Anda di halaman 1dari 14

MAKALAH ETIKA PROFESI DAN KOMUNIKASI BISNIS

“Konsep Dasar Etika dan sekilas tentang Good Corporate Governance”

Disusun oleh :

Kelompok 6

Elisa Saimona 3112011045

Tiara Melia 3112011049

Shafiyyah Rahmanur 3112011081

Suci Fadilah 3112011083

Nabila Wardania 3112011085

Program Studi Akuntansi

AK4B Malam

Politeknik Negri Batam


KATA PENGANTAR

Puji syukur kami panjatkan kehadiran Allah SWT, yang mana atas ridho dan
hidayahnya sehingga kami dapat menyelesaikan makalah materi Etika Profesi
dengan tepat waktu. Makalah ini berisi uraian tentang bagaimana beretika didalam
profesi.

Kami mengucapkan terimakasih kepada teman-teman dan dosen yang telah


memberikandukungan dalam menyelesaikan makalah ini. Diharapkan tulisan ini
menambah pengetahuan dan pemahaman kepada dikalangan mahasiswa dan pembaca
tentang Etika Profesi.

Kami menyadari bahwa penulisan dalam makalah ini masih jauh dari kata sempurna,
oleh sebab itu dengan tangan terbuka kami mengharapkan kritik dan saran yang
membangun guna kesempurnaan makalah ini. Semoga makalah ini berguna bagi kita
semua.

Demikian makalah ini kami susun, bila ada kata-kata yang salah dalam penyusunan
makalahini, kami memohon maaf yang sebesar-besarnya.

Batam, 31 Agustus 2022

Penyusun

i
Daftar Isi
KATA PENGANTAR......................................................................................i
Daftar Isi ……………………………………………………………………...ii
Bab 1 Pendahuluan...........................................................................................4
Bab 2 Pembahasan............................................................................................5
A. Pengertian Etika........................................................................5
1. Pengertian Etiket……………………………………………………………………………………5
2. Persamaan dan Perbedaan Etika dan Etiket…………………………………………..6
B. TEORI ETIKA..........................................................................6
C. Pengertian Moral.......................................................................8
D. Good Corporate Governance.....................................................8
E. Etika dalam Profesi Akuntan....................................................9
Bab 3 Penutup …………………………………………………………………………………………………………11

Daftar Pusaka...................................................................................................12

ii
Bab 1
Pendahuluan
Saat ini perkembangan zaman yang diiringi kemajuan teknologi mendorong setiap oranguntuk
meningkatkan kemampuan dalam hal penguasaan teknologi informasi sehingga
dalampenguasaan teknologi tersebut harus memperhatikan kode etik. Kode etik merupakan
sistemnorma, nilai dan aturan profesional tertulis yang secara tegas menyatakan apa
yang baik,benar, apa yang tidak baik atau benar bagi profesional. Kode etik juga menerangkan
perbuatanyang salah atau benar, perbuatan yang harus dihindari ataupun dilakukan.

Tujuan Kode etik adalah agar seorang profesional nantinya dapat memberikan jasa sebaik
mungkin kepadakonsumen atau pemakainya. Kode etik tersebut diharapkan akan
ditaati oleh setiap orangbukan karena paksaan. Dengan adanya kode etik tersebut maka
akan melindungi perbuatanyang tidak profesional. Dalam pemahaman kode etik sangat erat
hubungannya dengan etikaprofesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai bidang
teknologi informasi.Kode etik profesi merupakan bagian dari norma yang lebih umum yang
ada dalam etikaprofesi. Kode etik ini memperjelas dan merinci norma-norma ke bentuk yang
lebih sempurnawalaupun sebenarnya norma-norma terebut sudah tersirat dalam etika profesi

3
Bab 2
Pembahasan
A. Pengertian Etika
Etika adalah salah satu pedoman bagi manusia untuk bertingkah laku baik dan
benar berdasarkan aturan-aturan atau norma-norma, nilai-nilai dan kaidah-kaidah yang
sesuai dan yang berlaku pada masyarakat secara universal. Apakah yang dimaksud
dengan Etika itu ? Etika, yang disebut juga “Etik” berasal dari bahasa latin “Ethica” dan
dari bahasa Yunani “Ethos”, berarti “norma-norma, nilai-nilai, kaidah-kaidah,
ukuranukuran bagi tingkah laku yang baik”.
Dalam kamus Besar Bahasa Indonesia, Etika adalah “ilmu yang mempelajari
tentang apa yang baik dan apa yang buruk dan tentang hak dan kewajiban moral; suatu
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak; dan nilai mengenai benar dan
salah yang dianut suatu golongan atau masyarakat” (Kansil dan Kansil 1997:1).
Dapatlah ditarik kesimpulan sementara bahwa etika adalah suatu ilmu yang dapat
dijadikan pedoman dalam mengatur sikap dan perilaku yang baik sesuai dengan aturan-
aturan dan kaidah-kaidah yang berlaku dimasyarakat secara umum dan universal. Dengan
mempelajari Etika, manusia dapat membedakan mana yang baik dan yang buruk.

1. Pengertian Etiket
Secara umum Etiket diartikan sebagai aturan sopan santun dalam pergaulan hidup
manusia dan dalam bidang kehidupan manusia dimana manusia itu melakukan interaksi
dengan manusia lainnya. Aturan sopan santun, walaupun tak tertulis, dimaksudkan agar
sesorang bertindak semestinya terhadap orang lain.
Menurut Hutabarat (1997:2) “Etiket adalah peraturan atau ketentuan yang
menetapkan tingkahlaku yang baik dalam pergaulan atau dalam berhubungan dengan
orang lain”. Selanjutnya, Etiquette menurut kamus Webster berarti Cara tingkah laku
yang diharuskan oleh pendidik, kebiasaan-kebiasaan sosial atau diharuskan oleh mereka
yang berwenang. Etiket yang biasa disebut juga Tata Krama adalah kebiasaan sopan
santun yang disepakati dalam lingkungan pergaulan antar manusia setempat (Semiawan,
1984:7).

4
Dalam pergaulan antar manusia, norma-norma atau aturan-aturan ditentukan oleh
etiket. Seperti contoh etiket yang berlaku secara universal yaitu, hormat 6 pada orang tua,
guru, kaum wanita, komandan, kepala kantor. Hal-hal tersebut itulah yang menyebabkan
timbulnya aturan-aturan pergaulan hidup tertentu.
Secara umum, Etiket memiliki dasar-dasar yang dapat dijadikan acuan, yaitu
sebagai berikut:
 Bersikap sopan kepada siapa saja.
 Memberi perhatian kepada orang lain.
 Berusaha selalu menjaga perasaan orang lain.
 Bersikap ingin membantu.
 Memiliki rasa toleransi yang tinggi.
 Dapat menguasai diri, mengendalikan emosi dalam situasi apapun.

Selanjutnya, ciri-ciri seseorang yang memiliki etiket atau tata krama yang baik
adalah sebagai berikut:

 Memiliki rasa percaya diri ketika menghadapi masyarakat dari tingkat manapun.
 Tingkah laku dan ucapannya selalu mencerminkan perhatian kepada orang lain
dan mempertimbangkan kepentingan orang lain.
 Bersikap sopan, ramah dan selalu menunjukkan sikap yang menyenangkan dan
bersahabat kepada orang lain.

2. Persamaan dan Perbedaan Etika dan Etiket


Etika dan Etiket mempunyai kesamaan yang mendasar dimana kedua-duanya
membahas tentang perilaku manusia. Keduanya mengatur perilaku manusia secara
normatif, dalam arti bahwa keduanya memberi norma bagi perilaku manusia.
Sedangkan perbedaannya adalah Etika menyangkut kesadaran terhadap
melakukan sesuatu, membedakan sesuatu apakah hal itu dapat dilakukan atau tidak. Etika
tidak hanya terbatas pada cara/perbuatan yang dilakukan tapi justru etika memberi norma
tentang perbuatan. Sedangkan etiket menyangkut cara atau tata krama yang harus
dilakukan manusia. Etiket hanya terbatas pada tata cara yang bertingakah- laku secara
umum.

5
Dalam praktek, etika dapat memberi petunjuk yang dapat menjadi pegangan
dalam menghadapi persoalan-persoalan hidup menurut norma susila yang baik dalam
suatu masyarakat. Sedangkan Etiket dapat menjadi sarana yang memungkinkan dalam
pergaulan hidup sehari-hari dimana perbedaan status tersebut dijembatani.

B. TEORI ETIKA
Dalam etika masih dijumpai banyak teori yang mencoba untuk menjelaskan suatu tindakan, sifat,
atau objek perilaku yang sama dari sudut pandang atau perspektif yang berlainan. Berikut ini
beberapa teori etika:

1. Egoisme
Rachels (2004) memperkenalkan dua konsep yang berhubungan dengan egoisme.
Pertama, egoisme psikologis, adalah suatu teori yang menjelaskan bahwa semua tindakan
manusia dimotivasi oleh kepentingan berkutat diri (self servis). Menurut teori ini, orang
bolah saja yakin ada tindakan mereka yang bersifat luhur dan suka berkorban, namun
semua tindakan yang terkesan luhur dan/ atau tindakan yang suka berkorban tersebut
hanyalah sebuah ilusi. Pada kenyataannya, setiap orang hanya peduli pada dirinya sendiri.
Menurut teori ini, tidak ada tindakan yang sesungguhnya bersifat altruisme, yaitusuatu
tindakan yang peduli pada orang lain atau mengutamakan kepentingan orang lain dengan
mengorbankan kepentingan dirinya. Kedua, egoisme etis, adalah tindakan yang dilandasi
oleh kepentingan diri sendiri (self-interest).
2. Utilitarianisme
Menurut teori ini, suatu tindakan dikatakan baik jika membawa manfaat bagi sebanyak
mungkin anggota masyarakat (the greatest happiness of the greatest number). Paham
utilitarianisme sebagai berikut: (1) Ukuran baik tidaknya suatu tindakan dilihat dari
akibat, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan itu, apakah memberi manfaat atau tidak,
(2) dalam mengukur akibat dari suatu tindakan, satu-satunya parameter yang penting
adalah jumlah kebahagiaan atau jumlah ketidakbahagiaan, (3) kesejahteraan setiap orang
sama pentingnya. Perbedaan paham utilitarianisme dengan paham egoisme etis terletak
pada siapa yang memperoleh manfaat. Egoisme etis melihat dari sudut pandang

6
kepentingan individu, sedangkan paham utilitarianisme melihat dari sudut pandang
kepentingan orang banyak (kepentingan orang banyak).
3. Deontologi
jika akibat suatu tindakan merugikan individu atau sebagian besar kelompok masyarakat,
maka tindakan tersebut dikatakan tidak etis. Teori yang menilai suatu tindakan
berdasarkan hasil, konsekuensi, atau tujuan dari tindakan tersebut disebut teori teleologi.
paham deontologi justru mengatakan bahwa etis tidaknya suatu tindakan tidak ada
kaitannya sama sekali dengan tujuan, konsekuensi, atau akibat dari tindakan tersebut.
Konsekuensi suatu tindakan tidak boleh menjdi pertimbangan untuk menilai etis atau
tidaknya suatu tindakan.
4. Teori Hak
Suatu tindakan atau perbuatan dianggap baik bila perbuatan atau tindakan tersebut sesuai
dengan HAM. Menurut Bentens (200), teori hak merupakan suatu aspek dari deontologi
(teori kewajiban) karena hak tidak dapat dipisahkan dengan kewajiban. Bila suatu
tindakan merupakan hak bagi seseorang, maka sebenarnya tindakan yang sama
merupakan kewajiban bagi orang lain. Teori hak sebenarnya didsarkan atas asumsi bahwa
manusia mempunyai martabat dan semua manusia mempunyai martabat yang sama.
5. Teori Keutamaan
(Virtue Theory) Teori keutamaan berangkat dari manusianya (Bertens, 2000). Teori
keutamaan tidak menanyakan tindakan mana yang etis dan tindakan mana yang tidak etis.
Teori ini tidak lagi mempertanyakan suatu tindakan, tetapi berangkat dari pertanyaan
mengenai sifat-sifat atau karakter yang harus dimiliki oleh seseorang agar bisa disebut
sebagai manusia utama, dan sifat-sifat atau karakter yang mencerminkan manusia hina.
Karakter/sifat utama dapat didefinisikan sebagai disposisi sifat/watak yang telah
melekat/dimiliki oleh seseorang dan memungkinkan dia untuk selalu bertingkah laku
yang secara moral dinilai baik. Mereka yang selalu melakukan tingkah laku buruk secar
amoral disebut manusia hina. Bertens (200) memberikan contoh sifat keutamaan, antara
lain: kebijaksanaan, keadilan, dan kerendahan hati. Sedangkan untuk pelaku bisnis, sifat
utama yang perlu dimiliki antara lain: kejujuran, kewajaran (fairness), kepercayaan dan
keuletan.
6. Teori Etika Teonom

7
Sebagaimana dianut oleh semua penganut agama di dunia bahwa ada tujuan akhir yang
ingin dicapai umat manusia selain tujuan yang bersifat duniawi, yaitu untuk memperoleh
kebahagiaan surgawi. Teori etika teonom dilandasi oleh filsafat kristen, yang mengatakan
bahwa karakter moral manusia ditentukan secara hakiki oleh kesesuaian hubungannya
dengan kehendak Allah. Perilaku manusia secara moral dianggap baik jika sepadan
dengan kehendak Allah, dan perilaku manusia dianggap tidak baik bila tidak mengikuti
aturan/perintah Allah sebagaiman dituangkan dalam kitab suci.

C. Pengertian Moral
Moral diartikan sebagai aturan-aturan hidup yang berlandaskan ajaran Tuhan Yang Maha Esa.
Moral diartikan juga sebagai kesadaran akan diri sendiri, 11 apakah bersalah atau tidak. Jadi,
orang yang memiliki moral adalah orang yang sadar akan perbuatannya.

D. Good Corporate Governance


Pembahasan tentang Good Corporate Governance ( Tata kelola Perusahaan yang baik ) berawal
dari pemisahan antara principal (pemilik) dengan pihak agent (pengelola) dalam sebuah
korporasi modern yaitu untuk menyelesaikan masalah keagenan (the Agency Problem) di antara
pemilik, pengelola, stakeholder yang lain secara efektif. Dengan diterapkannya Good Corporate
Governance akan tersedia nilai lebih dan ukuran kinerja yang jelas dalam mencapai tujuan
Perusahaan serta adanya mekanisme untuk penilaian akuntabilitas dan tranparansi untuk
memastikan bahwa peningkatan kesejahteraan lahir sebagai akibat dari peningkatan nilai
Perusahaan yang telah didistribusikan secara nyata.

Corporate Governance Didefinisikan sebagai susunan aturan yang menentukan hubungan antara
pemegang saham, manager, kreditor, pemerintah, karyawan, dan stakeholder internal dan
eksternal yang lain sesuai dengan hak dan tanggungjawabnya (FCGI, 2003).

8
Menurut Effendi (2009) dalam bukunya The Power Of Good Corporate Governance, Pengertian
Good Corporate Governance adalah suatu system pengendalian internal perusahaan yang
memiliki tujuan utama mengelola resiko yang signifikan guna memenuhi tujuan bisnisnya
melalui pengaman asset perusahaan dan meningkatkan nilai investasi pemegang sahamdalam
jangka Panjang.

E. Etika dalam Profesi Akuntan


Hubungan Etika dan Profesi terjadi dikarenakan keduanya terkait dalam pribadi seorang
manusia. Etika merupakan Batasan atau standart yang akan mengatur pergaulan manusia didalam
kelompok sosialnya (Profesinya) berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada.

1. Cemerlang
Bekerja dengan komitmen yang tinggi, bersungguh-sungguh dengan disiplin diri yang
kuat untuk mendapatkan prestasi yang terbaik. Bila menemukan kesulitan, akan terus
menerus mencari alternative penyelesaian yang terbaik.
2. Inisiatif
Memiliki kemampuan untuk melihat segala sesuatu dalam melakukan pekerjaan dari
perspektif yang lebih luas dan dalam, tekun dan teliti.
3. Niat
Bekerja dengan komitmen sesuai dengan norma moral. Bekerja dengan ikhlas untuk
bertahan hidup.
4. Tanggung Jawab
Menerima segala resiko dari apa yang dikerjakan dan mengerjakan segala sesuatu dengan
sungguh-sungguh.
5. Akhlak Yang Baik
Melaksanakan tugas dengan ikhlas, mematuhi peraturan dan prosedur kerja yang telah
ditetapkan, bertanggung jawab atas hasil kerja.
6. Jujur
Membendung segala perasaan prasangka, tipu daya ataupun dusta.
7. Intropeksi Diri

9
Menyadari bahwa dia memiliki peranan dan kewajiban sebagai anggota masyarakat untuk
berperan dalam membangun bangsa dan negara serta kepada agamanya.

10
Bab 3
Penutup

Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, sebab dihasilkan berkat peneraan
pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi. Supaya kode etik dapat berfungsi
dengan semestinya, salah satu syarat mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi
sendiri.

Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas
putih niatnya untuk mewujudkan nilai nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal
ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan
nilainilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah
daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk
dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi
agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi
terus menerus
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas
putih niatnya untuk mewujudkan nilai nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal
ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan
nilainilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah
daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk
dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi
agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi
terus menerus
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas
putih niatnya untuk mewujudkan nilai nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal
ini tidak akan pernah bisa dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan
nilainilai dan cita-cita yang diterima oleh profesi itu sendiri yang bisa mendarah
daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk dilaksanakan untuk

11
dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus dipenuhi
agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi
terus menerus
Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya untuk
mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggap hakiki.

12
Daftar Pusaka

1. Manueke, Selfy.2018.”MODUL ETIKA PROFESI”. Manado : Politeknik Negeri Manado.

2. Sudarmanto, Eko dkk. 2021.”GOOD CORPORATE GOVERNANCE (GCG)”. Medan: Yayasan Kita
Menulis.

3. R. Siahaan, Manahara.2006.”ETIKA PROFESI”. Jakarta : BS-ATAKI.

4. Mardiasmo,Prof.2015.“ETIKA PROFESI DAN TATA KELOLA KORPORATE”. Jakarta : IKATAN


AKUNTAN INDONESIA.

13

Anda mungkin juga menyukai