Anda di halaman 1dari 17

MAKALAH

KAJIAN ETIKA, MORAL, NORMA, DAN HUKUM


DALAM PRAKTIK KEBIDANAN
Makalah ini Diajukan Untuk Memenuhi Salah Satu Tugas Mata Kuliah
Agama

Disusun Oleh :
Atin Khodijah NIM : P2.06.24.2.18.007
Clarisza Aini Sonatha NIM : P2.06.24.2.18.009
Melina Mubarokah NIM : P2.06.24.2.18.022
Salma Shafira Maharani NIM : P2.06.24.2.18.032
Tiara Destya Rahayu NIM : P2.06.24.2.18.036

KEMENTERIAN KESEHATAN REPUBLIK INDONESIA


POLITEKNIK KESEHATAN TASIKMALAYA
JURUSAN KEBIDANAN
PROGRAM STUDI DIII KEBIDANAN CIREBON
TAHUN AKADEMIK 2018/2019
KATA PENGANTAR
Dengan ini kami panjatkan puji dan syukur kehadirat Tuhan Yang Maha Esa,
yang telah melimpahkan rahmat-Nya sehingga kami dapat menyelesaikan tugas
makalah yang berjudul “Kajian Etika, Moral, Norma, dan Hukum Dalam Praktik
Kebidanan”.

Makalah ini kami susun untuk menambah ilmu serta untuk memenuhi salah
satu tugas dalam mata kuliah “Kajian Etika, Moral, Norma, dan Hukum Dalam
Praktik Kebidanan”. Kami menyampaikan terima kasih kepada pembimbing materi
Bapak DR. H. Wawan Ahmad, M. Ag. Kami menyadari bahwa dalam penyusunan
makalah ini masih jauh dari kesempurnaan. Oleh karena itu, kami mengharapkan
saran dan kritik yang bersifat membangun dari pembaca.

Dengan tersusunnya makalah ini semoga bermanfaat, khususnya bagi penulis


dan pembaca pada umumnya. Untuk itu kami sampaikan terima kasih apabila ada
kurang lebihnya penulis minta maaf.

Cirebon, 29 September 2018

Penyusun

2
DAFTAR ISI
KATA PENGANTAR........................................................................................................................... 2
DAFTAR ISI 3
BAB I PENDAHULUAN...................................................................................................................... 4
1.1 Latar Belakang 4
1.2 Rumusan Masalah 4
1.3 Maksud dan Tujuan 4
BAB II PEMBAHASAN 5
2.1 Etika 5

2.2 Moral 7

2.3 Norma 9

2.4 Hukum 10

2.5 Etika, Moral, Dan Norma Dalam Praktik Kebidanan 10


BAB III PENUTUP 15
3.1 Kesimpulan 15
3.2 Saran 15
DAFTAR PUSTAKA 16

3
4
BAB I
PENDAHULUAN
1.1. Latar Belakang
Tuntutan terhadap kualitas pelayanan kebidanan semakin meningkat seiring
dengan kemajuan ilmu pengetahuan dan teknologi dan era globalisasi. Pemahaman
yang baik mengenai etika profesi merupakan landasan yang kuat bagi profesi bidan
agar mampu menerapkan dan memberikan pelayanan kebidanan yang
profesionalisme dalam melakukan profesi kebidanan dan dalam berkarya di
pelayanan kebidanan baik kepada individu, keluarga dan masyarakat. Pengkajian dan
pembahasan tentang etika tidak selalu berhubungan dengan moral dan norma.
Kadang etika diidentikkan dengan moral, walaupun sebenarnya terdapat perbedaan
dalam aplikasinya. Moral lebih menunjuk pada perbuatan yang sedang dinilai,
sedangkan etika dipakai sebagai kajian terhadap sistem nilai yang berlaku. Oleh
karena itu para bidan atau calon bidan harus mampu memahami kondisi masyarakat
yang semakin kritis dalam memandang kualitas pelayanan kebidanan, termasuk pula
ketidakpuasan dalam pelayanan kebidanan.

1.2. Rumusan Masalah


1. Apa pengertian etika, moral, norma, dan hukum?
2. Apa saja yang dimaksud sistematika etika?
3. Apa fungsi etika dan moralitas dalam kebidanan?
4. Apa saja pelaksanaan etika dalam pelayanan kebidanan?
5. Bagaimana perilaku etis professional bidan?

1.3. Tujuan
 Mengetahui pengertian etika, moral, norma, dan hukum.
 Mengetahui tentang sistematika etika.
 Mengetahui fungsi etika dan moralitas dalam kebidanan.
 Mengetahui pelaksanaan etika dalam pelayanan kebidanan.
 Mengetahui bagaimana perilaku etis professional bidan.

5
BAB II
PEMBAHASAN
2.1. ETIKA
A. Pengertian Etika
Etika berasal dari kata “ethos” (bahasa Yunani) yang berarti karakter, watak
kesusilaan atau adat. Dalam bentuk jamak ta etha mempunyai arti adat kebiasaan.
Menurut filsuf Yunani, Aristoteles, istilah etika sudah dipakai untuk
menunjukkan filsafat moral, sehingga berdasarkan asal usul kata, makna etika
berarti: ilmu tentang apa yang biasa dilakukan atau ilmu tentang adat kebiasaan.
Etika berasal dari bahasa Inggris Ethics, artinya pengertian, ukuran tingkah laku
atau perilaku manusia yang baik, yakni tindakan yang tepat yang harus
dilaksanakan oleh manusia sesuai dengan moral pada umumnya. Etika berasal
dari bahasa Latin Mos atau Mores (jamak), artinya moral, yang berarti juga adat,
kebiasaan, sehingga makna kata moral dan etika adalah sama, hanya bahasa
asalnya berbeda. Menurut Kamus Umum Bahasa Indonesia (Poerwadarminta,
1953), Etika artinya ilmu pengetahuan tentang azas-azas akhlak (moral).
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia (Depdikbud, 1988) etika
mengandung arti:
1) Ilmu tentang apa yang baik dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban
moral.
2) Kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak.
3) Nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat.
Sedangkan Bertens merumuskan arti kata etika sebagai berikut:
1) Kata etika bisa dipakai dalam arti nilai-nilai dan norma-norma moral yang
menjadi pegangan bagi seseorang atau suatu kelompok dalam mengatur
tingkah lakunya, arti ini bisa dirumuskan sebagai sistem nilai. Sistem nilai
bisa berfungsi dalam hidup manusia perorangan maupun pada taraf sosial.
2) Etika berarti kumpulan asas atau nilai moral. Yang dimaksud disini adalah
kode etik.
3) Etika mempunyai arti ilmu tentang apa yang baik atau buruk.
Dari berbagai pembahasan definisi tentang etika dapat diklasifikasikan
menjadi tiga jenis definisi yaitu sebagai berikut:

 Jenis pertama, etika dipandang sebagai cabang filsafat yang khusus


membicarakan tentang nilai baik dan buruk dari perilaku manusia.

6
 Jenis kedua, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang membicarakan
baik buruknya manusia dalam kehidupan bersama.
 Jenis ketiga, etika dipandang sebagai ilmu pengetahuan yang bersifat normatif
dan evaluatif yang hanya memberikan nilai baik buruknya terhadap perilaku
manusia

B. Sumber etika
Sumber etika nilai dasar Pancasila dapat dijadikan sebagai sumber
pembentukan norma etik dalam kehidupan bermasyarakat berbangsa dan
bernegara. Oleh karena itu, nilai Pancasila juga dapat diwujudkan ke dalam
norma moral atau etika.

C. Sistematika Etika
Dalam membahas etika sebagai ilmu yang menyelidiki tentang tanggapan
kesusilaan atau etis yaitu sama halnya dengan berbicara moral atau mores
manusia disebut etis ialah manusia secara utuh dan menyeluruh mampu
memenuhi hajat hidupnya dalam rangka Asas keseimbangan antara kepentingan
pribadi dengan pihak yang lainnya antara rohani dengan jasmani nya dan antara
sebagai makhluk berdiri sendiri dengan penciptanya termasuk didalamnya
membahas nilai-nilai atau norma-norma yang dikaitkan dengan etika terdapat dua
macam etika sebagai berikut:
1. Etika Deskriptif, etika yang memberikan gambaran dan ilustrasi tentang
tingkah laku manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana
yang boleh dilakukan sesuai dengan norma etis yang di anut di masyarakat.
2. Etika Normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik-buruk tindakan manusia
yang ideal dan seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya
dijalankan oleh manusia dengan tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini,
yang dikelompokkan menjadi dua, yaitu:
a. Etika umum, berhubungan dengan kondisi manusia untuk bertindak etis
dalam mengambil kebijakan berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip
moral
b. Etika khusus, terdiri dari etika sosial, etika individu, etika terapan.
 Etika sosial menekankan tanggung jawab sosial dan hubungan
antarsesama manusia dalam aktivitasnya.
 Etika individu lebih menekankan pada kewajiban mausia sebagai
pribadi.
 Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi.

7
Pada dasarnya etika atau moralitas itu bersifat manusiawi, artinya bersumber
pada sistem nilai manusiawi (human-value system). Perlu dikemukakan bahwa di
samping etika manusiawi, juga terdapat etika ilahi yang bersumber pada sistem
nilai ketuhanan (divine-value system) yang tertuang dalam firman Tuhan atau
jajaran agama.
Etika manusiawi biasanya dianut oleh orang-orang sekularis dan humanis
yang menganggap Tuhan tidak berhak mencampuri urusan kehidupan atau
pergaulan manusia di dunia ini. Karena pikiran dan perasaan manusia itu tidak
pernah seragam, maka nilai dan kriteria mereka pun senantiasa beragam. Itulah
sebabnya etika manusiawi bersifat relatif, tidak mutlak (absolut), temporer, tidak
abadi, dan tidak universal, karena selalu terkait dengan subjek/masyarakat,
kepentingan, lingkungan/lokasi dan waktu. Sebaliknya, etika ilahi atau etika
agama, relatif lebih stabil dan lebih mutlak, dan universal, terutama di kalangan
para pemeluk agama-agama langit (samawi) : Yahudi, Nasrani dan Islam.
Etika agama Islam pada dasarnya tidak pernah memisahkan nilai-nilai etis
atau moral dari nilai-nilai hukum. Kedua diatur dalam Syari’ah Islam dan
mengelompokkan keduanya dalam lima macam kategori : perintah keras (wajib);
perintah lunak (sunnah); larangan keras (haram); perintah lunak (makrah), dan
kebebasan (mubah). Masing-masing diberi sanksi berupa hukuman tertentu yang
bisa dijatuhkan di dunia ini dan imbalan oleh Allah di akhirat kelak berupa pahala
ataau dosa besar maupun kecil.
Dalam profesi bidan “etika” lebih dimengerti sebagai filsafat moral.
Filsafat moral merupakan cabang filsafat yang berbicara tentang tindakan
manusia, seperti apakah manusia bebas ? Bagaimana kita bisa menetapkan
perbedaan baik dan buruk ?. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak. Tindakan
manusia ini ditentukan oleh bermacam-macam norma, diantaranya norma hukum,
norma moral, norma agama dan norma sopan santun. Norma hukum berasal dari
hukum dan perundang-undangan, norma agama berasal dari agama, norma moral
berasal dari suara hati dan norma sopan santun berasal dari kehidupan sehari-hari.

2.2. MORAL
Arti moral dari segi bahasa berasal dari bahasa Latin, mores yaitu jamak dari kata
mos yang berarti adat kebiasaan. Di dalam Kamus Umum Bahasa Indonesia
disebutkan bahwa moral adalah penentuan baik buruk terhadap perbuatan dan
kelakuan. Selanjutnya, moral dalam arti istilah adalah suatu istilah yang digunakan

8
untuk menentukan batas-batas dari sifat, perangai, kehendak, pendapat atau perbuatan
yang secara layak dapat dikatakan benar, salah, baik atau buruk.
Dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia moral dijelaskan dengan membedakan tiga
arti, yaitu:
1. Ajaran baik-buruk yang diterima umum mengenai perbuatan sikap kewajiban
akhlak budi pekerti Susila.
2. Kondisi mental yang membuat orang tetap berani bersemangat bergairah
berdisiplin isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap di
perbuatan.
3. Ajaran kesusilaan yang dapat ditarik dari suatu cerita.
Jika dilihat dari sumber dan sifat-nya moral dibagi menjadi dua yaitu moral
agama dan moral Sekuler. Moral agama yaitu mempelajari ajaran-ajaran agama
yang dikehendaki atau ajaran baik-buruk suatu perbuatan atau akhlak manusia yang
berhubungan dengan agama. Ada pula yang menyatakan bahwa sikap dan perilaku
yang sesuai dengan tuntunan agama Islam. Pada dasarnya seorang muslim yang
masuk ke dalam agama Islam secara menyeluruh mengandung makna, bahwa
mukmin tersebut seluruh hidup dan kehidupanya tunduk dan patuh pada
ajaran agama Islam. Yang mana hal ini telah tertuang dalam firman Allah dalam Q.S.
Al-Mukminun:1-11.
Artinya: 1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman; 2. (yaitu)
orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya; 3. dan orang-orang yang
menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna; 4. dan orang-
orang yang menunaikan zakat; 5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya; 6.
kecuali terhadap istri-istri mereka atau budak yang mereka miliki, maka
Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa; 7. Barangsiapa mencari yang di
balik itu maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas; 8. dan orang-
orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya; 9. dan
orang-orang yang memelihara sembahyangnya; 10. mereka Itulah orang-orang yang
akan mewarisi; 11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di
dalamnya.
Sedangkan moral sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran
agama dan hanya bersifat duniawi.
Istilah etika sering dianggap sama dengan moralitas karena sama-sama membahas
tentang perbuatan manusia selanjutnya yang ditentukan posisinya apakah baik atau

9
buruk. Namun, sebenarnya kedua istilah tersebut tidak sama persis. Moralitas adalah
perangkat aturan fundamental yang membimbing kegiatan umat manusia. Ia berisi
aturan-aturan tentang perbuatan yang benar (right action) dan larangan-larangan
untuk melakukan tindakan yang salah (wrong acts). Sedangkan etika tidak terkait
dengan aturan-aturan moral tertentu melainkan dengan landasan-landasan-nya dan
dengan prinsip-prinsip yang sangat umum untuk mengevaluasi validitas aturan moral
tertentu dan menentukan pilihan di antara berbagai macam aturan moral yang ada.

2.3. NORMA
Norma berasal dari bahasa Latin, yakni norma yang berarti pengikut atau siku-
siku suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu, dari sinilah kita dapat
mengartikan norma sebagai pedoman ukuran aturan atau kebiasaan. Jadi, norma ialah
sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah ukuran dengan
norma ini orang dapat menilai kebaikan dan keburukan suatu perbuatan.
Dengan tidak adanya norma, maka kehidupan manusia akan menjadi brutal
pernyataan tersebut dilatarbelakangi oleh keinginan manusia yang tidak ingin tingkah
laku manusia bersifat senonoh maka dengan itu dibutuhkan sebuah norma yang lebih
bersifat praktis.
Berikut ini adalah macam-macam norma:
1. Norma Agama
Norma agama yaitu Peraturan hidup yang diterima sebagai perintah larangan
dan anjuran yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Norma ini mengharuskan
penganut suatu agama untuk menaati semua yang diperintahkan dan dilarang
agama, sifatnya mutlak dan tidak dapat ditawar-tawar atau diubah.

2. Norma Hukum
Norma hukum yaitu peraturan yang dibuat oleh negara dengan hukuman tegas
dan memaksa sehingga berfungsi mengatur ketertiban dalam masyarakat. Norma
hukum digunakan sebagai pedoman hidup yang dibuat oleh badan berwenang
untuk mengatur manusia dalam berbangsa dan bernegara.

3. Norma Kesopanan
Norma kesopanan yaitu Peraturan hidup yang timbul dari pergaulan manusia
peraturan itu ditaati dan diikuti sebagai Pedoman tingkah laku manusia terhadap
manusia lain disekitarnya.

10
4. Norma Kesusilaan
Norma kesusilaan yaitu Peraturan hidup yang datang dari hati Sanubari
manusia peraturan tersebut berupa suara batin yang diakui oleh setiap orang
sebagai pedoman sikap dan perbuatan.

2.4. HUKUM
Pada umumnya yang dimaksud hukum adalah segala peraturan peraturan atau
kaidah-kaidah dalam kehidupan bersama yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi
dalam pelaksanaannya. Hukum merupakan cerminan nilai-nilai yang berlaku di
masyarakat dan memegang nilai-nilai secara konsisten merupakan tindakan yang etis
sehingga antara hukum dan etika memiliki keterkaitan.
Hukum digunakan sebagai pedoman bagi bidan dalam menjalankan tugas
profesinya tujuannya untuk menjamin pelayanan yang aman dan berkualitas dan
sebagai landasan untuk standardisasi dan perkembangan profesi.

2.5. ETIKA, MORAL, DAN NORMA DALAM PRAKTIK KEBIDANAN


Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan
terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi.
Bidan sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik
berdasarkan Evidence Based. Etika adalah penerapan dan proses dan teori filsafat
moral pada situasi nyata. Etika dibagi menjadi tiga bagian, meliputi:
1. Metaetika (etika)
2. Etika atau teori moral;
3. Etika praktik.
Etika atau teori moral untuk memformulasikan prosedur atau mekanisme untuk
memecahkan masalah etika. Etika praktik merupakan penerapan etika dalam praktik
sehari-hari, dimana dalam situasi praktik ketika kecelakaan terjadi keputusan harus
segera dibuat. Guna etika adalah memberi arah bagi perilaku manusia tentang apa
yang baik atau buruk, apa yang benar atau salah, hak dan kewajiban moral (akhlak),
dan apa yang boleh atau tidak boleh dilakukan. Kode etik suatu profesi adalah norma-
norma yang harus diindahkan oleh setiap anggota didalam melaksanakan tugas
profesinya dan dalam hidupnya di masyarakat.

11
A. Ciri-Ciri Profesional Bidan
1. Menurut T. Raka Joni, 1990 adalah sebagai berikut
 Menguasai visi yang mendasari keterampilan;
 Mempunyai wawasan filosofi;
 Mempunyai pertimbangan rasional;
 Memiliki sifat yang positif serta mengembangkan mutu kerja.

2. Menurut CV. Good


 Memerlukan persiapan dan pendidikan khusus bagi pelaku;
 Memiliki kecakapan profesional sesuai persyaratan yang telah dibakukan
(organisasi profesi, pemerintah);
 Mendapat pengakuan dari masyarakat dan pemerintah.

3. Menurut Scein EH
 Terikat degan pekerjaan seumur hidup;
 Mempunyai motivasi yang kuat atau panggilan sebagai landasan
pemilihan kariernya dan mempunyai komitmen seumur hidup;
 Memiliki kelompok ilmu pengetahuan dan keterampilan khusus melalui
pendidikan dan pelatihan;
 Mengambil keputusan demi kliennya, berdasarkan aplikasi prinsip-prinsip
dan teori;
 Berorientasi pada pelayanan menggunakan keahlian demi kebutuhan
klien;
 Pelayanan yang diberikan kepada klien berdasarkan kebutuhan objektif
klien;
 Lebih mengetahui apa yang baik untuk klien mempunyai otonomi dalam
mempertahankan tindakannya;
 Membentuk perkumpulan profesi peraturan untuk profesi;
 Mempunyai kekuatan status dalam bidang keahliannya, pengetahuan
mereka dianggap khusus;
 Tidak diperolehkan mengadakan advertensi klien.

B. Perilaku Etis Profesional Bidan


Bidan harus memiliki komitmen yang tinggi untuk memberikan asuhan kebidanan
yang berkualatas berdasarkan standar perilaku yang etis dalam praktik asuhan
kebidanan. Pengetahuan tentang perilaku etis dimulai dari pendidikan bidan dan

12
berlanjut pada forum atau kegiatan ilmiah baik formal maupun non formal dengan
teman sejawat, profesi lain ataupun masyarakat. Salah satu perilaku etis adalah bila
bidan menampilkan perilaku pengambilan keputusan yang etis dalam membantu
memecahkan masalah klien. Dalam membantu memecahkan masalah ini bidan
menggunakan dua pendekatan dalam asuhan kebidanan, yaitu :
1. Pendekatan berdasarkan Prinsip.
Pendekatan berdasarkan prinsip sering dilakukan dalam etika kedokteran atau
kesehatan untuk menawarkan bimbingan tindakan khusus.

2. Pendekatan berdasarkan Asuhan atau Pelayanab.


Bidan memandang “care” atau asuhan sebagai dasar dan kewajiban moral.
Hubungan bidan dengan klien merupakan pusat pedekataan berdasarkan asuhan,
dimana memberikan perhatian khusus kepada klien.

C. Fungsi Etika Dan Moralitas Dalam Pelayanan Kebidanan


1. Menjaga otonomi dari setiap individu khususnya bidan dan klien;
2. Menjaga kita untuk melakukan tindakan kebaikan dan mencegah tindakan
yang merugikan/membahayakan orang lain;
3. Menjaga privasi setiap individu;
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksana sesuai dengan porsinya;
5. Dengan etnik kita mengetahui apakah suatu tindakan itu dapat diterima dan
Apa alasannya:
6. Mengarahkan pola pikir seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis
suatu masalah;
7. Menghasilkan tindakan yang benar;
8. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya;
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah laku atau perilaku manusia antara
baik buruk benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada
umumnya.
10. Berhubungan dengan peraturan hal-hal yang bersifat abstrak.
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etika
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib masyarakat maupun tata
cara di dalam organisasi profesi.
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya
yang biasa disebut kode etik profesi.

13
D. Pelaksanaan Etika dalam Pelayanan Kebidanan
Pelayanan kebidanan di suatu institusi memiliki norma dan budaya yang unik.
Setiap institusi pelayanan memiliki norma sendiri dalam memberikan pelayanan yang
terdiri dari beberapa praktisi atau profesi kesehatan. Walaupun demikian subjek
pelayanan hanya satu, yaitu manusia atau individu, sehingga setiap individu harus
jelas batas wewenangnya. Area kewenangan bidan tertuang dalam Kepmenkes
900/Menkes/SK/VII/2002 tentang Registrasi Dan Praktik Bidan. Mengenai kejelasan
peran bidan diatur dalam Standar Praktik Kebidanan Dan Standar Pelayanan
Kebidanan.
1. Etika dalam Pelayanan Kontrasepsi.
Dalam merencanakan jumlah anak, seorang ibu telah merundingkan dengan
suami dan telah menetapkan metode kontrasepsi yang akan digunakan, sehingga
keputusan untuk memilih kontrasepsi, merupakan hak klien dan berada diluar
kompetensi bidan. Jika klien belum mempunyai keputusan karena disebabkan
ketidaktahuan klien tentang kontrasepsi, maka menjadi kewajiban bidan untuk
memberikan informasi tentang kontrasepsi yang dapat dipergunakan klien,
dengan memberikan informasi yang lengkap mengenai alat kontrasepsi dan
beberapa alternatif sehingga klien dapat memilih sesuai dengan pengetahuan dan
keyakinannya.

2. Etika dalam Penelitian Kebidanan.


Menurut Kode Etik Bidan Internasional, bidan seharusnya meningkatkan
pengetahuannya melalui berbagai proses seperti dari pengalaman pelayanan
kebidanan dan dari riset kebidanan. Tuntutan masyarakat terhadap mutu
pelayanan kebidanan makin tinggi, karena semakin majunya zaman, dan kita
memasuki era globalisasi, dimana akses informasi bagi masyarakat juga semakin
meningkat.

E. Moral dan Nilai dalam Kebidanan


Kemajuan IPTEK dalam segala bidang berpengaruh terhadap meningkatnya kritis
masyarakat terhadap mutu pelayanan kesehatan terutama pelayanan kebidanan. Hal
ini menjadi tantangan bagi profesi bidan untuk mengembangkan kompetensi dan
profesionalisme dalam menjalankan praktik kebidanan serta dalam memberikan
pelayanan berkualitas. Sikap etis profesional bidan akan mewarnai dalam setiap
langkahnya, termasuk dalam mengambil keputusan dalam merespon situasi yang
muncul dalam usaha. Pemahaman tentang etika dan moral menjadi bagian yang

14
fundamental dan sangat penting dalam memberikan asuhan kebidanan dengan
senantiasa menghormati nilai-nilai pasien.
Dalam hal ini, bidan mempunyai hak untuk mengambil keputusan sendiri yang
harus mempunyai pengetahuan yang memadai dan harus selalu memperbaharui
ilmunya dan mengerti tentang etika yang berhubungan dengan ibu dan bayi. Derasnya
arus globalisasi yang semakin memengaruhi kehidupan sosial masyarakat dunia juga
memengaruhi munculnya masalah/penyimpangan etik sebagai akibat kemajuan
IPTEK yang menimbulkan konflik.
Arus kesejahteraan yang tidak dapat dibendung ini pasti akan memengaruhi
pelayanan kebidanan. Dengan demikian, penyimpangan etik mungkin sajanterjadi
dalam praktik kebidanan, misalnya dalam praktik mandiri, tidak seperti bidan yang
bekerja di RS, RB, atau institusi kesehatan lainnya, mempertanggungjawabkan
sendiri apa yang dilakukannya dan bebas mengontrol dirinya sendiri.

15
BAB III
PENUTUP
3.1. Kesimpulan
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, etika adalah ilmu tentang apa yang baik
dan apa yang buruk tentang hak dan kewajiban moral. Moral adalah ajaran baik-
buruk yang diterima umum mengenai perbuatan sikap kewajiban akhlak budi pekerti
Susila. Norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau
sebuah ukuran dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan dan keburukan suatu
perbuatan. Hukum adalah segala peraturan peraturan atau kaidah-kaidah dalam
kehidupan bersama yang dapat dipaksakan dengan suatu sanksi dalam
pelaksanaannya.
Etika dalam pelayanan kebidanan merupakan isu utama diberbagai tempat,
dimana sering terjadi karena kurang pemahaman para praktisi pelayanan kebidanan
terhadap etika. Pelayanan kebidanan adalah proses dari berbagai dimensi. Bidan
sebagai praktisi pelayanan harus menjaga perkembangan praktik berdasarkan
Evidence Based.
Pelayanan kebidanan di suatu institusi memiliki norma dan budaya yang unik.
Setiap institusi pelayanan memiliki norma sendiri dalam memberikan pelayanan yang
terdiri dari beberapa praktisi atau profesi kesehatan.

3.2. Saran
Dengan terselesaikannya makalah tentang kajian etika, moral, norma, dan hukum
dalam praktik kebidanan ini, diharapkan para bidan maupun calon bidan dapat
menjalankan profesionalitas pekerjaannya sesuai dengan etika, norma, dan hukum
yang berlaku.

16
DAFTAR PUSTAKA
 Purwoastuti, Th. Endang, S. Pd, APP., Elisabeth Siwi Walyani, Amd. Keb.
2015. Etikolegal Dalam Praktik Kebidanan. Yogyakarta:
PUSTAKABARUPRESS.
 Nurshamsul, Mariyanto. 2016. Konsep Kebidanan Dalam Perspesktif Islam
Dan Sains. Jakarta Selatan: AMP Press.
 https://christomario.wordpress.com/2011/10/27/pengertian-etika-dalam-
agama/
 https://www.google.co.id/search?
q=pengertian+etika+dalam+agama&oq=pengertian+etika+dalam+agama&aqs
=chrome..69i57.10084j0j1&sourceid=chrome&ie=UTF-8
 http://www.mohlimo.com/pengertian-akhlak-moral-dan-etika/
 Asri Budiningsih, Pembelajaran Moral, Jakarta: PT Asdi Mahasatya, 2004.
 Wjs Poerwadarminta, Kamus Umum Bahasa Indonesia, Jakarta: Balai
Pustaka, 2006, Ed. III Cet. Ke-3.
 Mawardi Lubis, Evaluasi Pendidikan Nilai,
Pengembangan Moral Keagamaan Mahasiswa PTIAIN, Yogyakarta: Pustaka
Belajar, 2008.

17

Anda mungkin juga menyukai