Anda di halaman 1dari 17

JUDUL MAKALAH

KONSEP ETIKA MORAL DALAM MEMBERIKAN PELAYANAN


KEBIDANAN

Disusun guna memenuhi tugas mata kuliah


Etikolegal

Dosen Pengampu:
Rati Purnama Sari M.Tr.Keb

Oleh:
Kelompok 1
Athifa Zuharani NIM. 234110672
Puja Khairani NIM. 234110694
Yana Firmalla NIM. 234110706

KELAS 1C
PROGRAM STUDI D3 KEBIDANAN PADANG
POLTEKKES KEMENKES RI PADANG
TAHUN 2023/2024
KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kepada Tuhan Yang Maha Esa, karena atas
limpahan rahmatnya penyusun dapat menyelesaikan makalah ini tepat waktu tanpa
ada halangan yang berarti dan sesuai dengan harapan.
Ucapan terima kasih kami sampaikan kepada ibu Rati Purnama Sari M.Tr.Keb
sebagai dosen pengampu mata kuliah etikolegal yang telah membantu memberikan
arahan dan pemahaman dalam penyusunan makalah ini.
Kami menyadari bahwa dalam penyusunan makalah ini masih banyak
kekurangan karena keterbatasan kami. Maka dari itu penyusun sangat mengharapkan
kritik dan saran untuk menyempurnakan makalah ini. Semoga apa yang ditulis dapat
bermanfaat bagi semua pihak yang membutuhkan.

Padang, 15 Januari 2024

Kelompok 1

ii
DAFTAR ISI

Hlm
COVER…………………………………………………………………… i
KATA PENGANTAR……………………………………………………. ii
DAFTAR ISI……………………………………………………………… iii
BAB I: PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang …………………………………………………………. 1
1.2 Rumusan Masalah ……………………………………………………… 2
1.4 Tujuan Penulisan ………………………………………………….......... 2
BAB II: PEMBAHASAN
2.1 Pengertian Etika, Etiket, Moral, dan Norma……………………………. 3
2.2 Sistematika Etika……………………………..…………………………. 8
2.3 Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan………………. 9
BAB III: PENUTUP
3.1 Kesimpulan……………………………………………………………... 10
3.2 Saran……………………………………………………………………. 12
DAFTAR PUSTAKA……………………………………………………… 13

iii
BAB I
PENDAHULUAN

1.1 Latar Belakang


Bidan merupakan salah satu tenaga kesehatan yang memiliki peran penting dalam
memberikan pelayanan kesehatan ibu, anak, dan keluarga. Bidan memiliki
kompetensi dalam memberikan pelayanan kebidanan, baik secara mandiri maupun di
bawah supervisi dokter.
Dalam memberikan pelayanan kebidanan, bidan harus memiliki pemahaman yang
baik tentang konsep etika dan moral. Etika merupakan suatu cabang filsafat yang
membahas tentang nilai-nilai baik dan buruk, sedangkan moral merupakan penerapan
nilai-nilai etika dalam kehidupan sehari-hari.
Penerapan etika dan moral dalam memberikan pelayanan kebidanan sangat
penting untuk menjaga kualitas pelayanan dan melindungi hak-hak klien. Bidan harus
senantiasa bersikap profesional dan berperilaku sesuai dengan kode etik profesi
kebidanan.
Berikut ini adalah beberapa alasan pentingnya penerapan etika dan moral dalam
memberikan pelayanan kebidanan:

 Untuk menjaga kualitas pelayanan. Penerapan etika dan moral dalam


memberikan pelayanan kebidanan akan memastikan bahwa pelayanan yang
diberikan memenuhi standar dan sesuai dengan kebutuhan klien.

 Untuk melindungi hak-hak klien. Bidan memiliki kewajiban untuk


menghormati hak-hak klien, termasuk hak untuk mendapatkan pelayanan
yang berkualitas, hak untuk mendapatkan informasi, dan hak untuk
memberikan persetujuan.

1
 Untuk menjaga citra profesi. Penerapan etika dan moral dalam memberikan
pelayanan kebidanan akan menjaga citra profesi bidan sebagai tenaga
kesehatan yang profesional dan bermoral.

1.2 Rumusan Masalah


a. Pengertian etika, etiket, moral, dan norma.
b. Sistematika etika.
c. Fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan.
1.3 Tujuan Penulisan
a. Untuk mengetahui pengertian etika, etiket, moral, dan norma.
b. Untuk memahami tentang sistematika etika.
c. Untuk memahami tentang fungsi etika dan moralitas dalam pelayanan
kebidanan.

2
BAB II
PEMBAHASAN

2.1 Pengertian Etika, Etiket, Moral, dan Norma


2.1.1 Etika
Etika, secara etimologi, berasal dari bahasa Yunani adalah “ethos”, yang
berarti, karakter, watak, kesusilaan atau adat kebiasaan (custom). Sebagai suatu
subjek, etika akan berkaitan dengan konsep yang dimiliki oleh individu ataupun
kelompok untuk menilai apakah Tindakan-tindakan yang telah dikerjakannya itu
salah atau benar, buruk atau baik.
Menurut Martin (1993), etika didefenisikan sebagai “the discipline which can
act as the performanceindex or refernce for our control system”, yang artinya disiplin
yang dapat bertindak sebagai acuan atau indeks capaian untuk system kendali
kita/kami. Etika disebut juga filsafat moral adalah cabang filsafat yang berbicara
tentang praxis (tindakan) manusia. Etika tidak mempersoalkan keadaan manusia,
melainkan mempersoalkan bagaimana manusia harus bertindak.
Menurut Kamus Besar Bahasa Indonesia, pengertian etika adalah ilmu
tentang apa yang baik dan yang buruk, tentang hak dan kewajiban moral, Kumpulan
asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak, nilai mengenai benar dan salah yang
dianut Masyarakat.

2.1.2 Etiket
Etiket adalah ajaran sopan santun yang berlaku bila manusia bergaul atau
berkelompok dengan manusia lain. Etiket berkaitan dengan nilai sopan santun, tata
krama dalam pergaulan formal. Etiket tidak berlaku bila seorang manusia hidup
sendiri misalnya hidup di sebuah pulau terpencil atau di tengah hutan
Etiket berasal kata dari etiquette (Perancis) yang berarti dari awal suatu kartu
undangan yang biasanya dipergunakan semasa raja-raja di Perancis mengadakan

3
pertemuan resmi, pesta, dan resepsi untuk kalangan para elite kerajaan atau
bangsawan. Dalam pertemuan tersebut telah ditentukan atau disepakati berbagai
peraturan atau tata krama yang harus dipatuhi, seperti cara berpakaian (tata busana),
cara duduk, cara bersalaman, cara berbicara, dan cara bertamu dengan sikap serta
perilaku yang penuuh sopan santun dalam pergaulan formal atau resmi.
Definisi etiket, menurut para pakar ada beberapa pengertian, yaitu merupakan
kumpulan tata cara dan sikap baik dalam pergaulan antar manusia yang beradab.
Pendapat lain mengatakan bahwa etiket adalah tata aturan sopan santun yang disetujui
oleh masyarakat tertentu dan menjadi norma serta panutan dalam bertingkah laku
sebagai anggota Masyarakat yang baik dan menyenangkan .
Persamaan etika dan etiket yaitu:
a. Etika dipakai dan etiket menyangkut perilaku manusia. Istilah tersebut dipakai
mengenai manusia tidak mengenai binatang karena binatang tidak mengenal
etika maupun etiket.
b. Kedua-duanya mengatur perilaku manusia secara normative artinya memberi
norma bagi perilaku manusia dan dengan demikian menyatakan apa yang
harus dilakukan dan apa yang tidak boleh dilakukan. Justru karena sifatnya
normative makakedua istilah tersebut sering dicampuradukkan.
Perbedaan etika dan etiket, yaitu:
a. Etiket:
1) Etiket menyangkut cara melakukan perbuatan manusia. Etiket
menunjukkan cara yang tepat artinya cara yang diharapkan serta
ditentukan dalam sebuah kalangan tertentu.
2) Etiket hanya berlaku untuk pergaulan. Etiket bersifat relative. Yang
dianggap tidak sopan dalam kebudayaan lain.
3) Etiket hanya memandang manusia dari segi lahiriah saja.
b. Etika:

4
1) Etika tidak terbatas pada cara melakukan sebuah perbuatan, etika
member norma tentang perbuatan itu sendiri. Etika menyangkut
mesalah apakah sebuah perbuatan boleh dilakukan atau tidak boleh
dilakukan.
2) Etika selalu berlaku walaupun tidak ada orang lain.
3) Etika jauh lebih absolut. Perintah seperti “jangan berbohong”, “jangan
mencuri” merupakan prinsip etika yang tidak dapat ditawar-tawar.

2.1.3 Moral
Kata “moral” berasal dari bahasa latin mos (jamak:mores), yang berarti
kebiasaan atau adat. Kata mores dipakai oleh banyak bahasa masih dalam arti yang
sama, termasuk bahasa Indonesia, dalam Kamus Besar Bahasa Indonesia, “moral”
dijelaskan dengan membedakan tiga arti: “1)(ajaran tt) baik buruk yang diterima
umum mengenai perbuatan, sikap, kewajiban, dsb; akhlak; budi pekerti; Susila 2)
kondisi mental yang membuat orang tetap berani, bersemangat, bergairah,
berdisiplin,dsb; isi hati atau keadaan perasaan sebagaimana terungkap di perbuatan 3)
ajaran kesusialaan yang dapat ditarikdari suatu cerita.”
Menurut Ensiklopedia Pendidikan Soeganda Poerbacaraka, moral merupakan
suatu istilah untuk menentukan batas-batas dari sifat-sifat, corak-corak, maksud-
maksud, pertimbangan-pertimbangan, atau perbuatan-perbuatan yang layak dapat
dinyakatakan baik/buruk, benar/salah.
Jika dilihat dari sumber dan sifatnya, ada moral keagamaan dan moral sekuler.
Moral keagamaan kiranya telah jelas bagi semua orang. Sebab untuk hal ini orang
tinggal mempelajari ajaran-ajaran agam yang dikehendaki dibidang moral. Moral
sekuler merupakan moral yang tidak berdasarkan pada ajaran agama dan hanya
bersifat duniawi semata-mata. Bagi umat beragama, tentu moral keagamaan yang
harus dianut dan bukannya moral sekuler.

5
Karena etik berkaitan dengan filsafat moral maka sebagai filsafat moral, etik
mencari jawaban untuk memnentukan serta mempertahankan secara rasional teori
yang berlaku tentang apa yang benar atau salah, baik atau buruk, yang secara umum
dapat dipakai sebagai suatu perangkat prinsip moral yang menjadi pedoman bagi
tindakan manusia. Dan moral diartikan mengenai apa yang dinilainya seharusnya oleh
Masyarakat dan etik dapat diartikan pula sebagai moral yang ditujukan kepada
profesi. Oleh karena itu, etik profesi sebaiknya juga berbentuk normatif.

2.1.4 Norma
Norma berasal dari bahasa Latin yakni norma, yang berarti penyikut atau
siku-siku, suatu alat perkakas yang digunakan oleh tukang kayu. Dari sinilah kita
dapat mengartikan norma sebagai pedoman, ukuran, aturan atau kebiasaan. Jadi,
norma ialah sesuatu yang dipakai untuk mengatur sesuatu yang lain atau sebuah
ukuran. Dengan norma ini orang dapat menilai kebaikan atau keburukan suatu
perbuatan.
Jadi, secara terminology kita dapat mengambil kesimpulan menjadi dua
macam. Pertama, norma menunjuk suatu Teknik. Kedua, makna tersebut lebih kepada
yang bersifat praktis, di mana norma yang dapat diterapkan pada perbuatan-perbuatan
konkret.
Dengan tidak danya norma maka kehidupan manusia akan menjadi brutal.
Pernyataan tersebut dilatar belakangi oleh keinginan manusia yang tidak ingin
tingkah laku manusia bersifat praktis. Memang secara bahasa norma agak bersifat
normative akan tetapi itu tidak menutup kemungkinan pelaksanaannya harus bersifat
praktis.
Berikut adalah macam-macam norma:
1. Norma agama, yaitu peraturan hidup yang diterima sebagai perintah,
larangan, dan anjuran yang berasal dari Tuhan Yang Maha Esa. Para
pemeluk agama mengakui dan mempunyai keyakinan bahwa

6
peraturan-peraturan hidup berasal dari Tuhan dan merupakan tuntutan
hidup kearah jalan yang benar, oleh sebab itu harus ditaati oleh para
pemeluknya. Pelanggaran terhadap norma agama akan mendapatkan
hukuman di akhirat nanti.
2. Normal hukum, yaitu peraturan yang dibuat oleh negara dengan
hukuman tegas dan memaksa sehingga berfungsi mengatur ketertiban
dalam Masyarakat. Norma hukum digunakan sebagai pedoman hidup
yang dibuat oleh badan berwenang untuk mengatur manusia dalam
berbangsa dan bernegara. Hukuman yang dikenakan bagi
pelanggarnya telah ditetapkan dengan kadar hukuman berdasarkan
jenis pelanggaran yang telah dilakukan.
3. Norma kesopanan, yaitu peraturan hidup yang timbul dari pergaulan
manusia. Peraturan itu ditaati dan diikuti sebagai pedoman tingkah
laku manusia terhadap manusia lain di sekitarnya. Hukuman terhadap
norma kesopanan berasal dari Masyarakat yaitu berupa celaan,
makian, cemoohan, atau diasingkan dari pergaulan di Masyarakat
tersebut.
4. Norma kesusilaan, yaitu peraturan hidup yang dating dari hati sanubari
manusia. Peraturan tersebut berupa suara batin yang diakui dan
diinsyafi oleh setiap orang sebagai pedoman sikap dan perbuatan.
Hukuman bagi pelanggaran terhadap norma kesusilaan berupa
penyesalan diri dari rasa bersalah.

7
2.2 Sistematika Etika
Sebagai suatu ilmu, maka etika terdiri atas berbagaimacam jenis dan
ragamnya, antara lain:
1. Etika deskriptif, yang memberikan gambarandan ilustrasi tentang tingkah laku
manusia ditinjau dari nilai baik dan buruk serta hal-hal mana yang boleh
dilakukan sesuai dengan norma etis yang dianut oleh Masyarakat.
2. Etika normatif, membahas dan mengkaji ukuran baik buruk Tindakan
manusia, yang biasanya dikelompokkan menjadi:
a. Etika umum; yang membahas berbagai hal yang berhubungan dengan
kondisi manusia untuk bertindak etis dalam mengambil kebijakan
berdasarkan teori-teori dan prinsip-prinsip moral.
b. Etika khusus; terdiri dari etika sosial, etika individu dan etika terapan.
 Etika sosial menekankan tanggung jawab sosial dan hubungan
antarsesama manusia dalam aktivitasnya.
 Etika individu lebih menekankan pada kewajiban-kewajiban
manusia sebagai pribadi.
 Etika terapan adalah etika yang diterapkan pada profesi.
Pada tahun 2001, MPR-RI menetapkan TAP MPR-RI No,VI/MPR/2001
tentang Etika Kehidupan Bangsa. Etika kehidupan bangsa bersumber pada
agama yang universal dan nilai-nilai luhur budaya bangsa, yaitu Pancasila.
Etika kehidupan berbangsa antara lain: Etika Sosial Budaya, Etika Politik dan
Pemerintahan, Etika Ekonomi dan Bisnis, Etika Penegakan Hukum yang
Berkeadilan, Etika Keilmuan, Etika Lingkungan, Etika Kedokteran, dan Etika
Kebidanan.

8
2.3 Fungsi Etika dan Moralitas dalam Pelayanan Kebidanan
Etika dan moralitas dalam pelayanan kebidanan memiliki beberapa fungsi
sebagai berikut:
1. Mennjaga otonomi dari setiap individu, khususnya bidan dan klien.
2. Menjaga kita untuk melakukan Tindakan kebaikan dan mencegah Tindakan
yang merugikan/membahaykan orang lain.
3. Menjaga privacy setiap individu.
4. Mengatur manusia untuk berbuat adil dan bijaksan sesuai dengan porsinya.
5. Dengan etik kita mengetahui apakah suatu Tindakan atau dalam menganalisis
suatu masalah.
6. Mengarahkan pola piker seseorang dalam bertindak atau dalam menganalisis
suatu masalah.
7. Menghasilkan tindakan yang benar.
8. Mendapatkan informasi tentang hal yang sebenarnya.
9. Memberikan petunjuk terhadap tingkah lak/perilaku manusia antara baik,
buruk, benar atau salah sesuai dengan moral yang berlaku pada umumnya.
10. Berhubungan dengan pengaturan hal-hal yang bersifat abstrak.
11. Memfasilitasi proses pemecahan masalah etik.
12. Mengatur hal-hal yang bersifat praktik.
13. Mengatur tata cara pergaulan baik di dalam tata tertib Masyarakat maupun
tata cara di dalam organisasi profesi.
14. Mengatur sikap, tindak tanduk orang dalam menjalankan tugas profesinya
yang biasa disebut kode etik profesi

9
BAB III
PENUTUP

3.1 Kesimpulan
Etika dan moral merupakan dua hal yang saling berkaitan dan memiliki pengaruh
penting dalam kehidupan manusia, termasuk dalam praktik pelayanan kebidanan.
Etika adalah cabang filsafat yang membahas tentang nilai-nilai baik dan buruk,
sedangkan moral adalah kumpulan nilai-nilai yang diyakini dan dipegang teguh oleh
seseorang atau kelompok.
Dalam praktik pelayanan kebidanan, etika dan moral memiliki peran penting
dalam memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional. Bidan sebagai tenaga
kesehatan profesional harus memiliki pemahaman yang baik mengenai etika dan
moral dalam praktik kebidanan.
Berikut adalah beberapa konsep etika moral dalam memberikan pelayanan
kebidanan:

 Prinsip otonomi

Prinsip otonomi berarti menghormati hak klien untuk membuat keputusan


sendiri tentang perawatannya. Bidan harus menghargai hak klien untuk
memilih metode atau prosedur perawatan yang diinginkan, serta menghormati
keputusan klien, bahkan jika berbeda dengan pendapat bidan.

 Prinsip non-maleficence

Prinsip non-maleficence berarti tidak melakukan tindakan yang dapat


merugikan klien. Bidan harus selalu berhati-hati dalam memberikan

10
perawatan kebidanan, dan harus menghindari tindakan yang dapat
membahayakan klien.

 Prinsip beneficence

Prinsip beneficence berarti melakukan tindakan yang bermanfaat bagi klien.


Bidan harus selalu berusaha memberikan perawatan kebidanan yang terbaik
bagi klien, dan harus selalu mengutamakan kepentingan klien.

 Prinsip justice

Prinsip justice berarti memberikan perawatan yang adil dan setara kepada
semua klien. Bidan harus memberikan perawatan kebidanan yang sama
kepada semua klien, tanpa memandang ras, agama, suku, atau status sosial
ekonomi.

Selain prinsip-prinsip di atas, bidan juga harus memperhatikan nilai-nilai


moral yang berlaku di masyarakat. Bidan harus menghormati nilai-nilai moral yang
dianut oleh klien, dan harus menghindari tindakan yang dapat melanggar nilai-nilai
moral tersebut.

Dengan memahami dan menerapkan konsep etika moral dalam praktik


kebidanan, bidan dapat memberikan pelayanan yang berkualitas dan profesional, serta
dapat menjaga martabat profesi bidan.

11
3.2 Saran
1. Tempat Praktek Mandiri Bidan atau Klinik Bidan. Pelayanan yang diberikan
harus sesuai dengan standar pelayanan kebidanan.

2. Bagi Pasien Diharapkan ibu dapat menerapkan konseling yang telah diberikan
selama dilakukan asuhan kebidanan, sehingga kondisi ibu dan bayi tetap baik dan
dapat mencegah terjadinya komplikasi hingga kematian.

3. Bagi Institusi Sebagai bahan referensi mengenai asuhan kebidanan, terutama


asuhan kebidanan komprehensif pada ibu hamil, bersalin, nifas, BBL, neonatus,
hingga KB.

4. Untuk membuat SOP pelaksanakan pelayanan antenatal yang diberlakukan


kepada seluruh puskesmas.

DAFTAR PUSTAKA

12
Riyanti, S. S., & Keb, M. (2019). ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK KEBIDANAN. WINEKA
MEDIA.
Walyani SW, Amd.Keb & Purwoastuti E, S.Pd, APP. 2023. ETIKOLEGAL DALAM PRAKTIK
KEBIDANAN. PUSTAKABARUPRESS.

13

Anda mungkin juga menyukai