Anda di halaman 1dari 19

ETHIC OF CARE DALAM TATANAN

PRAKTIK DI KOMUNITAS
Diajukan sebagai Salah Satu Syarat Tugas Mata Kuliah Konsep Dasar Keperawatan.
Dosen Pembimbing : Bhekti Imansari, S.Kep., Ners, M.Kep.

Disusun oleh :

Nasywa Kirana Salsabil H 302022115


Seha Nuzuula Inayyah 302022127
Claudia Putri Andini 302022140
M. Paisal Ambari 302022150
Reani Mei Silvania 302022154

UNIVERSITAS ‘AISYIYAH BANDUNG


FAKULTAS ILMU KESEHATAN
2022 - 2023
KATA PENGANTAR

Bismillahirrahmanirrahim.

Assalamu’alaikum Warahmatullahi Wabarakatuhu.

Puji dan syukur kami panjatkan kepada Allah SWT karena karunia-Nya kami dapat
menyelesaikan tugas makalah tentang "Ethic of Care dalam Tatanan Praktik di Komunitas"
karena-Nya dan mengerjakan bersama maka makalah ini dapat terselesaikan dengan baik dan
tepat pada waktunya.

Terima kasih kami ucapkan kepada ibu Bhekti Imansari, S.Kep., Ners, M.Kep. telah
membimbing kami dan kepada teman-teman yang membantu dan memberikan dukungan kepada
kami secara moral.

Kami sadar betul bahwa penyusunan makalah ini masih jauh pada tahap sempurna dari segi
penyusunan bahasa dan aturan penulisan. Maka dari itu, kami berharap pembaca berkenan untuk
memberikan kritik dan saran kepada kami mengenai kekurangan dari makalah ini.

Dengan demikian semoga tugas makalah ini telah rampung kami buat semoga makalah ini
bermanfaat bagi pembaca dan menjadi amal jariyah bagi kami sebagai penulis.
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR.....................................................................................................................2
BAB I...............................................................................................................................................4
PENDAHULUAN...........................................................................................................................4
A. Latar Belakang........................................................................................................................4
B. Rumusan Masalah...................................................................................................................5
C. Tujuan......................................................................................................................................5
BAB II.............................................................................................................................................6
PEMBAHASAN..............................................................................................................................6
1.1 Definisi Ethic (Etika)........................................................................................................6
1.2 Faktor-faktor Ethic............................................................................................................7
1.3 Kode Ethic Keperawatan..................................................................................................8
1.4 Isu dan Moral dalam Praktik Keperawatan.....................................................................10
1.5 Ethic of Care dalam Praktik di Komunitas.....................................................................12
BAB III..........................................................................................................................................18
PENUTUPAN................................................................................................................................18
2.1 Kesimpulan..........................................................................................................................18
2.2 Saran....................................................................................................................................19
DAFTAR PUSTAKA....................................................................................................................19
BAB I

PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Etik merupakan prinsip yang menyangkut benar dan salah, baik dan buruk dalam
hubungan dengan orang lain. Etik merupakan studi tentang perilaku, karakter dan motif
yang baik serta ditekankan pada penetapan apa yang baik dan berharga bagi semua orang.
Secara umum, terminologi etik dan moral adalah sama. Etik memiliki terminologi yang
berbeda dengan moral bila istilah etik mengarahkan terminologinya untuk penyelidikan
filosofis atau kajian tentang masalah atau dilema tertentu. Moral mendeskripsikan
perilaku aktual, kebiasaan dan kepercayaan sekelompok orang atau kelompok tertentu.
Etik juga dapat digunakan untuk mendeskripsikan suatu pola atau cara hidup,
sehingga etik merefleksikan sifat, prinsip dan standar seseorang yang mempengaruhi
perilaku profesional. Cara hidup moral perawat telah dideskripsikan sebagai etik
perawatan. Berdasarkan uraian diatas, dapat disimpulkan bahwa etik merupakan istilah
yang digunakan untuk merefleksikan bagaimana seharusnya manusia berperilaku, apa
yang seharusnya dilakukan seseorang terhadap orang lain.

B. Rumusan Masalah
Rumusan masalah merupakan pokok-pokok yang akan diuraikan. Pokok
permasalahan utama yang akan dibahas dalam makalah ini adalah ethic of care dalam
tatanan praktik di komunitas. Oleh sebab itu, rumusan masalah dalam makalah ini
sebagai berikut.

1.1 Apa yang dimaksud ethic?


1.2 Apa saja faktor-faktor yang mempengaruhi ethic?
1.3 Apa yang dimaksud dengan kode ethic dalam keperawatan?
1.4 Apa saja isu etik dan moral dalam praktik keperawatan?
1.5 Apa yang dimaksud dengan ethic of care dalam praktik di komunitas?
C. Tujuan
Tujuan merupakan sesuatu yang ingin dicapai dari suatu makalah. Adapun tujuan
penulisan dalam makalah ini terdiri atas tujuan umum dan tujuan khusus yang diuraikan
sebagai berikut.
1. Tujuan Umum
Tujuan umum merupakan tujuan secara menyeluruh yang ingin dicapai dari
pembuatan makalah ini. Adapun tujuan umum dalam makalah ini adalah untuk
mengetahui dan mengidentifikasi ethic of care dalam praktik di komunitas.
2. Tujuan Khusus
Tujuan khusus merupakan tujuan terperinci yang ingin dicapai dari pembuatan
makalah ini. Adapun tujuan khusus dalam makalah ini sebagai berikut:

2.1 Untuk mengetahui pengertian dari ethic.


2.2 Untuk mengetahui faktor-faktor yang mempengaruhi ethic.
2.3 Untuk mengetahui kode etik keperawatan.
2.4 Untuk mengetahui isu dan moral dalam praktik keperawatan.
2.5 Untuk mengetahui pengertian ethic of care dalam praktik di komunitas.
BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Definisi Ethic (Etika)
Istilah dan pengertian etika secara kebahasaan/etmologi, berasal dari Bahasa Yunani
yaitu “Ethos”, yang berarti karakter moral atau kebiasaan. Biasanya etika terkait erat
kaitannya dengan moral yang berasal dari Bahasa latin yaitu “Mos” dan berbentuk jamak
“Mores”, yang juga berarti kebiasaan atau cara hidup seseorang dengan berbuat baik
(kesusilaan), dan menjauhi perbuatan buruk.
Perbedaan antara moral dan etika adalah moral atau moralitas untuk menilai Tindakan
yang dilakukan, sedangkan etika adalah untuk mempelajari sistem nilai yang berlaku.
Definisi moralitas adalah pedoman yang dimiliki setiap individua tau kelompok tentang apa
yang benar dan salah berdasarkan standar moral yang berlaku dimasyarakat.
Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia, tetapi mempersoalkan bagaimana manusia
itu harus bertindak, berdasarkan norma-norma tertentu. Moralitas dipertanyakan tampak
(tangible) dalam perilaku tidak jujur dan tidak tampak (intangible) dalam pikiran yang
bertentangan dengan hati nurani dalam perencanaan, pelaksanaan dan pelaporan. Moralitas
yang dengan sengaja menentang hati nurani adalah soal integritas, yaitu keteguhan hati untuk
berpendirian tetap mempertahankan nilai-nilai baku.

1.2 Faktor-faktor Ethic


Faktor-faktor yang mempengaruhi pengambilan keputusan etis dalam praktik
keperawatan
1. Faktor Agama dan Adat-Istiadat
Berbagai latar belakang adat istiadat merupakan faktor utama dalam membuat
keputusan etis. Setiap perawat disarankan memahami nilai yang diyakini maupun kaidah
agama yang dianutnya. Indonesia merupakan negara kepulauan yang dihuni oleh
penduduk dengan berbagai agama/kepercayaan dan adat istiadat. Setiap warga negara
diberi kebebasan untuk memilih agama/kepercayaan yang dianutnya.ini sesuai dengan
Bab XI pasal 29 UUD 1945. Faktor adat istiadat yang dimiliki perawat atau pasien sangat
berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Contoh dalam budaya Jawa dan daerah
lain dikenal dengan falsafah tradisional “mangan ora mangan anggere kumpul” (makan
tidak makan asalkan tetap bersama).
2. Faktor Sosial
Berbagai faktor sosial berpengaruh terhadap pembuatan keputusan etis. Faktor ini
meliputi perilaku sosial dan budaya, ilmu pengetahuan dan teknologi, hukum dan
peraturan perundang-undangan. Nilai-nilai yang diyakini masyarakat berpengaruh pula
terhadap keperawatan.
3. Faktor legislasi dan keputusan yuridis
Perubahan sosial dan legislasi secara konstan saling berkaitan.Setiap perubahan
sosial atau legislasi menyebabkan timbulnya suatu tindakan yang merupakan reaksi
perubahan tersebut.Legislasi merupakan jaminan tindakan menurut hukum sehingga
orang yang bertindak tidak sesuai hukum dapat menimbulkan suatu konflik. Saat ini
aspek legislasi dan bentuk keputusan yuridis tentang masalah etika kesehatan sedang
menjadi topik yang sedang dibicarakan. Oleh karena itu, diperlukan undang-undang
praktik keperawatan dan keputusan menteri kesehatan yang mengatur registrasi dan
praktik perawat. Dalam UU Keperawatan No 38 Tahun 2014 Bab VI tentang hak dan
kewajiban Pasal 36 butir a tercantum bahwa perawat dalam melaksanakan praktik
keperawatan berhak memperoleh perlindungan hukum sepanjang melaksanakan tugas
sesuai dengan standar pelayanan, standar profesi, standar prosedur operasional, dan
ketentuan peraturan perundang- undangan. Pasal 37 butir b tercantum bahwa perawat
dalam melaksanakan praktik keperawatan berkewajiban memberikan pelayanan
keperawatan sesuai dengan kode etik, standar pelayanan keperawatan, standar profesi,
standar prosedur operasional, dan ketentuan peraturan perundang-undangan.
4. Faktor Dana/Keuangan
Dana/keuangan untuk membiayai pengobatan dan perawatan dapat menimbulkan
konflik.untuk meningkatkan status kesehatan masyarakat, pemerintah telah banyak
berupaya dengan mengadakan program yang dibiayai pemerintah. Perawat dan tenaga
kesehatan yang setiap hari menghadapi klien, sering menerima keluhan klien mengenai
pendanaan. Dalam daftar kategori diagnosis keperawatan tidak ada pernyataan yang
menyatakan ketidakcukupan dana, tetapi hal ini dapat menjadi etilogi bagi berbagai
diagnosis keperawatan antara lain ansietas dan ketidakpatuhan. Masalah ketidakcukupan
dana dapat menimbulkan konflik, terutama bila tidak dapat dipecahkan.

5. Faktor Pekerjaan
Dalam pembuatan suatu keputusan, perawat perlu mempertimbangkan posisi
pekerjaannya. Sebagian besar perawat bukan merupakan tenaga yang praktik sendiri,
tetapi bekerja dirumah sakit, dokter praktek swasta, atau institusi kesehatan lainnya.
Perawat yang mengutamakan kepentingan pribadi sering mendapat sorotan sebagai
perawat pembangkang. Sebagai konsekuensinya, ia dapat mendapat sanksi administrasi
atau mungkin kehilangan pekerjaan.

1.3 Kode Ethic Keperawatan


Menurut PPNI, Kode Etik Perawat adalah suatu pernyataan atau keyakinan yang
mengungkapkan kepedulian moral, nilai dan tujuan keperawatan. Kode Etik Keperawatan
adalah pernyataan standar profesional yang digunakan sebagai pedoman perilaku perawat
dan menjadi kerangka kerja untuk membuat keputusan. Aturan yang berlaku untuk seorang
perawat Indonesia dalam melaksanakan tugas/fungsi perawat adalah kode etik perawat
nasional Indonesia, dimana seorang perawat selalu berpegang teguh terhadap kode etik
sehingga kejadian pelanggaran etik dapat dihindarkan.

Kode etik keperawatan memiliki tujuan:

a. Merupakan dasar dalam mengatur hubungan antar perawat, klien atau pasien, teman
sebaya, masyarakat, dan unsur profesi, baik dalam profesi keperawatan maupun dengan
profesi lain di luar profesi keperawatan.
b. Merupakan standar untuk mengatasi masalah yang dilakukan oleh praktisi keperawatan
yang tidak mengindahkan dedikasi moral dalam pelaksanaan tugasnya.
c. Untuk mendukung profesi perawat yang dalam menjalankan tugasnya diperlakukan
secara tidak adil oleh institusi maupun masyarakat
d. Merupakan dasar dalam menyusun kurikulum pendidikan keperawatan agar dapat
menghasilkan lulusan yang berorientasi pada sikap profesional keperawatan
e. Untuk memberikan pemahaman kepada masyarakat pengguna jasa pelayanan
keperawatan akan pentingnya sikap profesional dalam melaksanakan tugas praktek
keperawatan.

Kode Etik Keperawatan di Indonesia (PPNI) :

a. Perawat dan Klien

Sebagai seorang perawat tentunya kita akan menghadapi pasien dengan berbagai latar
belakang yang berbeda dengan segala keunikannya. Perawat tidak bisa memilih hanya
mau merawat pasien yang muda saja, atau pasien yang kaya saja, atau pasien yang bersih
saja, atau yang pendiam saja. Perawat harus selalu siap sedia melayani pasien dengan
segala keunikannya dan penuh kasih. Pasien adalah fokus dari upaya asuhan keperawatan
yang diberikan oleh perawat sebagai salah satu komponen tenaga kesehatan. Hubungan
perawat dan pasien adalah hubungan yang direncanakan secara sadar, bertujuan dan
kegiatannya dipusatkan untuk pancapaian tujuan klien. Dalam hubungan itu, perawat
menggunakan pengetahuan komunikasi guna memfasilitasi hubungan yang efektif. Dasar
hubungan antara perawat dengan pasien adalah hubungan yang saling menguntungkan
(mutual huminity). Hubungan yang baik antara perawat dan pasien terjadi apabila:

1. Terdapat rasa saling percaya antara perawat dan pasien.


2. Perawat benar-benar memahami tentang hak-hak pasien dan harus melindungi hal
tersebut, salah satunya hak untuk menjaga privasi pasien.
3. Perawat harus sensitive terhadap perubahan-perubahan yang mungkin terjadi pada
pribadi pasien yang disebabkan oleh penyakit yang dideritanya, antara lain kelemahan
fisik dan ketidakberdayaan.
4. Perawat harus memahami keberadaan pasien atau klien sehingga dapat bersikap sabar
dan tetap memperhatikan pertimbangan etis dan moral.
5. Dapat bertanggungjawab dan bertanggung gugat atas segala resiko yang mungkin timbul
selama pasien dalam perawatan.
6. Perawat sedapat mungkin berusaha untuk menghindari konflik antara nilai-nilai
pribadinya dan nilai pribadi pasien dengan cara membina hubungan yang baik antara
pasien, keluarga dan teman.
1.4 Isu dan Moral dalam Praktik Keperawatan
Masalah isu etik dan moral yang sering terjadi dalam praktik keperawatan profesional
meliputi:

1. Organ transplantation (transplantasi organ)

Banyak sekali kasus dimana tim kesehatan berhasil mencangkokan organ


terhadap klien yang membutuhkan. Masalah etik yang muncul adalah apakah organ donor
bisa diperjual-belikan? Bagaimana dengan hak donor untuk hidup sehat dan sempurna,
apakah kita tidak berkewajiban untuk menolong orang yang membutuhkan padahal kita
bisa bertahan dengan satu ginjal. Apakah si penerima berhak untuk mendapatkan organ
orang lain? Bagaimana dengan tim operasi yang melakukannya apakah sesuai dengan
kode etik profesi? Bagaimana dengan organ orang yang sudah meninggal, Apakah
diperbolehkan orang mati diambil organnya? Semua penelaahan donor organ harus
diteliti dengan kajian majelis etik yang terdiri dari para ahli di bidangnya. Majelis etik
bisa terdiri atas pakar terdiri dari dokter, pakar keperawatan, pakar agama, pakar hukum
atau pakar ilmu sosial. Secara medis ada persyaratan yang harus dipenuhi untuk
melakukan donor organ tersebut, diantaranya adalah memiliki DNA, golongan darah,
jenis antigen yang cocok antara donor dan resipien, tidak terjadi reaksi penolakan secara
antigen dan antibodi oleh resipien, harus dipastikan apakah sirkulasi, perfusi dan
metabolisme organ masih berjalan dengan baik dan belum mengalami kematian
(nekrosis). Hal ini akan berkaitan dengan isu mati klinis dan informed consent. Perlu
adanya saksi yang disahkan secara hukum bahwa organ seseorang atau keluarganya
didonorkan pada keluarga lain agar di kemudian hari tidak ada masalah hukum. Biasanya
ada sertifikat yang menyertai bahwa organ tersebut sah dan legal.

2. Determination of clinical death (perkiraan kematian klinis)

Masalah etik yang sering terjadi adalah penentuan meninggalnya seseorang secara
klinis. Banyak kontroversi ciri-ciri dalam menentukan mati klinis. Hal ini berkaitan
dengan pemanfaatan organ-organ klien yang dianggap sudah meninggal secara klinis.
Kriteria kematian klinis (brain death) ditentukan oleh penghentian nafas setelah
berhentinya pernafasan artifisal selama 3 menit (inspirasi-ekspirasi); berhentinya denyut
jantung tanpa stikulus eksternal; tidak ada respon verbal dan non verbal terhadap stimulus
eksternal; hilangnya refleks-refleks (cephalic reflexes); pupil dilatasi; hilangnya fungsi
seluruh otak yang bisa dibuktikan dengan EEG.

3. Quality of Life (kualitas dalam kehidupan)

Masalah kualitas kehidupan sering kali menjadi masalah etik. Hal ini mendasari
tim kesehatan untuk mengambil keputusan etis untuk menentukan seorang klien harus
mendapatkan intervensi atau tidak. Sebagai contoh di suatu tempat yang tidak ada donor
yang bersedia dan tidak ada tenaga ahli yang dapat memberikan tindakan tertentu. Siapa
yang berhak memutuskan tindakan keperawatan pada klien yang mengalami koma? Siapa
yang boleh memutuskan untuk menghentikan resusitasi? Contoh kasus apakah klien TBC
tetap kita bantu untuk minum obat padahal ia masih mampu untuk bekerja? Kalau ada
dua klien bersamaan yang membutuhkan satu alat siapa yang didahulukan? Apabila
banyak klien lain membutuhkan alat tetapi alat tersebut sedang digunakan oleh klien
orang kaya yang tidak ada harapan sembuh apa yang harus dilakukan perawat? Apabila
klien kanker merasa gembira untuk tidak meneruskan pengobatan bagaiama sikap
perawat? Bila klien harus segera amputasi tetapi klien tidak sadar siapakah yang harus
memutuskan?

4. Ethical issues in treatment (isu masalah etik dalam tindakan keperawatan)

Apabila ada tindakan yang membutuhkan biaya besar apakah tindakan tersebut tetap
dilakukan meskipun klien tersebut tidak mampu dan tidak mau? Masalah-masalah etik
yang sering muncul seperti:

a) Klien menolak pengobatan atau tindakan yang direkomendasikan (refusal of


treatment) misalnya menolak fototerapi, menolak operasi, menolak NGT,
menolak dipasang kateter.
b) Klien menghentikan pengobatan yang sedang berlangsung (withdrawl of
treatment) misalnya DO (Drop out) berobat pada TBC, DO (Drop out) kemoterapi
pada kanker.
c) Witholding treatment misalnya menunda pengobatan karena tidak ada donor atau
keluarga menolak misalnya transplantasi ginjal atau cangkok jantung.
1.5 Ethic of Care dalam Praktik di Komunitas
Perawat kesehatan komunitas merupakan praktik promotif dan proteksi kesehatan
populasi menggunakan pengetahuan keperawatan, sosial dan ilmu kesehatan masyarakat
(American Public Health Association, 1996). Praktik yang dilakukan berfokus pada populasi
dengan tujuan utama promosi kesehatan dan mencegah penyakit serta kecacatan untuk
semua orang melalui kondisi yang dicipakan dimana orang bisa menjadi sehat. Meskipun
praktik yang dilakukan berada pada berbagai jenis organisasi dan masyarakat, semua
perawat kesehatan komunitas berfokus pada populasi. Populasi dapat didefinisikan pada
mereka yang hidup pada area geografis yang spesifik (contoh : tetangga, komunitas, kota
atau negara) atau mereka kelompok etnik atau ras khusus yang mengalami beban berlebihan
dari outcome kesehatan yang rendah. Populasi juga dapat berpartisipasi dalam progra khusus
seperti perawatan maternitas untuk remaja yang hamil, atau mereka yang terkena penyakit-
penyakit khusus seperti HIV/AIDS atau tuberkulosis; atau faktor resiko seperti hipertensi,
kurangnya akses terhadap erawatan. Meskipun perawat kesehatan komunitas melayani
indvidu dan keluarga, fokus utama adalah populasi. Perawat kesehatan komunitas bisa
bekerja sama dengan komunitas dan populasi untuk mengurangi resiko kesehatan dan
meningkatkan, mempertahankan serta memperbaiki kembali kesehatan. Perawat kesehatan
komunitas melakukan advokasi pada tingkat sistem untuk merubah kesehatan. Perawat
kesehatan komunitas harus memahami dan menerapkan konsep dari berbagai area. Perawat
komunitas juga harus mengaplikasikan konsep pengorganisasian dan pengembangan
komunitas, koordinasi perawatan, pendidikan kesehatan, kesehatan lingkungan dan ilmu
kesehatan masyarakat.
Perawat kesehatan komunitas bekerja sama dengan populasi dan berbagai kelompok
meliputi :
1) Anggota dari tim kesehatan masyarakat seperti epidemiologis, pekerja sosial, nutrisionis
dan pendidik Kesehatan.
2) Organisasi kesehatan pemerintah.
3) Penyedia layanan Kesehatan.
4) Organisasi dan koalisi masyarakat.
5) Unit pelayanan komunitas seperti sekolah, lembaga bantuan hukum dan unit gawat
darurat.
6) Industri dan bisnis.
7) Institusi penelitian dan Pendidikan.
Perawat kesehatan komunitas bekerja untuk meningkatkan kesehatan individu, keluarga,
komunitas dan populasi melalui fungsi inti dari pengkajian, jaminan dan kebijakan
pengembangan. Fungsi inti diaplikasikan dalam cara sistematik dan komprehensif. Proses
pengkajian meliputi identifikasi kepedulian, kekuatan dan harapan populasi dan dipandu
dengan metode epidemiologi. Jaminan diperoleh melalui regulasi, advokasi pada penyedia
layanan kesehatan profesional lain untuk memenuhi kebutuhan layanan yang dikehendaki
populasi, koordinasi pelayanan komunitas atau ketentuan langsung pelayanan. Srategi
asuransi meliputi ketersediaan, bisa diterima, dapat diakses dan kualitas layanan. Kebijakan
ditetapkan berdasarkan hasil pengkajian, prioritas ditentukan oleh populasi dan dengan
pertimbangan dari subpopulasi dan komunitas pada resiko terbesar, seperti bukti keefektifan
dari berbagai aktivitas atau strategi. Perawat kesehatan komunitas proaktif dengan
menghormati kecenderungan pelayanan kesehatan dan sosial, merubah kepedulian, dan
aktivitas legislatif serta kebijakan. Fungsinya sebagai advokat pada populasi yang mereka
layani. Seperti advokasi untuk kesehatan masyarakat dan promosi kesehatan lingkungan,
menciptakan kondisi yang emperbaiki dan mempertahankan kesehatan populasi dan
merupakan peranan kunci dari perawat kesehatan komunitas. Perawat kesehatan komunitas
terlibat dalam penelitian untuk meningkatkan praktik perawat kesehatan komunitas dan
strategi serta intervensi khusus.
Perawat harus memiliki tanggung jawab secara aktif dalam meningkatkan ilmu berbasis
bukti yang profesional. Dokumentasi yang baik dan jelas merupakan bukti praktik perawat
kesehatan komunitas yang efisien, efektif dan strategi biaya yang menguntungkan dalam
promotif kesehatan masyarakat. Ketika perawat kesehatan komunitas bermitra dengan
individu, fokusnya menjadi meningkatkan pengetahuan, sikap dan praktik yang mendukung
serta meningkatkan kesehatan dengan tujuan utama memperbaiki keseluruhan kesehatan dari
populasi. Sama juga tindakan dengan keluarga dan komunitas yang meningkatkan kesehatan
keluarga dan masyarakat keseluruhan. Aktivitas dengan populasi berhubungan dengan
organisasi, kebijakan, hukum dan termasuk stake holder kunci yang mempengaruhi
lingkungan dimana orang-orang tinggal dan menciptakan kondisi yang meningkatkan
kesehatan untuk semua.
Keperawatan kesehatan komunitas dibedakan dari spesialis keperawatan lainnya
berdasarkan delapan prinsip di bawah ini :

1. Klien atau unit keperawatan adalah populasi.

Walaupun perawat komunitas memberikan asuhan pada individu, keluarga dan


kelompok tetapi tanggung jawab dominan tetap pada populasi keseluruhan.

2. Tugas utama adalah meraih yang terbaik bagi sejumlah orang atau populasi keseluruhan.

Perawat kesehatan komunitas mengidentifikasi kemungkinan menemukan


individu yang kebutuhannya tidak sesuai dengan prioritas kesehatan yang
menguntungkan bagi populasi keseluruhan.

3. Proses yang digunakan oleh perawat komunitas termasuk bekerja dengan klien sebagai
mitra yang sejajar.
Tindakan perawat kesehatan komunitas harus menggambarkan kesadaran dari
kebutuhan yang komprehensif dari kesehatan dalam kemitraan dengan komunitas dan
populasi meliputi perspektif, prioritas dan nilai dari populasii dalam menginterpretasikan
data, kebijakan dan memutuskan program serta memilih strategi yang sesuai untuk
dilakukan.
4. Pencegahan primer adalah prioritas dalam memilih tindakan yang sesuai Pencegahan
primer meliputi promosi strategi kesehatan dan proteksi Kesehatan.
5. Memilih strategi untuk menciptakan lingkungan sehat, kondisi sosial dan ekonomi pada
populasi yang berkembang merupakan fokus utama.
Intervensi keperawatan kesehatan komunitas meliputi pendidikan, pengembangan
masyarakat, perencanaan sosial, kebijakan pengembangan serta enforcement. Dan
intervensi tersebut akan berkembang ketika kita bekerja dengan komunitas dan berakibat
pada hukum, peraturan, kebijakan dan prioritas dana. Advokasi pada komunitas untuk
menciptakan kondisi sehat merupakan bagian penting dari praktik keperawatan kesehatan
komunitas.
6. Ada tanggung jawab untuk mencapai keseluruhan populasi yang memerlukan intervensi
spesifik atau pelayanan.
Beberapa faktor resiko tidak terdistribusi secara acak, subpopulasi spesifik
kemungkinan lebih dapat dipantau perkembangan penyakitnya atau kecacatannya atau
kemungkinan sulit untuk mengakses atau menggunakan pelayanan, oleh sebab itu
memerlukan jangkauan yang khusus. Keperawatan kesehatan komunitas berfokus pada
keseluruhan populasi dan tidak hanya pada mereka yang datang ke pelayanan.
7. Penggunaan sumber-sumber kesehatan yang optimal untuk mendapatkan perbaikan yang
terbaik dari populasi merupakan kunci pokok dari kegiatan praktik.
Perawat kesehatan komunitas harus terlibat dalam koordinasi dan organisasi
tindakan dalam merespon isu-isu yang berhubungan dengan kesehatan. Perawat
komunitas menggunakan dan memberikan informasi pada pembuat kebijakan
berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan dengan outcome aksi spesifik, program atau
kebijakan, seperti keuntungan biaya atau efektifitas biaya dari strategi yang potensial.
pada pembuat kebijakan berdasarkan bukti ilmiah yang berhubungan dengan outcome
aksi spesifik, program atau kebijakan, seperti keuntungan biaya atau efektifitas biaya dari
strategi yang potensial. Perawat kesehatan komunitas harus selalu berkembang untuk
mencari bukti ilmiah ketika diperlukan.
8. Kolaborasi dengan berbagai jenis profesi, organisasi dan perkumpulan merupakan cara
paling efektif untuk mempromosikan dan melindungi kesehatan orang-orang.
Menciptakan kondisi dimana komunitas selalu sehat kemungkinan sangat
kompleks, proses sumber daya yang intensif. Perawat kesehatan komunitas bekerja sama
dengan disiplin ilmu lain dari berbagai bidang dan profesi dalam upaya meningkatkan
kesehatan populasi. Hal ini meliputi identifikasi perawat kesehatan komunitas akan
pentingnya tindakan legislatif dan keterlibatan kebijakan sosial dan kesehatan di semua
tingkat. Kolaborasi ini kemungkinan terjadi dalam sistem pelayanan ksehatan dan
pemerintah mengadopsi program promotif dan kebijakan yang perlu direvisi.

Prinsip-prinsip etika keperawatan Kesehatan komunitas meliputi :

a. Prinsip kebaikan : Mempertimbangkan bahaya dan keuntungan.


b. Prinsip autonomi : Individu bebas menentukan tindakan atau keputusannya.
c. Prinsip kejujuran/veracity : Menjadi dasar sikap terbinanya sikap percaya satu sama
lain.
Sasaran Keperawatan Kesehatan Komunitas
a) Sasaran individu
Sasaran priotitas individu adalah balita gizi buruk, ibu hamil risiko tinggi, usia lanjut,
penderita penyakit menular (TB Paru, Kusta, Malaria, Demam Berdarah, Diare,
ISPA/Pneumonia) dan penderita penyakit degeneratif.
b) Sasaran keluarga
Sasaran keluarga adalah keluarga yang termasuk rentan terhadap masalah kesehatan
(vulnerable group) atau risiko tinggi (high risk group), dengan prioritas :
a. Keluarga miskin belum kontak dengan sarana pelayanan kesehatan (Puskesmas
dan
jaringannya) dan belum mempunyai kartu sehat.
b. Keluarga miskin sudah memanfaatkan sarana pelayanan kesehatan mempunyai
masalah kesehatan terkait dengan pertumbuhan dan perkembangan balita, kesehatan
reproduksi, penyakit menular.
c. Keluarga tidak termasuk miskin yang mempunyai masalah kesehatan prioritas
serta
belum memanfaatkan sarana pelayanan Kesehatan

c) Sasaran kelompok
Sasaran kelompok adalah kelompok masyarakat khusus yang rentan terhadap
timbulnya masalah kesehatan baik yang terikat maupun tidak terikat dalam suatu
institusi.
 Kelompok masyarakat khusus tidak terikat dalam suatu institusi antara lain
Posyandu, Kelompok Balita, Kelompok ibu hamil, Kelompok Usia Lanjut,
Kelompok penderita penyakit tertentu, kelompok pekerja informal.
 Kelompok masyarakat khusus terikat dalam suatu institusi, antara lain
sekolah, pesantren, panti asuhan, panti usia lanjut, rumah tahanan (rutan),
Lembaga pemasyarakatan (lapas).
d) Sasaran masyarakat
Sasaran masyarakat adalah masyarakat yang rentan atau mempunyai risiko tinggi
terhadap timbulnya masalah kesehatan, diprioritaskan pada
1) Masyarakat di suatu wilayah (RT, RW, Kelurahan/Desa) yang mempunyai :
 Jumlah bayi meninggal lebih tinggi di bandingkan daerah lain.
 Jumlah penderita penyakit tertentu lebih tinggi dibandingkan daerah
lain.
 Cakupan pelayanan kesehatan lebih rendah dari daerah lain.
2) Masyarakat di daerah endemis penyakit menular (malaria, diare, demam
berdarah, dll).
3) Masyarakat di lokasi/barak pengungsian, akibat bencana atau akibat lainnya.
4) Masyarakat di daerah dengan kondisi geografi sulit antara lain daerah
terpencil, daerah perbatasan.
5) Masyarakat di daerah pemukiman baru dengan transportasi sulit seperti
daerah transmigrasi.
BAB III

PENUTUPAN
2.1 Kesimpulan
Etika adalah kode perilaku yang memperlihatkan perbuatan yang baik bagi kelompok
tertentu. Etika berhubungan dengan peraturan untuk perbuatan atau tindakan yang
mempunyai prinsip benar dan salah, serta prinsip moralitas karena etika mempunyai
tanggung jawab moral, menyimpang dari kode etik berarti tidak memiliki perilaku yang baik
dan tidak memiliki moral yang baik. Etika bisa diartikan juga sebagai, yang berhubungan
dengan pertimbangan keputusan, benar atau tidaknya suatu perbuatan karena tidak adanya
undang-undang atau peraturan yang menegaskan hal yang harus dilakukan.

Etika berbagai profesi digariskan dalam kode etik yang bersumber dari martabat dan hak


manusia yang memiliki sikap menerima dan kepercayaan dari profesi. Profesi menyusun
kode etik berdasarkan penghormatan atas nilai dan situasi individu yang dilayani.  
Kode etik disusun dan disahkan oleh organisasi yang membina profesi tertentu baik secara
nasional maupun internasional. Kode etik menerapkan konsep etis karena profesi
bertanggung jawab pada manusia dan menghargai kepercayaan serta nilai individu.

2.2 Saran
Diharapkan agar pembaca lebih banyak mempelajari lagi mengenai ethic of care dan
kode etik dalam keperawatan baik dalam praktik klinik maupun komunitas. Setelah
membaca dan mengetahui mengenai ethic of care maupun kode etik yang telah diuraikan
pada makalah ini pembaca diharapkan mampu mengetahui potensi potensi manusia dan
dapat memanfaatkannya sebaik mungkin dalam hal yang positif. Karena seorang perawat
setidaknya harus memahami kode etik keperawatan sehingga mampu menerapkan prinsip
etika keperawatan dalam asuhan keperawatan komunitas.

DAFTAR PUSTAKA

Ismoyowati, T. W., & Sinaga, M. R. E. (2021). Modul Konsep Dasar Keperawatan (KDK) I.
Yogyakarta : STIKES Bethesda Yakkum.

Dkk, M. U. (2022). Modul Kuliah Etika Keperawatan. UMSurabaya Publishing.

Makhfudli, F.E. (2015). Keperawatan Kesehatan Komunitas. Surabaya : Universitas Airlangga.

Anda mungkin juga menyukai