PENDAHULUAN
1.1.
LATAR BELAKANG
Dalam kegiatan bisnis adalah suatu kegiatan untuk melakukan usaha/ melakukan
1.2.
Rumusan Masalah
1. Apakah pengertian etika bisnis dalam kewirausahaan
2. Bagaimana prinsip-prinsip etika kewirausahaan dalam berbisnis
3. Apa saja faktor-faktor yang mendorong timbulnya masalah etika berbisnis
4. Sebutkan contoh pelanggaran etika bisnis
1.3.
Tujuan Masalah
Berdasarkan latar belakang yang telah dipaparkan diatas, berikut ini dipaparkan
tujuan penulisan makalah.
1.
2.
3.
4.
BAB II
PEMBAHASAN
2.1.
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan seharihari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.
2.1.1
moral yangbenar dan salah. Studi ini berkonsentrasi pada standar moral sebagaimana
diterapkan dalam kebijakan, institusi dan perilaku bisnis.
Menurut Hill dan Jones(1998), menyatakan bahwa etika bisnis merupakan suatu
ajaran untuk membedakan antara salah dan benar guna memberikan pembekalan kepada
setiap pemimpinperusahaan ketika mempertimbangkan untuk mengambil keputusan
strategis yang terkaitdengan masalah moral yang kompleks. Lebih jauh ia mengatakan
Sebagian besar dari kita sudah memiliki rasa yang baik dari apa yang benar dan apa yang
salah, kita sudah tahu bahwa salah satu untuk mengambil tindakan yang menempatkan
resiko kehidupan yang lain.).
Menurut Steade et al (1984 : 701), dalam bukunya Business, Its Natura and
2.1.2
Dari sudut pandang etika, keuntungan bukanlah hal yang baru, bahkan secara
moral keuntungan merupakan hal yang baik dan diterima. Alasannya adalah sebagai
berikut:
1. Secara moral keuntungan memungkinkan organisasi/perusahaan untuk bertahan dalam
kegiatan bisnisnya.
2. Tanpa memperoleh keuntungan tidak ada pemilik modal yang bersedia menanamkan
modalnya, dan karena itu berarti tidak akan terjadi aktivitas yang produktif dalam
memacu pertumbuhan ekonomi.
3. Keuntungan tidak hanya memungkinkan perusahaan bertahan melainkan dapat
menghidupi karyawannya ke arah tingkat hidup yang lebih baik. Keuntungan dapat
dipergunakan sebagai pengembangan perusahaan sehingga hal ini akan membuka
lapangan kerja baru.
1. Indikator Etika Bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah
melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumber daya alam secara efisien
tanpa merugikan masyarakat lain.
2. Indikator Etika Bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator
ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalam bisnisnya apabila masing-masing
pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.
3. Indikator Etika Bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hukum seseorang atau
suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etika bisnis apabila seseorang pelaku
bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku dalam
menjalankan kegiatan bisnisnya.
4. Indikator Etika Bisnis berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggap beretika
bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai-nilai ajaran
agama yang dianutnya.
5. Indikator Etika Bisnis berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baik secara
individu maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan
mengakomodasi nilai-nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu
perusahaan, daerah dan suatu bangsa.
6. Indikator Etika Bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masingmasing pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.
2.1.3
Selain mempertaruhkan barang dan uang untuk tujuan keuntungan, bisnis juga
mempertaruhkan nama, harga diri, bahkan nasib manusia yang terlibat di dalamnya.
Bisnis adalah bagian penting dalam masyarakat
Bisnis juga membutuhkan etika yang setidaknya mampu memberikan pedoman
bagi pihak pihak yang melakukannya.
Dalam menciptakan etika bisnis, ada beberapa hal yang perlu diperhatikan, antara lain
adalah:
1)
2)
3)
4)
5)
6)
7)
8)
9)
10)
11)
Pengendalian diri
Pengembangan tanggung jawab social (social responsibility)
Mempertahankan jati diri dan tidak mudah untuk terombang-ambing oleh pesatnya
perkembangan informasi dan teknologi
Menciptakan persaingan yang sehat
Menerapkan konsep pembangunan berkelanjutan
Menghindari sifat 5K (Katabelece, Kongkalikong, Koneksi, Kolusi, dan Komisi)
Mampu menyatakan yang benar itu benar
Menumbuhkan sikap saling percaya antara golongan pengusaha kuat dan golongan
pengusaha ke bawah
Konsekuen dan konsisten dengan aturan main yang telah disepakati bersama
Menumbuhkembangkan kesadaran dan rasa memiliki terhadap apa yang telah
disepakati
Perlu adanya sebagian etika bisnis yang dituangkan dalam suatu hokum positif yang
berupa peraturan perundang-undangan
Tidak terbatas lagi pada dunia Barat. Etika bisnis sudah dikembangkan di seluruh
dunia.Telah didirikan International Society for Business, Economics, and Ethics (ISBEE)
pada 25-28 Juli 1996 di
adalah sikap dan kemampuan manusia untuk mengambil keputusan dan bertindak
berdasarkan kesadarannya tentang apa yang dianggapnya baik untuk dilakukan.
Untuk bertindak secara otonom, diandaikan ada kebebasan untuk mengambil keputusan
dan bertindak berdasarkan keputusan yang menurutnya terbaik itu. ebebasan adalah
unsur hakiki dari prinsip otonomi ini. Dalam etika, Kebebasan adalah prasyarat utama
untuk bertindak secara etis, karena tindakan etis adalah tindakan yang, dalam bahasa
kant, bersumber dari kemauan baik serta kesadaran pribadi. Hanya karena seseorang
mempunyai kebebasan, ia bisa di tuntut untuk bertindak secara etis. Namun, kebebasan
saja belum menjamin bahwa seseorang bertindak membabi buta tanpa menyadari apakah
tindakannya itu baik atau tidak. Karena itu otonomi juga mengandalkan adanya tanggung
jawab. Ini unsur lain lagi yang sangat penting dari prinsip ekonomi. Orang yang otonom
adalah orang yang tidak saja sadar akan kewajibannya dan bebas mengambil keputusan
dan tindakan berdasarkan apa yang dianggapnya baik, melainkan juga adalah orang yang
bersedia mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakannya serta dampak dari
keputusan dan tindakannya itu, kalau seandainya bertentangan, dia sadar dan tahu
mengapa tindakan itu tetap diambilnya kendati bertentangan dengan nilai dan norma
moral tertentu. Sebaliknya, hanya orang yang bebas dalam menjalankan tindakannya bisa
dituntut untuk bertanggung jawab atas tindakannya. 2 Ini unsur unsur yang tidak bisa
dipisahkan satu dari yang lainnya. Dan kesediaan bertanggung jawab ini disebut sebagai
kesediaan untuk mengambil titik pangkal moral. Artinya dengan sikap dan kesediaan
untuk bertanggung jawab dan mempertanggungjawabkan keputusan dan tindakan yang
diambil bisa dimungkinkan proses pertimbangan moral. 3Atau di rumuskan secara lain,
kesediaan bertanggung jawab merupakan ciri khas dari mahluk bermoral. Orang yang
bermoral adalah orang yang selalu bersedia untuk bertanggung jawab atas tindakannya.
Otonomi dengan unsur diatas merupakan prinsip yang sangat penting.
Pertama, Dengan otonomi pelaku bisnis dan karyawan dalam perusahaan manapun tidak
lagi diperlakukan sebagai sekadar tenaga yang dieksploitasi sesuai kebutuhan bisnis dan
demi kepentingan bisnis. Dengan kata lain, dengan otonomi para pelaku bisnis benar
benar menjadi subyek moral yang bertindak secara bebas dan bertanggung jawab atas
tindakannya. Ini berarti sebagai subyek moral tidak lagi sekedar bertindak dan berbisnis
seenaknya dengan merugikan hak dan kepentingan pihak lain.
Kedua, Otonomi juga memungkinkan inovasi, mendorong kreativitas, meningkatkan
produktivitas, yang semuanya akan sangat berguna bagi bisnis modern yang terus
berubah dalam persaingan yang ketat.
9
Ketiga, dengan prinsip otonomi, tanggung jawab moral juga tertuju kepada semua pihak
terkait yang berkepentingan (skateholders).
2. Prinsip kejujuran.
Terdapat tiga lingkup kegiatan bisnis yang bisa ditunjukkan secara jelas bahwa bisnis
tidak akan bisa bertahan lama dan berhasil kalau tidak didasarkan atas kejujuran.
Pertama, jujur dalam pemenuhan syarat-syarat perjanjian dan kontrak. Kejujuran ini
sangat penting artinya bagi masing masing pihak dan sangat menentukan relasi dan
kelangsungan bisnis masing-masing pihak selanjutnya. Karena seandainya salah satu
pihak berlaku curang dalam memenuhi syarat-syarat perjanjian tersebut, selanjutnya
tidak mungkin lagi pihak yang dicurangi itu mau menjalin relasi bisnis dengan pihak
yang curang tadi.
Kedua, kejujuran dalam penawaran barang atau jasa dengan mutu dan harga yang
sebanding. Dalam pasar yang terbuka dengan barang dan jasa yang beragam dan
berlimpah ditawarkan kedalam pasar, dengan mudah konsumen berpaling dari satu
produk ke produk yang lain. Maka cara-cara bombastis, tipu menipu, bukan lagi cara
bisnis yang baik dan berhasil. Kejujuran adalah prinsip yang justru sangat penting dan
relevan untuk kegiatan bisnis yang baik dan tahan lama.
Ketiga, jujur dalam hubungan kerja intern dalam suatu perusahaan. Kejujuran dalam
perusahaan adalah inti dan kekuatan perusahaan itu. Perusahaan itu akan hancur kalau
suaana kerja penuh dengan akal-akalan dan tipu-menipu. Kalau karyawan diperlakukan
secara baik dan manusiawi, diperlakukan sebagai manusia yang punya hak-hak tertentu,
kalau sudah terbina sikap saling menghargai sebagai manusia antara satu dan yang
lainnya, ini pada gilirannya akan terungkap keluar dalam relasi dengan perusahaan lain
atau relasi dengan konsumen. Selama kejujuran tidak terbina dalam perusahaan, relasi
keluar pun sulit dijalin atas dasar kejujuran.
3. Prinsip keadilan
Menuntut agar setiap orang diperlakukan secara sama sesuai dengan aturan yang adil,
serta dapat dipertanggung jawabkan. Keadilan menuntut agar setiap orang dalam
kegiatan bisnis perlu di perlakukan sesuai dengan haknya masing-masing dan agar tidak
boleh ada pihak yang dirugikan hak dan kepentingannya.
4. Prinsip saling menguntungkan (mutual benefit principle)
Menuntut agar bisnis dijalankan sedemikian rupa sehingga menguntungkan semua pihak.
Kalau prinsip keadilan menuntut agar tidak boleh ada pihak yang dirugikan hak dan
kepentingannya, prinsip saling menguntungkan secara positif menuntut hal yang sama,
10
yaitu agar semua pihak berusaha untuk saling menguntungkan satu sama lain. Prinsip ini
terutama mengakomodasi hakikat dan tujuan bisnis. Karena anda ingin untung dan saya
pun ingin untung, maka sebaliknya kita menjalankan bisnis dengan saling
menguntungkan. Maka, dalam bisnis yang kompetitif, prinsip ini menuntut agar
persaingan bisnis haruslah melahirkan win-win situation.
5. Prinsip integritas moral
Terutama dihayati sebagai tuntutan internal dalam diri pelaku bisnis atau perusahaan,
agar perlu menjalankan bisnis dengan tetap menjaga nama baik pimpinan atau orangorangnya maupun perusahaannya. Dengan kata lain prinsip ini merupakan tuntutan dan
dorongan dari dalam diri pelaku dan perusahaan untuk menjadi yang terbaik dan
dibanggakan. Dan itu tercermin dalam seluruh perilaku bisnisnya dengan siapa saja, baik
keluar maupun kedalam perusahaan.
Dari semua prinsip diatas, Adam Smith akan menganggap prinsip keadilan sebagai
prinsip yang paling pokok. Menurut Adam Smith Prinsip no harm, prinsip keadilan,
(tidak merugikan hak dan kepentingan orang lain), tanpa prinsip ini bisnis tidak bisa
bertahan. Hanya karena setiap pihak menjalankan bisnisnya dengan tidak merugikan
pihak manapun, bisnis itu bisa berjalan dan bertahan.
Tentu saja prinsip lain pun sangat penting bagi kelangsungan bisinis. Tapi yang menarik
pada prinsip no harm adalah bahwa pada tingkat tertentu dalam prinsip ini telah
terkandung semua prinsip etika bisnis lainnya. Dalam prinsip no harm sudah dengan
sendirinya terkandung prinsip kejujuran, saling menguntungkan, otonomi (termasuk
kebebasan dan tanggung jawab), integritas moral. Jadi, Prinsip no harm punya
jangkauan yang luas mencakup banyak prinsip lainnya. Prinsip no harm juga diterapkan
menjadi hukum tertulis yang demikian menjadi pegangan dan rujukan konkrit dengan
sanksinya yang jelas bagi semua pelaku ekonomi.Jadi prinsip ini pada akhirnya menjadi
lebih pasti, tidak hanya karena dijabarkan dalam berbagai aturan perilaku bisnis yang
konkret (perilaku mana saja yang dianggap merugikan dan karena itu dilarang)
melainkan juga karena didukung oleh sanksi dan hukuman yang tegas. Dengan kata lain,
pada akhirnya prinsip ini menjadi dasar dan jiwa dari semua aturan bisnis dan sebaliknya
semua praktek bisnis yang bertentangan dengan prinsip ini harus dilarang. Maka,
misalnya monopoli, kolusi, nepotisme, manipulasi, hak istimewa, perlindungan politik
dan seterusnya harus dilarang karena bertentangan dengan prinsip no harm yaitu karena
semua praktek tersebut pada akhirnya merugikan pihak tertentu: ada pelaku ekonomi
yang tersisih secara tidak fair, konsumen dipaksa untuk membayar harga yang lebih
11
mahal, konsumen ditipu, dan seterusnya. Demikian pula undang undang atau peraturan
mengenai lingkungan hidup,iklan,karyawan, semuanya berintikan prinsip no harm ini.
yang mencegah timbulnya ketimpangan dalam memandang etika moral sebagai standar
kerja atau operasi perusahaan.
masalah
dan
kendala.
Keraf(1993:81-83)
menyebut
pintas,
bahkan
menghalalkan
segala
cara
untuk
memperoleh
yang dianutnya atau antara peraturan yang berlaku dengan tujuan yang hendak
dicapainya, atau konflik antara nilai pribadi yang dianutnya dengan praktik bisnis yang
dilakukan oleh sebagian besar perusahaan lainnya, atau antara kepentingan perusahaan
dengan kepentingan masyarakat. Orang-orang yang kurang teguh standar moralnya bisa
jadi akan gagal karena mereka mengejar tujuan dengan mengabaikan peraturan.
3.
Situasi politik dan ekonomi yang belum stabil.
Hal ini diperkeruh oleh banyaknya sandiwara politik yang dimainkan oleh para elit
politik, yang di satu sisi membingungkan masyarakat luas dan di sisi lainnya memberi
kesempatan bagi pihak yang mencari dukungan elit politik guna keberhasilan usaha
bisnisnya. Situasi ekonomi yang buruk tidak jarang menimbulkan spekulasi untuk
memanfaatkan peluang guna memperoleh keuntungan tanpa menghiraukan akibatnya.
4.
Lemahnya penegakan hukum.
12
Banyak orang yang sudah divonis bersalah di pengadilan bisa bebas berkeliaran dan tetap
memangku jabatannya di pemerintahan. Kondisi ini mempersulit upaya untuk
memotivasi pelaku bisnis menegakkan norma-norma etika.
5.
Belum ada organisasi profesi bisnis dan manajemen untuk menegakkan kode etik
bisnis dan manajemen.
Organisasi seperti KADIN beserta asosiasi perusahaan di bawahnya belum secara
khusus menangani penyusunan dan penegakkan kode etik bisnis dan manajemen.
13
dikonfirmasi,
perusahaan
PJTKI
itu
selalu
berkilah
ada
penundaan,
begitu seterusnya. Dari kasus ini dapat disimpulkan bahwa Perusahaan PJTKI tersebut
telah melanggar prinsip pertanggungjawaban dengan mengabaikan hak-hak B sebagai
calon TKI yang seharusnya diberangnka ke negara tujuan untuk bekerja.
6. Pelanggaran etika bisnis terhadap prinsip kewajaran
Sebuah perusahaan property ternama di Yogjakarta tidak memberikan surat ijin
membangun rumah dari developer kepada dua orang konsumennya di kawasan kavling
perumahan
milik
perusahaan
tersebut.
Konsumen
pertama
sudah
kontraktor dapat dikatakan telah melanggar prinsip kejujuran karena tidak memenuhi
spesifikasi bangunan yang telah disepakati bersama dengan perusahaan pengembang.
Interest)
c)
Ingin menambah mangsa pasar
d) Ingin menguasai pasar.
e)
Pertentangan antara Nilai-Nilai Perusahaan dengan Perorangan (Business Goals
versus Personal Values)
Dari factor-faktor tersebut, faktor pertama adalah faktor yang memiliki pengaruh
paling kuat. Untuk mempertahankan produk perusahaan tetap menjadi yang utama,
dibuatlah iklan dengan sindiran-sindiran pada produk lain. Iklan dibuat hanya untuk
mengunggulkann produk sendiri, tanpa ada keunggulan dari produk tersebut. Iklan hanya
bertujuan untuk menjelek-jelekkan produk iklan lain.
2.8 Cara Mengatasi Perusahaan Yang Tidak Menerapkan Etika didalam Bisnisnya
Dalam etika bisnis apabila perilaku mencegah pihak lain menderita kerugian
dipandang sebagai perilaku yang etis, maka perusahaan yang menarik kembali
produknya yang memiliki cacat produksi dan dapat membahayakan keselamatan
konsumen, dapat dipandang sebagai perusahaan yang melakukan perilaku etis dan
bermoral.
Pada dasarnya kegiatan bisnis tidaklah hanya bertujun untuk memperoleh keuntungan
sebanyak-banyaknya dengan menghalalkan segala cara melainkan perlu adanya perilaku
etis yang diterapkan oleh semua perusahaan. Etika yang diterapkan oleh sebuah
perusahaan bukanlah salah satu penghambat perusahaan untuk dapat berkompetisi
dengan para pesaingnya melainkan untuk dipandang oleh masyarakat bahwa perusahaan
yang menerapkan etika didalam perusahaan bisnis adalah sebagai perusahaan yang
memiliki perilaku etis dan bermoral. Setidaknya terdapat tujuh alasan yang mendorong
perusahaan untuk menjalankan bisnisnya secara etis yang akan dirangkum sebagai
berikut:
16
1)
Perusahaan yang tidak berhasil dalam menjalankan bisnisnya secara etis akan mengalami
sorotan, kritik, bahkan hukuman. Sebagai contoh, Kongres Amerika Serikat
memberlakukan Public Company Accounting Reform and Investor Protection Act, atau
yang dikenal dengan Sarbane-Oxley (Baron, 2006), setelah Kongres menemukan
berbagai kelemahan tata kelola perusahaan yang terjadi di Enron dan Worldcom.
Manipulasi keuangan yang dilakukan oleh Enron, tidak terlepas dari peran oknumoknum Arthur Andersen yang bersama-sama dengan CEO Perusahaan Enron secara
sengaja menyembunyikan fakta-fakta keuangan. Belajar dari kasus ini, kongres
menerapkan Sarbanes Oxley Act di mana undang-undang baru ini menutupi berbagai
celah hukum, misalnya dengan melarang akuntan publik yang sedang mengaudit
perusahaan melaksanakan kegiatan konsultasi bagi perusahaan yang sama. Undangundang juga menetapkan berdirinya sebuah lembaga independen yang diberi nama
Public Company Accounting Oversight Board yang mengawasi kegiatan yang dilakukan
oleh perusahaan-perusahaan akuntan.
2)
Penerapan etika bisnis mencegah agar perusahaan tidak melakukan berbagai
tindakan yang membahayakan stakeholders lainnya. Sebagai contoh, Pengelolaan
Tempat Pembuangan Akhir (TPA) sampah secara tidak profesional yang dilakukan oleh
PD Kebersihan Kota Bandung di wilayah Leuwi Gajah Kabupaten Bandung telah
mengakibatkan bencana longsornya sampah dengan volume sekitar 20juta meter kubik
yang menimpa perumahan penduduk di sekitarnya sehingga 112 orang meninggal dunia
dan kerugian material masyarakat sekitar tempat pembuangan sampah diperkirakan
mencapai ratusan juta rupiah.
3)
Penerapan etika bisnis di perusahaan dapat meningkatkan kinerja perusahaan.
Sebagai contoh, sebuah studi yang dilakukan DePaul University menunjukkan bahwa
terdapat hubungan statistik yang signifikan antara pengendalian perusahaan yang
menekankan pada penerapan etika dan perilaku bertanggung jawab di satu sisi dengan
kinerja keuangan yang baik di sisi lain. Dalam kasus lain, penerapan etika bisnis di
perusahaan terhadap para manajer dan karyawan perusahaan berupa larangan minum
alkohol bagi para pegawai, telah menurunkan biaya kesehatan dan meningkatkan
produktivitas kerja.
4)
Penerapan etika bisnis seperti kejujuran, menepati janji, dan menolak suap dapat
meningkatkan kualitas hubungan bisnis di antara dua pihak yang melakukan hubungan
bisnis. Hal ini disebabkan oleh meningkatnya kepercayaan di antara pihak-pihak yang
terlibat hubungan bisnis terhadap pihak lainnya. Sebaliknya apabila salah satu pihak
17
tidak dapat dipercaya, maka pihak yang tidak dapat dipercaya ini akan diabaikan oleh
mitra bisnisnya bahkan oleh komunitas bisnis secara umum.
5)
Penerapan etika bisnis agar perusahaan terhindar dari penyalahgunaan yang
dilakukan karyawan maupun kompetitor yang bertindak tidak etis. Sebagai contoh,
kejahatan pencurian uang perusahaan yang dilakukan pemilik dan pimpinan perusahaan
merupakan faktor penyebab utama kebangkrutan perusahaan dibanding faktor-faktor
lainnya. Demikian pula kegiatan damping yang dilakukan pesaing luar negeri merupakan
perilaku tidak etis yang dapat merugikan perusahaan domestik.
6)
Penerapan etika bisnis perusahaan secara baik di dalam suatu perusahaan dapat
menghindarkan terjadinya pelanggaran hak-hak pekerja oleh pemberi kerja. Contohnya,
perusahaan dianggap bertindak tidak etis apabila di dalam perusahaan terjadi
diskriminasi besaran gaji yang diakibatkan oleh diskriminasi rasial. Perusahaan juga
dianggap berlaku tidak etis apabila perusahaan tidak memberikan kesempatan kemajuan
karier yang sama kepada tenaga kerja yang ada di perusahaan hanya karena terdapat
perbedaan ras antara pekerja yang satu dengan pekerja lainnya.
7)
Perusahaan perlu menerapkan etika bisnis dalam menjalankan usahanya, untuk
mencegah agar perusahaan (yang diwakili para pimpinannya) tidak memperoleh sanksi
hukum
karena
telah
menjalankan
bisnis
secara
tidak
etis.
Beberapa alasan diatas dapat mewakilkan banyak perusahaan yang masih menerapkan
etika didalam perusahaan bisnisnya karena selain menjadikan perusahaan tersebut
menjadi perusahaan yang etis dan bermoral alasan lainnya adalah agar perusahaan tidak
menelan kerugian dan mendapatkan pelanggaran-pelanggaran karena tidak menjalankan
bisnis secara etis dan melanggar hak-hak pekerja oleh pemberi pekerja. Sehingga alasanalasan tersebut dapat memberikan informasi yang bermanfaat kepada perusahaanperusahaan bisnis lainnya yang belum menerapkan etika didalam perusahaan bisnisnya.
BAB III
SIMPULAN DAN SARAN
3.1. Kesimpulan
Kewirausahaan merupakan suatu kemampuan dalam hal menciptakan kegiatan
usaha. Kemampuan menciptakan memerlukan adanya kreativitas dan inovasi yang terus18
menerus untuk menemukan sesuatu yang berbeda dari yang sudah ada sebelumnya yang
akhirnya mampu memberikan kontribusi bagi masyarakat banyak. Seorang wirausaha
harus memiliki etika dalam menjalankan usahanya, yaitu antara lain: Sikap dan perilaku;
Penampilan; Cara berpakaian; Cara berbicara; dan Gerak-gerik.
Dalam etika ada beberapa manfaat yang dapat dipetik, yaitu: Persahabatan dan
pergaulan; Menyenangkan orang lain; Membujuk pelanggan; Mempertahankan
pelanggan; Membina dan menjaga hubungan; serta Berusaha menarik pelanggan
Sikap dan perilaku yang harus dijalankan oleh pengusaha dan seluruh karyawan
sesuai dengan etika wirausaha, yaitu: jujur dalam bertindak dan bersikap; rajin, tepat
waktu, dan tidak pemalas; selalu murah senyum; lemah lembut dan ramah-tamah; sopan
santun dan hormat; selalu ceria dan pandai bergaul; fleksibel dan memiliki rasa tanggung
jawab; serius dan suka menolong; serta rasa memiliki perusahaan yang tinggi.
Beberapa cirri wirausahawan yang dikatakan berhasil, yaitu: memiliki visi dan
tujuan yang jelas; inisiatif dan selalu proaktif; berorientasi pada prestasi; berani
mengambil risiko; kerja keras; bertangung jawab; komitmen pada berbagai pihak; serta
mengembangkan dan memelihara hubungan baik dengan berbagai pihak.
3.2. Saran
Kegiatan kewirausahaan merupakan kegiatan sehari-hari yang sering kita lakukan,
namun tidak tau dimana posisinya. Oleh sebab itu untuk menjadi wirausahawan yang
sukses, alangkah baiknya dipahami dan diaplikasikan etika dalam berwirausaha, agar
mudah dalam pencapaian tujuan perusahaan.
DAFTAR RUJUKAN
Rhenald Khasali. tanggal 26 Februari 2005 hal.10. Masyarakat Kita Belum Punya
Budaya Korporatif, Harian Kompas
Prof.Dr. Sondang P.Siagian, MPA. 1996. Etika Bisnis, Jakarta; PT Pustaka Binaman
Pressindo,
DR.A. Sonny Keraf. 1998. Etika Bisnis; tuntutan dan Relevansinya Jakarta; Penerbit
Kanisius.
19
De George, Ricarhard T. 1986. Busness Ethics, Ke-2. New york: MacMillan Pub. Co.
Kant, Immanuel.1980. Foundations of the Metaphisics of Morals. Indianapolis: BobbsMerrill Educations Pub.
Smith, Adam. 1965. An Inquiry into the Nature and Causes of the Wealth of Nations.
New York: Modern Library.
http://henritapangestuti.
blogspot.com/2011/12/pandangan-etika-terhadap-praktek
20
21