Anda di halaman 1dari 20

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang

Dewasa ini sektor ekonomi telah mengalami perkembangan yang sangat pesat

dalam berbagai bidang. Perkembangan ekonomi ini didorong dengan perkembangan

dunia usaha yang semakin ketat antara pengusaha satu dengan pengusaha lainnya.

Kegiatan bisnis yang merebak baik di luar maupun di dalam negeri menimbulkan

persaingan bisnis sehingga orang/pengusaha berlomba untuk menciptakan kreativitas

baru agar tetap bersaing.

Dalam dunia bisnis, tujuan utama dari bisnis tentunya berorientasi pada

keuntungan. Namun perlu diingat dalam mencari keuntungan pelaku bisnis juga harus

memperhatikan pihak lain yang terlibat dalam bisnis yang mereka jalani. Misalnya

dalam segi sosial, apakah bisnis yang dijalani mengganggu kepentingan masyarakat

atau tidak. Pelaku bisnis juga perlu memperhatikan alam sekitar dan memastikan agar

bisnis yang dijalani selaras dengan alam atau tidak mengganggu stabilitas alam. Hal

ini juga penting dalam rangka mempertahakan bisnis itu sendiri untuk jangka waktu

panjang.

Maka kemudian munculah istilah etika bisnis. Apa itu etika bisnis? Etika bisnis

merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mecakup seluruh aspek yang

berkaitan dengan individu, perusahaan, dan juga masyarakat. Dalam etika bisnis ada

nilai-nilai moral yang mengatur pola hubungan antara bisnis dengan lingkungan

bisnis, bisnis dengan lingkungan sosial, dan bisnis dengan lingkungan alam.

1
B. Identifikasi Masalah

1. Apa yang dimaksud dengan perilaku dan bisnis?

2. Apa itu Etika Bisnis?

3. Bagaimana hubungan antara etika dan bisnis secara umum?

4. Bagaimana tujuan etika bisnis?

5. Bagaimana prinsip-prinsip dalam etika bisnis?

6. Bagaimana pengaruh etika bisnis terhadap konsep ekonomi klasik dan modern?

C. Tujuan Penulisan

1. Menjelaskan apa yang di maksud dari perilaku dan bisnis.

2. Menjelaskan pengertian etika bisnis

3. Untuk mengetahui bagaimana tujuan dari adanya etika bisnis.

4. Untuk mengetahui prinsip-prinsip dalam etika bisnis.

5. Untuk mengetahui konsep etika dan bisnis secara umum

6. Untuk memenuhi tugas mata kuliah hukum ekonomi.

2
BAB II

PEMBAHASAN

A. Pengertian Perilaku Bisnis dan Etika Bisnis

1. Pengertian Perilaku

Perilaku adalah tindakan atau aktivitas dari manusia itu sendiri yang

mempunyai bentangan arti yang sangat luas antara lain: berjalan, berbicara,

menangis, tertawa, bekerja, kuliah, menulis, membaca, dan sebagainya. Dari uraian

tersebut bisa disimpulkan bahwa perilaku manusia adalah semua kegiatan atau

aktivitas manusia, baik yang diamati langsung, maupun yang tidak dapat diamati

oleh pihak luar (Notoatmodjo, 2003).

Sedangkan dalam pengertian umum perilaku ialah segala perbuatan atau

tindakan yang dilakukan oleh makhluk hidup. Pengertian perilaku dapat dibatasi

sebagai keadaan jiwa untuk berpendapat, berpikir, bersikap, dan lain sebagainya

yang merupakan refleksi dari berbagai macam aspek, baik fisik maupun non fisik.

2. Pengertian Bisnis

Menurut Wikipedia Bisnis adalah suatu organisasi yang menjual barang atau

jasa kepada konsumen atau bisnis lainnya, untuk mendapatkan laba.

Secara historis kata bisnis dari bahasa inggris business, dari kata dasar busy

yang berarti "sibuk" dalam konteks individu, komunitas, ataupun masyarakat. Yang

di maksud “sibuk” disini ialah mengerjakan aktivitas dan pekerjaan yang

mendatangkan keuntungan. Jadi dapat disimpulkan perilaku bisnis adalah segala

3
perbuatan atau tindakan yang dilakukan didalam kegiatan usaha jual beli baik

barang maupun jasa yang bertujuan untuk memperoleh keuntungan.

3. Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan studi yang dikhususkan mengenai moral yang benar

dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana diterapkan

dalam kebijakan, institusi, dan perilaku bisnis (Velasquez, 2005).

Etika Bisnis merupakan suatu rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus

diikuti apabila menjalankan bisnis. Dalam etika bisnis terdapat pengetahuan

mengenai cara ideal dalam mengatur dan mengelola bisnis yang memperhatikan

norma dan moralitas yang berlaku secara universal.

Etika bisnis memiliki kaitan erat dengan masalah penilaian terhadap kegiatan

dan perilaku bisnis yang mengacu pada kebenaran atau kejujuran berusaha dalam

bisnis. Kebenaran yang dimaksud adalah etika standar yang secara umum dapat

diterima dan diakui prinsip-prinsipnya baik oleh masyarakat, perusahaan maupun

individu.

Etika bisnis dan etika personal merupakan kesatuan yang tidak terpisahkan

dan keberadaannya saling melengkapi. Istilah etika bisnis mengandung pengertian

bahwa etika bisnis merupakan sebuah rentang aplikasi etika yang khusus

mempelajari tindakan yang diambil oleh bisnis dan pelaku bisnis (Erni Rusyani

Ernawan, 2003).

Definisi etika bisnis sendiri sangat beraneka ragam tetapi memiliki satu

pengertian yang sama, yaitu pengetahuan tentang tata cara ideal pengaturan dan

pengelolaan bisnis yang memperhatikan norma dan moralitas yang berlaku secara

4
universal dan secara ekonomi/sosial, dan penerapan norma dan moralitas ini

menunjang maksud dan tujuan kegiatan bisnis (Muslich,1998:4).

Beberapa ahli ada juga yang mendefinisikan etika bisnis sebagai batasan-

batasan sosial, ekonomi, dan hukum yang bersumber dari nilai-nilai moral

masyarakat yang harus dipertanggungjawabkan oleh perusahaan dalam setiap

aktivitasnya (Amirullah & Imam Hardjanto, 2005).

B. Perkembangan Etika bisnis

Penyertaaan etika dalam sistem bisnis sudah melekat dimana dalam setiap

aspek bisnis selalu dilakukan pertimbangan mengenai apa yang boleh dilakukan dan

tidak. Berikut adalah perkembangan etika bisnis menurut (Bertens, 2000).

1. Situasi Dahulu

Pada awal sejarah filsafat, Plato, Aristoteles, dan filsuf-filsuf Yunani lain

menyelidiki bagaimana sebaiknya mengatur kehidupan manusia bersama dalam

Negara dan membahas bagaimana kehidupan ekonomi dan kegiatan niaga harus di

atur.

2. Masa Peralihan

Pada tahun 1960-an ditandai pemberontakan terhadap kuasa dan otoriter di

Amerika Serikat, Revolusi mahasiswa (di ibu kota Perancis), penolakan terhadap

establishment (kemapanan). Hal ini memberi perhatian pada duna pedidikan

khususnya manajemen, yaitu dengan menambahkan mata kuliah baru dalam

kurikulum dengan nama Business and Society. Topik yang paling sering di bahas

adalah corporate social responsibility.

5
3. Etika Bisnis lahir di Amerika Serikat

Pada tahun 1970-an sejumlah filsuf mulai terlibat dalam memikirkan masalah-

masalah etis di sekitar bisnis dan etika bisnis dianggap sebagai suatu tanggapan

tepat atas krisis moral yang sedang meliputi dunia bisnis di Amerika Serikat

4. Etika Bisnis Meluas ke Eropa

Pada tahun 1980-an di Eropa Barat, etika bisnis sebagai ilmu baru mulai

berkembang kira-kira 10 tahun kemudian. Terdapat pertemuan antara akademisi

dari universitas serta sekolah bisnis yang disebut European Business Ethics

Network (EBEN).

5. Etika Bisnis Menjadi Fenomena Global

Pada tahun 1990-an tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah

berkembang ke seluruh dunia. Telah didirikan Internasional Society for Business,

Economics, and Ethics (ISBEE) pada 25-28 Juli 1996 di Tokyo.

C. Prinsip-Prinsip Etika Bisnis

1. Prinsip Otonomi

Otonomi ialah sikap dan kemampuan manusia dalam mengambil suatu

keputusan serta bertindak berdasarkan tututan hati nuraninya, kesadarannya sendiri

suatu kebaikan yang dapat ia beri kepada orang lain.

2. Prinsip Kejujuran

Prinsip kejujuran dalam setiap tindakan atau perikatan bisnis merupakan hal

yang utama. Kejujuran diperlukan dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan

kontrak. Dalam perikatan perjanjian dan kontrak tertentu, semua pihak saling

6
percaya satu sama lain, tulus dan jujur membuat perjanjian dan kontrak, serius,

tulus dan jujur melaksanakan perjanjian. Kejujuran sangat menentukan

keberlanjutan relasi dan kelangsungan bisnis selanjutnya.

3. Prinsip Keadilan

Semua pihak yang terlibat dalam bisnis merupakan praktek utama dalam

menjalankan prinsip keadilan. Prinsip keadilan perlu dilakukan agar setiap orang

dalam kegiataan bisnis secara internal maupun eksternal di dalam perusahaan

mendapat perlakuan sesuai dengan hak dan kewajiban masing-masing.

4. Prinsip Saling Menguntungkan

Keuntungan yang diperoleh perlu diberikan kepada semua yang terlibat dalam

kegiatan bisnis. Hal ini agar semua orang merasa mendapat keuntungan yang

setimpal karena kontribusi yang telah diberikan. Saling menguntungkan merupakan

cermin integritas moral internal pelaku bisnis atau perusahaan agar nama baik

pribadi atau nama baik perusahaan untuk berbisnis tetap terjaga, dipercaya dan

kompetitif.

D. Sasaran dan Ruang Lingkup Etika Bisnis

 Etika bisnis sebagai etika profesi membahas berbagai prinsip, kondisi dan

masalah terkait dengan praktek bisnis yang baik, etika bisnis berfungsi

menggugah kesadaran moral pelaku bisnis agar berperilaku baik dalam

menjalankan usahanya demi nilai luhur tertentu (agama, budaya) dan demi

kelanjutan bisnisnya.

7
 Menyadarkan masyarakat yang terdiri dari konsumen, karyawan, pemasok,

penduduk disekitar lokasi usaha, investor akan hak mereka yang tidak boleh

dilanggar oleh praktek bisnis.

 Menilai apakah sistem ekonomi disuatu wilayah sesuai dengan etika bisnis atau

apakah masih ada praktek-praktek kotor seperti monopoli, oligopoly, pencucian

uang, perdagangan gelap, dan lain-lain.

E. Faktor Pendukung Implementasi Etika Bisnis

1. Adanya Keperdulian

Yaitu keperdulian terhadap kemajuan mutu kehidupan oleh seorang manajer

kepada karyawannya atau mereka yang terlibat dalam pembangunan bisnis

“Quality of Work Life”.

2. Adanya Kepercayaan

Dalam dunia bisnis, kepercayaan publik pada perusahaan memiliki pengaruh

yang cukup besar. Apabila publik tidak percaya pada perusahaan, maka bisa jadi

akan ada kesulitan bagi perusahaan untuk berkembang mengingat publik bisa saja

melaporkan suatu bisnis yang menyebabkan bisnis tersebut di tutup.

3. Adanya sanksi

Sanksi mulai diberikan oleh pengadilan kepada perusahaan-perusahaan/ bisnis

yang melanggar etika, aturan-aturan yang telah ditetapkan, atau bisnis yang terlibat

dalam suatu skandal. Misalnya penggelapan pajak.

8
4. Kontrol dari LSM (Lembaga Survey Masyarakat)

LSM yang ada berfungsi untuk mengawasi perusahaan dengan

mempertimbangkan dampak dari adanya bisnis tersebut terhadap masyarakat. LSM

dapat melaporkan suatu bisnis apabila bisnis tersebut dianggap merugikan

masyarakat dengan membuat aduan kepada pihak yang berwenang untuk kemudian

di proses sehingga LSM memiliki cukup pengaruh terhadap keberlangsungan suatu

perusahaan.

5. Kekuatan Publisitas oleh Media

Tidak bisa dipungkiri bahwa media memiliki peranan besar dalam

keberlangsungan suatu bisnis. Misalnya dalam bisnis, pasti menghasilkan suatu

produk baik barang maupun jasa. Dengan bantuan media, produk tersebut dapat di

promosikan dengan membuat iklan baik pada media cetak maupun eletronik.

Namun perlu diingat media juga dapat menjatuhkan suatu bisnis apabila produk

yang dihasilkan tidak berkualitas dan mengabaikan etika dalam bisnis yang

didalamnya juga ada prinsip kejujuran.

6. Adanya Transformasi Organisasi

Transformasi disini artinya, organisasi tidak hanya berorientasi pada keuntungan

semata, namun juga berorientasi pada keharusan menjaga suatu hubungan, baik itu

masyarakat, alam, maupun pemerintah.

F. Bisnis Dan Etika Dalam Dunia Modern

Bisnis modern dipengaruhi oleh aspek manajerial, teknologi, dan politik

sosial-kultural. Bisnis disebut kegiatan sosial karena berbagai aspek kegiatannya

9
berhubungan dengan masyarakat. Kegiatan bisnis, cara cara bisnis dapat membentuk

perilaku masyarakat, perilaku bisnis dapat membentuk sikap masyarakat menjadi

materialistis. Aspek bisnis dari sisi etis atau moral merupakan hal penting yang tidak

disadari.

1. Menurut Pandangan Ekonomis

Bisnis merupakan suatu kegiatan ekonomis yang didalamnya terjadi interaksi

antar manusia atau antar suatu organisasi yang saling tukar-menukar, jual-beli,

memproduksi-memasarkan, bekerja-mempekerjakan, pembuatan kontrak jual beli

dan interaksi lainnya dengan maksud memperoleh manfaat atau keuntungan dari

pihak-pihak yang berbisnis.

Dalam bisnis modern, keuntungan diekspresikan dalam bentuk uang atau

manfaat. Namun adapula bisnis yang tidak selalu berorientasi pada uang.

Kadangkala kegiatan bisnis juga ditujukan untuk kepentingan sosial

kemasyarakatan. Keuntungan yang diperoleh dalam hal tersebut adalah perbaikan

image pebisnis yang terlibat dalam interaksi bisnis dimata masyarakat itu sendiri.

Perolehan keuntungan dalam bisnis tidak bersifat sepihak semata, melainkan

diadakan untuk kepentingan kedua belah pihak dalam interaksi.

2. Menurut Pandangan Moral

Aspek moral berfungsi sebagai alat kontrol perilaku berbisnis. Berbisnis

bukan berarti seseorang dapat melakukan semuanya demi untuk pencapaian

keuntungan semata, namun lebih utama adalah pemberian penghormatan kepada

partner bisnis ataupun mereka yang tidak pernah ikut serta dalam bisnis untuk juga

bisa memperoleh manfaat dari usaha interaksi bisnis yang dilakukan. Upaya

10
menghormati kepentingan dan hak orang lain bermanfaat dilakukan untuk

memelihara kepentingan bisnis itu sendiri.

Perilaku yang baik dalam bisnis merupakan perilaku yang sesuai dengan

norma-norma moral, sedangkan perilaku bisnis yang buruk bertentangan atau

menyimpang dari norma-norma moral. Suatu perbuatan bisnis dapat dinilai baik

secara mendalam jika prestasi bisnis yang dilakukan memenuhi standar moral.

3. Menurut Pandangan Hukum

Hukum Dagang atau Hukum Bisnis mendasari setiap upaya operasionalisasi

bisnis modern. Dalam praktek hukum, banyak persoalan timbul sehubungan dengan

interaksi bisnis bertaraf nasional maupun internasional. Hukum merupakan sudut

pandang normatif dari sisi aturan main yang disepakati. Hukum menetapkan segala

sesuatu yang harus dilakukan atau tidak boleh dilakukan selama berbisnis.

Hukum merupakan aturan bisnis, koridor dan acuan materiil untuk

melaksanakan etika bisnis. Hukum bersifat materiil praktis, sementara etika bersifat

moral. Tanpa hukum mungkin etika sebagai dasar moralitas sebuah kegiatan bisnis

mustahil dapat dilakukan. Hukum bisa saja tertulis, sementara etika merupakan

perjanjian bathin antara manusia dengan penciptanya. Walaupun terdapat hubungan

erat antara norma hukum dan norma etika, namun dua macam norma itu tidak sama.

Hukum tetap harus didasari etika agar dapat memberikan pertimbangan hukum yang

adil dan bisa dinilai bermoral.

Salah satu contoh adalah hukum lingkungan hidup. Sebelum diberlakukan

Undang-Undang Lingkungan Hidup, industri kerap kali menimbulkan polusi udara,

air, atau tanah, yang sangat merugikan masyarakat.

11
Pada tata kehidupan tradisional, kebudayaan yang terlihat misalnya dari

bentuk bangunan tradisional yang biasanya diterapkan pembangunannya melalui

rumah tradisional atau rumah adat yang dibangun dengan cara yang sama oleh

beberapa generasi. Berlatar belakang religi, baik secara konsep, pelaksanaan

pembangunannya maupun wujud bangunannya, misalnya adanya upacara

pemasangan tiang pertama, selamatan/ kenduri, penentuan waktu yang tepat, arah

hadap rumah, bahan bangunan yang digunakan dan sebagainya yang dipercaya bisa

membawa pengaruh terhadap kehidupan penghuninya, menyangkut keselamatan,

kabahagiaan, kemujuran, rejeki dan lainran hukum atau peraturan yang berlaku

belum ada atau tidak jelas.

Bisnis harus patuh pada hukum dan peraturan yang berlaku. Jadi tidak semua

hal yang pantas dilakukan atau tidak pantas dilakukan perlu diatur menurut hukum.

Selain hukum diperlukan etika, norma moral berkemampuan menentukan sesuatu

yang etis atau tidak etis untuk dilakukan oleh manusia homoeconomicus.

G. Konsep Industri Modern dan Tradisional

1. Tradisional

a) Pengertian Tradisional

Tradisi merupakan suatu tindakan dan kelakuan sekelompok orang dengan

wujud suatu benda atau tindak laku sebagai unsur kebudayaan yang dituangkan

melalui pikiran dan imaginasi serta diteruskan dari satu generasi ke generasi

berikutnya yang didalamnya memuat suatu norma, nilai, harapan dan cita-cita

tanpa ada batas waktu yang membatasi. Dari konsep tradisi tersebut di atas, maka

12
lahirlah konsep tradisional. Tradisional merupakan sikap mental dalam merespon

berbagai persoalan dalam masyarakat (Sajogyo, Pudjiwati, 1985:90).

Didalamnya terkandung metodologi atau cara berpkir dan bertindak yang

selalu berpegang teguh atau berpedoman pada nilai dan norma yang berlaku

dalam masyarakat. Dengan kata lain setiap tindakan dalam menyelesaikan

persoalan berdasarkan tradisi. Seseorang akan merasa yakin bahwa suatu

tindakannya adalah betul dan baik, bila dia bertindak atau mengambil keputusan

sesuai dengan nilai dan norma yang berlaku. Dan sebaliknya, dia akan merasakan

bahwa tindakannya salah atau keliru atau tidak akan dihargai oleh masyarakat

bila ia berbuat diluar tradisi atau kebiasaan-kebiasaan dalam masyarakatnya.

Disamping itu berdasarkan pengalaman atau kebiasaannya, dia akan tahu

persis mana yang menguntungkan dan mana yang tidak. Oleh karena itu, sikap

tradisional adalah bagian terpenting dalam sistem tranformasi nilai-nilai

kebudayaan.

b) Ciri-Ciri Tradisional.

Menurut Redfield (Ifzanul, 2010:1), ciri-ciri tradisional anatara lain:

1. Belum adanya perkembangan pengetahuan dan teknologi.

2. Semakin kecil dan dipencilkannya lingkup masyarakatnya dari daerah lainnya,

maka rasa cinta pada cara hidupnya akan semakin sulit untuk diubah.

3. Tidak mengenal adanya “pembagian kerja” dan spesialisasi.

4. Belum terinspirasi dengan diferensiasi kemasyarakatan.

5. Kebudayaan yang terbentuk masih sangat homogen.

13
c) Aspek-Aspek Tradisional:

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, dalam kehidupan tradisional masih

cenderung memegang teguh suatu tradisi-tradisi yang ada dalam masyarakat

sebagai transformasi terhadap nilai-nilai yang dianggap sesuai. Proses

tranformasi terhadap nilai-nilai yang ada ini dapat diwujudkan dalam segala

aspek/ bidang yang meliputi: bidang ekonomi, mata pencaharian, budaya, politik,

sosial, maupun teknologi.

2. Modern

a) Pengertian Modern

Kata modern merupakan suatu hasil dari proses modernisasi. Modernisasi

disini merupakan suatu proses transformasi atau suatu perubahan sosial yang

terarah dari suatu keadaan yang kurang maju atau kurang berkembang menuju ke

arah yang lebih baik yang diwujudkan dalam segala aspek dengan harapan akan

tercapai suatu kehidupan yang lebih lebih maju, berkembang dan makmur.

Modern adalah tata kehidupan yang mempunyai orientasi nilai budaya

yang terarah ke kehidupan dalam peradaban dunia masa kini. Modern relatif

bebas dari kekuasaan adat-istiadat lama karena mengalami perubahan dalam

perkembangan zaman dewasa ini. Perubahan-Perubahan itu terjadi sebagai akibat

masuknya pengaruh kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan terutama

dalam bidang ilmu pengetahuan dan teknologi. Dalam mencapai kemajuan,

selalu mengikuti perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi yang seimbang

dengan kemajuan di bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum, dan

sebagainya.

14
Oleh karena itu, menjadi modern akan identik dengan menjadi kota atau

menjadi industri. Sehingga perubahan dari tradisional ke modern, akan identik

dengan perubahan dari situasi desa menjadi kota, dan perubahan dari kehidupan

agraris ke industri.

b) Ciri-Ciri Modern

Ciri-ciri modern, sebagai berikut (Sajogyo, 1985:112):

1. Kehidupan yang berorientasi pada sektor industri.

Alam tidak lagi menjadi hal yang amat vital dalam menunjang

kehidupan mereka seperti yang dialami masyarakat tradisional. Hal ini

terjadi karena sebagian besar manusia pada kehidupan modern lebih

menggantungkan hidupnya pada dunia industri.

2. Terbuka dengan adanya teknologi baru

Alam dikendalikan dengan kemampuan pengetahuan dalam

menunjang kehidupan yang lebih baik. Kemampuan pengetahuan di sini

yakni berupa pengetahuan yang rasional dalam memafaatkan sumber daya

yang ada dengan memanfaatkan teknologi-teknologi modern dalam

menunjang kegiatannya.

3. Masyarakat modern yang menerima adanya hal-hal baru

Pada umumnya, kehidupan modern mengalami gejala modernisasi dari

sektor industri, sektor perdagangan, kepariwisataan, dan jasa lainnya. Hal ini

bisa menjadikan manusia modern cenderung memiliki pengetahuan-

pengetahuan baru, bahkan bisa pula mondorong perilaku hidup yang

konsumtif.

15
4. Sistem pelapisan sosial yang terbuka

Sistem mata pencaharian sektor industri mempengaruhi segi-segi

sosial kehidupan modern. Segi-segi sosial modern yakni meliputi

pembentukan sistem pelapisan sosial, organisasi sosial, pola-pola perilaku,

nilai dan norma sosial, kekuasaan dan wewenang dan lain-lain.

5. Lebih percaya pada ilmu pengetahuan dan teknologi

Mempunyai sarana komunikasi dan telekomunikasi yang lengkap.

Pada kehidupan modern, sistem komunikasinya sudah maju. Alat

komunikasinya bermacam-macam dan cukup canggih. Oleh karena itu,

manusia modern dituntut untuk selalu mengikuti perkembangan kemajuan

teknologi sehingga dapat melakukan komunikasi dengan mudah.

6. Melakukan tindakan secara rasional

Dalam melakukan suatu hal dilandasi dengan adanya fakta-fakta yang

ada, salah satunya adalah dengan menerima adanya teknologi yang rasional,

yakni sebagai akibat dari perubahan-perubahan masuknya pengaruh

kebudayaan dari luar yang membawa kemajuan dalam bidang ilmu

pengetahuan dan teknologi.

Manusia modern akan selalu berusaha agar mereka mempunyai

pendidikan yang cukup tinggi dan berusaha agar mereka selalu mengikuti

perkembangan ilmu pengetahuan dan teknologi. Di samping itu, kemajuan di

bidang ilmu pengetahuan dan teknologi seimbang dengan kemajuan di

bidang lainnya seperti ekonomi, politik, hukum, dan sebagainya.

16
7. Berpikir rasional

Berpikir objektif, yakni dengan menerima segala sesuatu secara

objektif dengan menggunakan fikiran yang rasional.

c) Aspek-Aspek Modern

Seperti yang sudah dijelaskan di atas, modern merupakan suatu hasil

perubahan sosial yang terarah dari suatu keadaan yang kurang maju atau kurang

berkembang menuju ke arah yang lebih baik. Perubahan ini dapat diwujudkan

dalam segala aspek/ bidang yang ekonomi, mata pencaharian, budaya, politik,

sosial, maupun teknologi, dengan harapan akan tercapai suatu pembangunan

negara yang lebih baik dalam mecapai suatu kehidupan yang lebih lebih maju,

berkembang dan makmur sesuai dengan perkembangan iptek.

17
III

PENUTUP

A. Kesimpulan

1. Perilaku bisnis adalah segala perbuatan atau tindakan yang dilakukan didalam

kegiatan usaha jual beli baik barang maupun jasa yang bertujuan untuk

memperoleh keuntungan.

2. Etika Bisnis merupakan suatu rangkaian prinsip/aturan/norma yang harus diikuti

apabila hendak menjalankan bisnis.

3. Etika Bisnis harus memuat prinsip-prinsip kejujuran, keadilan dan perolehan

keuntungan untuk kepentingan bersama.

4. Etika bisnis berfungsi menggugah kesadaran moral pelaku bisnis agar

berperilaku baik dalam menjalankan usahanya demi nilai luhur tertentu (agama,

budaya) dan demi kelanjutan bisnisnya.

5. Dalam kehidupan tradisional masih cenderung memegang teguh suatu tradisi-

tradisi yang ada dalam masyarakat sebagai transformasi terhadap nilai-nilai yang

dianggap sesuai. Proses tranformasi terhadap nilai-nilai yang ada ini dapat

diwujudkan dalam segala aspek/ bidang yang meliputi: bidang ekonomi, mata

pencaharian, budaya, politik, sosial, maupun teknologi.

6. modern merupakan suatu hasil perubahan sosial yang terarah dari suatu keadaan

yang kurang maju atau kurang berkembang menuju ke arah yang lebih baik.

Perubahan ini dapat diwujudkan dalam segala aspek/ bidang yang ekonomi, mata

pencaharian, budaya, politik, sosial, maupun teknologi.

18
B. Saran

1. Dalam berbisnis, sebaiknya pelaku bisnis memperhatikan bisnisnya apakah sudah

sesuai dengan etika bisnis atau tidak.

2. Pelaku bisnis perlu memperhatikan bahwa bisnis yang ia jalani tidak merugikan

pihak lain dalam hal ini khususnya tidak merugikan masyarakat yang bersangkutan.

3. Pelaku bisnis juga perlu memperhatikan dampak bisnisnya terhadap

keberlangsungan alam disekitar lingkungan bisnis dan memastikan bawa bisnisnya

bebas dari segala perbuatan licik yang dapat membuatnya terlibat dalam kasus

hukum.

4. Perlu adanya tanggung jawab pelaku bisnis terhadap kesejahteraan masyarakat

sekitar sehingga bisnis yang di lakukan tidak serta merta terfokus pada keuntungan

semata, namun juga menjaga hubungannya dengan masyarakat.

19
DAFTAR PUSTAKA

Sztompka, Piotr. 2004. Sosiologi Perubahan Sosial (hlm. 5, 82-94). Prenada Media

Group.

http://cacabisnis.blogspot.co.id/2016/11/perilaku-bisnis.html

https://pringganugraha.wordpress.com/2015/10/24/perilaku-etika-dalam-bisnis/

http://ikkyfadillah.tumblr.com/post/100288234694/perilaku-etika-dalam-bisnis

https://melvinaliciouz.wordpress.com/2012/03/27/etika-bisnis-dan-

perkembangannya/amp/

20

Anda mungkin juga menyukai