Anda di halaman 1dari 20

Pengertian Etika Bisnis

Etika bisnis merupakan cara untuk melakukan kegiatan bisnis, yang mencakup seluruh
aspek yang berkaitan dengan individu, perusahaan dan juga masyarakat. Etika Bisnis
dalam suatu perusahaan dapat membentuk nilai, norma dan perilaku karyawan serta
pimpinan dalam membangun hubungan yang adil dan sehat dengan pelanggan/mitra
kerja, pemegang saham, masyarakat.

Etika Bisnis dapat menjadi standar dan pedoman bagi seluruh karyawan termasuk
manajemen dan menjadikannya sebagai pedoman untuk melaksanakan pekerjaan sehari-
hari dengan dilandasi moral yang luhur, jujur, transparan dan sikap yang profesional.

Etika bisnis dapat membangun dan membentuk nilai-nilai, norma dan perilaku yang baik
dalam berbisnis.

Dalam suatu perusahaan etika bisnis dapat menjadikan pedoman untuk melaksanakan
aktivitas dalam bekerja, yang dimana bekerja dilandasi dengan etika, moral, kejujuran dan
profesionalisme.

Tujuan Etika Bisnis

Etika bisnis sangat dibutuhkan oleh semua pengusaha baru maupun pengusaha yang
sudah lama terjun di dunia bisnis.

Etika bisnis memiliki tujuan untuk memberikan dorongan terhadap kesadaran moral serta
untuk memberikan batasan-batasan bagi pengusaha ataupun pembisnis agar dapat
menjalankan bisnis dengan jujur dan adil serta menjauhkan diri dari bisnis curang yang
merugikan banyak orang atau pihak yang memiliki keterikatan.

Selain itu juga, etika bisnis memiliki tujuan agar bisnis dapat dijalankan dengan lancar
dan diciptakan seadil mungkin dan disesuaikan dengan hukum yang telah disepakati.
Etika bisnis banyak memberikan motivasi kepada para pelaku bisnis untuk dapat terus
meningkatkan kemampuan mereka.

Etika bisnis yang baik juga secara signifikan bertujuan untuk meningkatkan reputasi
perusahaan, yang mempunyai pengaruh besar untuk menarik dan mempertahankan
stakeholder. Stakeholder yang dimaksud seperti pelanggan, investor, dan karyawan serta
meningkatkan penjualan.

Manfaat Etika Bisnis

Beberapa manfaat yang biasa didapatkan dari etika bisnis bagi perusahaan diantaranya
yaitu:

1. Dapat Meningkatkan Kredibilitas Perusahaan

Etika bisnis sangat penting bagi perusahaan, terutama perusahaan besar yang dimana
memiliki banyak sekali karyawan yang tidak saling mengenal. Setiap karyawan pada
perusahaan akan terikat dengan peraturan standar etis yang sama, maka jika ada suatu
kasus yang timbul maka akan mengambil keputusan yang sama.

2. Perusahaan Dapat Menjelaskan Bagaimana Menilai Tanggung Jawan Sosialnya

Dengan biasa menjelaskan tanggung jawab sosial atau dengan menggunakan pendekatan
sosial perusahaan tidak hanya mendapatkan keuntungan dari segi ekonomi saja, tapi
mendapatkan keuntungan dari segi sosial juga. Jika perusahaan telah bertanggung jawab
dari segi sosial maka usaha akan berjalannya secara baik, sehingga secara tidak langsung
perusahaan akan terhindar dari konflik sosial yang dapat merugikan.

3. Dapat Menyediakan Perusahaan Atau Dunia Bisnis Kemungkinan Untuk Mengatur


Dirinya Sendiri

Hal ini disebut juga dengan “self regulation” merupakan suatau proses dimana individu
dapat mengatur pencapainnya sendiri. Dapat menentukan target mereka, melakukan
evaluasi terhadap kesuksesan mereka ketika telah tercapainya target tersebut dan
memberikan penghargaan kepada diri mereka sendiri karena mereka telah mencapai target
yang diinginkannya.

4. Dapat Membantu Menghilangkan Grey Area Pada Bidang Etika


Misalnya kesetaraan penerimaan gaji, penggunaan tenaga kerja dibawah umur dan
kewajibab perusahaan dalam menjaga lingkungan hidup, sehingga perusahaan memiliki
batasan-batasan dalam menjalankan bisnisnya.

5. Dapat Meningkatkan Daya Saing Perusahaan

Memilikiu daya saing saat ini sudah menjadi keharusan bagi setiap perusahaan, karena
jika suatu perusahaan tidak memiliki daya saing, usahanya tidak akan bertahan lama. Jika
suatu usaha atau bisnis memiliki etika yang baik, maka bisnisnya akan mengalami
perkembangan dan semakin meningkatkan daya saing maupun kemampuannya untuk
bersaing di pasaran dengan perusahaan atau pembisnis lain.

6. Dapat Meningkatkan Kepercayaan Investor Pada Perusahaan

Bagi perusahaan yang sudah go publik maka akan mendapatkan manfaat berupa
meningkatnya kepercayaan para investor untuk berinvestasi, jika terjadi kenaikan harga
saham maka biasanya akan menarik minat investor untuk berinvestasi atau membeli
saham perusahaan.

7. Dapat Membangun Citra Positif Perusahaan

Etika bisnis juga dapat membangun citra yang baik tentang perusahaan dimata para mitra
bisnis maupun para konsumen. Maka dengan citra yang baik akan menjaga kelangsungan
hidup perusahaan tersebut.

Indikator Etika Bisnis

Dari berbagai pandangan tentang etika bisnis, beberapa indikator yang dapat dipakai
untuk menyatakan apakah seseorang dan suatu perusahaan telah melaksanakan etika
bisnis dalam kegiatan usahanya antara lain adalah: Indikator ekonomi; indikator peraturan
khusus yang berlaku; indikator hukum; indikator ajaran agama; indikator budaya dan
indikator etik dari masing-masing pelaku bisnis.

1. Indikator Etika bisnis menurut ekonomi adalah apabila perusahaan atau pebisnis telah
melakukan pengelolaan sumber daya bisnis dan sumberdaya alam secara efisien tanpa
merugikan masyarakat lain.
2. Indikator etika bisnis menurut peraturan khusus yang berlaku. Berdasarkan indikator
ini seseorang pelaku bisnis dikatakan beretika dalambisnisnya apabila masing-masing
pelaku bisnis mematuhi aturan-aturan khusus yang telah disepakati sebelumnya.

3. Indikator etika bisnis menurut hukum. Berdasarkan indikator hokum seseorang atau
suatu perusahaan dikatakan telah melaksanakan etikabisnis apabila seseorang pelaku
bisnis atau suatu perusahaan telah mematuhi segala norma hukum yang berlaku
dalam menjalankan kegiatan bisnisnya.

4. Indikator etika berdasarkan ajaran agama. Pelaku bisnis dianggapberetika


bilamana dalam pelaksanaan bisnisnya senantiasa merujuk kepada nilai- nilai ajaran
agama yang dianutnya.

5. Indikator etika berdasarkan nilai budaya. Setiap pelaku bisnis baiksecara individu
maupun kelembagaan telah menyelenggarakan bisnisnya dengan mengakomodasi nilai-
nilai budaya dan adat istiadat yang ada disekitar operasi suatu perusahaan, daerah dan
suatu bangsa.

6. Indikator etika bisnis menurut masing-masing individu adalah apabila masing-masing


pelaku bisnis bertindak jujur dan tidak mengorbankan integritas pribadinya.

Penerapan Etika Bisnis melalui Prinsip-Prinsip Good Corporate Governance

Etika Bisnis berperan sangat besar karena fungsinya yang jika dapat diterapkan secara
konsisten dapat membentuk suatu perusahaan yang kokoh dan mempunyai daya saing
(Competitive Advantages) yang tinggi serta mempunyai kemampuan menciptakan nilai
(value-creation) yang tinggi pula.

Menurut salah satu ahli pada dasarnya praktik etika bisnis akan selalu menguntungkan
perusahaan baik untuk jangka menengah maupun jangka panjang karena:

1. Dapat mengurangi biaya akibat dicegahnya kemungkinan terjadinya friksi baik internal
perusahaan maupun eksternal.

2. Dapat meningkatkan motivasi para pekerja.


3. Melindungi prinsip kebebasan berniaga.

4. Meningkatkan keunggulan bersaing.

Berangkat dari besarnya peran suatu etika dalam melakukan kegiatan bisnis, maka
perusahaan sudah selayaknya menerapkan suatu prinsip pengelolaan perusahaan yang
baik dan sehat. Dalam upaya ini penerapan prinsip Good Corporate Governance dapat
digunakan sebagai salah satu alatnya. Banyak perusahaan yang umurnya puluhan tahun
bahkan ratusan tahun memiliki tingkat pertumbuhan yang tinggi, dengan kesejahteraan
karyawan yang baik karena melaksanakan etika bisnis dan Good Corporate Governance.
Hal ini menunjukkan bahwa pelaksanaan etika bisnis melalui penerapan Good Corporate
Governance menjadi salah satu sustainable competitive advantage bagi perusahaan. Etika
bisnis sendiri pada akhirnya merupakan bagian terintegrasi dari nilai-nilai Good
Corporate Governance.

Malaysian Finance Committee on Corporate Governance memberikan definisi yang lebih


luas mengenai konsep Good Corporate Governance. Good Corporate Governance
merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan untuk mengarahkan dan mengelola
bisnis serta akuntabilitas korporasi dengan tujuan untuk meningkatkan nilai saham dalam
jangka panjang serta memperhatikan kepentingan pihak-pihak lain yang terkait dengan
perusahaan (stakeholder).

Menurut Tjager Good Corporate Governance sering disebut sebagai sebuah pola
hubungan, system dan proses yang digunakan oleh organ perusahaan guna memberikan
nilai tambah secara berkesinambungan dalam jangka panjang bagi pemegang saham
dengan tetap memperhatikan kepentingan stakeholder lainnya, berlandaskan peraturan
perundangan dan norma yang berlaku.

Sebagai sebuah proses, system, struktur dan aturan yang memberikan suatu nilai
tambahbagi perusahaan,
Prinsip-prinsip Etika Bisnis

Etika bisnis memiliki prinsip-prinsip yang bertujuan memberikanacuan cara yang harus
ditempuh oleh perusahaan untuk mencapai tujuannya. Muslich (2004: 18-20) menyatakan
bahwa prinsip-prinsip etika bisnis meliputi:

a) Prinsip ekonomi

Perusahaan secara bebas memiliki wewenang sesuai dengan bidang yang dilakukan dan
pelaksanaannya dengan visi dan misi yang dimilikinya dalam menetapkan kebijakan
perusahaan harus diarahkan pada upaya pengembangan visi dan misi perusahaan yang
berorientasi pada kemakmuran, kesejahteraan para pekerja, komunitas yang dihadapinya.

b) Prinsip kejujuran

Kejujuran menjadi nilai yang paling mendasar dalammendukung keberhasilan kinerja


perusahaan. Dalam hubungannya dengan lingkungan bisnis, kejujuran diorientasikan
kepada seluruh pihak yang terkait dengan aktivitas bisnis. Dengan kejujuran yang dimiliki
oleh suatu perusahaan maka masyarakat yang ada di sekitar lingkungan perusahaan akan
menaruh kepercayaan yang tinggi bagi perusahaan tersebut.

c) Prinsip niat baik dan tidak berniat jahat

Prinsip ini terkait erat dengan kejujuran. Tindakan jahat tentutidak membantu perusahaan
dalam membangun kepercayaan masyarakat, justru kejahatan dalam berbisnis akan
menghancurkan perusahaan itu sendiri. Niatan dari suatu tujuan terlihat cukuptransparan
misi, visi dan tujuan yang ingin dicapai dari suatuperusahaan.

d) Prinsip adil

Prinsip ini menganjurkan perusahaan untuk bersikap danberperilaku adil kepada pihak-
pihak bisnis yang terkait dengan sistem bisnis tersebut.

e) Prinsip hormat pada diri sendiri


Prinsip hormat pada diri sendiri adalah cermin penghargaanyang positif pada diri sendiri.
Hal ini dimulai dengan penghargaan terhadap orang lain. Menjaga nama baik merupakan
pengakuan atas keberadaan perusahaan tersebut.

Penerapan Etika Bisnis yang Positif

Berikut ini adalah sepuluh prinsip di dalam menerapkan etika bisnis yang positif :

1. Etika Bisnis itu dibangun berdasarkan etika pribadi. Tidak ada perbedaan yang
tegas antara etika bisnis dengan etika pribadi. Kita dapat merumuskan etika bisnis
berdasarkan moralitas dan nilai-nilai yang kita yakini sebagai kebenaran.

2. Etika Bisnis berdasarkan pada fairness. Apakah kedua pihak yang melakukan
negosiasi telah bertindak dengan jujur? Apakah setiap konsumen telah
diperlakukan dengan adil? Apakah setiap karyawan diberi kesempatan yang sama?
Jika ya, maka etika bisnis telah diterapkan.

3. Etika Bisnis membutuhkan integritas. Dimana integritas merujuk kepada keutuhan


pribadi, kepercayaan dan konsistensi. Bisnis yang etis memperlakukan orang
dengan hormat, jujur dan berintegritas. Mereka menepati janji dan komitmen.

4. Etika Bisnis membutuhkan Kejujuran. Bukan jamannya lagi perusahaan untuk


mengelabui pihak lain dan menyembunyikan cacat produk. Jaman sekarang adalah
era kejujuran. Pengusaha harus jujur mengakui keterbatasan yang dimiliki oleh
produknya.

5. Etika Bisnis harus dapat dipercayai. Jika perusahaan Anda terbilang baru, sedang
tergoncang atau mengalami kerugian, maka secara etis Anda harus mengatakan
dengan terbuka kepada klien atau stakeholder Anda.

6. Etika Bisnis membutuhkan perencanaan bisnis. Sebuah perusahaan yang beretika


dibangun di atas realist sekarang, visi atas masa depan dan perannya di dalam
lingkungan. Etika bisnis tidak hidup di dalam ruang hampa. Semakin jelas rencana
sebuah perusahaan tentang pertumbuhan, stabilitas, keuntungan dan pelayanan,
maka semakin kuat komitmen perusahaan tersebut terhadap praktik bisnis.
7. Etika Bisnis diterapkan secara internal dan eksternal. Bisnis yang beretika
memperlakukan setiap konsumen dan karyawannya dengan bermartabat dan adil.
Etika juga diterpkan di dalam ruang rapat direksi, ruang negosiasi, di dalam
menepati janji, dalam memenuhi kewajiban terhadap karyawan, buruh, pemasok,
pemodal, dll. Singkatnya, ruang lingkup etika bisnis itu universal.

8. Etika Bisnis membutuhkan keuntungan. Bisnis yang beretika adalah bisnis yang
dikelola dengan baik, memiliki system kendali internal dan bertumbuh. Etika
adalah berkenaan dengan bagaimana kita hidup pada saat ini dan mempersiapkan
diri untuk masa depan. Bisnis yang tidak mempunyai rencana untuk menghasilkan
keuntungan bukanlah perusahaan yang beretika.

9. Etika Bisnis berdasarkan nilai. Perusahaan yang beretika harus merumuskan


standar nilai secara tertulis. Rumusan ini bersifat spesifik, tetapi berlaku secara
umum. Etika menyangkut norma, nilai dan harapan yang ideal. Meski begitu,
perumusannya harus jelas dan dapat dilaksanakan dalam pekerjaan sehari-hari.

10. Etika Bisnis dimulai dari pimpinan. Ada pepatah, “Pembusukan ikan dimulai dari
kepalanya”. Kepemimpinan sangat berpengaruh terhadap corak lembaga. Perilaku
seorang pemimpin yang beretika akan menjadi teladan bagi anak buahnya.

Pengertian Manajemen Sumber Daya Manusia

Manajemen SDM (sumber daya manusia) merupakan suatu proses menangani


berbagai masalah pada ruang lingkup karyawan, pegawai, buruh, manajer dan tenaga
kerja lainnya, untuk dapat menunjang aktifitas organisasi atau perusahaan demi mencapai
tujuan yang telah ditentukan.

Bagian atau unit yang biasanya mengurusi SDM adalah departemen sumber daya manusia
atau HRD (human resource department).

Menurut A.F. Stoner, manajemen SDM merupakan suatu prosedur yang berkelanjutan,
yang bertujuan untuk memasok suatu organisasi atau perusahaan dengan orang-orang
yang tepat untuk ditempatkan pada posisi dan jabatan yang tepat pada saat organisasi
memerlukannya.
Fungsi operasional dalam Manajemen SDM merupakan dasar pelaksanaan proses MSDM
yang efisien dan efektif dalam pencapaian tujuan organisasi/perusahaan.

Fungsi operasional tersebut terbagi lima, secara singkat sebagai berikut:

1. Fungsi Pengadaan, yaitu proses penarikan seleksi,penempatan,orientasi,dan


induksi untuk mendapatkan karyawan yang sesuai kebutuhan perusahaan (the
right man in the right place).

2. Fungsi Pengembangan, yaitu proses peningkatan ketrampilan


teknis,teoritis,konseptual, dan moral karyawan melalui pendidikan dan pelatihan.
Pendidikan dan latihan yang diberikan harus sesuai dengan kebutuhan pekerjaan
masa kini maupun masa depan.

3. Fungsi Kompensasi, yaitu pemberian balas jasa langsung dan tidak lansung
berbentuk uang atau barang kepada karyawan sebagai imbal jasa (output) yang
diberikannya kepada perusahaan. Prinsip kompensasi adalah adil dan layak sesuai
prestasi dan tanggung jawab karyawan tersebut.

4. Fungsi Pengintegrasian, yaitu kegiatan untuk mempersatukan kepentingan


perusahaan dan kebutuhan karyawan, sehingga tercipta kerjasama yang serasi dan
saling menguntungkan. Dimana Pengintegrasian adalah hal yang penting dan sulit
dalam Manajemen SDM, karena mempersatukan dua aspirasi/kepentingan yang
bertolak belakang antara karyawan dan perusahaan.

5. Fungsi Pemeliharaan, yaitu kegiatan untuk memelihara atau meningkatkan kondisi


fisik, mental dan loyalitas karyawan agar tercipta hubungan jangka panjang.
Pemeliharaan yang baik dilakukan dengan program K3 (Keselamatan dan
Kesehatan Kerja) .

Tidak bisa dipungkiri, perubahan teknologi yang sangat cepat, memaksa organisasi untuk
menyesuaikan diri dengan lingkungan usahanya. Perubahan tersebut telah menggeser
fungsi-fungsi manajemen SDM yang selama ini hanya dianggap sebagai kegiatan
administrasi, yang berkaitan dengan perekrutan pegawai staffing, coordinating yang
dilakukan oleh bagian personalia saja. Saat ini manajemen SDM berubah dan fungsi
spesialisasi yang berdiri sendiri menjadi fungsi yang terintegrasi dengan seluruh fungsi
lainnya di dalam organisasi, untuk bersama-sama mencapai sasaran yang sudah
ditetapkan serta memiliki fungsi perencanaan yang sangat strategik dalam organisasi,
dengan kata lain fungsi SDM lama menjadi lebih bersifat strategik. Oleh karena itu,
manajemen SDM mempunyai kewajiban untuk memahami perubahan yang semakin
komplek yang selalu terjadi di lingkungan bisnis. Ia juga harus mengantisipasi perubahan
teknologi, dan memahami dimensi internasional yang mulai memasuki bisnis, akibat
informasi yang berkembang cepat. Perubahan paradigma dari manajemen SDM tersebut
telah memberikan fokus yang berbeda dalam melaksanakan fungsinya didalam organisasi.
Ada kecenderungan untuk mengakui pentingnya SDM dalam organisasi dan pemusatan
perhatian pada kontribusi fungsi SDM bagi keberhasilan pencapaian tujuan strategi
perusahaan. Hal ini dapat dilakukan perusahaan dengan mengintegrasikan pembuatan
keputusan strateginya dengan fungsi-fungsi SDM. Dengan demikian, maka akan semakin
besar kesempatan untuk memperoleh keberhasilan.

Pengertian Etika Sumber Daya Manusia

Berdasarkan uraian pengertian etika dan manajemen sumber daya manusia maka
etika manajemen sumber daya manusia dapat diartikan sebagai ilmu yang menerapkan
prinsip-prinsip etika tehadap hunungan dengan sumber daya manusia dan kegiataannya.

Konsekuensi Dari Perilaku Yang Tidak Etis

Perilaku etis sangat penting dalam kesuksesan bisnis jangka panjang. Tapi apabila
yang timbul dan tumbuh adalah perilaku yang tidak etis maka akan berakibat yang tidak
inginkan. Dilihat dari dua perspektif yaitu perspektif mikro dan perspeltif makro.
Perspektif mikro etika diasosiasikan dengan adanya kepercayaan. Kepercayaan yang
dibangun melalui perilaku etika akan mempengaruhi hubungan perusahaan dengan
supplier, customer maupun dengan karyawan.Apabila kepercayaan dibangun melakui
perilaku yang tidak etis maka kepercayaan customer akan berkurang kepada karyawan
maupun organisasi. Sedangkan perspektif makro etika meliputi suap-menyuap, paksaan,
penyalahgunaan informasi, pencurian dan diskriminasi akan mengakibatkan inefisiensi
dalam pengalokasian sumberdaya.

Sebab Perilaku Yang Tidak Etis

Penyebab perilaku tidak etis meliputi tiga aspek yaitu:


Karyawan memiliki kemampuan kognitif yang rendah menyebabkan tingkat
penerimaan yang kurang baik, adanya pengaruh orang lain, keluarga ataupun norma sosial
menjadi lebih menentukan dalam mempengaruhi perilaku karyawan, adanya ethical
dilemma yaitu situasi yang menyebabkan adanya pilihan-pilihan yang muncul yang
berpotensi menghasilkan perilaku yang tidak dapat diterima, ethical dilemma muncul
dikarena adanya ketidaksesuaian antara personel, organisasional dan profesional.

Konsep Etika Bukan Sekedar Kode Etik

Kode etik menetapkan aturan kehidupan organisasi, termasuk tanggung-jawab


professional, pengembangan professional, kepemimpinan yang etis, kejujuran dan
keadilan, konflik kepentingan, dan megunakan informasi. Banyak organisasi yang
mempunyai kode etik yang formal dalam organisasi tetapi pengaruh kode etik dalam
perilaku anggotanya perlu dipertanyakan. Banyak anggota yang menganggap kode etik
hanya sebagai hiasan saja. Kode etik perusahaan tidak akan efektif jika tidak didukung
dengan norma-norma informal yang berlaku. Bagaimanapun juga kode etik harus sesuai
dengan norma-norma dalam organisasi , disebarluaskan kepada karyawan dan benar-
benar dijalankan. Kode etik perusahaan belum bisa mampu membangun sebuah
peusahaan etis. Oleh sebab itu perlu adanya konsep etika yang matang yang tidak hanya
mampu mengurangi kerugian yang berakibatkan perilaku karyawann yang tidak etis,
tetapi juga membuat suatu konsep etika yang mampu membangun budaya etis
organisasial.
Salah satu prinsip dasar dari kode etik perhimpunan Manajer SDM dan Standar
Profesional dalam MSDM ditetapkan bahwa ” Sebagai Profesioanl SDM, mempunyai
tanggung-jawab untuk memberikan nilai tambah pada organisasi yang dilayani dan
memberikan kontribusi bagi keberhasilan etika organisasi”.
Manajer SDM dapat membantu mendorong budaya etis, artinya lebih dari sekedar
menggantung poster kode etik di dinding. Sebaliknya, karena pekerjaan utama profesional
SDM adalah berhubungan dengan orang, mereka harus membantu untuk mempraktekkan
etika ke dalam budaya perusahaan. Mereka perlu membantu membangun lingkungan di
mana karyawan bekerja di seluruh organisasi untuk mengurangi penyimpangan etika.

Masalah-masalah Hukum dan Etika dalam Manajemen SDM

Dalam bisnis juga harus ada hukum dan etika dalam pengelolaannya, di korporasi
dikenal dengan Kesetaraan kesempatan kerja (Equal Employment Opportunity) yaitu
tidak adanya diskriminasi dalam pengkaryaan berdasarkan ras warna kulit atauipun
agama, jenis kelamin serta asal usul negara. Hal ini merupakan hak azazi setiap manusia
sehingga berlaku di mana pun secara universal.

Di samping hal di atas, yang perlu diperhatikan bagi karyawana adalah


Occupational Safety and Health Administration (OSHA) yaitu salah satu undang-Undang
yang paling besar dalam menetapkan dan melaksanakan panduannya untuk melindungi
pekerja dari kondisi tidak aman dan hal-hal yang berbahaya bagi keshatan di lingkungan
kerjanya. Kegiatan tersebut di Indonesia disebut dengan program keselamatan dan
kesehatan kerja yang mana kegiatan ini antara lain adalah sebagai berikut :
1) Program Kesehatan Fisik yang secara universal dari sudut Hubungan Industrial
Pancasila (HIP) yang harus dilaksanakan sebagai tanggung-jawab sosial
perusahaan yang meliputi :
a) Pemeriksaan kesehatan dalam rangka rekrutmen dan seleksi untuk
mendapatkan pekerja yang kondisi kesehatannya cukup prima.
b) Pemeriksaan seluruh aspek kesehatan tubuh (general check up) personel kunci
secara periodik. Kegiatan preventif ini dimaksudkan agar personil kunci
secara fisik selalu siap bekerja keras dalam mewujudkan tujuan perusahaan.
c) Pemeriksaaan kesehatan seluruh pekerja, baik secara keseluruhan maupun
aspek-aspek jasmaniah tertentu yang berpengaruh terhadap pelaksanaan
pekerjaan.
d) Pengadaan staf dan peraltan medis secara memasdai. Kegiatan ini bahkan
dapat dikembangkan dengan memiliki poli klinik atau rumah sakit
perusahaan.
e) Bantuan pembiayaan perawatan kesehatan karena sakit, melahirkan,
kecelakaan dan lain-lain.
f) Mengupayakan lingkungan kerja dan sanitasi yang bersih dan sehat, agar
tidak menjadi sumber penyakit.

2) Program Kesehatan Mental - berbeda dengan program kesehatan fisik program


keselamatan dan kesehatan mental disamping bersifat universal sesuai dengan
kebutuhan manusia, perlu dilaksanakan juga kegiatan yang bersifat khusus sejalan
dengan HIP, yang mana kegiatannya berupa :
a) memberikan perhatian dan melaksanakan usaha preventif dalam mencegah
timbulnya masalah yang dapat mengakibatkan ketegangan mental, seperti
stress gangguan syaraf dan lain-lain dalam bekerja.
b) Memberikan perhatian dan melaksanakan usaha kuratif dalam membantu
pekerja yang menglaami ketegangan mental karena pekerjaan yang menjadi
tanggung-jawabnya.
c) Memelihara dan mengambangkan program-program hubungan manusiawi
yang akrab dan sehat, antara para pekerja dengan para manajer (eksekutif).
Program ini dapat dilakukan di dalam dan di luar jam kerja sehari-hari.
d) Menyelenggarakan acara-acara pembinaan mental, khususnya dibidang
keagamaan, yang dapat mencegah itmbulnya periilaku yang merugikan
pekerja atau perusahaan.

Pasar Global Ketenaga-kerjaan SDM


Dalam abad ini atau era globalisasi tidak ada satu negera pun yang dapat menolak kondisi
ini. Begitu halnya dengan apsar tenga kerja juga akan memasuki persaingan global.
Globalisasi ini disebabkan oleh beberap faktor yaitu :
1. Peningkatan dan modernisasi saluran telekomunikasi.
2. Munculnya perusahaan-perusahaan raksasa yang dapat mendunia, atnapa
membawa negara asalnya.
3. Adanya perdagangan bebas.
4. Pasar uang yang berlangsung selama 24 jam dan adanya pasar tunggal di
sejunmlah negara.
5. Kontrol negara asing akan meningkat terhadap asset industri dan pekerjaan para
tenaga kerja suatu negara.
6. Munculnya standard dunia dan perubahan peraturan global mengenai perfagangan
( trade commerce), keuangan produk dan pelayanan.

Untuk menghadapai pasar global semacam ini, maka diperlukan SDM yang berkualitas
dan dapat bersaing dengan meliki keahlian dan kompentensi yang sesuai dengan standard
internasional. Sehingga mampu bersaing dan mampu merebut pasar global.

Perencanaan Strategi Konsep Etika


Manajemen sumber daya manusia tidak hanya berperan sebagai penyusunan kode
etik perusahaan, merncanakan sumber daya manusia yang etis yang mampu menciptakan
nilai tambah ekonomi juga harus berperan sebagai perencanaan strategi konsep
etika.langkah-langkahnya:
1. Menentukan standar etika yang ingin ditanamkan.
2. Mengindentifikasi faktor-faktor etis kritikal yang dapat digunakan dalam
mendorongnya konsep etika perusahaan.
3. Mengindentifikasi kemampuan, prosedur, kompetensiyang diperlukan.
4. Mengintegrasikan konsep etika dalam strategi bisnis yang dilakukan.
Mengembangkan langkah-langkah konkret yang dapat digunakan dalam
mengimplementasikan, mengawasi dan mengevaluasi konsep etika yang dijalankan.
Implementasi Konsep Etika Sumber Daya Manusia
Manajemen sumber daya manusia, konsep etika dapat di implementasikan dalam
bentuk pengawasan organisasaional yang didasarkan pada sosialisasi aturan-aturan,
memonitor perilaku dan disilpin karyawan, serta mempengaruhi perilaku melalui
pemberian hukuman bagi mereka yang sering melanggar etika. Penerapan yang terlalu
kuat pada konsep etika yang berorentasi pada pemenuhan etika tersebut, mempunyai
akibat yang kurang baik pada outcome yang dihasilkan, karena perhatian karyawan akan
tertumpu pada usaha-usaha untuk menghindari hukuman saja. Dengan demikian, hanya
akan tercipta atmosfir dimana karyawan berusaha untuk tidak tekena hukuman,
sedangkan keinginan ataupun cita-cita untuk meningkatkan mentalitas yamg lebih etis
dan bermoral mungkin kurang dapat diwujudkan. Pemenuhan etika secara umum dapat
membantu mengurangi pelanggaran etika meskipun tidak mempunyai derajat yang sama
dengan konsep etika yang berorentasi pada penanaman nilai-nilai etika.

Tujuan utama dalam konsep penanaman nilai-nilai etika ini bukan untuk
kedisiplinan, tetapi lebih pada usaha-usaha untuk meningkatkan kepedulian karyawan
terhadap perkembangan nilai-nilai etika yang lebih berarti. Tujuan tersebut
disosialiasasikan dengan adanya sharing nilai-nilai etika dalam organisasi. Dalam hai ini
setiap anggota organisasi mempunyai status yang sama. Dengan begitu organisasi
membawa komitmen bersama yamg diaplikasikan secara sama pada semua anggota.
Karena karyawan mendapat perhatian atas kontribusinya, maka mereka akan merasa
bangga dengan nilai-nilai etika dalam organisasi.

Konsep penanaman nilai-nilai etika lebih menekankan pada aktivitas-aktivitas


yang membantu karyawan dalam pembuatan keputusan, menyediakan nasihat-nasihat dan
konsultasi etika, serta mendukung konsensus mengenai etika bisnis. Manajemen sumber
daya manusia mempunyai peranan penting dalam menjaga keseimbangan antara
penanaman nilai-nilai etika dan pemenuhan etika tersebut.
Implementasi konsep etika harus mampu diintegrasikan dalam setiap aktivitas manajemen
sumber daya manusia. Adanya konsistensi antara kebijakan dan praktek diharapkan dapat
menghindari persepsi yang ambigu yang diterima karyawan. Sebagai contoh, jika
karyawan didorong untuk melaksanakan suatu standar etiak tertentu, tetapi standar
tersebut tidak diintegrasikan dalam standar penilaian kinerja, reward, sistem kompensasi
serta sistem manajemen sumber daya manusia lainnya, maka akan menimbulkan perasaan
ketidakadilan bagi karyawan. Dengan mengintegrasikan program etika ke dalam fungsi-
fungsi organisasional diharapkan akan menjadikan pelaksanaan konsep etika menjadi
lebih efektif.

Hak-hak yang harus dipenuhi sebagai seorang karyawan agar konsep etika dapat
menghasilkan keputusan yang etis setiap level manajemen sumber daya manusia adalah
1. Hak atas pekerjaan , kerja merupakan hak asasi manusia karena dengan hak
akan hidup.
2. Hak atas upah yang adil sehingga tidak ada diskrimanitif dalam pemberian upah.
3. Hak untuk berserikat dan berkumpul, dapat menjadi media advokasi bagi
pekerja.
4. Hak un tuk perlindungan keamanan dan kesehatan.
5. Hak untuk diproses hukum secara sah, hak untuk diperlakukan sama.
6. Hak atas rahasia pribadi.
7. Hak atas kebebasan suara hati.
Walaupun hak-hak para pekerja telah di penuhi kadang terjadi suatu permasalahan-
permasalahan yang di alami oleh para pekerja yaitu
1. Kolusi bentuk penyogokan yang terjadi pada calon karyawan yang ingin naik
jabatan (promosi jabatan).
2. Lamaran peluang kerja yang mencantumkan agama dan ras suku pada media
massa.
3. Pelatihan-pelatihan (training) yang dilakukan hanya berdasarkan untuk
mendapatkan proyek tender saja. Jadi pelatihan dilaksanakan tidak berdasarkan
kebutuhan yang ada.
4. Pemberian hasil penilaian psikologis (ex: psikotest) kepada seseorang yang
berada di luar bidang yang berwenang. Contohnya, pemberian hasil penilaian
psikologis yang dimiliki secara otoritas oleh bidang HRD dalam proses kegiatan
rekrutmen kepada di luar bidang HRD.
5. Pemberitahuan besaran nominal jumlah gaji kepada pihak yang tidak
berwenang.

Penjelasan dari permasalahan diatas, problem pertama termasuk dalam


permasalahan etika terkait dengan satu diantara tiga pengertian etika dalam Kamus Besar
Bahasa Indonesia (1988), yaitu nilai mengenai benar dan salah yang dianut suatu
golongan atau bermasyarakat. Perilaku kolusi menyogok jelas sekali merupakan tindakan
jalur pintas demi mencapai tujuannya. Jalan pintas yang dilakukan sebenarnya tidak akan
menjadi masalah jika dilakukan dalam kerangka norma kebaikan yang dapat diterima oleh
masyarakat. Namun, permasalahannya adalah jalan pintas yang digunakan bertentangan
dengan norma kebaikan yang semestinya tertera dalam kehidupan bermasyarakat.
Perjalanan untuk mencapai suatu tujuan yang baik haruslah pula menggunakan cara yang
baik. Cara yang baik itu adalah dengan memberikan usaha yang optimal melalui
kemampuan dirinya sendiri. Sehingga, promosi jabatan itu didapat melalui keringatnya
sendiri bukan berdasarkan unsur lain yang menyalahi noma kebaikan yang berlaku.

Problem etika yang kedua berkaitan erat dengan pengertian etika yang lain (masih
dalam pengertian Kamus Besar Bahasa Indonesia, 1988) yaitu, ilmu tentang yang baik
dan apa yang buruk. Norma baik yang tertanam dalam masyarakat umum adalah tidaklah
etis ketika pencantuman hal-hal yang bersifat pribadi dicantumkan dalam media massa
yang melibatkan berbagai macam kalangan pihak. Sehingga ketika pencatuman tersebut
dalam hal ini adalah ras agama ditampilkan, maka tentu menimbulkan ketidaksukaan
masyarakat akan hal tersebut. Lagi pula pencantuman kedua hal tersebut tidaklah menjadi
hal esensi dalam kompetensi yang dibutuhkan dalam suatu pekerjaan..
Permasalahan ketiga juga termasuk permasalahan etika dalam kategori pengertian
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Dalam kode etik yang
ditetapkan dalam dunia SDM tidak dibenarkan jika pelaksanaan training hanya dijalankan
semata-mata untuk proyek saja. Buat apa menghabiskan banyak uang atau mendulang
banyak uang, namun tujuan sebenarnya dari pelatihan tidaklah didapat. Jadi, pelatihan
hanya formalitas kegiatan saja. Hal itu tentu saja merendahkan martabat.pelatihan itu
sendiri. Berkaitan dengan hal itulah menurut kelompok kami, kode etik itu ditetapkan.
Permasalahan keempat ini juga termasuk dalam etika dalam kategori pengertian
kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Tidak etis ketika sumber data
mengenai deskripsi psikologis yang dimiliki oleh seseorang diketahui oleh banyak pihak.
Pengetahuan akan deskripsi psikologis tersebut haruslah mempertimbangkan izin dari
orang bersangkutan yang memiliki deskripsi psikologis tersebut dan tujuan yang jelas
kenapa data tersebut dibutuhkan. Selama kedua pertimbangan tersebut tidak ada, maka
tindakan mengetahui hasil data deskripsi psikologis tersebut tidak dibenarkan (tidak etis).
Problem kelima merupakan permasalahan etika dalam pengertian yang sama seperti
sebelumnya, yaitu kumpulan asas atau nilai yang berkenaan dengan akhlak. Gaji
merupakan ranah area pribadi yang secara etis diketahui oleh orang yang bersangkutan
saja dan pihak diatas yang mengelola keuangan penggajian. Suatu hal pribadi jelas tidak
diperkenankan untuk diketahui oleh pihak lain tanpa seizin dari pihak yang memiliki
otoritas. Pemahaman itulah yang menjadi kumpulan dari nilai-nilai yang terbentuk dalam
suatu masyarakat sehingga membentuk perilaku akhlak seperti apa yang seharusnya
dilakukan.
Cara yang dilakukan oleh manajemen untuk menyelesaikan permasalahan diatas dengan
cara menciptakan hubungan kerja yang sukses diantaranya:
1. Membentuk komite karyawan dan manajemen.
2. Membuat buku pegangan karyawan.
3. Sistem pengupahan yang profesional.
4. Menciptakan suasana kerja yang kondunsif
5. Menampung keluhan, saran, kritik karyawan.

Integrasi Konsep Etika Dengan Fungsi Manajemen Sumber Daya manusia

Manajemen sumber daya manusia yang mempunyai peran dalam mendukung dan
memberikan inisiatif dalam pelaksanaan konsep etika perusahaan mempunyai tugas
dalam mengontrol dan mengintegrasikannya ke dalam fungsi-fungsi organisasional yang
diembannya. Implementasi konsep etika ke dalam fungsi-funsi manajemen sumber daya
manusia yaitu :
1. Seleksi, perilaku karyawan tidak terlepas pada karakter pribadi yang
dibawanya.Seperti contoh karyawan dengan kemampuan perkembangan moral
yang tinggi akan menunjukkan perilaku dan pemikiran yang lebih etis. Hal ini
menjadi penting dalam proses seleksi karyawan karena jika calon karyawan
memiliki kemampuan perkembangan moral yang tinggi maka akan lebih mudah
menerima prinsip-prinsip moral universal dibanding karyawan yang memiliki
kemampuan perkembangan moral yang rendah. Dalam hal ini biasanya
manajemen mengunakan tes untuk mengukur kemampuan perkembangan moral
untuk menentukan kejujuran dan personalitas serta sebagia alat untuk melihat
karakteristik karyawan. Hal yang penting juga dalam prosse seleksi karyawan
yang lebih menitiberatkan pada penanaman nilai-nilai etika. Karyawan harus
mempunyai komitmen pada etika dan menjadi nyaman berbicara mengenai
etika. Jika konsep etika diintegrasikan dalam organisasi, maka calon karyawan
yang dibutuhakan adalah orang-orang yang menginginkan standar etika dapat
diaplikasikan dalam pekerjaan.
2. Orientasi Karyawan, tujuan yang penting dalam konsep orientasi karyawan
adalah mengajarkan mereka norma-norma, attitude, dan beliefs yang berlaku
dalam organisasi. Nilai-nilai organisasi dapat dikomunikasikan melalui
presentasi formal dan secara implisit melalui sejarah dan mitos organisasi.
3. Training, dalam integrasi training menanamkan nilai-nilai etika agar karyawan
memilki lebih luas pengembangannya dan aktivitas training untuk karyawan
memiliki fokus yang berbeda-beda. Kareana karyawan diharuskan untuk tahu
mengenai aturan- aturan regulasi maupun kebajikan, maka penanaman nilai-nilai
etika juga harus memfokuskan pada sharing etika antar organisasi. Training juga
dapat digunakan untuk memperluas pengetahuan karyawan dan manajer
mengenai kemampuan dalam mengaplikasikan framework etika dalam
pemecahan masalah.
4. Penilaian Kinerja, proses penilaian kinerja juga dapat diartika sebagai
perwujudan proses keadilan yang mempunyai kriteria seperti konsisten, bebas
dari bias, didasarkan pada informasi yang akurat, dapat dikoreksi dan
merupakan representasi dari kinerja yang sebenarnya.. penilaian kinerja
seharusnya dikomunikasikan dalam cara penyampaian informasi mengenai
keadilan antar individu. Karyawan seharusnya diberikan keterangan, khususnya
untuk hasil yang negatif dan mereka seharusnya diperlakukan sesuai martabat
dan rasa hormat.

Reward dan Hukuman, pendekatan yang kompleks dapat dilakukan dengan pemberian
reward untuk perlakuan yang etis dan hukuman untuk perlakukan kurang etis. Dengan
adanya reward, diharapkan bahwa tuntunan adanay perilaku yang lebih beretika tidak
dianggap sebagai suatu tambahan beban. Tentunya reward untuk perilaku yang etis dapat
menjadi sesuatu yang berlebih-lebihan. Manajemen sumber daya manusia harus
menunjukkan dukungan kepada karyawan yang menginginkan standar etika yang tinggi.
Sehingga melalui dukungan tersebut aspirasi program penanaman nilai-nilai etika dapat
dibicarakan sungguh-sungguh dan lebih berarti. Hukuman menyediakan pembelajaraan
sosial yang penting bagi karyawan untuk menjadi lebih sadar dan mempunyai kemauan
dalam menegakkan nilai-nilai dan etika organisasi. Jika perlu tidak etis tidak perlu
diberkan sanksi, maka karyawan akan beranggapan bahwa mereka juga dapat terhindar
dari hukuman.

Cara Manajemen dalam Menyelesaikan Permasalahan-Permasalahan yang Terjadi

Cara yang dilakukan oleh manajemen untuk menyelesaikan permasalahan yang terjadi di
dalam suatu perusahaan dengan cara menciptakan hubungan kerja yang sukses
diantaranya :
1) Membentuk komite karyawan dan manajemen.
2) Membuat buku pegangan karyawan.
3) Sistem pengupahan yang profesional.
4) Menciptakan suasana kerja yang kondusif
5) Menampung keluhan, saran, kritik karyawan.

Anda mungkin juga menyukai