yang sesuai dengan
peraturan yang ada seperti membayar denda atau dipenjara.
Seperti pada contohnya di Indonesia sendiri aturan hukum yang ada diatur
berdasarkan Undang-Undang Dasar 1945, sehingga jika melakukan pelanggaran
seperti mencuri atau tidak membayar pajak sesuai ketentuan akan mendapatkan
sanksi sesuai dengan Undang-Undang yang ada.

Contoh norma hukum:


a. Membayar pajak tepat waktu.
b. Tidak melakukan kejahatan yang merugikan warga, seperti mencuri,
merampok, dan menipu.
c. Taat lalu lintas.
d. Memberi sanksi di sidang pengadilan.
e.
 Faktor Yang Mempengaruhi Pelanggaran Norma

a. Faktor Internal:

1. Kurangnya pengetahuan tentang norma


2. Rendahnya kualitas Pendidikan
3. Desakan faktor ekonomi
4. Rendahnya kesadaran hukum masyarakat
5. Kurangnya kualitas iman

b. Faktor Eksternal:

1. Pengaruh teman yang tidak patut dicontoh


2. Karena perbedaan kepentingan
BAB 3 PEMBAHASAN

JUDUL KASUS: KASUS PRITA MULYASARI VS RS OMNI INTERNASIONAL

1. KRONOLOGI :

7 Agustus 2008, 20:30 Prita Mulyasari datang ke RS Omni Internasional dengan keluhan
panas tinggi dan pusing kepala. Hasil pemeriksaan laboratorium: Thrombosit 27.000
(normal 200.000), suhu badan 39 derajat. Malam itu langsung dirawat inap, diinfus dan
diberi suntikan dengan diagnosa positif demam berdarah.  8 Agustus 2008 Ada revisi
hasil lab semalam, thrombosit bukan 27.000 tapi 181.000. Mulai mendapat banyak
suntikan obat, tangan kiri tetap diinfus. Tangan kiri mulai membangkak, Prita minta
dihentikan infus dan suntikan. Suhu badan naik lagi ke 39 derajat.
9 Agustus 2008 Kembali mendapatkan suntikan obat. Dokter menjelaskan dia terkena
virus udara. Infus dipindahkan ke tangan kanan dan suntikan obat tetap dilakukan.
Malamnya Prita terserang sesak nafas selama 15 menit dan diberi oksigen. Karena tangan
kanan juga bengkak, dia memaksa agar infus diberhentikan dan menolak disuntik lagi. 
10 Agustus 2008 Terjadi dialog antara keluarga Prita dengan dokter. Dokter menyalahkan
bagian lab terkait revisi thrombosit. Prita mengalami pembengkakan pada leher kiri dan
mata kiri.
11 Agustus 2008 Terjadi pembengkakan pada leher kanan, panas kembali 39 derajat.
Prita memutuskan untuk keluar dari rumah sakit dan mendapatkan data-data medis yang
menurutnya tidak sesuai fakta. Prita meminta hasil lab yang berisi thrombosit 27.000, tapi
yang didapat hanya informasi thrombosit 181.000. Pasalnya, dengan adanya hasil lab
thrombosit 27.000 itulah dia akhirnya dirawat inap. Pihak OMNI berdalih hal tersebut
tidak diperkenankan karena hasilnya memang tidak valid. Di rumah sakit yang baru, Prita
dimasukkan ke dalam ruang isolasi karena dia terserang virus yang menular.
15 Agustus 2008 Prita mengirimkan email yang berisi keluhan atas pelayanan diberikan
pihak rumah sakit ke customer_care@banksinarmas.com dan ke kerabatnya yang lain
dengan judul “Penipuan RS Omni Internasional Alam Sutra”. Emailnya menyebar ke
beberapa milis dan forum online. 
30 Agustus 2008 Prita mengirimkan isi emailnya ke „Surat Pembaca Detik.com‟ 
5 September 2008 RS Omni mengajukan gugatan pidana ke Direktorat Reserse Kriminal
Khusus. 22 September 2008 Pihak RS Omni International mengirimkan email klarifikasi
ke seluruh costumernya. 
8 September 2008 Kuasa Hukum RS Omni Internasional menayangkan iklan berisi
bantahan atas isi email Prita yang dimuat di harian Kompas dan Media Indonesia. 
24 September 2008 Gugatan perdata masuk. 
11 Mei 2009 Pengadilan Negeri Tangerang memenangkan Gugatan Perdata RS Omni.
Prita terbukti melakukan perbuatan hukum yang merugikan RS Omni. Prita divonis
membayar kerugian materil sebesar 161 juta sebagai pengganti uang klarifikasi di koran
nasional dan 100 juta untuk kerugian imateril. Prita langsung mengajukan banding.
13 Mei 2009 Mulai ditahan di Lapas Wanita Tangerang terkait kasus pidana yang juga
dilaporkan oleh Omni. 
2 Juni 2009 Penahanan Prita diperpanjang hingga 23 Juni 2009. Informasi itu diterima
keluarga Prita dari Kepala Lapas Wanita Tangerang. 
3 Juni 2009 Megawati dan JK mengunjungi Prita di Lapas. Komisi III DPR RI meminta MA
membatalkan tuntutan hukum atas Prita. Prita dibebaskan dan bisa berkumpul kembali
dengan keluarganya. Statusnya diubah menjadi tahanan kota. 
4 Juni 2009 Sidang pertama kasus pidana yang menimpa Prita mulai disidangkan di PN
Tangerang.

TINJAUAN KASUS

a. Berdasarkan Sudut Pandang Hukum Dalam Kitab-Undang-undang Hukum Pidana (KUHP)


kelalaian yang mengakibatkan celaka atau bahkan hilangnya nyawa orang lain. Pasal 359,
misalnya menyebutkan, “Barangsiapa karena kealpaannya menyebabkan matinya orang lain,
diancam dengan pidana penjara paling lama lima tahun atau kurungan paling lama satu tahun”.
Sedangkan kelalaian yang mengakibatkan terancamnya keselamatan jiwa seseorang dapat
diancam dengan sanksi pidana sebagaimana dimaksud dalam Pasal 360 KitabUndang-Undang
Hukum Pidana (KUHP).
b. Berdasarkan Kode Etik Dalam KODEKI pasal 2 dijelaskan bahwa; “seorang dokter harus
senantiasa berupaya melaksanakan profesinya sesuai denga standar profesi tertinggi”. Jelasnya
bahwa seeorang dokter dalam melakukan kegiatan kedokterannya seebagai seorang proesional
harus sesuai dengan ilmu kedokteran mutakhir, hukum dan agama. KODEKI pasal 7d juga
menjelaskan bahwa “setiap dokter harus senantiasa mengingat akan kewajiban melindungi hidup
insani”. Artinya dalam setiap tindakannya, dokter harus betujuan untuk memelihara kesehatan
dan kebahagiaan manusia.
c. Berdasarkan Undang-Undang Pasal 14 Permenkes no. 749a/1989 tentang tujuan dan fungsi
rekam medis yaitu sebagai dasar pelayanan kesehatan dan pengobatan, pembuktian hukum,
penelitian dan pendidikan, dasar pembiayaan pelayanan kesehatan, dan statistik kesehatan. Maka
rekam medis harus dibuat relevan, kronologis dan orisinil. Data yang diberikan haruslah berupa
data yang sebenarnya dan bukan karangan semata.

SOLUSI Dengan melihat faktor-faktor penyebab dan juga segala macam sanksi hukum serta
segala macam pelanggaran kode etik atas kasus yang kami ambil dalam hal ini malpraktek
administrasi berupa pelanggaran dalam rekam medis dan kesalahan diagnosis oleh beberapa
dokter tersebut, maka pencegahan terjadinya malpraktek harus dilakukan dengan melakukan
perbaikan sistem, mulai dari pendidikan hingga ke tatalaksana praktek kedokteran. Dan juga
penanaman Kode Etik harus lebih diperhatikan lagi sejak dini.

KESIMPULAN Berdasarkan kasus yang telah dikaji maka dapat disimpulkan bahwa sebagai
tenaga medis yang profesional harus dibutuhkan adanya penanam moral dan penghayatan
terhadap Standard Operating Procedure (SOP), kode etik.
DAFTAR PUSTAKA

Ardiani, N. D., & Ns, M. K. (2020). Modul Ajar Etika Keperawatan.

Dede N, dkk (2019). Modul Kuliah Etika Keperawatan. Universitas Muhamadiyah Surabaya.

S Nurohmat, I Ruswadi - 2021 - books.google.com

http://repository.wiraraja.ac.id

https://www.slideshare.net/AsthrEeySchwarzenegger/kasus-moral-etika-kesehatan

Anda mungkin juga menyukai