EKONOMI MONETER
UNIVERSITAS MOCH. SROEDJI JEMBER
Disusun oleh :
Danito das neves kadis
16.13011.3452
Fanggi gusti pranata
16.130111.3469
Dosen pembimbing :
DRS. H. ISTATUK BUDI YUSWANTO, M.SI
Page | 1
BAB I
PENDAHULUAN
Page | 2
1.2 Dasar Teori
Menurut kamus, istilah etika memiliki beragam makna berbeda. Salah satu maknanya
adalah “prinsip tingkah laku yang mengatur individu dan kelompok”. Makna kedua menurut
kamus – lebih penting – etika adalah “kajian moralitas”. Tapi meskipun etika berkaitan
dengan moralitas, namun tidak sama persis dengan moralitas. Etika adalah semacam
penelaahan, baik aktivitas penelaahan maupun hasil penelaahan itu sendiri, sedangkan
moralitas merupakan subjek.
1.3 Tujuan
Tujuan pembuatan makalah ini adalah untuk mengetahui dan memberikan wawasan yang
utuh, komprehensip dan mendalam tentang etika dalam berbisnis dengan berbagai prinsip dan
tujuannya.
Page | 3
BAB 2
PEMBAHASAN
2.1. Moralitas
Moral berasal dari kata ‘mos’ dalam bahasa latin, yang bentuk jamaknya ‘mores’,
yang artinya adalah tata cara atau adat istiadat.
Kamus Besar Bahasa Indonesia (1989:592), “moral diartikan sebagai akhlak, budi pekerti,
atau susila”. Sehingga moralitas dapat dipahami sebagai pedoman yang dimiliki individu atau
kelompok mengenai apa itu benar dan salah, atau baik dan jahat.
Pedoman moral mencakup norma-norma yang kita miliki mengenai jenis-jenis
tindakan yang kita yakini benar atau salah secara moral, dan nilai-nilai yang kita terapkan
pada objek-objek yang kita yakini secara moral baik atau secara moral buruk. Norma moral
seperti “selalu katakan kebenaran”, “membunuh orang tak berdosa itu salah”. Nilai-nilai
moral biasanya diekspresikan sebagai pernyataan yang mendeskripsikan objek-objek atau
ciri-ciri objek yang bernilai, semacam “kejujuran itu baik” dan “ketidakadilan itu buruk”.
Standar moral pertama kali terserap ketika masa kanak-kanak dari keluarga, teman, pengaruh
kemasyarakatan seperti gereja, sekolah, televisi, majalah, music dan perkumpulan.
2.2. Etika
Etika berasal dari dari kata Yunani, Ethos (jamak – ta etha), berarti adat istiadat. Etika
berkaitan dengan kebiasaan hidup yang baik, baik pada diri seseorang maupun pada suatu
masyarakat. Etika berkaitan dengan nilai-nilai, tatacara hidup yg baik, aturan hidup yg baik
dan segala kebiasaan yg dianut dan diwariskan dari satu orang ke orang yang lain atau dari
satu generasi ke generasi yg lain
Etika merupakan penelaahan standar moral, proses pemeriksaan standar moral orang
atau masyarakat untuk menentukan apakah standar tersebut masuk akal atau tidak untuk
diterapkan dalam situasi dan permasalahan konkrit. Tujuan akhir standar moral adalah
mengembangkan bangunan standar moral yang kita rasa masuk akal untuk dianut.
Page | 4
Etika menurut para ahli:
a. Nietzsche, etika sebagai ilmu menghimbau orang untuk memiliki moralitas tuan dan
bukan moralitas hamba.
b. Kant, etika berusaha menggugah kesadaran manusia untuk bertindak secara otonom
dan bukan secara heteronom. Etika bermaksud membantu manusia untuk bertindak
secara bebas dan bertanggungjawab. Kebebasan dan tanggung jawab adalah unsur
pokok dari otonomi moral yang merupakan salah satu prinsip utama moralitas,
termasuk etika bisnis.
Page | 5
2.5. Prinsip-prinsip Etika Bisnis.
Pada dasarnya, setiap pelaksanaan bisnis seyogyanya harus menyelaraskan proses
bisnis tersebut dengan etika bisnis yang telah disepakati secara umum dalam lingkungan
tersebut. Sebenarnya terdapat beberapa prinsip etika bisnis yang dapat dijadikan pedoman
bagi setiap bentuk usaha. Sonny Keraf (1998) menjelaskan bahwa prinsip etika bisnis adalah
sebagai berikut :
a. Prinsip Otonomi
Sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak berdasarkan
kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
b. Prinsip Kejujuran
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis
tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran. Pertama,
jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kedua, kejujuran dalam
penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang sebanding. Ketiga, jujur dalam
hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan.
c. Prinsip Keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil dan
sesuai criteria yang rasional obyektif, serta dapat dipertanggung jawabkan.
d. Prinsip Saling Menguntungkan (Mutual Benefit Principle)
Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
e. Prinsip Integritas Moral
Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan, agar
perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orang-orangnya
maupun perusahaannya.
Page | 6
2.6. Hal-hal Yang Harus Diketahui Dalam Menciptakan Etika Bisnis.
a. Menuangkan ke dalam Hukum Positif
Perlunya sebagian etika bisnis dituangkan dalam suatu hukum positif yang menjadi
Peraturan Perundang-Undangan dimaksudkan untuk menjamin kepastian hukum dari
etika bisnis tersebut, seperti “proteksi” terhadap pengusaha lemah.
b. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh)
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan
“kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
c. Pengembangan Tanggung Jawab Sosial (Social Responsibility)
Pelaku bisnis disini dituntut untuk peduli dengan keadaan masyarakat, bukan hanya
dalam bentuk “uang” dengan jalan memberikan sumbangan, melainkan lebih
kompleks lagi.
d. Memelihara Kesepakatan
Memelihara kesepakatan atau menumbuhkembangkan Kesadaran dan rasa Memiliki
terhadap apa yang telah disepakati adalah salah satu usaha menciptakan etika bisnis.
e. Mampu Menyatakan yang Benar itu Benar
Kalau pelaku bisnis itu memang tidak wajar untuk menerima kredit (sebagai contoh)
karena persyaratan tidak bisa dipenuhi dan jangan memaksa diri untuk mengadakan
“kolusi” serta memberikan “komisi” kepada pihak yang terkait.
Page | 7
Norma umum ini terbagi menjadi 3 yaitu:
a. Norma Sopan santun atau Norma Etiket, yaitu adalah norma yang mengatur pola
perilaku dan sikap lahiriah dalam pergaulan sehari-hari. Etika tidak sama dengan
Etiket. Etiket hanya menyangkut perilaku lahiriah yang menyangkut sopan santun
atau tata karma
b. Norma Hukum adalah norma yang dituntut keberlakuannya secara tegas oleh
masyarakat karena dianggap perlu dan niscaya demi keselamatan dan kesejahteraan
manusia dalam kehidupan bermasyarakat. Norma hukum ini mencerminkan harapan,
keinginan dan keyakinan seluruh anggota masyarakat tersebut tentang bagaimana
hidup bermasyarakat yang baik dan bagaimana masyarakat tersebut harus diatur
secara baik
c. Norma Moral, yaitu aturan mengenai sikap dan perilaku manusia sebagai
manusia. Norma moral ini menyangkut aturan tentang baik buruknya, adil tidaknya
tindakan dan perilaku manusia sejauh ia dilihat sebagai manusia.
Page | 8
2.9. Kendala Pencapaian tujuan etika bisnis di Indonesia
Keraf (1993:81-83) menyebut beberapa kendala tersebut yaitu:
a. Standar moral para pelaku bisnis pada umumnya masih lemah. Banyak di antara
pelaku bisnis yang lebih suka menempuh jalan pintas, bahkan menghalalkan segala
cara untuk memperoleh keuntungan dengan mengabaikan etika bisnis, seperti
memalsukan campuran, timbangan, ukuran, menjual barang yang kadaluwarsa, dan
memanipulasi laporan keuangan
b. Banyak perusahaan yang mengalami konflik kepentingan. Konflik kepentingan ini
muncul karena adanya ketidaksesuaian antara nilai pribadi yang dianutnya atau antara
peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak dicapainya, atau konflik antara
nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang dilakukan oleh sebagian besar
perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan dengan kepentingan
masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa jadi akan gagal
karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
c. Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil. Hal ini diperkeruh oleh banyaknya
sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit politik, yang di satu sisi
membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi kesempatan bagi pihak
yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha bisnisnya. Situasi
ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk memanfaatkan
peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
d. Lemahnya penegakan hukum. Banyak orang yang sudah divonis bersalah di
pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap memangku jabatannya di pemerintahan.
Kondisi ini mempersulit upaya untuk memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-
norma etika.
e. Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen. Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di
bawahnya belum secara khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik
bisnis dan manajemen.
Page | 9
2.10. Peran Etika Bisnis
Adapun etika bisnis perusahaan memiliki peran yang sangat penting, yaitu untuk
membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan memiliki daya saing yang tinggi serta
mempunyai kemampuan menciptakan nilai (value-creation) yang tinggi, dimana diperlukan
suatu landasan yang kokoh untuk mencapai itu semua. Dan biasanya dimulai dari
perencanaan strategis, organisasi yang baik, sistem prosedur yang transparan didukung oleh
budaya perusahaan yang handal serta etika perusahaan yang dilaksanakan secara konsisten
dan konsekuen.
Menurut Richard De George, bila perusahaan ingin sukses/berhasil memerlukan 3 hal pokok
yaitu :
a) Memiliki produk yang baik
b) Memiliki managemen yang baik
c) Memiliki Etika
Page | 10
mengabaikan ketentuan yang ada dalam UU Ketenagakerjaan sepanjang perusahaan dan
karyawan menyepakatinya.
Suatu PKWT wajib dibuat secara tertulis. PKWT yang tidak didaftarkan pada instansi
ketenagakerjaan terkait di wilayahnya masing-masing. PKWT yang tidak didaftarkan pada
instansi ketenagakerjaan akan membuat PKWT itu menjadi tidak sah, dan secara otomatis
PKWT itu akan menjadi PKWTT dimana karyawan secara otomatis pula memperoleh hak-
haknya sesuai peraturan perundang-undangan dibidang ketenagakerjaan.
Jika jangka waktu perjanjiannya habis, PKWT dapat diperpanjang dan diperbaharui
kembali. PKWT yang berdasarkan pada jangka waktu tertentu dapat diadakan untuk paling
lama 2 tahun, dan setelahnya hanya boleh diperpanjang 1 kali untuk jangka waktu paling
lama 1 tahun.
Dalam PKWT tidak dikenal adanya masa percobaan kerja. Jika dalam PKWT
disyaratkan adanya masa percobaan kerja, maka masa percobaan kerja itu batal demi hukum.
Sejak PKWT tersebut didaftarkan pada instansi dinas ketenagakerjaan terkait, hukum tidak
mengakui adanya masa percobaan kerja dan karenanya sejak awal masa percobaan tersebut
dianggap tidak ada. Sebaliknya, dalam PKWTT dapat dipersyaratkan adanya masa percobaan
kerja yang lamanya tidak boleh lebih dari 3 bulan.
Page | 11
PKWTT dapat mensyaratkan adanya masa percobaan kerja untuk paling lama 3
bulan.Selama masa percobaan Perusahaan wajib membayar upah pekerja dan upah tersebut
tidak boleh rendah dari upah minimum yang berlaku. Suatu PKWTT – termasuk juga PKWT
dapat berakhir karena :
- Pekerja meninggal dunia
- Berakhirnya jangka waktu perjanjian kerja
- Adanya putusan pengadilan atau putusan/penetapan lembaga penyelesaian
perselisihan hubungan industrial yang telah mempunyai kekuatan hukum tetap
Munculnya keadaan tertentu yang dicantumkan dalam perjanjian kerja yang dapat
menyebabkan berakhirnya hubungan kerja PKWTT tidak berakhir karena berakhirnya
perusahaan atau beralihnya hak atas perusahaan karena penjualan, pewarisan, atau hibah.
Dalam hal terjadi pengalihan perusahaan, misalnya hal karyawan menjadi tanggung jawab
perusahaan baru, kecuali ditentukan lain dalam perjanjian pengalihan diantara pengurus
perusahaan yang lama dan yang baru – dan perjanjian itu tidak boleh mengurangi hak-hak
karyawan. Dalam hal perusahaan merupakan orang perseorangan dan meninggal dunia, ahli
waris pengusaha tersebut dapat mengakhiri perjanjian kerja setelah merundingkannya dengan
karyawan. Dalam hal karyawan yang meninggal dunia, ahli waris karyawan itu berhak
mendapatkan hak-haknya sesuai dengan peraturan perundang-undangan yang berlaku atau
yang telah diatur dalam perjanjian kerja, peraturan perusahaan ,atau perjanjian kerja bersama.
Page | 12
Manifestasi dari pekerjaan yang diberikan kepada pekerja oleh pengusaha adalah
pekerja yang bersangkutan harus tunduk pada perintah pengusaha untuk melakukan pekerjaan
sesuai dengan yang diperjanjikan. Di sinilah perbedaan hubungan kerja dengan hubungan
lainnya.
c. Adanya Unsur Upah
Upah memegang peranan penting dalam hubungan kerja, bahkan dapat dikatakan bahwa
tujuan utama orang bekerja pada pengusaha adalah untuk memperoleh upah. Sehingga jika
tidak unsur upah, maka suatu hubungan tersebut bukan merupakan hubungan kerja.
BAB III
Page | 13
STUDI KASUS
Berdasarkan referensi-referensi dan contoh diatas. saya sependapat etika bisnis adalah
studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar dan salah yang harus dipelajari oleh
semua perilaku bisnis. karena menurut saya dalam berbisnis sangat penting untuk beretika
Page | 14
dan melakukan persaingan yang sehat antar pelaku bisnis. kita dapat melihat di contoh diatas
pelaku bisnis yang menggunakan etika dalam berbisnis akan mengikuti transparansi,
kejujuran, dan nilai-nilai moral yang baik. sedangkan pada contoh ketiga ialah contoh kasus
yang melakukan penipuan dan penyesatan. sangat tidak bagus dan merusak nama dan citra
perusahaan.
BAB IV
KESIMPULAN
Page | 15
4.1. Kesimpulan
Dalam bisnis dengan para pelakunya yang merupakan orang biasa, maka diperlukan
prinsip-prinsip etika bisnis dan moral yang melandasi setiap pelaku bisnis tersebut. Adanya
etika bisnis membuktikan bahwa bagi bisnis justru tidak ada pengecualian serta bukan pula
bentuk permusuhan yang lama terhadap bisnis dan kegiatan ekonomis.
Etika bisnis adalah suatu kode etik perilaku pengusaha berdasarkan nilai – nilai moral
dan norma yang dijadikan tuntunan dalam membuat keputusan dan memecahkan persoalan.
Kelompok pemilik kepentingan yang memengaruhi keputusan bisnis adalah Para pengusaha
dan mitra usaha, Petani dan perusahaan pemasok bahan baku, Organisasi pekerja, pemerintah,
bank, investor, masyarakat umum serta pelanggan
Etika bisnis bisa membantu untuk mengambil keputusan moral yang dapat
dipertanggungjawabkan, tapi tidak berniat mengganti tempat dari para pelaku moral dalam
perusahaan.
Setiap perusahaan harus memiliki tanggung jawab terhadap semua pihak yang
bersangkutan dengan perusahaannya seperti tanggung jawabnya terhadap lingkungan,
karyawan, investor, pelanggan, masyarakat. Karena dengan beretika bisnis yang baik selain
dapat menjamin kepercayaan dan loyalitas dari semua unsur yang berpengaruh pada
perusahaan, juga sangat menentukan maju / mundurnya suatu perusahaan.
DAFTAR PUSTAKA
Page | 16
http://www.hukumtenagakerja.com/perjanjian-kerja-untuk-waktu
tertentu/#sthash.EF491rzD.dpuf
http://adheirma309.blogspot.com/2014/12/makalah-etika-bisnis.html
Page | 17