Anda di halaman 1dari 16

ETIKA BISNIS

TEORI ETIKA DAN PROFESI BISNIS

Dosen Pengampu:

Dra Ni Ketut Purnawati M. S.

Disusun Oleh
Anggota Kelompok 1:

1. JESIKA NOVELIN BANEFTAR (2007511003)


2. YUSTITI ROS SIANTURI (2007511091)

UNIVERSITAS UDAYANA FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS EKONOMI


PEMBANGUNAN 2021
KATA PENGANTAR
Puji syukur kami panjatkan kehadirat Tuhan Yang Maha Esa, karena atas rahmat-Nya,
tugas makalah dengan Judul Teori Etika dan Profesi Bisnis

Adapun tujuan dari penulisan makalah ini adalah untuk memenuhi tugas Dr.Ni Ketut Purnawati
M. S. Pada mata kuliah Etika bisnis . Selain itu, makalah ini juga bertujuan untuk menambah
wawasan tentang bagaimana pentingnya mempelajari Ekonomi Etika bisnis dan mengetahui
fungsi-fungsinya.

Kami mengucapkan terima kasih kepada Dra.Ni Ketut Purnawati,M.S.

selaku dosen pada mata kuliah etika bisnis yang telah memberikan tugas ini sehingga dapat
menambah pengetahuan dan wawasan sesuai dengan bidang studi yang kami tekuni.

Kami juga mengucapkan terima kasih kepada teman, saudara dan orang tua yang telah
membantu kami menyelesaikan makalah ini

Bali,18 September 2021

Penulis
DAFTAR ISI
Halaman Judul.....................................................................................................................i

Kata Pengantar....................................................................................................................ii

Daftar Isi...............................................................................................................................iii

BAB 1 PENDAHULUAN....................................................................................................1

1.1 Latar Belakang.................................................................................................................1


1.2 Rumusan Masalah............................................................................................................3
1.3 Tujuan masalah.................................................................................................................4

BAB II PEMBAHASAN......................................................................................................5

1.1 Teori Etika dan Profesi bisnis....................................................................................1

2.1 Etika Normatif.................................................................................................................3

2.2 teori deontologi ...............................................................................................................

teori telelogi..................................................................................................................4

1.1 Hakikat bisnis.............................................................................................................4

1.2 Pergeseran Paradigma dari pendekatan stake holders...............................................5

1.4 Tanggung Jawab Moral dan sosial bisnis..................................................................5

1.5 kode etik berbagai profesi..........................................................................................6

BAB III PENUTUP..............................................................................................................9

3.1 Kesimpulan......................................................................................................................10

DAFTAR PUSTAKA...........................................................................................................11
BAB I

PENDAHULUAN

1.1. LATAR BELAKANG

Etika bisnis adalah sebuah ilmu yang mempelajari bagaimana perilaku jujur,benar dan adil.
Mempelajari perilaku moral membuat pertimbangan yang patut dilakukan oleh seorang kepada
yang lain atau kelompok tertentu yang didalamnya terdapat filsafat moral atau etika normatif
etika yaitu adalah suatu perilaku normatif ,Etika normatif mengajarkan sesuatu yang salah
adalah salah dan seuatu yang benar adalah benar sesuatu yang salah tidak dapat dikatakan benar
.
Benar dan salah tidak dapat dicampur adukan demi kepentingan seorang atau kelompok.Etika
dan Moralitas sering dilakukan sejajar dalam member arti terhadap sebuah peristiwa interaksi
antar sesama manusia.

1.2 RUMUSAN MASALAH

Berdasarkan latar belakang yang telah di uraikan, maka perumusan masalah dalam penelitian ini
adalah:

1. Apa yang dimaksud dalam teori etika dan profesi bisnis


2. Apa yang dimaksud dengan etika normatif
3. Apa yang dimaksud degan teori deontologi dan teleologi
4. Apa yang dimaksud dengan hakikat bisnis,karateristik bisnis pergeseran paradigm,pendekatan
stake holder
5. Apa yang dimaksud dengan tanggung jawab moral dan sosial bisnis dan kode etik berbagai
profesi

TUJUAN

1. Memahami apa yang dimakud dengan teori etika dan profesi bisnis
2. Memahami pengertian dari etika normatif
3. Memahami teori Deontologi dan Teleologi
4. Memahami tentang hakikat bisnis,karateristik bisnis,dan pergeseran
paradigma maupun pendekatan stake holder
5. Memahami tanggung jawab moral dan sosial bisnis maupun kode etik berbagai
profesi
BAB II

PEMBAHASAN
1.1 Teori Etika dan profesi bisnis
Etika berasal dari kata ethos sebuah kata dari yunani,yang diartikan indentik dengan
moral atau moralitas,Kedua istilah ini dijadikan sebagai pedoman atau ukuran bagi
tindakan manusia dengan penilaian baik atau buruk dan benar atau salah Etika
melibatkan anilisis kritis mengenai tindakan manusia untuk menentukan suatu nilai
benar salah dari segi kebenaran dan keadilan.Etika merupakan suatu aturan umum yang
mencakup suatu nilai atau norma yang mengatur perilaku manusia dalam kehidupan
bermasyarakat termasuk dalam lingkup suatu profesi .Etika disebut juga dengan ilmu
normatif karena didalamnya mengandung norma dan nilai-nilai yang dapat digunakan
dalam tatanan kehidupan .Etika akan memberikan batasan atau standar yang akan
mengatur pergaulan manusia sehingga etika diciptakan dalam bentuk aturan
berdasarkan prinsip-prinsip moral yang ada dan pada saat dibutuhkan .Dengan demikian
etika adalah refleksi dari apa yang disebut dengan self control (mengontrol diri sendiri)
karena segalah sesuatu dibuat dan ditetapkan dari dan untuk kepentingan kelompok
sosial atau kelompok profesi
Etika pada dasarnya adalah sesuatu moral yang menyangkut benar atau salah baik atau
buruk dalam berperilaku dalam konsep etika bsinis terdapat terdapat perilaku etis atau
tidak etisnya yang dilakukan oleh pemimpin,manajer,karyawan,dalam hal yang
menyangkut hubungan sosial antara perusahaan karyawan dan lingkungannya Etika
bisnis menjadi standar pedoman bagi seluruh karyawan termasuk manajemen untuk
menjadikannya sebagai pedoman dalam melaksanakan pekerjaan yang dilandasi moral
Sama halnya dengan etika profesi tidak jauh berbeda keduanya diperlukan dalam
perusahaan etika profesi berkaitan dengan bidang pekerjaan yang dilakukan seorang
sehingga sangatlah perlu untk menjaga profesi di kalangan masyarakat ataupun
konsumen,Etika profesi adalah aturan-aturan yang dijadikan pedoman bagi seorang
profesional dalam melaksanakan pekerjaannya
Begitupula dengan tujuan kedua etika tersebut baik bisnis ataupun profesi adalah
memberikan kesadaran akan moral serta memberikan batasan kepada perilaku bisnis
dalam menjalankan bisnisnya dengan bersikap baik sehingga tidak berperilaku yang
dapat merugikan banyak pihak yang berkaitan bisnis tersebut.

2.1 Etika Normatif

Etika normatif merupakan etika yang menetapkan berbagai sikap dan perilaku yang ideal dan
seharusnya dimiliki oleh manusia atau apa yang seharusnya dijalankan oleh manusia dan
tindakan apa yang bernilai dalam hidup ini. Oleh karena itu Etika Normatif merupakan norma-
norma yang dapat menuntun agar manusia bertindak secara baik dan menghindarkan hal-hal
yang buruk, sesuai dengan kaidah atau norma yang disepakati dan berlaku di masyarakat.

Etika normatif tersebut tidak lagi menjelaskan tentang gejala-gejala, melainkan tentang apa yang
sebenarnya harus merupakan tindakan kita. Dalam etika normatif, norma-norma dinilai, dan
sikap manusia ditentukan. Etika Normatif memberi penilaian dan himbauan kepada manusia
untuk bertindak sebagaimana seharusnya berdasarkan norma-norma. dan menghimbau manusia
untuk bertindak yang baik dan menghindari yang tindakan yang jelek
Penilaian baik dan buruk mengenai tindakan seseorang atau kelompok masyarakat tertentu dalam
etika normatif selalu dikaitkan dengan norma – norma yang dapat menuntun manusia untuk
bertindak secara baik dan menghindarkan hal hal yang buruk sesuai dengan kaidah dan norma
yang disepakati dan yang berlaku di masyarakat.

Suatu tindakan atau perbuatan manusia selalu mempunyai tujuan tertentu yang ingin dicapainya.
Artinya ada arah dan sasaran dari tindakan atas hidup yang dijalankan. Contoh dari Etika
Normatif. ada etika yang bersifat individual seperti kejujuran,disiplin diri,mengerjakan tugas.
Selain itu contoh etika normative adalah etika dalam berbisnis.

2.2 . Teori Deontologi

Kata yunani deon merunjuk kepada keniscayaan atau keharusan kewajiban.secara etomologis deontologi
adalah ilmu atau teori tentang kewajiban etika deontologis hanya merunjuk kepada sistem yang
mengingkat bukan karena konsekuensi atau akibat-akibat yang ditimbulkan,melainkan semata mata hanya
karena norma atau sistem tersebut benar dan baik.

Etika deontologis adalah teori filsafat moral yang mengajarkan bahwa sebuah tindakan itu benar kalau
tindakan tersebut selaras dengan prinsip kewajiban yang relevan untuknya. Atau dalam artian tindakan itu
dianggap benar apabila itu adalah kehendak baik. Karena bagi Kant tidak hal yang lebih baik secara
mutlak kecuali “kehendak baik”. Baik tersebut dalam artian kehendak yang “baik” pada dirinya, dan tidak
tergantung pada yang lain.

Menurut teori etika deontologi mengatakan bahwa betul salahnya suatu tindakan tidak dapat ditentukan
dari akibat-akibat tindakan itu, melainkan ada cara bertindak yang begitu saja terlarang ataupun wajib.
Jadi ketika kita akan melakukan sesuatu tindakan yang buruk, kita tidak perlu memikirkan apakah akibat
dari tindakan tersebut.

Karena tindakan itu akan dinilai moral, ketika tindakan tersebut dilaksanakan berdasarkan kewajiban
untuk bersikap baik. Dengan dasar demikian, etika deontologi sangat menekankan
pentingnya motivasi dan kemauan baik dari para pelaku. Sebagaimana yang diungkapkan Immanuel Kant
bahwa kemauan baik harus dinilai baik pada dirinya terlepas dari akibat yang ditimbulkannya.

Wujud dari kehendak baik itu sendiri adalah bahwa seseorang tersebut telah mau menjalankan kewajiban.
Hal tersebut menegaskan bahwa untung atau tidak nya, dalam kaitan ini tidak dipermasalahkan, karena
pada dasarnya ada sesuatu dorongan dari dalam hati. Artinya, bahwa seseorang yang telah
melakukan tindakan untuk memenuhi kewajiban sebagai hukum moral di batinnya yang diyakini sebagai
hal yang wajib ditaati dan dilakukannya, maka tindakan tersebut telah mencapai moralitas. Dengan
demikian menurut Kant kewajiban adalah suatu keharusan tindakan yang hormat terhadap hukum. Tidak
peduli apakah itu membuat kita nyaman atau tidak, senang atau tidak senang, cocok atau tidak, pokoknya
itu wajib bagi kita. Lebih jelasnya adalah tanpa pamrih, dan tanpa syarat.

Etika deontologi sering disebut sebagai etika yang tidak menganggap akibat tindakan sebagai faktor yang
relevan untuk diperhatikan dalam menilai moralitas suatu tindakan. Karena yang dilihat dari deontologis
ini adalah bertindak sesuai dengan kewajibannya. Artinya jika tindakan tersebut tidak sesuai dengan
kewajiban dan tidak sesuai dengan kehendak baik, maka tindakan tersebut tidak menguntungkan baginya,
dan sebaliknya apabila tindakan itu sesuai dengan kewajiban dan kehendak baik maka akan
menguntungkan dirinya ataupun orang lain.

Terdapat 3 bagian dari teori deontologi yaitu

a.Rational monism Teori ini dibuat oleh Immanuel Kant yang menyakini bahwa suatu tindakan dianggap
bermoral jika dilakukan dengan sense of duty(rasa tanggung jawab). Tugas atau kewajiban individu
adalah melakukan sesuatu yang rasional dan bermoral, sehingga semua tindakan yang berasal dari
keinginan Tuhan dianggap bermoral. Untuk membedakan tindakan bermoral dan tidak bermoral, maka
perlu diajarkan tentang apa yang seharusnya dilakukan dan apa yang tidak seharusnya dilakukan. Ukuran
yang digunakan adalah hati nurani individu yang bersangkutan b.Traditional deontology Teori ini
memiliki dasar religi yang kuat, yaitu menyakini Tuhan dan kesucian hidup. Tugas dan kewajiban moral
berpedoman pada perintah Tuhan. Semua tindakan yang harus dilakukan harus berdasarkan perintah
Tuhan

b.Traditional deontology Teori ini memiliki dasar religi yang kuat, yaitu menyakini Tuhan dan kesucian
hidup. Tugas dan kewajiban moral berpedoman pada perintah Tuhan. Semua tindakan yang harus
dilakukan harus berdasarkan perintah Tuhan

c.Intuitionistic pluralis Teori ini tidak memiliki prinsip utama, hanya menyatakan bahwa ada
beberapa aturan moral atau kewajiban yang harus diikuti oleh semua manusia. Aturan dan
kewajiban tersebut sama pentingnya sehingga sering muncul konflik satu aturan dengan aturan
lainnya. Tujuh kewajiban utama yang harus dilakukan manusia

Kewajiban akan kebenaran, kepatuhan, ketaatan, menjaga rahasia, setia, dan tidak berbohong.
2.Kewajiban untuk berderma, murah hati, dan membantu orang lain. 3.Tidak merugikan orang lain.
4.Menjunjung tinggi keadilan.

5.Wajib memperbaiki kesalahan yang ada

6.Wajib bersyukur, membalas budi kepada orang yang telah berbuat baik kepada kita (khususnya
orang tua).

7.Kewajiban untuk mengembangkan kemampuan diri


Teori Telelogi

etika teleologi berasal dari bahas kata Yunani telos , yang berarti akhir, tujuan, maksud,
dan logos , perkataan. Teleologi adalah ajaran yang menerangkan segala sesuatu dan segala
kejadian menuju pada tujuan tertentu. Etika teleologi mengukur baik dan buruknya suatu
tindakan berdasarkan tujuan yang ingin dicapai dengan tindakan itu atau berdasarkan akibat yang
ditimbulkan oleh tindakan itu. Artinya, teleologi bisa diartikan sebagai pertimbangan moral akan
baik buruknya suatu tindakan yang dilakukan.

Teleologi mengerti benar mana yang benar dan mana yang salah, tetapi itu bukan ukuran yang
terakhir. Yang lebih penting adalah tujuan dan akibat. Walaupun sebuah tindakan dinilai salah
menurut hukum, tetapi jika itu bertujuan dan berakibat baik, maka tindakan itu dinilai baik.
Namun dengan demikian, tujuan yang baik tetap harus diikuti dengan tindakan yang benar
menurut hukum.
Contoh kasus dari etika teleologi: Seorang anak mencuri untuk membeli obat ibunya yang
sedang sakit. Tindakan ini baik untuk moral dan kemanusiaan tetapi dari aspek hukum tindakan
ini melanggar hukum sehingga etika teleologi lebih bersifat situasional, karena tujuan dan
akibatnya suatu tindakan bisa sangat bergantung pada situasi khusus tertentu.

1.1 Hakikat bisnis

Hakikat Bisnis adalah Kebutuhan Manusia yang berupa barang dan jasa yang harus terpenuhi
kebutuhannya dengan usaha mendapatkan alat pembayarannya yaitu uang atau tukar-menukar barang
(barter) yang saling menguntungkan antar kedua belah pihak.
Hakikat bisnis adalah usaha untuk memenuhi kebutuhan manusia, organisasi ataupun masyarakat luas.
Businessman (seorang pebisnis) akan selalu melihat adanya kebutuhan masyarakat dan kemudian
mencoba untuk melayaninya secara baik sehingga masyarakat menjadi puas dan senang. Dari kepuasan
masyarakat itulah si pebinisnis akan mendapatkan keuntungan dan pengembangan usahanya.
Seorang bisnisman atau wirausahawan akan melihat kebutuhan masyarakat lingkungannya.Upaya ini
merupakan proses mengidentifikasi potensi bisnis, bahkan dalam hal ini biasanya diikuti dengan
perkiraan atau antisipasi atas pertumbuhan potensi pasar tersebut di masa datang. Disamping itu juga akan
memperhitungkan adanya persaingan yang timbul dari pengusaha lain yang juga bergerak dalam melayani
kebutuhan pasar yang sejenis. Disisi lain pengusaha haruslah memikirkan tersedianya sumber daya serta
sumber dana besrta dengan cara yang sebaik-baiknya guna melayani kebutuhan pasar tersebut dengan
memproduksikan dan menyajikan barang dan jasa yang dihasilkan itu kepada masyarakat, kelebihan hasil
di ongkosnya itulah yang merupakan laba atau keuntungan.

1.2 Beberapa karakteristik umum yang dianggap harus dimiliki suatu proses bisnis adalah:
1. Definitif: Suatu proses bisnis harus memiliki batasan, masukan, serta keluaran yang jelas.
2. Urutan: Suatu proses bisnis harus terdiri dari aktivitas yang berurut sesuai waktu dan ruang.
3. Pelanggan: Suatu proses bisnis harus mempunyai penerima hasil proses.
4. Nilai tambah: Transformasi yang terjadi dalam proses harus memberikan nilai tambah pada penerima.
5. Keterkaitan: Suatu proses tidak dapat berdiri sendiri, melainkan harus terkait dalam suatu
struktur organisasi.
6. Fungsi silang: Suatu proses umumnya, walaupun tidak harus, mencakup beberapa fungsi.
Sering kali pemilik proses, yaitu orang yang bertanggung jawab terhadap kinerja dan pengembangan
berkesinambungan dari proses, juga dianggap sebagai suatu karakteristik proses bisnis.
Selain karakteristik umum diatas, proses bisnis juga memiliki karakteristik bisnis sebagai berikut:
Semua orang mendambakan bisnis yang memiliki karakteristik sebagai berikut :
1. Modal rendah. Jika terjadi kegagalan dalam bisnis yang sedang digeluti, maka kegagalan tersebut
tidak akan mengakibatkan kerugian yang besar.
2. Adanya pengarahan, bimbingan dan dukunagn. Pengarahan, bimbingan dan dukungan ini diharapkan
dapat memberikan informasi tentang :
- Cara memulai bisnis tersebut.
- Cara mengelola dan mengembangkan bisnis tersebut.
- Cara menghadapai hambatan yang ada.
- Pembimbingan yang mampu mengingatkan dan memberikan motivasi seperti pertemuan, training,
seminar, dsb.
3. Risiko kecil. Jika mungkin, bisnis tersebut tidak berisiko sama sekali.
4. Pendapatan besar. Tingkat pendapatan ini diharapkan dapat terus dikembangkan hingga tidak terbatas.
5. Ekspansi mudah. Bisnis ini harus bisa diperluas wilayahnya hingga seluas-luasnya.
Selama ini, belum pernah ditemukan karakteristik bisnis idaman tersebut. Ketika muncul sebuah peluang
bisnis dengan karakteristik di atas, banyak orang yang justru TIDAK PERCAYA. Akibatnya, reaksi
mereka adalah :
- Memandang sebelah mata pada bisnis tersebut.
- Mencurigai bisnis tersebut dan menganggap semuanya itu hanya kebohongan dan penipuan.
- Menghindari dan menganggap bisnis tersebut tidak mungkin dilakukan.

1.3 Pergeseran Paradigma dari Pendekatan Stockholders ke Pendekatan Stakeholder


Shareholders atau stockholders paradigm merupakan sebuah paradigma dimana Chief Executive Officer
(CEO) berorientasi pada kepentingan pemegang saham. Pihak manajemen sebagai pemegang mandat
(agency) berusaha memperoleh keuntungan sebesar – besarnya untuk menyenangkan dan meningkatkan
kemakmuran pemegang saham (principal). Seakan – akan pemegang saham merupakan pihak yang paling
berpengaruh bagi kelangsungan hidup perusahaan. Orientasi seperti ini mengakibatkan evalusi yang
dilakukan atas pengelolaan bisnis hanya dilihat dari aspek finansial. Prestasi manajemen hanya dilihat
dari kemampuannya menghasilkan laba. Hal ini mendorong manajemen menghalalkan berbagai cara
demi mengejar keuntungan. Tindakan demikian mengakibatkan adanya pihak – pihak lain yang
dirugikan.
Paradigma stockholders kemudian mengalami pergeseran, karena pada kenyataannya manajemen
dihadapkan pada banyak kepentingan yang pengaruhnya perlu diperhitungkan secara seksama.
Bagaimanapun juga dalam kegiatan bisnis akhirnya muncul kesadaran bahwa dalam usaha memperoleh
laba, selain stockholders, wajib juga diperhatikan kepentingan pihak – pihak lain yang terkena dampak
kegiatan bisnis. Pihak berkepentingan (stakeholders) adalah individu atau kelompok yang dapat
dipengaruhi atau mempengaruhi tindakan, keputusan, kebijakan, praktek, dan tujuan organisasi bisnis.
Perusahaan berdiri ditengah – tengah lingkungan. Lingkungan merupakan satu – satunya alasan mengapa
bisnis itu ada.
Pendekatan stakeholders terutama memetakan hubungan – hubungan yang terjalin kedalam kegiatan
bisnis pada umumnya. Pendekatan ini berusaha memberikan kesadaran bahwa bisnis harus dijalankan
sedemikian rupa agar hak dan kepentingan semua pihak yang terkaityang berkepentingan dengan suatu
kegiatan bisnis dijamin, diperhatikan dan dihargai. Pendekatan ini bermuara pada prinsip tidak merugikan
hak dan kepentingan manapun dalam kegiatan bisnis. Hal ini menuntut agar bisnis dijalankan secara baik
dan etis demi hak dan kepentingan semua pihak yang terlibat dalam suatu kegiatan bisnis. Adapun
lingkungan yang berada di sekitar perusahaan adalah pemegang saham, kelompok pendukung,media
massa, kelompok sosial, pemerintah asing, pemerintah setempat, pesaing, konsumen, pemasok, pekerja,
dan kreditur.
Pada umumnya stakeholders dapat dibagi kedalam dua kelompok, yaitu:
1. Kelompok primer
Keompok primer terdiri dari pemilik modal atau saham (stockholders), kreditur, pegawai, pemasok,
konsumen, penyalur, pesaing atau rekanan. Yang paling penting diperhatikan dalam suatu kegiatan bisnis
tentu saja adalah kelompok primer karena hidup matinya atau berhasil tidaknya bisnis suatu perusahaan
sangat ditentukan oleh relasi yang saling menguntungkan yang dijalin dengan kelompok primer tersebut.
Demi keberhasilan dan kelangsungan bisnis, perusahaan tidak boleh merugikan satupun kelompok
stakeholders primer diatas. Dengn kata lain, perusahaan harus menjalin relasi bisnis yang baik dan etis
dengan kelompok tersebut, seperti jujur dan bertanggung jawab dalam penawaran barang dan jasa,
bersikap adil terhadap mereka, dan saling memahami satu sama lain. Disinilah kita menemukan bahwa
prinsip etika menemukan tempat penerapannya yang paling konkret dan sangat sejalan dengan
kepentingan bisnis untuk mencari keuntungan.

2. Kelompok sekunder
Kelompok sekunder terdiri dari pemerintah setempat, pemerintah asing, kelompok sosial, media massa,
kelompok pendukung, masyarakat pada umumnya dan masyarakat setempat.

Dalam situasi tertentu kelompok sekunder bisa sangat penting bahkan bisa jauh lebih penting dari
kelompok primer, karena itu sangat perlu diperhatikan dan dijaga kepentingan mereka. Misalnya,
kelompok sosial semacam LSM, baik dibidang lingkungan hidup, kehutanan maupun hak masyarakt
lokal. Demikian pula pemerintah nasional mupun asing. Juga, media massa dan masyarakat setempat.
Dlam kondisi sosial, ekonomi, politik semacam Indonesia, masyarakat setempat bisasangat
mempengaruhi hidup matinya perusahaan. Ketika suatu perusahaan beroperasi tanpa memberikan
kesejahteraan, nilai budaya, saran dan prasarna lokal, lapangan kerja setempat dan lainnya, akan
menimbulkan suasana sosial yang tidak kondusif dan tidak stabil bagi kelangsungan bisnis perusahaan
tersebut.
Jika ingin berhasil dan bertahan dalam bisnisnya, mka perusahaan harus pandai menangani dan
memperhatikan kepentingan kedua kelompok stakeholders tersebut secara berimbang. Perusahaan
dituntut untuk tidak hanya memperhatikan kinerja dari aspek keuangan semata, melainkan juga dari

aspek – aspek lain secara berimbang. Balanced Scorecard yang dkemukakan oleh Kaplan & Kaplan pada
tahun 1970-an merupakan salah satu pendekatan yang kini banyak digunakan dalam melakukan
perencanaan strategi bisnis dan evaluasi kinerja perusahaan. Balanced Scorecard menekankan perhatian
secara berimbang antara kinerja dari aspek internal dan eksternal, serta aspek finansial dan nonfinansial.
Implementasi pendekatan ini menunjukkan wujud nyata kesadaran bisnis akan pentingnya perhatian
terhadap stakeholders.
1.4 Tanggung Jawab Moral Bisnis

Tanggung jawab moral bisnis Di dalam dunia bisnis terdapat berbagai pandangan mengenai
tanggung jawabmoral bisnis. Kaum neo-klasik dan modern, mulai dari Adam Smith,
Thomas Hoobes,John Locke, Milton Fiedman, Theodor Levitt, dan John Kenneth Galbraith
berpendapatbahwa bisnis adalah koporasi impersonal yang bertujuan untuk memperoleh
laba.Sebagai institusi impersonal atau pribadi, bisnis tidak mempunyai nurani,
sehinggatidak bertanggung jawab secara moral (Weiss, 1994:888). Dengan kata lain
menurutpandangan ini bisnis adalah institusi yang tidak berkaitan dengan moralitas
yangbertujuan untuk meningkatkan pemenuhan kepentingan pihak-pihak yangterlibat,
danmelalui “tangan ajaib” atau kekuatan pasar, kesejahteraan masyarakat pun
akanmeningkat. Ini berarti pandangan mereka tergolong utilitarianisme karena
bisnismemberikan yang terbaik untuk sebagian besar anggotanya

Terdapat 3 pendekatan dalam pembentukan tanggung jawab sosial:

a.Pendekatan moral yaitu tindakan yang didasarkan pada prinsip kesatuan.

b.Pendekatan kepentingan bersama yaitu bahwa kebijakan moral


harusdidasarkan pada standar kebersamaan, kewajaran dan kebebasan
yangbertanggung jawab

c.Kebijakan bermanfaat adalah tanggug jawab sosial yang didasarkan padanilai apa
yang dilakukan perusahaan menghasilkan manfaat yang adil.

Sukses tidaknya program tanggung jawab perusahaan sangat bergantung padakesepakatan


pihak-pihak berkepentingan. Pihak-pihak yang berkepentingan yangterllibat dalam
proses produksi tindakannya disatu sisi dapat mendukung kinerjaperusahaan tapi disisi
lain dapat menjadi penggangu karena setiap pihak mempunyaikriteria tanggung jawab yang
berbeda yang disebabkan kepentingan yang berbedapula. Mengelola reaksi terhadap
tuntutan sosial.Tanggung jawab sosial dapat dilakukan rutin dan nonruti.
Kegiatan rutinberbentuk partisipasi pada kegiatan masyarakat secara khusus
terprogram dandilaksanakan terus menerus, sedangka kegiatan nonrutin dilaksanakan
pada kondisitertentu yang memungkinkan perusahaan mempunyai kemampuan dan
kapasitasuntuk berpartisipasi

Setiap perusahaan memiliki tanggung jawab sosial yang merupakan bagian dari etika bisnis,
yaitu adanya kesadaran perusahaan bahwa keputusan bisnisnya dapat mempengaruhi
masyarakat.Tanggung jawab sosial perusahaan adalah wujud kepedulian suatu usaha pada
masyarakat dan lingkungan disekitar dimana usaha tersebut berada.Arti yang lebih luas dari
istilah ini adalah tanggung jawab perusahaan terhadap pelanggan, karyawan, dan kreditor.

Dalam mengambil sebuah keputusan untuk kepentingan usaha, hendaknya tidak merusak etika
dan tanggung jawab sosial. Adapun tanggung jawab sosial perusahaan meliputi:
1.Tanggung jawab sosial terhadap konsumen. Tanggung jawab ini tidak hanya terbatas pada
penyediaan barang atau jasa saja.Perusahaan bertanggung jawab atas produksi dan
penjualan/distribusi pada pelanggan, dimana produk yang dihasilkan harus bisa membawa
manfaat.

2.Tanggung jawab sosial pada karyawan. Perusahaan bertanggung jawab dalam memberikan
rasa aman kepada karyawannya, memperlakukan karyawan dengan layak dan tidak membeda-
bedakan, serta memberikan kesempatan yang sama pada karyawan untuk mengembangkan diri.

3.Tanggung jawab sosial kepada kreditor. Saat perusahaan memiliki masalah keuangan dan
belum bisa menyelesaikan kewajibannya, perusahaan harus memberitahukan kepada kreditor.

4.Tanggung jawab sosial kepada pemegang saham. Perusahaan bertanggung jawab atas
kepuasan pemegang saham.Perusahaan harus bisa meyakinkan pemegang saham, dimana
manajer perusahaan memonitor seluruh keputusan bisnis dan meyakinkan bahwa keputusan yang
diambil tersebut demi kepentingan pemegang saham.

5. Tanggung jawab sosial kepada lingkungan. Tanggung jawab ini berkaitan dengan menjaga
kelestarian lingkungan, misal dengan mencegah adanya polusi disekitar tempat usaha.
Perusahaan dapat melakukan pencegahan polusi dengan mendaur ulang plastik serta melakukan
pembatasan jumlah karbondioksida sebagai akibat dari proses produksi.
6. Tanggung jawab sosial kepada komunitas. Hal yang sering dilakukan oleh perusahaan
adalah dengan memberikan bantuan untuk sarana pendidikan/kesehatan, atau
perbaikan/pengadaan infrastruktur yang dibutuhkan.masyarakat sekitar.

.1.5 KODE ETIK PROFESI

Kode etika yaitu tanda-tanda atau simbol-simbol yang berupa kata-kata, tulisan atau benda yang
disepakati untuk maksud-maksud tertentu, misalnya untuk menjamin suatu berita, keputusan atau
suatu kesepakatan suatu organisasi.Kode juga dapat berarti kumpulan peraturan yang sistematis.
Kode etik ; yaitu norma atau azas yang diterima oleh suatu kelompok tertentu sebagai landasan
tingkah laku sehari-hari di masyarakat maupun di tempat kerja.

MENURUT UU NO.8 (POKOK-POKOK KEPEGAWAIAN) Kode etik profesi adalah pedoman


sikap, tingkah laku dan perbuatan dalam melaksanakan tugas dan dalam kehidupan sehari-
hari.Kode etik profesi sebetulnya tidak merupakan hal yang baru. Sudah lama diusahakan untuk
mengatur tingkah laku moral suatu kelompok khusus dalam masyarakat melalui ketentuan-
ketentuan tertulis yang diharapkan akan dipegang teguh oleh seluruh kelompok itu.

Salah satu contoh tertua adalah ; SUMPAH HIPOKRATES, yang dipandang sebagai kode etik
pertama untuk profesi dokter. Hipokrates adalah doktren Yunani kuno yang digelari : BAPAK
ILMU KEDOKTERAN. Beliau hidup dalam abad ke-5 SM. Menurut ahli-ahli sejarah belum
tentu sumpah ini merupakan buah pena Hipokrates sendiri, tetapi setidaknya berasal dari
kalangan murid-muridnya dan meneruskan semangat profesional yang diwariskan oleh dokter
Yunani ini. Walaupun mempunyai riwayat eksistensi yang sudah-sudah panjang, namun belum
pernah dalam sejarah kode etik menjadi fenomena yang begitu banyak dipraktekkan dan tersebar
begitu luas seperti sekarang ini.Jika sungguh benar zaman kita di warnai suasana etis yang
khusus, salah satu buktinya adalah peranan dan dampak kode-kode etik ini.Profesi adalah suatu
Moral Community (Masyarakat Moral) yang memiliki citacita dan nilai-nilai bersama.Kode etik
profesi dapat menjadi penyeimbang segi-segi negative dari suatu profesi, sehingga kode etik
ibarat kompas yang menunjukkan arah moral bagi suatu profesi dan sekaligus juga menjamin
mutu moral profesi itu dimata masyarakat.

Kode etik bisa dilihat sebagai produk dari etika terapan, seban dihasilkan berkat penerapan
pemikiran etis atas suatu wilayah tertentu, yaitu profesi.Tetapi setelah kode etik ada, pemikiran
etis tidak berhenti.Kode etik tidak menggantikan pemikiran etis, tapi sebaliknya selalu
didampingi refleksi etis.Supaya kode etik dapat berfungsi dengan semestinya, salah satu syarat

mutlak adalah bahwa kode etik itu dibuat oleh profesi sendiri. Kode etik tidak akan efektif kalau
di drop begitu saja dari atas yaitu instansi pemerintah atau instansi-instansi lain; karena tidak
akan dijiwai oleh citacita dan nilai-nilai yang hidup dalam kalangan profesi itu sendiri. Instansi
dari luar bisa menganjurkan membuat kode etik dan barang kali dapat juga membantu dalam
merumuskan, tetapi pembuatan kode etik itu sendiri harus dilakukan oleh profesi yang
bersangkutan.Supaya dapat berfungsi dengan baik, kode etik itu sendiri harus menjadi hasil Self
Regulation (pengaturan diri) dari profesi.

Dengan membuat kode etik, profesi sendiri akan menetapkan hitam atas putih niatnya untuk
mewujudkan nilai-nilai moral yang dianggapnya hakiki. Hal ini tidak akan pernah bisa
dipaksakan dari luar. Hanya kode etik yang berisikan nilai-nilai dan cita-cita yang diterima oleh
profesi itu sendiri yang bis mendarah daging dengannya dan menjadi tumpuan harapan untuk
dilaksanakan untuk dilaksanakan juga dengan tekun dan konsekuen. Syarat lain yang harus
dipenuhi agar kode etik dapat berhasil dengan baik adalah bahwa pelaksanaannya di awasi terus
menerus.

Pada umumnya kode etik akan mengandung sanksi-sanksi yang dikenakan pada pelanggar kode
etik. SANKSI PELANGGARAN KODE ETIK :

a. Sanksi moral

b. Sanksi dikeluarkan dari

organisasi TUJUAN KODE ETIK

PROFESI :

1. Untuk menjunjung tinggi martabat profesi.

2. Untuk menjaga dan memelihara kesejahteraan para anggota.

3. Untuk meningkatkan pengabdian para anggota profesi.

4. Untuk meningkatkan mutu profesi.

5. Untuk meningkatkan mutu organisasi profesi.

6. Meningkatkan layanan di atas keuntungan pribadi.

7. Mempunyai organisasi profesional yang kuat dan terjalin erat.

8. Menentukan baku standarnya sendiri.

Adapun fungsi dari kode etik profesi adalah :

1. Memberikan pedoman bagi setiap anggota profesi tentang prinsip profesionalitas yang
digariskan.
2. Sebagai sarana kontrol sosial bagi masyarakat atas profesi yang bersangkutan.

3. Mencegah campur tangan pihak di luar organisasi profesi tentang hubungan etika dalam
keanggotaan profesi. Etika profesi sangatlah dibutuhkan dalam berbagai Bidang.

Kode etik yang ada dalam masyarakat Indonesia cukup banyak dan bervariasi. Umumnya
pemilik kode etik adalah organisasi kemasyarakatan yang bersifat nasional, misalnya Ikatan
Penerbit Indonesia (IKAPI), kode etik Ikatan Penasehat HUKUM Indonesia, Kode Etik
Jurnalistik Indonesia, Kode Etik Advokasi Indonesia dan lain-lain. Ada sekitar tiga puluh
organisasi kemasyarakatan yang telah memiliki kode etik.
BAB III

PENUTUP

3.1 kesimpulan

Anda mungkin juga menyukai