Anda di halaman 1dari 19

MAKALAH ETIKA BISNIS DAN TEKNOLOGI INFORMASI

Disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah :

DISUSUN OLEH :
Indriyani (G. 202207087)

PROGRAM STUDI MANAJEMEN


FAKULTAS EKONOMI DAN BISNIS
INSTITUT UMMUL QURO AL ISLAMI BOGOR
2023

Page | 1
KATA PENGANTAR

Dengan menyebut nama Allah SWT yang Maha Pengasih lagi Maha
Panyayang, Penulis panjatkan puja dan puji syukur atas kehadirat-Nya, yang telah
melimpahkan rahmat, hidayah, dan inayah-Nya kepada Penulis, sehingga Penulis
dapat menyelesaikan makalah tentang Etika Bisnis dan Teknologi Informasi.
Makalah ilmiah ini telah Penulis susun dengan maksimal dan
mendapatkan bantuan dari berbagai pihak sehingga dapat memperlancar
pembuatan makalah ini. Untuk itu Penulis menyampaikan banyak terima kasih
kepada semua pihak yang telah berkontribusi dalam pembuatan makalah ini.
Terlepas dari semua itu, Penulis menyadari sepenuhnya bahwa masih ada
kekurangan baik dari segi susunan kalimat maupun tata bahasanya. Oleh karena
itu dengan tangan terbuka Penulis menerima segala saran dan kritik dari pembaca
agar Penulis dapat memperbaiki makalah ini lebih baik lagi.
Akhir kata Penulis berharap semoga makalah tentang Etika Bisnis dan
Teknologi Informasi. ini dapat memberikan manfaat maupun inpirasi terhadap
pembaca.

Page | 2
DAFTAR ISI

KATA PENGANTAR ……………………………….............................................i


DAFTAR ISI…………………………………………............................................ii
BAB I PENDAHULUAN
A. Latar Belakang ……………………...........…............................................4
B. Rumusan Masalah…………………………..............................................5
C. Tujuan Penulisan………………………………………............................5
BAB II PEMBAHASAN
A. Pengertian moralitas.....................................................................................6
B. Pengertian Etika...........................................................................................6
C. Pengertian Etika Bisnis................................................................................7
D. Sasaran dan luang lingkup Etika Bisnis.......................................................7
E. Prinsip-prinsip Etika Bisnis..........................................................................8
F. Hal-hal yang di harus di perhatikan dalam menciptakan Etika Bisnis.........8
G. Norma khusus dan norma umum.................................................................9
H. Manfaat dalam dalam menerapkan Etika Bisnis........................................10
I. Kendala dalam tujuan pencapaian Etika Bisnis di Indonesia.....................10
J. Peran Etika Bisnis......................................................................................11
K. Peran Etika Bisnis dalam hubungan kerja..................................................12
L. Etika Bisnis dalam Teknologi Informasi....................................................16
BAB III PENUTUP
A. Simpulan ………………………………………...................................................18
B. . Saran ……………………………………….........................................................18
DAFTAR PUSTAKA............................................................................................19

Page | 3
BAB I
PENDAHULUAN
1.1 Latar Belakang
Etika bisnis adalah bagian dari filsafat. Secara garis besar pengertian
filsafat, etika dan etika bisnis berhubungan erat satu sama lain.
Filsafat dalam arti luas adalah suatu usaha sistematis untuk memahami
pengalaman manusia secara pribadi dan kolektif/kelompok. Berbeda dengan
teologi maka filsafat menggunakan rasio untuk menafsirkan pengalaman manusia
dan bukan mengandalkannya pada wahyu Ilahi.
Dalam masyarakat, manusia mengadakan hubungan-hubungan antara lain
hubungan agama, keluarga, perdagangan, politik dan sebagainya. Sifat hubungan
ini sangat rumit dan coraknya berbagai ragam. Hubungan antara manusia ini
sangat peka, sebab sering dipengaruhi oleh emosi yang tidak rasional. Manusia
selalu berusaha agar tercapai kerukunan dan kebahagiaan di dalam suatu
masyarakat. Timbullah peraturan baik tertulis maupun tidak tertulis yang kita
sebut etik, etika, norma, kaidah, tolak ukur.
Kebanyakan orang tidak senantiasa sadar akan fungsi etika. Salah satu
sebabnya, etika menjadi bagian yang integral dari pribadi seseorang sehingga
tidak lagi dipersoalkan oleh yang bersangkutan. Artinya seseorang jarang sekali
memikirkan etika yang dimilikinya, kecuali bila ia merasa bahwa dalam
hubungannya dengan orang lain etika tersebut mendapat tantangan. Pada saat
tertentu kita pasti berhadapan dan berinteraksi dengan orang yang memiliki etika
yang berbeda.
Sasaran etika adalah moralitas (etika merupakan filsafat tentang moral).
Moralitas adalah istilah yang dipakai untuk mencakup praktek dan kegiatan yang
membedakan apa yang baik dan apa yang buruk, aturan-aturan yang
mengendalikan kegiatan itu dan nilai-nilai yang tersimbul di dalamnya yang
dipelihara atau dijadikan sasaran oleh kegiatan praktek tersebut.

1.2 Dasar Teori


Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna berbeda. Salah satu
maknanya adalah “prinsip tingkah laku yang mengatur individu dan kelompok”.

Page | 4
Makna kedua menurut kamus – lebih penting – etika adalah “kajian moralitas”.
Tapi meskipun etika berkaitan dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan
moralitas. Etika adalah semacam penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun
hasil penelaahan itu sendiri, sedangkan moralitas merupakan subjek.

1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan
wawasan yang utuh, komprehensip dan mendalam tentang etika dalam berbisnis
dengan berbagai prinsip dan tujuannya.

1.4 Rumusan Masalah


1. Apa yang dimaksud dengan moralitas?
2. Apa yang dimaksud dengan Etika?
3. Apa yang dimaksud dengan Etika Bisnis?
4. Apa saja yang menjadi sasaran dan luang lingkup Etika Bisnis?
5. Apa saja prinsip-prinsip Etika Bisnis?
6. Hal-hal apa saja yang di harus di perhatikan dalam menciptakan Etika Bisnis?
7. Apa saja norma khusus dan norma umum?
8. Apa saja manfaat dalam dalam menerapkan Etika Bisnis?
9. Bagaimana dan apa saja yang menjadi kendala dalam tujuan pencapaian Etika
Bisnis di Indonesia?
10. Bagaimana peran Etika Bisnis?
11. Bagaimana peran Etika Bisnis dalam hubungan kerja?
12. Bagaimana Etika Bisnis dalam Teknologi Informasi?

Page | 5
BAB 2
PEMBAHASAN

2.1. Moralitas
Moral berasal dari kata ‘mos’ dalam bahasa latin, yang bentuk jamaknya
‘mores’, yang artinya adalah tata cara atau adat istiadat.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:592), “moral diartikan sebagai akhlak, budi
pekerti, atau susila”. Sehingga moralitas dapat dipahami sebagai pedoman yang
dimiliki individu atau kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan
jahat.
Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-
jenis tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang
kita terapkan pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara
moral buruk. Norma moral seperti “selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang
tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai moral biasanya diekspresikan sebagai
pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau ciri-ciri objek yang bernilai,
semacam “kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”. Standar moral
pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh
kemasyarakatan seperti gereja, sekolah, televisi, majalah, music dan perkumpulan.

2.2. Etika
Etika berasal dari dari kata Yunani, Ethos (jamak – ta etha), berarti adat
istiadat. Etika berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri
seseorang maupun pada suatu masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai,
tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik dan segala kebiasaan yg dianut dan
diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari satu generasi ke generasi
yg lain
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar
moral orang atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk
akal atau tidak untuk diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan

Page | 6
akhir standar moral adalah mengembangkan bangunan standar moral yang kita
rasa masuk akal untuk dianut.
Etika menurut para ahli:
a. Nietzsche, etika sebagai ilmu menghimbau orang untuk memiliki
moralitas tuan dan bukan moralitas hamba.
b. Kant, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak
secara otonom dan bukan secara heteronom. Etika bermaksud membantu
manusia untuk bertindak secara bebas dan bertanggungjawab. Kebebasan
dan tanggung jawab adalah unsur pokok dari otonomi moral yang
merupakan salah satu prinsip utama moralitas, termasuk etika bisnis.
2.3. Etika Bisnis
Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang
benar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis.
a. Zimmerer (1996:20), etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku
pengusaha berdasarkan nilai – nilai moral dan norma yang dijadikan
tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan.
b. Menurut Ronald J. Ebert dan Ricky M. Griffin (2000:80), etika bisnis
adalah istilah yang sering digunakan untuk menunjukkan perilaku dari
etika seseorang manajer atau karyawan suatu organisasi.
c. Menurut K. Bertens, Pengantar Etika Bisnis, (Yogjakarta:
PenerbitKanisius, 2000, Hal. 5), Etika Bisnis adalah pemikiran refleksi
kritis tentang moralitas dalam kegiatan ekonomi dan bisnis.
2.4. Sasaran dan Lingkup Etika Bisnis
a. Etika bisnis bertujuan untuk menghimbau pelaku bisnis agar menjalankan
bisnisnya secara baik dan etis.
b. Untuk menyadarkan masyarakat khususnya konsumen, buruh atau
karyawan dan masyarakat luas akan hak dan kepentingan mereka yang
tidak boleh dilanggar oleh praktek bisnis siapapun juga.
c. Etika bisnis juga berbicara mengenai sistem ekonomi yang sangat
menentukan etis tidaknya suatu praktek bisnis.

Page | 7
2.5. Prinsip-prinsip Etika Bisnis.
Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan
proses bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum
dalam lingkungan tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis
yang dapat dijadikan pedoman bagi setiap bentuk usaha. Sonny Keraf (1998)
menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah sebagai berikut :
a. Prinsip Otonomi
Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk
dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas
bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak
didasarkan atas kejujuran. Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat
perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa
dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam hubungan kerja
intern dalam suatu perusahaan.
c. Prinsip Keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan
yang adil dan sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung
jawabkan.
d. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle)
Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan
semua pihak.
e. Prinsip Integritas Moral
Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau
perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik
pimpinan atau orang-orangnya maupun perusahaannya.
2.6. Hal-hal Yang Harus Diketahui Dalam Menciptakan Etika Bisnis.
a. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang
menjadi Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin

Page | 8
kepastian hukum dari etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap
pengusaha lemah.
b. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan
memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi”
kepada pihak yang terkait.
c. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat,
bukan hanya dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan,
melainkan lebih kompleks lagi.
d. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa
Memiliki terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha
menciptakan etika bisnis.
e. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit
(sebagai contoh) karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan
memaksa diri untuk mengadakan “kolusi” serta memberikan “komisi”
kepada pihak yang terkait.
2.7. Norma Khusus Dan Norma Umum
a. Norma Khusus adalah aturan yang berlaku dalam bidang kegiatan khusus
atau kehidupan khusus. Contoh aturan olah raga, aturan pendidikan, lebih
khusus aturan sebuah sekolah.
b. Norma Umum adalah norma yang lebih bersifat umum dan sampai pada
tingkat tertentu boleh dikatakan lebih bersifat universal atau dipahami atau
dijadikan landasan menentukan perbuatan yang baik atau buruk oleh banyak
orang di dunia.
Norma umum ini terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Norma Sopan santun atau Norma Etiket, yaitu adalah norma yang
mengatur pola perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan sehari-

Page | 9
hari. Etika tidak sama dengan Etiket. Etiket hanya menyangkut perilaku
lahiriah yang menyangkut sopan santun atau tata karma
b. Norma Hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas
oleh masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan
kesejahteraan manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma hukum ini
mencerminkan harapan, keinginan dan keyakinan seluruh anggota
masyarakat tersebut tentang bagaimana hidup bermasyarakat yang baik
dan bagaimana masyarakat tersebut harus diatur secara baik
c. Norma Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai
manusia. Norma moral ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil
tidaknya tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.
2.8. Manfaat Menerapkan Etika Bisnis Diperusahaan
a. Perusahaan mendapatkan kepercayaan dari konsumen.
Perusahaan yang jujur akan menciptakan konsumen yang loyal. Bahkan
konsumen akan merekomendasikan kepada orang lain untuk
menggunakan produk tersebut.
b. Citra perusahaan di mata konsumen baik.
Dengan citra yang baik maka perusahaan akan lebih dikenal oleh
masyarakat dan produknya pun dapat mengalami peningkatan penjualan
c. Meningkatkan motivasi pekerja.
Karyawan akan bekerja dengan giat apabila perusahaan tersebut memiliki
citra yang baik dimata perusahaan.
d. Keuntungan perusahaan dapat di peroleh.
Etika adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan
mempersiapkan diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak punya rencana
untuk menghasilkan keuntungan bukanlah perusahaan yang beretik.
2.9. Kendala Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia
Keraf (1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
a. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di
antara pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan
menghalalkan segala cara untuk memperoleh keuntungan dengan
mengabaikan etika bisnis, seperti memalsukan campuran, timbangan,

Page | 10
ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan memanipulasi laporan
keuangan
b. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik
kepentingan ini muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi
yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang
hendak dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya
dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar perusahaan
lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi
akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan
peraturan.
c. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh
banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di
satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi
kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna
keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang
menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan peluang guna memperoleh
keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
d. Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah
di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di
pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku
bisnis menegakkan norma-norma etika.
e. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan
kode etik bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta
asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara khusus menangani
penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
2.10. Peran Etika Bisnis
Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu
untuk membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang
tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang
tinggi, dimana diperlukan suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua.
Dan biasanya dimulai dari perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem

Page | 11
prosedur yang transparan didukung oleh budaya perusahaan yang handal serta
etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten dan konsekuen.
Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3
hal pokok yaitu :
a) Memiliki produk yang baik
b) Memiliki managemen yang baik
c) Memiliki Etika
2.11. Etika Bisnis Dalam Hubungan Kerja.
1. Perjanjian Kerja
Berdasarkan Pasal 56 Undang-Undang Nomor 13 Tahun 2003 tentang
Ketenagakerjaan (“UU No.13/2003”), terdapat 2 (dua) jenis perjanjian kerja, yaitu
Perjanjian Kerja Waktu Tertentu Dan Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu.
a. Perjanjian Kerja Waktu Tertentu
Perjanjian kerja untuk waktu tertentu yang sering disebut dengan karyawan
kontrak, dibuat berdasarkan jangka waktu tertentu atau berdasarkan selesainya
pekerjaan tertentu. Klausul ini untuk memenuhi syarat suatu hal tertentu seperti
dalam syarat umum sahnya perjanjian, yaitu obyeknya ditentukan berdasarkan
“waktu pekerjaan” atau “selesainya pekerjaan”. Obyek tersebut menurut jenis,
sifat dan kegiatannya selesai dalam waktu tertentu dan tidak bersifat tetap.
Perjanjian berdasarkan PKWT meliputi :
1. Pekerjaan yang sekali selesai atau yang sementara sifatnya
2. Pekerjaan yang diperkirakan penyelesaiannya dalam waktu yang tidak
terlalu lama, paling lama 3 tahun
3. Pekerjaan yang bersifat musiman
4. Pekerjaan yang berhubungan dengan produk baru, kegiatan baru, atau
produk tambahan yang masih dalam percobaan atau penjajakan
PKWT tidak mensyaratkan adanya uang pesangon dan uang penghargaan
masa kerja jika terjadi PHK Karyawan. Semua ketentuan yang mengatur
hubungan kerja antara perusahaan dan karyawan diatur berdasarkan isi perjanjian
kerja. Isi perjanjian itu bisa saja mengabaikan ketentuan yang ada dalam UU
Ketenagakerjaan sepanjang perusahaan dan karyawan menyepakatinya.

Page | 12
Suatu PKWT wajib dibuat secara tertulis. PKWT yang tidak didaftarkan
pada instansi ketenagakerjaan terkait di wilayahnya masing-masing. PKWT yang
tidak didaftarkan pada instansi ketenagakerjaan akan membuat PKWT itu menjadi
tidak sah, dan secara otomatis PKWT itu akan menjadi PKWTT dimana karyawan
secara otomatis pula memperoleh hak-haknya sesuai peraturan perundang-
undangan dibidang ketenagakerjaan.
Jika jangka waktu perjanjiannya habis, PKWT dapat diperpanjang dan
diperbaharui kembali. PKWT yang berdasarkan pada jangka waktu tertentu dapat
diadakan untuk paling lama 2 tahun, dan setelahnya hanya boleh diperpanjang 1
kali untuk jangka waktu paling lama 1 tahun.
Dalam PKWT tidak dikenal adanya masa percobaan kerja. Jika dalam
PKWT disyaratkan adanya masa percobaan kerja, maka masa percobaan kerja itu
batal demi hukum. Sejak PKWT tersebut didaftarkan pada instansi dinas
ketenagakerjaan terkait, hukum tidak mengakui adanya masa percobaan kerja dan
karenanya sejak awal masa percobaan tersebut dianggap tidak ada. Sebaliknya,
dalam PKWTT dapat dipersyaratkan adanya masa percobaan kerja yang lamanya
tidak boleh lebih dari 3 bulan.
b. Perjanjian Kerja Waktu Tidak Tertentu
PKWTT merupakan perjanjian yang tidak ditentukan waktunya dan
bersifat tetap. Berbeda dengan PKWT yang wajib dibuat secara tertulis dan
didaftarkan di instansi ketenagakerjaan terkait, selain tertulis PKWTT dapat
dibuat secara lisan dan tidak wajib mendapat pengesahan dari instansi
ketenagakerjaan terkait. Jika PKWTT dibuat secara lisan, maka klausul-klausul
yang berlaku diantara mereka (Perusahaan dan Karyawan) adalah klausul-klausul
sebagaimana yang diatur dalam UU Ketenagakerjaan – Perusahaan dan Karyawan
dianggap menyetujui UU Ketenagakerjaan sebagai “sumber perikatan” mereka.
Jika PKWTT dibuat secara lisan maka perusahaan wajib membuat surat
pengangkatan kerja bagi Karyawan yang bersangkutan. Surat Pengangkatan itu
sekurang-kurangnya memuat keterangan :
1. Nama dan alamat karyawan
2. Tanggal mulai bekerja
3. Jenis pekerjaan

Page | 13
4. Besarnya upah
PKWTT dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja untuk paling
lama 3 bulan.Selama masa percobaan Perusahaan wajib membayar upah pekerja
dan upah tersebut tidak boleh rendah dari upah minimum yang berlaku. Suatu
PKWTT – termasuk juga PKWT dapat berakhir karena :
- Pekerja meninggal dunia
- Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
- Adanya putusan pengadilan atau putusan/penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum
tetap
Munculnya keadaan tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja PKWTT tidak berakhir karena
berakhirnya perusahaan atau beralihnya hak atas perusahaan karena penjualan,
pewarisan, atau hibah. Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan, misalnya hal
karyawan menjadi tanggung jawab perusahaan baru, kecuali ditentukan lain dalam
perjanjian pengalihan diantara pengurus perusahaan yang lama dan yang baru –
dan perjanjian itu tidak boleh mengurangi hak-hak karyawan. Dalam hal
perusahaan merupakan orang perseorangan dan meninggal dunia, ahli waris
pengusaha tersebut dapat mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkannya
dengan karyawan. Dalam hal karyawan yang meninggal dunia, ahli waris
karyawan itu berhak mendapatkan hak-haknya sesuai dengan peraturan
perundang-undangan yang berlaku atau yang telah diatur dalam perjanjian kerja,
peraturan perusahaan ,atau perjanjian kerja bersama.
2. Unsur-Unsur Dalam Perjanjian Kerja
Berdasarkan pengertian perjanjian kerja diatas, dapat ditarik beberapa unsur
dari perjanjian kerja, yakni :
a. Adanya Unsur Work atau Pekerjaan
Dalam suatu perjanjian kerja harus ada pekerjaan yang diperjanjikan (objek
perjanjian), pekerjaan tersebut haruslah dilakukan sendiri oleh pekerja, hanya
dengan seizin majikan dapat menyuruh orang lain. Hal ini dijelaskan dalam
KUHPerdata Pasal 1603 a yang berbunyi :

Page | 14
- “Buruh wajib melakukan sendiri pekerjaannya; hanya dengan seizin
majikania dapat menyuruh orang ketiga menggantikannya’.
- Sifat pekerjaan yang dilakukan oleh pekerja itu sangat pribadi karena
bersangkutan ketrampilan/keahliannya, maka menurut hukum jika
pekerja meninggal dunia maka perjanjian kerja tersebut putus demi
hukum.
b. Adanya Unsur Perintah
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha
adalah pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk
melakukan pekerjaan sesuai dengan yang diperjanjikan. Di sinilah perbedaan
hubungan kerja dengan hubungan lainnya.
c. Adanya Unsur Upah
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja, bahkan dapat
dikatakan bahwa tujuan utama orang bekerja pada pengusaha adalah untuk
memperoleh upah. Sehingga jika tidak unsur upah, maka suatu hubungan tersebut
bukan merupakan hubungan kerja.
3. Berakhirnya Perjanjian Kerja
Definisi perjanjian kerja menurut Pasal 1 angka 14 Undang-Undang Nomor
13 Tahun 2003 tentang Ketenagakerjaan (“UU Ketenagakerjaan”) adalah
perjanjian antara pekerja/buruh dengan pengusaha atau pemberi kerja yang
memuat syarat-syarat kerja, hak dan kewajiban para pihak. Dari definisi tersebut
dapat disimpulkan bahwa perjanjian kerja harus dipatuhi dan dilaksanakan oleh
para pihak yang membuatnya. Namun, perjanjian kerja pun dapat diakhiri
bilamana:
a. pekerja meninggal dunia;
b. berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja;
c. adanya putusan pengadilan dan/atau putusan atau penetapan lembaga
penyelesaian perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai
kekuatan hukum tetap; atau
d. adanya keadaan atau kejadian tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian
kerja, peraturan perusahaan, atau perjanjian kerja bersama yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja

Page | 15
2.12. Etika Bisnis dan Teknologi Informasi
Teknologi informasi atau yang biasa di singkat TI memiliki arti yaitu,
istilah umum untuk teknologi apa pun yang membantu menusia dalam membuat,
mengubah, menyimpan,mengomunikasikan adan menyebarkan informasi.
Teknologi menggunakan komputasi dan komunikasi berkecepatan tinggi untuk
data, suara, dan video.
Jadi, Etika bisnis dibidang Ti adalah pemikiran kritis mendasar tentang
pandangan moral dalam usaha perdagangan yang dilakukan seseorang atau
kelompok untuk mendapatkan laba dengan memproduksi dan menjual barang atau
jasa untuk memenuhi kebutuhan konsumen dengan memanfaatkan teknologi
informasi agar barang atau jasa yang jual dapat dipasarkan dengan luas dan
mudah.
Kita ketahui pada saat ini, teknologi informasi pada masa sekarang
memiliki perkembangan yang sangat pesat. Dari perkembangan tersebut, memiliki
dampak yang sangat besar bagi kehidupan manusia, hampir disetiap unsur
kehidupan manusia menggunakan teknologi, mulai dari bangun tidur sampai tidur
lagi. Beberapa contoh seperti dalam dunia bisnis, sekarang ada yang namanya e-
commerce, merupakan kegiatan jual beli yang memanfaatkan bidang TI. Dengan
begitu kegiatan jual beli tidak memerlukan tempat fisik seperti toko, hal tersebut
dapat meminimalkan modal awal yang harus dikeluarkan untuk melakukan jual
beli, untuk hal promosi juga menjadi sangat mudah dengan menggunakan social
media yang sebagian besar orang memiliki.
Tetapi, pasti walaupun banyak sekali dmapak positif yang dirasakan,pasti
ada dampak positif yang mengikuti dari belakang. Oleh karena itu, sekarang
banyak orang yang membahasa tentang etika dalam dunia teknologi informasi,
karena etika dipandang perlu dibentuk sebagai perilaku yang mengikat oleh
pengguna teknologi informasi. Untuk menciptakan etika bisnis dengan
memanfaatkan teknologi informasi, kita harus mengetahui terlebih dahulu tentang
prinsip dasar etika bisnis, menurut Sony Keraf dalam buku etika bisnis :
Membangun Citra Bisnis Sebagai profesi Luhur, menjelasakan beberapa hal yang
menjadi prinsip dari etika bisnis, yaitu :

Page | 16
 Printip Otonomi : sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil
keputusan dan bertindak berdaasrkan kesadarannya tentang apa yang
dianggapnya baik untuk dilakukan.
 Prinsip kejujuran : terdapat tiga lingkup keghiatan bisnis ynag bisa
ditunjukkan secara jelasa bahwa bisnis tidak akan bisa bertahan lama dan
berhasil jika tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama jujur dalam
pemenuhan syarat0syarat oerjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam
penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding.
Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intim dalam suatu perusahaan.
 Prinsip keadilan : menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama
sesuai dengan aturan yang adil dan sesuai kriteria yang rasional obyektif,
serta dapat dipertanggung jawabkan.
 Printip saling menguntungkan(mutual benefit principle) : menuntut agar
bisnis dijalankan sedemikian tupa sehingga menguntungkan semua pihak.
 Prinsip integritas moral : terutama dihayati sebagai tuntunan internal
dalam diri perilaku bisnis atau perusahaan, agar perlu menjalankan bisnis
dengan tetap menjaga nama baik pimpinan/orang-orang maupun
perusahaannya.

Page | 17
BAB III
KESIMPULAN

4.1. Kesimpulan
Dalam bisnis dengan para pelakunya yang merupakan orang biasa, maka
diperlukan prinsip-prinsip etika bisnis dan moral yang melandasi setiap pelaku
bisnis tersebut. Adanya etika bisnis membuktikan bahwa bagi bisnis justru tidak
ada pengecualian serta bukan pula bentuk permusuhan yang lama terhadap bisnis
dan kegiatan ekonomis.
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai –
nilai moral dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan
memecahkan persoalan. Kelompok pemilik kepentingan yang memengaruhi
keputusan bisnis adalah Para pengusaha dan mitra usaha, Petani dan perusahaan
pemasok bahan baku, Organisasi pekerja, pemerintah, bank, investor, masyarakat
umum serta pelanggan
Etika bisnis bisa membantu untuk mengambil keputusan moral yang dapat
dipertanggungjawabkan, tapi tidak berniat mengganti tempat dari para pelaku
moral dalam perusahaan.
Setiap perusahaan harus memiliki tanggung jawab terhadap semua pihak
yang bersangkutan dengan perusahaannya seperti tanggung jawabnya terhadap
lingkungan, karyawan, investor, pelanggan, masyarakat. Karena dengan beretika
bisnis yang baik selain dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua
unsur yang berpengaruh pada perusahaan, juga sangat menentukan maju /
mundurnya suatu perusahaan.

Page | 18
DAFTAR PUSTAKA
A.S. Hornbin. Oxford Advanced Learner’s Dictionary of Current English. Oxford
University Press. 1989.
Aris Budiyono, dkk. Makalah Hubungan Etika dengan Moral, Norma dan Nilai.
Diakses pada 4 Januari 2024.
https://www.academia.edu/28798274
Fardiyan, Ahmad Rudi. Etika Siber dan signifikan Moral Dunia Maya. Prosiding
Seminar Nasional Komunikasi 2016.
Ir. Mustika Ranto Gulo. Tinjauan Cyberethicss dan Cyber Low. 15 Januari 2013.
https://ahlikomunikasi.wordpress.com Diakses pada 4 Januari 2024.
Spinello, R.A. & Tavani, H.T. 2004. Reading In Cyberethics 2nd Edition. USA:
Jone & Barlett Publisher, Inc.
http://www.hukumtenagakerja.com/perjanjian-kerja-untuk-waktu
tertentu/#sthash.EF491rzD.dpuf
http://adheirma309.blogspot.com/2014/12/makalah-etika-bisnis.html

Page | 19

Anda mungkin juga menyukai