PENDAHULUAN
1
Nurul Huda, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010, hlm. 337
2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 323-325
3
Scott, L. David, Wall Street Words, Boston : Houghton Mifflin, 1988, hlm. 257
4
Perry. F.E., A Dictionary of Banking, London : MC Donald & Evans, hlm. 245
Ide dana pensiun diselenggarakan untuk memberikan jaminan kesejahteraan bagi karyawan
dan keluarganya pada saat karyawan memasuki masa pensiun atau mengalami kecelakaan
semasa kerja yang mengakibatkan cacat tubuh atau meninggal dunia. Jaminan kesejahteraan
tersebut dalam bentuk pensiun (pension benefit) diberikan kepada karyawan dan keluarganya
yang dibayarkan secara berkalasesuai dengan peraturan dana pensiun.
Di Negara-negara maju penyelenggaraan program pensiun sudah dilakukan sejak tahun
1800-an. Di Canada Undang-Undang Dana Pensiun yang dikenal dengan nama Pension Fund
Societies Act of 1887, mulai dilaksanakan sejak tahun 1887, merupakan program pensiun
untuk pegawai pemerintah federal, karyawan kereta api, dan lembaga-lembaga keuangan
lainnya.
Program dana pensiun di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga pemerintah maupun
swasta. Pelaksana dana pensiun pemerintah antara lain Jamsostek, suatu program kontribusi
tetap dan wajib untuk karyawan swasta dan BUMN di bawah Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Namun, Departemen Keuangan memegang peran dalam pemgawasannya (UU
No.3/1992). Taspen, yaitu tabungan pensiun pegawai negeri sipil dan program pensiun swasta
(dana pensiun lembaga keuangan dan dana pensiun yang disponsori pemiik usaha) yang di
tanggung jawabi oleh Departemen Keuangan (Keputusan Presiden N0. 8/1997) dan ASABRI
dana pensiun angkatan besenjata, berada dibawah Departeen Pertahanan (Keputusan Presiden
No. 8/1977).
Ketiga program ini diatur melalui ketentuan hokum yang berbeda-beda.disamping itu, ada
pula UU No. 40/2004 tenteng Sistem Jaminan Sosial Nasional yang terbit tahun 2004. Dalam
UU itu, upaya mewujudkan kesejahteraan (memberantas kemiskinan) di upayakan dengan
mewujudkan rasa aman bagi setiap penduduk Indonesia, sejak lahir hingga keliang kubur,
dalam bentuk program perlindungan sosial di bidang kesehatah, kecelakaan kerja, hari tua,
pensiun, dan kematian.
Di Indonesia melalui UU No. 7 Tahun 1983 tantang Pajak Penghasilan dan Keputusan
Menteri Keuangan No. 250/KMK.001/1985 tanggal 6 Maret 1985 telah diberikan perlakuan
khusus kepada usaha swasta yang menyelenggarakan program pensiun. Untuk lebih
meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam penyelenggaraan program pensiun, pemerintah
telah menetapkan suatu undang-undang tentang Dana Pensiun, yaitu UU No. 11 Tahun 1992
yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1992. Selain itu, pemerintah telah mengeluarkan
beberapa peraturan yang berkaitan dengan UU No. 11/1992, yaitu Peraturan Pemerintah No.
76 Tahun 1992 tantang Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun
1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
Undang-Undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 merupakan kerangka hukum dasar
untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Undang-Undang ini didasarkan pada prinsip
“kebebasan untuk memberikan janji dan kewajiban untuk menepatinya” yaitu, walaupun
pembentukan program pensiun secara sukarela, hak penerima manfaat harus dijamin. Tujuan
utama diajukannya Undang-Undang Pensiun adalah untuk menetapkan hak peserta,
menyediakan standar peraturan, yang dapat menjamin diterimanya manfaat-manfaat pensiun
pada waktunya, untuk memastikan bahwa manfaat pensiun digunakan sebagai sumber
penghasilan yang berkesinambungan bagi para pensiunan, untuk memberikan pengaturan
yang tepat untuk dana pensiun, untuk mendorong mobilisasi tabungan dalam bentuk dana
pensiun jangka panjang, dan untuk memastikan bahwa dana tersebut tidak ditahan dan
digunakan oleh pengusaha untuk investasi-investasi yang mungkin berisiko dan tidak sehat,
tetapi akan mengalir kepasar-pasar keuangan dan tunduk pada persyaratan tentang
penanggulangan risiko.
Di Negara barat hingga saat ini dana pensiun yang jumlahnya sangat besar dialokasikan
dipasar modal untuk membeli saham maupun obligasi. Pembelian saham dan obligasi sebagai
alternative mencari laba akan dengan sendirinya memperbesar nilai tambah dana pensiun.
Setiap saham maupun obligasi mempunyai tujuan utama secara makro membiayai
pembangunan nasional. Secara mekanis sebagian dana masyarakat berupa dana pensiun
disalurkan kepasar modal dengan sasaran pembangunan nasional.
Dana pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan oleh suatu lembaga
untuk menghasilkan suatu manfaat pensiun, yaitu suatu pembayaran berkala yang dibayarkan
kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam ketentuan yang menjadi
dasar penyelenggaraan program pensiun. Pembayaran manfaat tersebut dikaitkan dengan
pencapaian usia tertentu.
Menurut Kasmir dalam bukunya ‘Pengantar Manajemen Keuangan’, dana pensiun
merupakan perusahaan yang memungut dana dari karyawan dari suatu perusahaan. Artinya,
perusahaan memotong dana (gaji karyawan suatu perusahaan) dengan jumlah tertentu yang
kemudian disetorkan ke perusahaan dana pensiun. Dana yang terkumpul oleh perusahaan
digunakan atau diinvestasikan kembali. Setelah memasuki pensiun maka perusahaan dana
pensiun si karyawan dapat mengambil uangnya kembali sesuai dengan perjanjian yang telah
dibuat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
menyatakan bahwa dana pensiun adalah badan hokum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya. Berdasarkan defenisi diatas dana
pensiun merupakan lembaga atau badan hokum yang mengelola program pensiun yang
dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama
yang sudah pensiun. Selain itu, dana pensiun merupakan sarana penghimpun dana guna
meningkatkan kesejahteraan pesertanya serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam
melestarikan pembangunan nasional yang meningkat dan berkelanjutan.
Sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai intermediasi atau perantara antara
penyedia dana dan peminta dana, dana pensiun menjual sekuritas sekundernya kepada
penyedia dana yaitu program-program pensiun yang ditawarkan dan membeli sekuritas primer
yang dikeluarkan oleh peminta dana seperti obligasi dan saham yang diterbitkan oleh peminta
dana.
B. Tujuan dan Fungsi Dana Pensiun
Penyelenggaraan suatu program pensiun, terutama dari pemberi kerja, dapat dilihat dari
dua aspek yaitu aspek ekonomis dan aspek sosial. Yang dimaksud dengan aspek ekonomis
adalah usaha pemberi kerja untuk menarik atau mempertahankan karyawan perusahahaan
yang memiliki potensi, cerdas, terampil dan produktif, yang dapat diharapkan untuk
mengembangkan perusahaan. Sedangkan aspek sosialis berkaitan dengan tanggung jawab
social pemberi kerja, bukan saja kepada karyawannya pada saat karyawan yang bersangkutan
tidak lagi mampu bekerja, tetapi juga kepada keluarganya pada saat karyawan tersebut
meninggal dunia. Kedua aspek tersebut sebenarnya hanya dilihat dari sisi perusahaan
(pemberi kerja).
Hal-hal penting yang umumnya diatur di dalam suatu peraturan pensiun antara lain
meliputi hal-hal berikut :
a. Siapa yang berhak menjadi peserta
b. Manfaat apa saja yang akan diberikan dan dalam bentuk apa.
c. Kapan dinikmatinya dan berapa besar manfaat yang dijanjikan kepada peserta.
Sumber pembiayaannya
Tujuan penyelenggaraan program pensiun, baik dari kepentingan pemberi kerja maupun dari
karyawan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tujuan mengadakan suatu program pensiun bagi perusahaan atau pemberi kerja :
b. Kewajiban moral
Perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan rasa aman kepada karyawan
pada saat mencapai usia pensiun.
a. Loyalitas
Dengan diadakannya program pensiun, karyawan diharapkan akan mempunyai
loyalitas dan dedikasi terhadap perusahaan.
b. Kompetisi pasar tenaga kerja
Dengan memasukkan program pensiun sebagai suatu bagian dari total kompensasi
yang diberikan kepada karyawan, diharapkan perusahaan akan memiliki daya saing
dan nilai lebih dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan professional
di pasaran tenaga kerja.
c. Meningkatkan motivasi karyawan dalam melaksanakan tugas sehari-hari
d. Meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah.
Tujuan pengadaan suatu program pensiun bagi karyawan atau peserta lain adalah :
a. Rasa aman terhadap masa yang akan dating, dalam arti tetap memiliki penghasilan
pada saat mencapai usia pensiun.
b. Asuransi, yaitu peserta yang meninggal dunia atau cacat sebelum mencapai usia
pensiun dapat diberikan uang pertanggungan atas beban bersama dari dana pensiun.
c. Tabungan, yaitu himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja merupakan tabungan
untuk dan atas nama pesertanya sendiri. Iuran yang dibayarkan oleh karyawan dapat
dilihat setiap bulan sebagai tabungan dari para pesertanya.
d. Pensiun, yaitu seluruh himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja serta hasil
pengelolaannya akan dibayarkan dalam bentuk manfaat pensiun sejak bulan pertama
sejak mencapai usia pensiun selama seumur hidup peserta, dan janda/duda peserta.
e. Kompensassi yang lebih baik karena karyawan mempunyai tambahan kompensasi,
meskipun baru bias dinikmati pada saat mencapai usia pensiun/berhenti bekerja.5
Penyelenggaraan dana pension
a. Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan.
b. Turut membantu dan mendukung program pemerintah.
c. Sebagai bakti sosial terhadap para peserta.
Menurut Nurul Huda dan Mohamad Heykal (2010), pada dasarnya program pensiun
memiliki tiga fungsi, meliputi:
a. Fungi asuransi, program pensiun memilki program asuransi karena memberikan
jaminan kepada para peserta untuk mengatasi risiko kehilangan pendapatan yang
disebabkan oleh kematian atau usia pensiun.
b. Funsi tabungan, program pensiun memiliki fungsi tabungan, karena selama masa
program peserta diharuskan untuk membayar iuran.
c. Fungsi pensiun, program pensiun memiliki fungsi pensiun, karena manfaat yang akan
diterima oleh peserta dapat dilakukan secara berkala selama hidup.
Penyelenggaraan program pensiun mengandung asas kebersamaan seperti halnya program
asuransi. Sebagai contoh, bila peserta program pensiun mengalami musibah, baik cacat
maupun meninggal dunia, yang mengakibatkan terputusnya pendapatan sebelum memasuki
masa pensiun, maka kepada peserta tersebut diberi manfaat sebesar yang dijanjikan atas beban
dana pensiun. Funsi tabungan, karena program pensiun bertugas untuk mengumpulkan dan
mengembangkan dana yang merupakan dana yang terakumulasi dari iuran peserta, diman
iuran tersebut diperlakukan seperti halnya tabungan. Selanjutnya iuran tersebut akan dikelola
dan dikembangkan, yang nantinya disaat pensiun atau diakhir masa program, dana yang
terkumpul akan digunakan untuk membayar manfaat pensiun peserta. Besarnya manfaat yang
diterima oleh peserta sangat bergantung dengan akumulasi dana yang disetor dan hasil
pengembangan dari iuran tersebut. Tentunya dengan semakin panjang waktu kepesertaan akan
memberikan dampak terhadap pertumbuhan dana setoran iuran peserta.
C. Manfaat Pensiun
Manfaat pensiun adalah pembayaran secara berkala kepada peserta pada saat dan dengan
5
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan : Kebijakan Moneter dan Perbankan, Jakarta : , 2005, hlm.
704-705
cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun (Lihat Pasal 1 Butir 9, UU No. 11/1992).
Setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari dua orang karyawan berkewajiban secara
moral dan fisik memberikan rasa aman kepada karyawannya. Setiap karyawan menginginkan
uang pensiun yang diterima benar-benar cukup membiayai keluarganya tanpa bekerja.
Di Negara barat uang pensiun yang diterima secara berkala cukup memadai untuk
menciptakan keluarga sejahtera. Setiap tahun anda melihat sendiri besarnya turis mengunjungi
Negara kita dan Negara lainnya. Diantara para turis itu sangat banyak para pensiunan. Uang
pensiun yang diterima, jika berhemat, memungkinkan untuk melewati keberbagai Negara
setiap tahun sebagai turis.Dengan program pensiun yang realistis, selama bekerja karyawan
diharapkan memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan. Demikian juga
program pensiun tersebut merupakan kompensasi yang diberikan kepada karyawan dengan
harapan perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai tambah dalam usaha mendapatkan
karyawan yang berkualitas dan profesional di pasar tenaga kerja.
Manfaat pensiun bukan saja hanya memberikan kepastian penghasilan dimasa depan,
akan tetapi juga ikut memberikan motivasi untuk lebih giat bekerja. Dengan memberikan
program jasa pensiun para peserta akan merasa aman, terutama bagi mereka yang
menganggap pada usia pensiun sudah tidak produktif lagi. Penyelenggaraan programpensiun
dapat dilakukan oleh pemberi kerja atau dengan menyerahkan kepada lembaga-lembaga
keuangan yang menawarkan jasa pengelolaan program pensiun, misalnya bank-bank umum
atau perusahaan asuransi jiwa.
Penyusunan program dan manfaat pensiun didasarkan pada besarnya jumlah iuran dan
masa kepesertaan dengan perkiraan suku bunga/hasil usaha tertimbang sebesar 80%. Kepada
peserta akan diberikan factor penghargaan manfaat pensiun dengan kelipatan pertahun masa
kepesertaan.
Contoh:
Masa kepesertaan
Kelipatan per tahun (K/T)
Jumlah
10-14 tahun 3% 30-40%
15-19 tahun 4% 60-76%
20-24 tahun 5% 100-120%
25 tahun seterusnya 6% 150%
Menurut keputusan Menteri Keuangan No. 230/KMK.07/1993, batas maksimum manfaat
pensiun adalah:
a. factor penghargaan per tahun 2,5% dari gaji dasar pensiun.
b. Penetapan Faktor Penghargaan
c. Dalam peraturan dana pensiun, dapat ditetapkan perbedaan besarnya faktor
Penghargaan per tahun masa kerja dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Perbedaan dimaksud harus berupa kenaikan yang dikaitkan dengan masa kerja peserta.
b. Tingkat kenaikan faktor penghargaan per tahun masa kerja dari faktor penghargaan
sebelumnya tidak boleh lebih dari 25%.
c. Maksimum perbedaan antara faktor per tahun masa kerja tertinggi dan terendah adalah
25%.
d. Penetapan factor penghargaan tersebut diatas tidak boleh melebihi 2,5% atau
mengakibatkan manfaat pensiun melampaui batas maksimum manfaat pensiun, yaitu
80% dari penghasilan dasar pensiun per bulan.
Contoh:
Masa Kerja (tahun)
Faktor Penghargaan
24-32 2,5%
16-24 2,0%
8-16 1,6%
0-8 1,28%
Manfaat rogram pensiun bila dilihat dari ciri-ciri serta program pensiun itu sendiri
terdapat beberapa manfaat atau keuntungan dari program pensiun. Bagi peserta DPLK
terdapat beberapa manfaat, yaitu:
a. Adanya kepastian dana pensiun,
b. Iuran dan hasil pengembangan dana diperuntukkan bagi peserta,
c. Dalam program ini peserta dapat:
Menentukan sendiri sasaran untuk investasi dananya,
Memperoleh keuntungan yang maksimal dengan meminimelisasi risiko yang mungkin
ada dalam pilihan investasi (diversifikasi),
Selalu memonitor besarnya manfaat pensiun, dan
Menentukan sendiri besar kecilnya iuran yang akan dilakukan selama masa program.
Pembayaran iuran dapat dilakukan secara tidak teratur,
Merupakan satu-satunya produkhari tua yang sangat transparan.
Manfaat pensiun pada prinsipnya berkaitan dengan usia di mana peserta berhak untuk
mengajukan pensiun dan mendapatkan manfaat pensiun.
Manfaat pensiun dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Pensiun Normal (Normal Retirement)
Usia pensiun normal adalah usia paling rendah di mana karyawan berhak untuk
pensiun tanpa perlu persetujuan dari pemberi kerja, dengan memperoleh mannfaat
pensiun penuh.6 Usia pensiun normal biasanya ditentukan dalam suatu peraturan dana
pensiun, di mana karyawan berhak untuk pensiun penuh.
b. Pensiun Dipercepat (Early Retirement)
6
McGill, dan M.,et.al., Fundamentals of Private Pensions, Penssylvania, 1984, hlm. 115
Ketentuan pensiun dipercepat ini biasanya telah diatur dalam peraturan dana pensiun
di mana karyawan dimungkinkan untuk pensiun lebih awal daripada usia pensiun
normal dengan persyaratan khusus juga yaitu setelah mencapai usia tertentu misalnya
50 tahun, harus memenuhi masa kerja minimum misalnya 10, 15 dan 20 tahun dan
memerlukan persetujuan dari pemberi kerja.
c. Pensiun Ditunda (Deffered Retirement)
Pengertian pensiun ditunda sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (13) uu No. 11
Tahun 1992 adalah hak atas manfaat pensiun bagi peserta yang berhenti bekerja
sebelum usia pensiun normal yang ditunda pembayarannya sampai pada saat peserta
pensiun sesuai dengan peraturan dana pensiun.
d. Pensiun Cacat (Disable Retirement)
Pensiun cacat ini sebenarnya tidak berkaitan dengan usia peserta. Akan tetapi,
karyawan yang mengalami cacat dan dianggap tidak cakap lagi atau mampu
melaksanakan tugasnya berhak memperoleh mannfaat pensiun. Manfaat pensiun cacat
ini biasanya dihitung berdasarkan formula manfaat pensiun normal, dimasa kerja
diakui seolah-olah sampai usia pensiun normal dan penghasilan dasar pensiun
ditentukan pada saat peserta yang bersangkutan dinyatakan cacat.
D. Program Pensiun
Program pensiun yang umumnya dipakai di perusahaan swasta dan perusahaan milik
negara maupun bagi karyawan Pemerintah terdiri atas dua yaitu :
1. Program Pensiun Manfaat Pasti (defined benefit plan)
Merupakan program pensiun yang besarnya manfaat pensiun ditetapkan dalam Peraturan
Dana pensiun. Seluruh iuran merupakan beban karyawan yang dipotong dari gajinya.
Kelebihan program pensiun manfaat pasti adalah :
Lebih menekankan pada hasil akhir
Manfaat pensiun ditentukan terlebih dahulu, mengingat manfaat dikaitkan dengan
gaji karyawan.
Program pensiun manfaat pasti dapat mengakomodasi masa kerja yang telah
dilalui karyawan apabila program pensiun dibentuk jauh setelah perusahaan
berjalan.
Karyawan lebih dapat menentukan besarnya manfaat yang akan diterima pada saat
mencapai usia pensiun.
Sedangkan kelemahan program pensiun manfaat pasti adalah :
Perusahaan menanggung risiko atas kekurangan dana apabila hasil investasi tidak
mencukupi.
Relative lebih sulit untuk diadministrasikan.
Perhitungan menggunakan rumus sekaligus bagi PPMP sebagai berikut :
MP = FPd x MK x PDP
Dimana :
MP = Manfaat Pensiun
FPd = Faktor Penghargaan dalam decimal
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa bulan terakhir.
Dalam hal manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus sekaligus besar factor
penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 2,5 % dan total manfaat pensiun tidak
boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.
Sedangkan perhitungan dengan rumus bulanan bagi PPMP sebagai berikut :
MP = FPe x MK x PDP
Dimana
MP = Manfaat Pensiun
FPe = Faktor Penghargaan dalam persentase (%)
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa bulan
terakhir.
Dalam hal manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus bulanan besar factor
penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 2,5 % dan total manfaat pensiun tidak
boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.
Sebagai contoh menurut pandangan final earning pensiun plan adalah jika gaji terakhir
anda sebelum pensiun adalah Rp. 1.000.000,- sementara masa kerja 20 tahun, maka anda akan
memperoleh uang pensiun bulanan sebesar 2,5 % x 20 x Rp 1 juta = Rp 500.000,-
Selanjutnya sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343/kmk.017/1998
pembayaran manfaat pensiun oleh dana pensiun dapat pula dilaksanakan :
Dalam hal jumlah yang akan dibayarkan per bulan oleh dana pensiun yang menyelenggarakan
program pensiun manfaat pasti yang menggunakan rumus bulanan kurang dari Rp 300.000,-
nilai sekarang dari manfaat pensiun tersebut dapat dibayarkan sekaligus.
Dalam hal manfaat pensiun yang menjadi hak peserta pada program pensiun manfaat pasti
yang menggunakan rumus sekaligus lebih kecil dari Rp36.000.000,- manfaat pensiun tersebut
dapat dibayar sekaligus.
2. Program Pensiun Iuran Pasti (benefit contribution pension plan)
Adalah program pensiun yang menetapkan besarnya iuran karyawan dan perusahaan
(pemberi kerja). Sedangkan benefit yang akan diterima karyawan dihitung berdasarkan
akumulasi iuran, ditambah dengan hasil pengembangan atau investasinya. Program pensiun
iuran pasti terdiri atas :
a. Money Purchase Plan
Menetapkan jumlah iuran yang dibayarkan oleh karyawan dan pemberi kerja, bukan
formula perhitungan manfaat pensiun sebagaiman pada defined benefit plan yang telah
dijelaskan.
b. Profit Sharing Plan
Program pensiun yang sumber pembiayaannya atau iurannya berasal dari persentase
tertentu dari keuntungan yang diperoleh perusahaan sebelum pajak.
Saving Plan
Program pensiun yang pada prinsipnya memiliki bentuk yang hamper sama dengan
money purchase plan. Perbedaannya terletak dalam hal iuran seluruhnya, di mana dalam
program pensiun dengan saving plan. Karyawanlah yang menentukan jumlah iuran tersebut.
Dalam buku Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank (O.P Simorangkir),
Menurut UU No. 11 Tahun 1992, program pensiun terdiri dari tiga golongan, antara lain:
a. Program pensiun beriuran (defined contribution plan),
b. Program pensiun bermanfaat pasti (defined benefit plan),
c. Program pensiun berdasarkan keuntungan (profit sharing pension plan).
Ketiga golongan diatas mempunyai kekhususan masing-masing, yaitu:
Program Pensiun Beriuran
Program pensiun beriuran ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dan seluruh iuran
serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta. Jumlah iuran
yang dibayar denagan berbagai cara adalah sebagai berikut.
Jumlah iuran ditetapkan oleh karyawan dan pemberi kerja disebut money purchase plan. Iuran
dibukuka pada masing-masing rekening peserta. Menetapkan jumlah iuran, cara saving plan
beberapa faktor perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
Besarnya manfaat atau benefit.
Usia rata-rata karyawan.
Skala gaji perusahaan yang bersangkutan.
Jumlah masa kerja.
Di Indonesia, sesuai dengan UU No. 11/1992 Pasal 15, seluruh iuran kedua belah pihak
serta hasil investasi yang diperoleh harus disetor kepada dana pensiun. Ketentuan mengenai
iuran ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 230/KMK. 017/1993 sebagai
berikut:
Iuran peserta = 7,5 % x gaji dasar pensiun
Iuran pemberi kerja = 12,7% x gaji dasar pensiun
Jumlah iuran = 20,0% x gaji dasar pensiun
7
Adler Haymans Manurung, Financial Planner ; Panduan Praktis Mengelola Keuangan Keluarga, Jakarta : Kompas,
2008, hal.85
Pada prinsipnya dana pensiun dapat melakukan investasi dalam berbagai bentuk. Namun,
kebebasan investasi dana pensiun biasanya tetap dibatasi oleh lembaga pengawas. Portofolio
investasi dana pensiun umumnya didominasi dalam bentuk saham, obligasi jangka menengah-
panjang,instrument pasar uang, kontrak anuitas grup, dan jenis investasi konvisional lainnya.
Porsi yang relative lebih kecil diinvestasikan dalam real estate, mortgage, surat-surat berharga
asing, dan instrument investasi baru yang dapat menawarkan prospek yang lebih tinggi
daripada keuntungan rata-rata. Dana pensiun di Indonesia belum diperkennkan melakukan
investasi dalam surat-surat berharga yang diterbitkan di luar negeri.
K. Pemupukan Dana
Setiap penyelenggara program pensiun diharuskan melakukan pemupukan dana untuk
memenuhi pembayaran pensiun bagi yang berhak menerimanya. Pemupukan dana sangat
diperlukan dan jangan sampai yang berhak tidak menerima pensiun secara berkala. Agar
terhindar dari berbagai risiko, maka dana pensiun disalurkan secara difersivikasi atau
spreading, misalnya penanaman modal dalam deposito, saham, obligasi, tanah, rumah, dan
lain-lain. Secara berkala akan diterima bunga atau dividen. Dengan perhitungan yang
matangmungkin saja hasil bunga dan dividen menutupi atau mengkompensasikan pelunasan
uang pensiun secara berkala.
Kekayaan dana pensiun harus dipisahkan dari kekayaan pendiri. Tidak diperkenankan
adanya pembentukan “cadangan pensiun” dalam pembukuan pendiri perusahaan. Oleh badan
hukum dana pensiun telah dipisahkan cadangan pensiun dan kekayaan dana pesiun dikelola
dengan mengacu kepada ketentuan-ketentuan dalan Undang-Undang Dana Pensiun dan
peraturan pelaksanaannya.
Setiap perusahaan atau badan yang mempekerjakan karyawan diberi kesempatan
mendirikan dana pensiun bagi karyawannya. Dengan berdirinya dana pensiun di suatu
perusahaan, makakewajiban karyawan untuk membayar iurannya. Karyawan berhak
menerima uang pensiunnya, jika ia telah tergolong peserta pensiun.
Untuk menghindari kepentingan pengurus, agar tidak terjadi penyelewengan, maka
diperlukan pembinaan dan pengawasan. Dalan hal ini Direktorat Dana Pensiun Departemen
Keuangan bertindak sebagai pengawas dengan sistem pelaporan. Secara berkala dana pensiun
harus melaporkan struktur organisasi dan posisi keuangannya. Direktorat Dana Pensiun
Departemen Keuangan melakukaan sistem pelaporan dan pengamatan. Supaya pengawasan
lebih terbuka, para peserta dana pensiun diberikan informasi, laporan keuangan secukupnya.
Umumnya, produk dana pensiun yang ditawarkan oleh DPLK Syariah menawarkan
produk pensiun dengan konsep tabungan dan produk pensiun plus asuransi jiwa. Karakteristik
produk dana pensiun dengan konsep tabungan antara lain:
Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam ketentuan
Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa
Manfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil investasinya.
Sedangkan karakteristik produk dana pensiun plus asuransi jiwa antara lain:
Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam ketentuan
Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa
Manfaat pensiun yang akan diterima adalah sebesar:
Manfaat asuransi apabila peserta meninggal dunia sebelum memasuki usia pensiun.
Total iuran ditambah hasil investasinya apabila telah memasuki usia pensiun.
Untuk itu, kebijakan dan program akselerasi sangat dibutuhkan untuk mempercepat
pertumbuhan dana pensiun syariah. Kebijakan dan program tersebut diharapkan mencukupi
untuk dapat mendorong pertumbuhan dari sisi supply dan demand secara seimbang dan
memperkuat permodalan, manajemen, dan sumber daya manusia bagi dana pensiun syariah.
Selain itu, sasaran selanjutnya yang juga penting adalah melibatkan seluruh stakeholder dana
pensiun syariah untuk berpartisipasi aktif dalam program akselerasi sesuai otoritas, tanggung
jawab, dan kompetensi masing-masing.
Harus diakui bahwa perkembangan dana pensiun syariah relatif tertinggal bila
dibandingkan dengan industri keuangan syariah yang lain. Hal ini terjadi diantaranya
disebabkan minimnya dukungan strategi dan regulasi. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa
hal:
1. Dalam konteks strategi pengembangan industri. Ketika perbankan, asuransi, dan pasar
modal syariah sudah memiliki dan masuk dalam road map strategi pengembangan
masing-masing industri, dana pensiun syariah belum disentuh sedikit pun dalam
kebijakan dan strategi pengembangan Industri Dana Pensiun Tahun 2007-2011.
2. Dalam konteks regulasi. Jika perbankan, asuransi, obligasi, dan reksa dana syariah
sudah banyak memiliki peraturan dan juga dukungan fatwa DSN-MUI, maka dana
pensiun syariah belum ada satu pun peraturan dan fatwa yang mendukung. Sehingga
regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada
peraturan dana pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat
khusus dan mendetail.
3. Ketentuan Investasi langsung dalam UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun. Selama
ini Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Syariah mengeluhkan tentang produk
investasi terikat (Mudharabah muqayadah/restricted investment) yang berpotensi
besar, tidak dapat dimasuki oleh DPLK Syariah. Produk mudharabah muqayadah
merupakan produk bank syariah berupa investasi di bidang properti atau infrastruktur
dengan nilai proyek sangat besar, tidak dapat dimasuki oleh DPLK Syariah. Selama ini
bank syariah kesulitan membiayai proyek tersebut karena terbentur dengan batas
maksimum pemberian kredit.
Instrumen investasi dana pensiun syariah perlu dimasukkan ke dalam revisi UU Dana
Pensiun. DPLK Syariah memerlukan regulasi itu untuk memperluas instrumen investasi yang
sesuai dengan karakternya. Keterbatasan instrumen investasi ini kemudian berakibat dana
kelolaan dana pensiun syariah justru kebanyakan ditanam dalam bentuk obligasi, saham, dan
reksa dana syariah saja. Padahal dengan potensi besar masyarakat muslim dan dengan pasar
yang sangat terbuka lebar tentunya dana pensiun syariah memiliki harapan masa depan yang
cerah.
BAB III
PENUTUP
A. Kesimpulan
Dana pensiun menurut UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun adalah badan
hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.. Dana
pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan berdasarkan prinsip
syariah.
Dalam pengelolaan dana pensiun, pemerintah menganut asas-asas penyelenggaraan yang
dilakukan dengan sistem pendanaan, pemisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan
pendiri, kesempatan untuk mendirikan dana pensiun, penundaan manfaat, serta kebebasan
untuk membentuk atau tidak membentuk dana pensiun.
Landasan hukum operasional dana pensiun adalah Undang-undang Dana Pensiun No. 11
Tahun 1992 yang merupakan kerangka hukum dasar untuk dana pensiun swasta di Indonesia.
Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana pensiun syariah, dalam konteks regulasi
misalnya, menurut seorang konsultan Ekonomi Syariah, yang juga seorang praktisi, Izzuddin
Abdul Manaf, Lc. MA Belum ada satupun peraturaan dan fatwa yang mendukung. Sehingga
regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan
dana pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus.
Tujuan dari dana pensiun bagi perusahan adalah sebagai kewajiban moral untuk
memberikan rasa aman kepada karyawan, jaminan yang diberikan untuk karyawan akan
memberikan dampak positif pada perusahaan, dengan memasukkan program pensiun sebagai
suatu bagian dari total kompensasi yang diberikan kepada karyawan diharapkan perusahaan
akan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam usaha mendapatkan karyawan yang
berkualitas dan professional di pasaran tenaga kerja, peserta mempunyai tambahan
kompensasi meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia pensiun.
Program pensiun syariah di Indonesia masih dilaksanakan secara terbatas oleh DPLK
(Dana Pensiun Lembaga Keuangan) di beberapa bank dan asuransi syariah. Umumya, produk
DPLK syariah merupakan salah satu poduk penghimpunan dana yang ditawarkan oleh bank
atau asuransi syariah untuk memberikan jaminan kesejahteraan di hari tua atau di akhir masa
jabatan karyawan ataupun nasabahnya. Umumnya, produk dana pensiun yang ditawarkan oleh
DPLK Syariah menawarkan produk pensiun dengan konsep tabungan dan produk pensiun
plus asuransi jiwa
Perkembangan dana pensiun syariah relatif tertinggal bila dibandingkan dengan industri
keuangan syariah yang lain. Hal ini terjadi diantaranya disebabkan minimnya dukungan
strategi dan regulasi. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa hal, dalam konteks strategi
pengembangan industri dana pensiun syariah belum disentuh sedikit pun dalam kebijakan dan
strategi pengembangan industri dana pensiun, dana pensiun syariah belum ada satu pun
peraturan dan fatwa yang mendukung. Sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana
pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan dana pensiun yang umum dan fatwa MUI
yang juga umum, tidak bersifat khusus dan mendetail, ketentuan Investasi langsung dalam
UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun.
Instumen investasi dana pensiun syariah perlu dimasukkan dalam revisi UU Dana
Pensiun. DPLK syariah memerlukan regulasi itu untuk memperluas instrumen investasi yang
sesuai dengan karakternya. Keterbatasan investasi ini kemudian berakibat dana kelolaan dana
pensiun syariah justru kebanyakan ditanam dalam bentuk deposito syariah, baik rupiah
maupun valas, juga obligasi, saham, dan reksa dana syariah saja. Padahal dengan potensi
besar masyarakat muslim dan dengan pasar yang sangat terbuka lebar tentunya dana pensiun
syhariah memiliki harapan masa depan yang cerah.8
B. Saran
Mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah penduduk beragama islam terbesar di
dunia, seharusnya lembaga-lembaga keuangan syariah pada umumnya dan dana pensiun
syariah pada khususnya memiliki potensi yang cukup besar untuk berkembang di Indonesia.
8
Andri soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010, hlm.301-303
Tetapi kenyataanya masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau mengikuti program
dana pensiun, dengan berkembangnya lembaga keuangan dan bisnis syariah. Melihat prospek
perkembangan dana pensiun syariah yang tergolong bagus maka sebaiknya pemerintah harus
cepat tanggap mengenai upaya-upaya yang harus dilakukan untuk meminimalisir faktor-faktor
penghambat tersebut dan mendorong perkembangan dana pensiun syariah di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA
Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2011.
David, Scott L. Wall Street Words. Boston : Houghton Mifflin. 1988.
Perry. F.E. A Dictionary of Banking. London : MC Donald & Evan
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan : Kebijakan Moneter dan Perbankan, Jakarta
: Raja Grafindo. 2005.
McGill, dan M.,et.al. Fundamentals of Private Pensions.Penssylvania, 1984.
soemitra, Andri Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010,
hlm.301-303
Adler Haymans Manurung, Financial Planner ; Panduan Praktis Mengelola Keuangan
Keluarga, Jakarta : Kompas, 2008.
Nurul Huda, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011.
Scott, L. David, Wall Street Words, Boston : Houghton Mifflin, 1988.