Anda di halaman 1dari 33

BAB I

PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah


Pada prinsipnya, dana pensiun merupakan salah satu alternatif untuk memberikan
jaminan kesejahteraan kepada karyawan. Adanya jaminan kesejahteraan tersebut
memungkinkan karyawan untuk memperkecil masalah-masalah yang timbul dari risiko-risiko
yang akan dihadapi dalam perjalanan hidupnya, misalnya risiko kehilangan pekerjaan, lanjut
usia, dan kecelakaan yang mengakibatkan cacat tubuh atau bahkan mungkin kematian.
Risiko-risiko tersebut memberikan dampak finansial, terutama bagi kehidupan karyawan dan
keluarganya. Sehingga kesejahteraan yang bersangkutan akan menggangu kelangsungan
hidupnya. Untuk mengatasi kemungkinan terjadinya keadaan-keadaan tersebut sehingga
diciptakanlah beberapa usaha pencegahan antara lain dengan penyelenggaraan maupun
pemerintah sebagai pemberi kerja yang telah dikenal selama ini.
Setiap orang ingin di masa pensiunnya menikmati hidup yang layak, terutama mereka
yang dimasa mudanya mempunyai kehidupan yang layak dan normal. Masa pensiun
merupakan periode yang sangat ditakuti berbagai pihak bila tidak dipersiapkan dengan baik.
Di negara-negara maju, penyelenggaraan program pensiun sebagai salah satu bentuk
kesejahteraan bagi karyawan, baik pemerintah maupun perusahaan-perusahaan swasta telah
dilakukan sejak tahun 1800-an. Selanjutnya, untuk lebih meningkatkan produktivitas serta
untuk memberikan daya guna dan hasil guna yang optimaldalam peyelenggaraan program
pensiun sesuai dengan fungsinya, pemerintah telah mengeluarkan Undang-undang No 11
Tahun 1992 tentang dana pensiun.
BAB II
PEMBAHASAN

A. Pengertian Dana Pensiun

Pengertian Perusahaan dana pensiun secara umum dapat dikatakan merupakan


perusahaan yang memungut dana dari karyawan suatu perusahaan dan memberikan
pendapatan kepada peserta pensiun sesuai perjanjian. Artinya dana pensiun dikelola oleh
suatu lembaga dan memungut dana dari pendapatan para karyawan suatu perusahaan,
kemudian membayarkan kembali dana tersebut dalam bentuk pensiun setelah jangka waktu
tertentu sesuai dengan perjanjian antara kedua belah pihak. Pengertian sesuai perjanjian
artinya pensiun dapat diberikan pada saat karyawan tersebut sudah memasuki usia pensiun
atau ada sebab lain sehingga memperoleh hak untuk mendapatkan dana pensiun.
Sedangkan menurut UU Nomor 11 Tahun 1992 Dana Pensiun adalah ”Badan hukum yang
mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun1.” Dengan demikian,
jelas bahwa yang mengelola dana pensiun adalah perusahaan yang memiliki badan hukum
seperti bank umum atau asuransi jiwa.
Selanjutnya pengertian pensiun adalah hak seseorang untuk memperoleh penghasilan setelah
bekerja sekian tahun dan sudah memasuki usia pensiun atau ada sebab-sebab lain sesuai
dengan perjanjian yang telah ditetapkan. Penghasilan dalam hal ini biasanya diberikan dalam
bentuk uang dan besarnya tergantung dari peraturan yang ditetapkan.2
Jadi kegiatan perusahaan dana pensiun adalah memungut dana dari iuran yang dipotong
dari pendapatan karyawan suatu perusahaan. Iuran ini kemudian diinvestasikan lagi kedalam
berbagai kegiatan usaha yang dianggap paling menguntungkan. Bagi perusahaan dana pensiun
iuran yang dipungut dari karyawan suatu perusahaan tidak dikenakan pajak dan teruang dalam
UU no 7 tahun 1983 tentang pajak penghasilan yan berbunyi :
”Iuran yang diterima atau diperoleh dana pensiun yang disetujui menteri keuangan, baik yang
dibayar oleh Pemberi kerja maupun oleh karyawan dan penghasilan dana pensiun dari modal
yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu berdasarkan Keputusan Menteri Keuangan
tidak termasuk dari objek pajak.”
Beberapa sumber memberikan pengertian dana pensiun atau pension fund sebagai berikut :
Pension funds is a financial institution that controls assets and disburses income to people
ofter they have retired from gainful employment.3
Pension fund is an investment maintained by companies and other employers to pay the
annual sum required under the business organization’s pension scheme.4

1
Nurul Huda, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010, hlm. 337
2
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011, hlm. 323-325
3
Scott, L. David, Wall Street Words, Boston : Houghton Mifflin, 1988, hlm. 257
4
Perry. F.E., A Dictionary of Banking, London : MC Donald & Evans, hlm. 245
Ide dana pensiun diselenggarakan untuk memberikan jaminan kesejahteraan bagi karyawan
dan keluarganya pada saat karyawan memasuki masa pensiun atau mengalami kecelakaan
semasa kerja yang mengakibatkan cacat tubuh atau meninggal dunia. Jaminan kesejahteraan
tersebut dalam bentuk pensiun (pension benefit) diberikan kepada karyawan dan keluarganya
yang dibayarkan secara berkalasesuai dengan peraturan dana pensiun.
Di Negara-negara maju penyelenggaraan program pensiun sudah dilakukan sejak tahun
1800-an. Di Canada Undang-Undang Dana Pensiun yang dikenal dengan nama Pension Fund
Societies Act of 1887, mulai dilaksanakan sejak tahun 1887, merupakan program pensiun
untuk pegawai pemerintah federal, karyawan kereta api, dan lembaga-lembaga keuangan
lainnya.
Program dana pensiun di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga pemerintah maupun
swasta. Pelaksana dana pensiun pemerintah antara lain Jamsostek, suatu program kontribusi
tetap dan wajib untuk karyawan swasta dan BUMN di bawah Departemen Tenaga Kerja dan
Transmigrasi. Namun, Departemen Keuangan memegang peran dalam pemgawasannya (UU
No.3/1992). Taspen, yaitu tabungan pensiun pegawai negeri sipil dan program pensiun swasta
(dana pensiun lembaga keuangan dan dana pensiun yang disponsori pemiik usaha) yang di
tanggung jawabi oleh Departemen Keuangan (Keputusan Presiden N0. 8/1997) dan ASABRI
dana pensiun angkatan besenjata, berada dibawah Departeen Pertahanan (Keputusan Presiden
No. 8/1977).
Ketiga program ini diatur melalui ketentuan hokum yang berbeda-beda.disamping itu, ada
pula UU No. 40/2004 tenteng Sistem Jaminan Sosial Nasional yang terbit tahun 2004. Dalam
UU itu, upaya mewujudkan kesejahteraan (memberantas kemiskinan) di upayakan dengan
mewujudkan rasa aman bagi setiap penduduk Indonesia, sejak lahir hingga keliang kubur,
dalam bentuk program perlindungan sosial di bidang kesehatah, kecelakaan kerja, hari tua,
pensiun, dan kematian.
Di Indonesia melalui UU No. 7 Tahun 1983 tantang Pajak Penghasilan dan Keputusan
Menteri Keuangan No. 250/KMK.001/1985 tanggal 6 Maret 1985 telah diberikan perlakuan
khusus kepada usaha swasta yang menyelenggarakan program pensiun. Untuk lebih
meningkatkan daya guna dan hasil guna dalam penyelenggaraan program pensiun, pemerintah
telah menetapkan suatu undang-undang tentang Dana Pensiun, yaitu UU No. 11 Tahun 1992
yang ditetapkan pada tanggal 20 April 1992. Selain itu, pemerintah telah mengeluarkan
beberapa peraturan yang berkaitan dengan UU No. 11/1992, yaitu Peraturan Pemerintah No.
76 Tahun 1992 tantang Dana Pensiun Pemberi Kerja dan Peraturan Pemerintah No. 77 Tahun
1992 tentang Dana Pensiun Lembaga Keuangan.
Undang-Undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 merupakan kerangka hukum dasar
untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Undang-Undang ini didasarkan pada prinsip
“kebebasan untuk memberikan janji dan kewajiban untuk menepatinya” yaitu, walaupun
pembentukan program pensiun secara sukarela, hak penerima manfaat harus dijamin. Tujuan
utama diajukannya Undang-Undang Pensiun adalah untuk menetapkan hak peserta,
menyediakan standar peraturan, yang dapat menjamin diterimanya manfaat-manfaat pensiun
pada waktunya, untuk memastikan bahwa manfaat pensiun digunakan sebagai sumber
penghasilan yang berkesinambungan bagi para pensiunan, untuk memberikan pengaturan
yang tepat untuk dana pensiun, untuk mendorong mobilisasi tabungan dalam bentuk dana
pensiun jangka panjang, dan untuk memastikan bahwa dana tersebut tidak ditahan dan
digunakan oleh pengusaha untuk investasi-investasi yang mungkin berisiko dan tidak sehat,
tetapi akan mengalir kepasar-pasar keuangan dan tunduk pada persyaratan tentang
penanggulangan risiko.
Di Negara barat hingga saat ini dana pensiun yang jumlahnya sangat besar dialokasikan
dipasar modal untuk membeli saham maupun obligasi. Pembelian saham dan obligasi sebagai
alternative mencari laba akan dengan sendirinya memperbesar nilai tambah dana pensiun.
Setiap saham maupun obligasi mempunyai tujuan utama secara makro membiayai
pembangunan nasional. Secara mekanis sebagian dana masyarakat berupa dana pensiun
disalurkan kepasar modal dengan sasaran pembangunan nasional.
Dana pensiun adalah sekumpulan aset yang dikelola dan dijalankan oleh suatu lembaga
untuk menghasilkan suatu manfaat pensiun, yaitu suatu pembayaran berkala yang dibayarkan
kepada peserta pada saat dan dengan cara yang ditetapkan dalam ketentuan yang menjadi
dasar penyelenggaraan program pensiun. Pembayaran manfaat tersebut dikaitkan dengan
pencapaian usia tertentu.
Menurut Kasmir dalam bukunya ‘Pengantar Manajemen Keuangan’, dana pensiun
merupakan perusahaan yang memungut dana dari karyawan dari suatu perusahaan. Artinya,
perusahaan memotong dana (gaji karyawan suatu perusahaan) dengan jumlah tertentu yang
kemudian disetorkan ke perusahaan dana pensiun. Dana yang terkumpul oleh perusahaan
digunakan atau diinvestasikan kembali. Setelah memasuki pensiun maka perusahaan dana
pensiun si karyawan dapat mengambil uangnya kembali sesuai dengan perjanjian yang telah
dibuat.
Menurut Undang-Undang Republik Indonesia No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun
menyatakan bahwa dana pensiun adalah badan hokum yang mengelola dan menjalankan
program yang menjanjikan manfaat pensiun bagi pesertanya. Berdasarkan defenisi diatas dana
pensiun merupakan lembaga atau badan hokum yang mengelola program pensiun yang
dimaksudkan untuk memberikan kesejahteraan kepada karyawan suatu perusahaan terutama
yang sudah pensiun. Selain itu, dana pensiun merupakan sarana penghimpun dana guna
meningkatkan kesejahteraan pesertanya serta meningkatkan peran serta masyarakat dalam
melestarikan pembangunan nasional yang meningkat dan berkelanjutan.
Sebagai lembaga keuangan yang berfungsi sebagai intermediasi atau perantara antara
penyedia dana dan peminta dana, dana pensiun menjual sekuritas sekundernya kepada
penyedia dana yaitu program-program pensiun yang ditawarkan dan membeli sekuritas primer
yang dikeluarkan oleh peminta dana seperti obligasi dan saham yang diterbitkan oleh peminta
dana.
B. Tujuan dan Fungsi Dana Pensiun
Penyelenggaraan suatu program pensiun, terutama dari pemberi kerja, dapat dilihat dari
dua aspek yaitu aspek ekonomis dan aspek sosial. Yang dimaksud dengan aspek ekonomis
adalah usaha pemberi kerja untuk menarik atau mempertahankan karyawan perusahahaan
yang memiliki potensi, cerdas, terampil dan produktif, yang dapat diharapkan untuk
mengembangkan perusahaan. Sedangkan aspek sosialis berkaitan dengan tanggung jawab
social pemberi kerja, bukan saja kepada karyawannya pada saat karyawan yang bersangkutan
tidak lagi mampu bekerja, tetapi juga kepada keluarganya pada saat karyawan tersebut
meninggal dunia. Kedua aspek tersebut sebenarnya hanya dilihat dari sisi perusahaan
(pemberi kerja).

Hal-hal penting yang umumnya diatur di dalam suatu peraturan pensiun antara lain
meliputi hal-hal berikut :
a. Siapa yang berhak menjadi peserta
b. Manfaat apa saja yang akan diberikan dan dalam bentuk apa.
c. Kapan dinikmatinya dan berapa besar manfaat yang dijanjikan kepada peserta.
Sumber pembiayaannya
Tujuan penyelenggaraan program pensiun, baik dari kepentingan pemberi kerja maupun dari
karyawan dapat dijelaskan sebagai berikut :
a. Tujuan mengadakan suatu program pensiun bagi perusahaan atau pemberi kerja :
b. Kewajiban moral
Perusahaan mempunyai kewajiban moral untuk memberikan rasa aman kepada karyawan
pada saat mencapai usia pensiun.
a. Loyalitas
Dengan diadakannya program pensiun, karyawan diharapkan akan mempunyai
loyalitas dan dedikasi terhadap perusahaan.
b. Kompetisi pasar tenaga kerja
Dengan memasukkan program pensiun sebagai suatu bagian dari total kompensasi
yang diberikan kepada karyawan, diharapkan perusahaan akan memiliki daya saing
dan nilai lebih dalam usaha mendapatkan karyawan yang berkualitas dan professional
di pasaran tenaga kerja.
c. Meningkatkan motivasi karyawan dalam melaksanakan tugas sehari-hari
d. Meningkatkan citra perusahaan di mata masyarakat dan pemerintah.
Tujuan pengadaan suatu program pensiun bagi karyawan atau peserta lain adalah :
a. Rasa aman terhadap masa yang akan dating, dalam arti tetap memiliki penghasilan
pada saat mencapai usia pensiun.
b. Asuransi, yaitu peserta yang meninggal dunia atau cacat sebelum mencapai usia
pensiun dapat diberikan uang pertanggungan atas beban bersama dari dana pensiun.
c. Tabungan, yaitu himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja merupakan tabungan
untuk dan atas nama pesertanya sendiri. Iuran yang dibayarkan oleh karyawan dapat
dilihat setiap bulan sebagai tabungan dari para pesertanya.
d. Pensiun, yaitu seluruh himpunan iuran peserta dan iuran pemberi kerja serta hasil
pengelolaannya akan dibayarkan dalam bentuk manfaat pensiun sejak bulan pertama
sejak mencapai usia pensiun selama seumur hidup peserta, dan janda/duda peserta.
e. Kompensassi yang lebih baik karena karyawan mempunyai tambahan kompensasi,
meskipun baru bias dinikmati pada saat mencapai usia pensiun/berhenti bekerja.5
Penyelenggaraan dana pension
a. Mengelola dana pensiun untuk memperoleh keuntungan.
b. Turut membantu dan mendukung program pemerintah.
c. Sebagai bakti sosial terhadap para peserta.
Menurut Nurul Huda dan Mohamad Heykal (2010), pada dasarnya program pensiun
memiliki tiga fungsi, meliputi:
a. Fungi asuransi, program pensiun memilki program asuransi karena memberikan
jaminan kepada para peserta untuk mengatasi risiko kehilangan pendapatan yang
disebabkan oleh kematian atau usia pensiun.
b. Funsi tabungan, program pensiun memiliki fungsi tabungan, karena selama masa
program peserta diharuskan untuk membayar iuran.
c. Fungsi pensiun, program pensiun memiliki fungsi pensiun, karena manfaat yang akan
diterima oleh peserta dapat dilakukan secara berkala selama hidup.
Penyelenggaraan program pensiun mengandung asas kebersamaan seperti halnya program
asuransi. Sebagai contoh, bila peserta program pensiun mengalami musibah, baik cacat
maupun meninggal dunia, yang mengakibatkan terputusnya pendapatan sebelum memasuki
masa pensiun, maka kepada peserta tersebut diberi manfaat sebesar yang dijanjikan atas beban
dana pensiun. Funsi tabungan, karena program pensiun bertugas untuk mengumpulkan dan
mengembangkan dana yang merupakan dana yang terakumulasi dari iuran peserta, diman
iuran tersebut diperlakukan seperti halnya tabungan. Selanjutnya iuran tersebut akan dikelola
dan dikembangkan, yang nantinya disaat pensiun atau diakhir masa program, dana yang
terkumpul akan digunakan untuk membayar manfaat pensiun peserta. Besarnya manfaat yang
diterima oleh peserta sangat bergantung dengan akumulasi dana yang disetor dan hasil
pengembangan dari iuran tersebut. Tentunya dengan semakin panjang waktu kepesertaan akan
memberikan dampak terhadap pertumbuhan dana setoran iuran peserta.
C. Manfaat Pensiun
Manfaat pensiun adalah pembayaran secara berkala kepada peserta pada saat dan dengan

5
Dahlan Siamat, Manajemen Lembaga Keuangan : Kebijakan Moneter dan Perbankan, Jakarta : , 2005, hlm.
704-705
cara yang ditetapkan dalam peraturan dana pensiun (Lihat Pasal 1 Butir 9, UU No. 11/1992).
Setiap perusahaan yang mempekerjakan lebih dari dua orang karyawan berkewajiban secara
moral dan fisik memberikan rasa aman kepada karyawannya. Setiap karyawan menginginkan
uang pensiun yang diterima benar-benar cukup membiayai keluarganya tanpa bekerja.
Di Negara barat uang pensiun yang diterima secara berkala cukup memadai untuk
menciptakan keluarga sejahtera. Setiap tahun anda melihat sendiri besarnya turis mengunjungi
Negara kita dan Negara lainnya. Diantara para turis itu sangat banyak para pensiunan. Uang
pensiun yang diterima, jika berhemat, memungkinkan untuk melewati keberbagai Negara
setiap tahun sebagai turis.Dengan program pensiun yang realistis, selama bekerja karyawan
diharapkan memiliki loyalitas dan dedikasi yang tinggi terhadap perusahaan. Demikian juga
program pensiun tersebut merupakan kompensasi yang diberikan kepada karyawan dengan
harapan perusahaan akan memiliki daya saing dan nilai tambah dalam usaha mendapatkan
karyawan yang berkualitas dan profesional di pasar tenaga kerja.
Manfaat pensiun bukan saja hanya memberikan kepastian penghasilan dimasa depan,
akan tetapi juga ikut memberikan motivasi untuk lebih giat bekerja. Dengan memberikan
program jasa pensiun para peserta akan merasa aman, terutama bagi mereka yang
menganggap pada usia pensiun sudah tidak produktif lagi. Penyelenggaraan programpensiun
dapat dilakukan oleh pemberi kerja atau dengan menyerahkan kepada lembaga-lembaga
keuangan yang menawarkan jasa pengelolaan program pensiun, misalnya bank-bank umum
atau perusahaan asuransi jiwa.
Penyusunan program dan manfaat pensiun didasarkan pada besarnya jumlah iuran dan
masa kepesertaan dengan perkiraan suku bunga/hasil usaha tertimbang sebesar 80%. Kepada
peserta akan diberikan factor penghargaan manfaat pensiun dengan kelipatan pertahun masa
kepesertaan.
Contoh:
Masa kepesertaan
Kelipatan per tahun (K/T)
Jumlah
10-14 tahun 3% 30-40%
15-19 tahun 4% 60-76%
20-24 tahun 5% 100-120%
25 tahun seterusnya 6% 150%
Menurut keputusan Menteri Keuangan No. 230/KMK.07/1993, batas maksimum manfaat
pensiun adalah:
a. factor penghargaan per tahun 2,5% dari gaji dasar pensiun.
b. Penetapan Faktor Penghargaan
c. Dalam peraturan dana pensiun, dapat ditetapkan perbedaan besarnya faktor
Penghargaan per tahun masa kerja dengan ketentuan sebagai berikut:
a. Perbedaan dimaksud harus berupa kenaikan yang dikaitkan dengan masa kerja peserta.
b. Tingkat kenaikan faktor penghargaan per tahun masa kerja dari faktor penghargaan
sebelumnya tidak boleh lebih dari 25%.
c. Maksimum perbedaan antara faktor per tahun masa kerja tertinggi dan terendah adalah
25%.
d. Penetapan factor penghargaan tersebut diatas tidak boleh melebihi 2,5% atau
mengakibatkan manfaat pensiun melampaui batas maksimum manfaat pensiun, yaitu
80% dari penghasilan dasar pensiun per bulan.
Contoh:
Masa Kerja (tahun)
Faktor Penghargaan
24-32 2,5%
16-24 2,0%
8-16 1,6%
0-8 1,28%
Manfaat rogram pensiun bila dilihat dari ciri-ciri serta program pensiun itu sendiri
terdapat beberapa manfaat atau keuntungan dari program pensiun. Bagi peserta DPLK
terdapat beberapa manfaat, yaitu:
a. Adanya kepastian dana pensiun,
b. Iuran dan hasil pengembangan dana diperuntukkan bagi peserta,
c. Dalam program ini peserta dapat:
 Menentukan sendiri sasaran untuk investasi dananya,
 Memperoleh keuntungan yang maksimal dengan meminimelisasi risiko yang mungkin
ada dalam pilihan investasi (diversifikasi),
 Selalu memonitor besarnya manfaat pensiun, dan
 Menentukan sendiri besar kecilnya iuran yang akan dilakukan selama masa program.
 Pembayaran iuran dapat dilakukan secara tidak teratur,
 Merupakan satu-satunya produkhari tua yang sangat transparan.

Manfaat pensiun pada prinsipnya berkaitan dengan usia di mana peserta berhak untuk
mengajukan pensiun dan mendapatkan manfaat pensiun.
Manfaat pensiun dapat dibedakan sebagai berikut :
a. Pensiun Normal (Normal Retirement)
Usia pensiun normal adalah usia paling rendah di mana karyawan berhak untuk
pensiun tanpa perlu persetujuan dari pemberi kerja, dengan memperoleh mannfaat
pensiun penuh.6 Usia pensiun normal biasanya ditentukan dalam suatu peraturan dana
pensiun, di mana karyawan berhak untuk pensiun penuh.
b. Pensiun Dipercepat (Early Retirement)

6
McGill, dan M.,et.al., Fundamentals of Private Pensions, Penssylvania, 1984, hlm. 115
Ketentuan pensiun dipercepat ini biasanya telah diatur dalam peraturan dana pensiun
di mana karyawan dimungkinkan untuk pensiun lebih awal daripada usia pensiun
normal dengan persyaratan khusus juga yaitu setelah mencapai usia tertentu misalnya
50 tahun, harus memenuhi masa kerja minimum misalnya 10, 15 dan 20 tahun dan
memerlukan persetujuan dari pemberi kerja.
c. Pensiun Ditunda (Deffered Retirement)
Pengertian pensiun ditunda sebagaimana diatur dalam Pasal 1 ayat (13) uu No. 11
Tahun 1992 adalah hak atas manfaat pensiun bagi peserta yang berhenti bekerja
sebelum usia pensiun normal yang ditunda pembayarannya sampai pada saat peserta
pensiun sesuai dengan peraturan dana pensiun.
d. Pensiun Cacat (Disable Retirement)
Pensiun cacat ini sebenarnya tidak berkaitan dengan usia peserta. Akan tetapi,
karyawan yang mengalami cacat dan dianggap tidak cakap lagi atau mampu
melaksanakan tugasnya berhak memperoleh mannfaat pensiun. Manfaat pensiun cacat
ini biasanya dihitung berdasarkan formula manfaat pensiun normal, dimasa kerja
diakui seolah-olah sampai usia pensiun normal dan penghasilan dasar pensiun
ditentukan pada saat peserta yang bersangkutan dinyatakan cacat.
D. Program Pensiun
Program pensiun yang umumnya dipakai di perusahaan swasta dan perusahaan milik
negara maupun bagi karyawan Pemerintah terdiri atas dua yaitu :
1. Program Pensiun Manfaat Pasti (defined benefit plan)
Merupakan program pensiun yang besarnya manfaat pensiun ditetapkan dalam Peraturan
Dana pensiun. Seluruh iuran merupakan beban karyawan yang dipotong dari gajinya.
Kelebihan program pensiun manfaat pasti adalah :
 Lebih menekankan pada hasil akhir
 Manfaat pensiun ditentukan terlebih dahulu, mengingat manfaat dikaitkan dengan
gaji karyawan.
 Program pensiun manfaat pasti dapat mengakomodasi masa kerja yang telah
dilalui karyawan apabila program pensiun dibentuk jauh setelah perusahaan
berjalan.
 Karyawan lebih dapat menentukan besarnya manfaat yang akan diterima pada saat
mencapai usia pensiun.
Sedangkan kelemahan program pensiun manfaat pasti adalah :
 Perusahaan menanggung risiko atas kekurangan dana apabila hasil investasi tidak
mencukupi.
 Relative lebih sulit untuk diadministrasikan.
Perhitungan menggunakan rumus sekaligus bagi PPMP sebagai berikut :
MP = FPd x MK x PDP
Dimana :
MP = Manfaat Pensiun
FPd = Faktor Penghargaan dalam decimal
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa bulan terakhir.
Dalam hal manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus sekaligus besar factor
penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 2,5 % dan total manfaat pensiun tidak
boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.
Sedangkan perhitungan dengan rumus bulanan bagi PPMP sebagai berikut :
MP = FPe x MK x PDP
Dimana
MP = Manfaat Pensiun
FPe = Faktor Penghargaan dalam persentase (%)
MK = Masa Kerja
PDP = Penghasilan Dasar Pensiun bulan terakhir atau rata-rata beberapa bulan
terakhir.

Dalam hal manfaat pensiun dihitung dengan menggunakan rumus bulanan besar factor
penghargaan per tahun masa kerja tidak boleh melebihi 2,5 % dan total manfaat pensiun tidak
boleh 80 kali penghasilan dasar pensiun.
Sebagai contoh menurut pandangan final earning pensiun plan adalah jika gaji terakhir
anda sebelum pensiun adalah Rp. 1.000.000,- sementara masa kerja 20 tahun, maka anda akan
memperoleh uang pensiun bulanan sebesar 2,5 % x 20 x Rp 1 juta = Rp 500.000,-
Selanjutnya sesuai dengan Keputusan Menteri Keuangan Nomor 343/kmk.017/1998
pembayaran manfaat pensiun oleh dana pensiun dapat pula dilaksanakan :
Dalam hal jumlah yang akan dibayarkan per bulan oleh dana pensiun yang menyelenggarakan
program pensiun manfaat pasti yang menggunakan rumus bulanan kurang dari Rp 300.000,-
nilai sekarang dari manfaat pensiun tersebut dapat dibayarkan sekaligus.
Dalam hal manfaat pensiun yang menjadi hak peserta pada program pensiun manfaat pasti
yang menggunakan rumus sekaligus lebih kecil dari Rp36.000.000,- manfaat pensiun tersebut
dapat dibayar sekaligus.
2. Program Pensiun Iuran Pasti (benefit contribution pension plan)
Adalah program pensiun yang menetapkan besarnya iuran karyawan dan perusahaan
(pemberi kerja). Sedangkan benefit yang akan diterima karyawan dihitung berdasarkan
akumulasi iuran, ditambah dengan hasil pengembangan atau investasinya. Program pensiun
iuran pasti terdiri atas :
a. Money Purchase Plan
Menetapkan jumlah iuran yang dibayarkan oleh karyawan dan pemberi kerja, bukan
formula perhitungan manfaat pensiun sebagaiman pada defined benefit plan yang telah
dijelaskan.
b. Profit Sharing Plan
Program pensiun yang sumber pembiayaannya atau iurannya berasal dari persentase
tertentu dari keuntungan yang diperoleh perusahaan sebelum pajak.
 Saving Plan
Program pensiun yang pada prinsipnya memiliki bentuk yang hamper sama dengan
money purchase plan. Perbedaannya terletak dalam hal iuran seluruhnya, di mana dalam
program pensiun dengan saving plan. Karyawanlah yang menentukan jumlah iuran tersebut.

Perhitungan menggunakan rumus sekaligus bagi PPIP adalah sebagai berikut :


IP = 3 x Fpd x PDP
Dimana :
 IP = Iuran Pensiun
 FDd = Faktor Penghargaan per tahun dalam decimal
 PDP = Penghasilan Dasar Pensiun per tahun
Sedangkan perhitungan dengan rumus bulanan adalah :
IP = 3 x FPe x PDP
Dimana :
 IP = Iuran Pensiun
 FDe = Faktor penghargaan per tahun dalam persentase (%)
 PDP = Penghailan Dasar Pensiun per tahun

Dalam buku Pengantar Lembaga Keuangan Bank dan Nonbank (O.P Simorangkir),
Menurut UU No. 11 Tahun 1992, program pensiun terdiri dari tiga golongan, antara lain:
a. Program pensiun beriuran (defined contribution plan),
b. Program pensiun bermanfaat pasti (defined benefit plan),
c. Program pensiun berdasarkan keuntungan (profit sharing pension plan).
Ketiga golongan diatas mempunyai kekhususan masing-masing, yaitu:
Program Pensiun Beriuran
Program pensiun beriuran ditetapkan dalam peraturan dana pensiun dan seluruh iuran
serta hasil pengembangannya dibukukan pada rekening masing-masing peserta. Jumlah iuran
yang dibayar denagan berbagai cara adalah sebagai berikut.
Jumlah iuran ditetapkan oleh karyawan dan pemberi kerja disebut money purchase plan. Iuran
dibukuka pada masing-masing rekening peserta. Menetapkan jumlah iuran, cara saving plan
beberapa faktor perlu diperhatikan antara lain sebagai berikut:
 Besarnya manfaat atau benefit.
 Usia rata-rata karyawan.
 Skala gaji perusahaan yang bersangkutan.
 Jumlah masa kerja.
Di Indonesia, sesuai dengan UU No. 11/1992 Pasal 15, seluruh iuran kedua belah pihak
serta hasil investasi yang diperoleh harus disetor kepada dana pensiun. Ketentuan mengenai
iuran ditetapkan dalam Keputusan Menteri Keuangan No. 230/KMK. 017/1993 sebagai
berikut:
Iuran peserta = 7,5 % x gaji dasar pensiun
Iuran pemberi kerja = 12,7% x gaji dasar pensiun
Jumlah iuran = 20,0% x gaji dasar pensiun

Catatan: iuran peserta maksimum 60% dari iuran pemberi kerja.


Pembayaran manfaat untuk program pensiun beriuaran dapat dilakukan dengan ketentuan
sebagai berikut:
a. Jumlah akumulasi iuran dan hasil pengembangannya lebih kecil dari Rp 12 juta dapat
dibayarkan sekaligus.
b. Jika dipercepat usia pensiun, karyawan berhak mengajukan uang pensiun yang
ditunda. Besarnya jumlah pensiun dihitung dan ditetapkan pada saat yang
bersangkutan akan dipensiunkan.
c. Atas pilihan peserta dapat membeli anuitas seumur hidup dari perusahaaan asuransi
jiwa dengan persyaratan, sebagai berikut:
1) Anuitas yang dipilih menyediakan pensiun bagi janda/duda atau anak
minimal 60% dan maksimal 100% dari uang pensiun yang diterima peserta.
2) Anuitas yang dipilih memenuhi ketentuan-ketentuan dalam undang-undang dan
pensiun dan peraturannya.
Berdasakan iuran diatas, maka terdapat tiga unsur yang terlibat dalam program pensiun
melalui DPLK.
a. Peserta yang menyetorkan iuran dan menikmati pensiun,
b. DPLK yang menyelenggarakan program pensiun,
c. Perusahaan asuransi jiwa yang menyediakan fasilitas anuitas sebagai manfaat pensiun
yang diberikan secara berkala kepada peserta.
2. Program Pensiun Manfaat Pasti
Program pensiun manfaat pasti adalah program pensiun yang manfaatnya ditetapkan
dalam peraturan dana pensiun atau program pensiun lain yang bukan merupakan program
pensiun beriuran (lihat Pasal 1 Butir 7, UU No. 11/1992).

3. Program Pensiun Berdasarkan Keuntungan


Program pensiun berdasarkan keuntungan adalah program pensiun dengan iuran hanya
dari pemberi kerja yang didasarkan pada rumus yang dikaitkan dengan keuntungan pemberi
kerja (lihat Pasal 1 Butir 3, UU No. 11/1999).
E. Jenis Dana Pensiun
Dana pensiun menurut UU No 11 Tahun 1992 dapat digolongkan dalam dua jenis, yaitu :
1. Dana Pensiun Pemberi Kerja (DPPK)
Ialah dana pensiun yang dibentuk oleh orang atau badan yang mempekerjakan karyawan,
selaku pendiri, untuk menyelenggarakan Program Pensiun Manfaat Pasti , bagi kepentingan
sebagian atau seluruh karyawannya sebagai peserta, dan yang menimbulkan kewajiban
terhadap pemberi kerja.
2. Dana pensiun Lembaga Keuangan (DPLK)
Ialah dana pensiun yang dibentuk oleh bank atau perusahaan asuransi jiwa untuk
menyeleggarakan Program Pensiun IURAN Pasti bagi perseorangan, baik karyawan maupun
pekerja mandiri yang terpisah dari Dana Pensiun Pemberi Kerja bagi karyawan bank atau
perusahaan asuransi jiwa yang bersangkutan.
*)DPPK yang menyelenggarakan PPIP dimana
iuran hanya dari pemberi kerja dengan berdasarkan keuntungan yang diperoleh disebut Dana
Pensiun Pemberi Kerja berdarkan keuntungan
Skema : Jenis, Program dan Iuran Dana Pensiun (UU No 11 Tahun 1992)

F. Manajemen Kekayaan Dana Pensiun


Pendanaan suatu program pensiun apakah dalam rangka memenuhi ketentuan atau untuk
tujuan pengelolaan manajemen keuangan akan menyebabkan terjadinya akumulasi kekayaan
yang nantinya digunakan untuk membayar manfaat pensiun dan biaya administrasi.
Penggunaan secara produktif atas kekayaan dana pensiun akan mengurangi biaya-biaya
lansung suatu program pensiun manfaat pasti dan meningkatkan manfaat pensiun yang dapat
dibayaarkan bagi pensiun iuran pasti.
Dana pensiun biasanya mengembangkan suatukejadian investasi secara tertulis dalam
pengelolaan kekayaannya. Namun tidak semua program pensiun memiliki kebijakan investasi
formal, kalaupun ada biasaya relative sederhana dan banyak yang didelegasikan kepada
perusahaan investai atau perusahaan asuransi.
Pada prinsipnya dana pensiun dapat melakukan investasi dalam berbagai bentuk.
Portofolio investasi dana pensiun umunya didominasi dalam bentuk saham, obligasi jangka
menenga-panjang, instrument pasar uang, kontrak anuitas grup dan jenis lainnya. Porsi yang
relative lebih kecil diinvestasikan dalam real estate, surat-surat berharga asing, dan instrumen
investasi baru yang dapat menawarkan prospek yang lebih tinggi daripada keuntungan rata-
rata. Dana pensiun di Indonesia masih belum diperkenankan melakukan investasi dalam surat-
surat berharga yang diterbitakan pihak luar negeri.
Investasi dana pensiun secara umum diarahkan pada deposito berjangka di bank, deposito
on call pada bank, sertifikat deposito pada bank, obligasi yang tercatat dibursa efek, tanah,
bangunan, tanah dan bangunan, reksa dana, Sertifikat Bank Indonesia, surat berharga yang
diterbitkan pemerintah, saham, surat pengakuan utang badan hokum RI, penyertaan atau
penempetan langsung pada badan hokum RI.
Menurut Peraturan Menteri Keuangan Nomor 199/PMK.010/2008 tentang Investasi Dana
Pensiun dapat melakukan investasi dananya pada:
1. Surat berharga Negara;
2. Tabungan pada bank;
3. Deposito berjangka pada bank;
4. Deposito on call pada bank;
5. Sertifikat deposito pada bank;
6. Sertifikat Bank Indonesia;
7. Saham yang tercatat di bursa efek Indonesia;
8. Obligasi yang tercatat di bursa efek Indonesia;
9. Suku yang tercatat di bursa efek Indonesia;
10. Unit penyertaan reksa dana dari:
a. Reksa dana pasar uang, reksa dana pendapatan tetap, reksa dana campuran,
dan reksa dana saham;
b. Reksa dana terproteksi, reksa dana dengan penjaminan, dan reksa dan indeks;
c. Reksa dana berbentuk kontrak investasi kolektif penyertaan terbatas;
d. Reksa dana yang unit penyertaanya diperdagangkan di bursa efek.
11. Efek beragun asset dari kontrak investasi kolektif efek beragun asset;
12. Unit penyertaan dana investasi real estate berbentuk kontrak investasi kolektif;
13. Kontrak opsi saham yang tercatat dibursa efek Indonesia;
14. Penempatan langsung pada saham;
15. Tahan di Indonesia; dan/atau
16. Bangunan di Indonesia.

G. Pengaturan Dana Pensiun Di Indonesia


Manfaat program pensiun begitu besar, baik bagi peserta maupun bagi masyarakat luas,
maka upaya pengembangan penyelenggaraan program pensiun selama ini telah didukung oleh
pemerintah melalui peraturan perundangan di bidang perpajakan, yaitu dengan pemberian
fasilitas penundaan pajak (penghasilan) sebagaimana tertuang dalam Pasal 4 ayat (3) huruf
UU No. 7 Tahun 1983 tentang Pajak Penghasilan yang lengkapnya sebagaimana berikut :
”Iuran yang diterima atau diperoleh Dana pensiun yang disetujui Menteri Keuangan, baik
yang dibayar oleh Pemberi Kerja maupun oleh Karyawan, dan penghasilan Dana Pensiun
serupa dari modal yang ditanamkan dalam bidang-bidang tertentu berdasarkan keputusan
Menteri Keuangan tidak termasuk dari objek pajak”.
Sebelum diundangkannnya UU No 11 Tahun 1992 program pensiun dengan pemupukan
dana diselenggarakan oleh pemberi kerja berdasarkan Arbeiderfondsen Ordonantie
(Staatsblad Tahun 1926 No 377) yang merupakan peruturan pelaksanaan dari Pasal 1601 (s)
bagian kedua KUHP. Ketentuan terrsebut memungkinkan pembentukan dana bersama antara
pemberi kerja dan karyawan, namun tidak memadai sebagai dasar hukum bagi
penyelenggaraan program pensiun. Hal ini disebabkan tidak adanya ketentuan yang mengatur
hal-hal mendasar dalam rangka pemenuhan hak dan kewajiban para pihak dalam
penyelenggaraan program pensiun, serta mengenai pengelolaan, kepengurusan, pengawasan
dan sebagainya. Disamping itu, kelembagaan yayasan, yang dalam praktik dipergunakan
sebagai wadah untuk menyelenggarakan program pensiun, mengundang pula berbagai
kelemahan.
Di sisi lain, cukup banyak anggota masyarakat yang berstatus pekerja mandiri, yang tidak
menjadi karyawan dari orang atau badan lain. Penyelenggaraan program pensiun berdassrkan
UU No 11 Tahun 1992 didasarkan pada asas-asas sebagai berikut :
a. Asas keterpisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan badan hukum pendirinya.
Asas ini didukung oleh adanya badan hukum tersendiri bagi dana pensiun yang diurus
serta dikelola berdasarkan ketentuan undang-undang. Berdasarkan asas ini kekayaan
dana pensiun, yang terutama bersumber dari iuran, terlindungi dari hal-hal yang tidak
diinginkan yang dapat terjadi pada pendiriannya.
b. Asas penyelenggaraan dalam system pendanaan. Dengan asas ini penyelenggaraan
program pensiun, baik bagi karyawan maupun bagi pekerja mandiri, haruslah dengan
pemupukan dana yang dikelola secara terpisah dari kekayaan pendiri, sehingga cukup
untuk memenuhi pembayaran hak peserta.
c. Asas pembinaan dan pengawasan. Sesuai dengan tujuannya harus dihindarkan
penggunaan kekayaan dana pensiun dari kepentingan-kepentingan yang dapat
mengakibatkan tidak tercapainya maksud utama pemupukan dana, yaitu untuk
memenuhi hak peserta. Dalam pelaksanaannya, pembinaan dan pengawasan meliputi
antara lain system pendanaan dan pengawasan atas investasi kekayaan dana pensiun.
d. Asas penundaan manfaat. Penghimpunan dana dalam penyelenggaraan program
pensiun dimaksudkan untuk memenuhi pembayaran hak peserta yang telah pensiun,
agar kesinambungan penghasilannya terpelihara.
e. Asas kebebasan untuk membentuk atau tidak membentuk dana pensiun. Berdasarkan
asas ini, keputusan membentuk dana pensiun merupakan prakarsa pemberi kerja untuk
menjanjikan manfaat pensiun bagi karyawannya, yang membawa konsekunsi
pendanaan.

H. Landasan Hukum Operasional Dana Pensiun


Program dana pensiun di Indonesia dilaksanakan oleh lembaga pemerintah maupun
swasta. Pelaksanaan dana pensiun pemerintah di Indonesia antara lain jamsostek, suatu
program kontribusi tetap wajib untuk karyawan swasta dan BUMN di bawah Departemen
Tenaga Kerja dan Transmigrasi. Namun, Departemen Keuangan memegang peranan dalam
pengawasannya (UU No. 3/1992). Taspen, yaitu tabungan pensiun pegawai negeri sipil dan
program pensiun swasta yang ditanggungjawabi oleh Departemen Keuangan (Keputusan
Presiden No. 8/1997), dan ASABRI dana pensiun angkatan bersenjata, berada di bawah
Departemen Pertahanan (Kepres No. 8/1977). Ketiga program ini diatur melalui ketentuan
hukum yang berbeda-beda.
Undang-undang Dana Pensiun No. 11 Tahun 1992 merupakan kerangka hukum dasar
untuk dana pensiun swasta di Indonesia. Undang-undang ini didasarkan pada prinsip
“kebebasan untuk memberikan janji dan kewajiban untuk menapatinya” yaitu, walaupun
pembentukan program pensiun bersifat sukarela, hak penerima manfaat harus dijamin. Tujuan
utama diajukannya Undang-Undang Pensiun adalah untuk menetapkan hak peserta,
menyediakan standar peraturan, yang dapat menjamin diterimanya manfaat-manfaat pensiun
pada waktunya, untuk memastikan bahwa manfaat pensiun digunakan sebagai sumber
penghasilan yang berkesinambungan bagi para pensiunan, untuk memberikan pengaturan
yang tepat untuk dana pensiun, untuk mendorong mobilisasi tabungan dalam bentuk dana
pensiun jangka panjang, dan untuk memastikan bahwa dana tersebut tidak ditahan dan
digunakan oleh pengusaha untuk investasi-investasi yang mungkin berisiko dan tidak sehat,
tetapi akan mengalir ke pasar-pasar keuangan dan tunduk pada persyaratan tentang
penanggulangan resiko.
Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana pensiun syariah, dalam konteks
regulasi misalnya. Jika perbankan, asuransi, obligasi dan reksadana syariah sudah banyak
memiliki peraturan dan juga dukungan fatwa DSN-MUI, berbeda halnya dengan dana pensiun
syariah, menurut seorang konsultan Ekonomi Syariah, yang juga seorang praktisi, Izzuddin
Abdul Manaf, Lc. MA Belum ada satupun peraturaan dan fatwa yang mendukung. Sehingga
regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan
dana pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus. Hal ini pula
lah yang menjadi salah satu faktor lambatnya pertumbuhan dana pensiun syari’ah di
Indonesia.

I. Menginvestasikan Dana Untuk Pensiun


Dalam menyiapkan dana pensiun, setiap orang harus melaksanakan bila ingin pada masa
pensiun dapat hidup lebih layak. Dana yang dipersiapkan tersebut perlu diinvestasikan agar
dapat memenuhi kebutuhan pada saat pensiun. Investasi dana sangat penting karena adanya
inflasi serta tidak pastinya situasi yang akan mendatang. Bila pemerintah melakukan
kebijakan devaluasi terhadap rupiah dan menaikkan harga bahan bakar minyak, maka dana
yang harus dikumpulkan semakin kecil daya belinya. Factor-faktor ini harus diperhatikan oleh
pekerja dalam melakukan investasi. Artinya, pekerja harus bisa mengantisipasi supaya dana
yang disimpan mempunyai daya beli yang lebih besar ketika pensiun.7
1. Pokok-pokok kebijakan Investasi
Kebijakan investasi suatu dana pensiun, minimal mencakup komponen yang antara lain :
 Tingkat Keuntungan (rate of return)
Sasaran tingkat keuntungan dapat dinyatakan dalam berbagai cara. Cara pertama yaitu
dengan tanpa menyebutkan suatu jumlah, misalnya memaksimalkan keuntungan dengan
memperhatikan keamanan dana dan kebutuhan likuiditas. Beberapa strategi atau kebijakan
investasi langsung menyatakan berapa besarnya jumlah pengembangan yang diinginkan,
misalnya 10 % dari total investasi. Pendekatan yang paling sederhana yang dapat digunakan
adalah dengan menyatakan tingkat bunga nominal keuntungan atas jumlah agregat portofolio,
meskipun cara tersebut kurang begitu memuaskan.
 Risiko yang dapat diterima
Unsur kedua kebijakan investai ini adalah penentuan jumlah risiko portofolio yang
bersedia diterima sponsor program pensiun. Risiko yang berkaitan dengan portofolio saham
biasa, umumnya dipandang sebagai suatu variasi dari keuntungan sebenarnya terhadap
keuntungan yang diperkirakan. Risiko yang mungkin dihadap surat-surat beharga yang
berpenghasilan tetap antara lain credit risk atau default risk yaitu tidak dibayarnya pokok dan
bunga atas portofolio surat-surat berharga yang dimiliki. Risiko tingkat bunga adalah risiko
berubahnya tingkat bunga yang mempengaruhi harga pasar surat-suat berharga
berpenghasilan tetap,yang pada gilirannya akan berpengaruh pada arus dana yang dapat
diinvestasikan kembali. Sedangkan risiko kredit dan risiko tingkat bunga seperti fluktasi harga
saham biasa dapat dikurangi dengan melakukan diversifikasi.
 Kebutuhan Likuiditas
Pada prinsipnya program dana pensiun membutuhkan likuiditas relative kecil, yang dapat
dipenuhi dari pengelolaan kas dana pensiun. Apabila ada kebutuhan likuiditas khusus dalam
program pensiun maka perlu ditetapkan dan dinyatakan secara jelas dalam pedoman kebijan
investasi.
 Diversifikasi
Diversifikasi pada dasarnya merupakan metode untuk mencapai sassaran penting manajemen
portofolio seperti yang telah disebutkan yaitu tingkat keuntungan yang diinginkan, menjaga
berkurangnya dana dari risiko investasi, dan memenuhi kebutuhan likuiditas. Oleh karena itu,
sebenarnya kurang tepat jika menggolongkan diversifikasi ini sebagai sasaran kebijakan
investassi, tetapi lebih tepat bila digolongkan sebagai strategi investasi. Diversifikasi
portofolio dapat dilakukan antara lain dengan menggunakan misalnya jenis kekayaan, sector
dan kualitas peringkat asset yang akan dijadikan sebagai instrument investasi.

2. Jenis – Jenis Investasi

7
Adler Haymans Manurung, Financial Planner ; Panduan Praktis Mengelola Keuangan Keluarga, Jakarta : Kompas,
2008, hal.85
Pada prinsipnya dana pensiun dapat melakukan investasi dalam berbagai bentuk. Namun,
kebebasan investasi dana pensiun biasanya tetap dibatasi oleh lembaga pengawas. Portofolio
investasi dana pensiun umumnya didominasi dalam bentuk saham, obligasi jangka menengah-
panjang,instrument pasar uang, kontrak anuitas grup, dan jenis investasi konvisional lainnya.
Porsi yang relative lebih kecil diinvestasikan dalam real estate, mortgage, surat-surat berharga
asing, dan instrument investasi baru yang dapat menawarkan prospek yang lebih tinggi
daripada keuntungan rata-rata. Dana pensiun di Indonesia belum diperkennkan melakukan
investasi dalam surat-surat berharga yang diterbitkan di luar negeri.

J. Peran Dana Pensiun


Untuk dapat memenuhi peran dana pensiun perlu dilihat pada konsideran UU No. 11/1992
sebagai berikut:
a. Bahwa sejalan dengan hakikat pembangunan nasional, diperlukan penghimpunan dan
pengelolaan dan guna memelihara kesinambungan penghasilan pada hari tua dalam
rangka mewujudkan keadilan social bagi seluruh rakyat Indonesia.
b. Bahwa dana pensiun erupakan sarana penghimpun dana guna meningkatkan peran
serta masyarakat dalam melestarikan pembangunan nasional yang meningkatdan
berkelanjutan.
c. Bahwa adanya dana pensiun dapat pula meningkatkan motivasi dan ketenangan kerja
untuk meningkatkan produktivitas.
d. Dana pensiun sangat besar jumlahnya dan dapat berperan secara aktif dalam
pembiayaan pembangunan, sebagai salah satu lembaga keuangan penghimpun dana,
sekaligus membantu meningkatkan pertumbuhan ekonomi, menyediakan lapangan
kerja dan memperbesar produksi nasional.

K. Pemupukan Dana
Setiap penyelenggara program pensiun diharuskan melakukan pemupukan dana untuk
memenuhi pembayaran pensiun bagi yang berhak menerimanya. Pemupukan dana sangat
diperlukan dan jangan sampai yang berhak tidak menerima pensiun secara berkala. Agar
terhindar dari berbagai risiko, maka dana pensiun disalurkan secara difersivikasi atau
spreading, misalnya penanaman modal dalam deposito, saham, obligasi, tanah, rumah, dan
lain-lain. Secara berkala akan diterima bunga atau dividen. Dengan perhitungan yang
matangmungkin saja hasil bunga dan dividen menutupi atau mengkompensasikan pelunasan
uang pensiun secara berkala.
Kekayaan dana pensiun harus dipisahkan dari kekayaan pendiri. Tidak diperkenankan
adanya pembentukan “cadangan pensiun” dalam pembukuan pendiri perusahaan. Oleh badan
hukum dana pensiun telah dipisahkan cadangan pensiun dan kekayaan dana pesiun dikelola
dengan mengacu kepada ketentuan-ketentuan dalan Undang-Undang Dana Pensiun dan
peraturan pelaksanaannya.
Setiap perusahaan atau badan yang mempekerjakan karyawan diberi kesempatan
mendirikan dana pensiun bagi karyawannya. Dengan berdirinya dana pensiun di suatu
perusahaan, makakewajiban karyawan untuk membayar iurannya. Karyawan berhak
menerima uang pensiunnya, jika ia telah tergolong peserta pensiun.
Untuk menghindari kepentingan pengurus, agar tidak terjadi penyelewengan, maka
diperlukan pembinaan dan pengawasan. Dalan hal ini Direktorat Dana Pensiun Departemen
Keuangan bertindak sebagai pengawas dengan sistem pelaporan. Secara berkala dana pensiun
harus melaporkan struktur organisasi dan posisi keuangannya. Direktorat Dana Pensiun
Departemen Keuangan melakukaan sistem pelaporan dan pengamatan. Supaya pengawasan
lebih terbuka, para peserta dana pensiun diberikan informasi, laporan keuangan secukupnya.

L. Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Syariah


Selain dana pensiun (umum) konvensional, dana pensiun sistem syariah juga telah
merambah di Indonesia, seperti PT Principal Indonesia, sebuah perusahaan yangmemang
bergerak didana pensiun, yang pernah mencoba memulai mengembangkan dana pensiun
dengan system syariah. Prinsip dasarnya tentu saja tetap sama. Yakni dana yang terkumpul
akan diinvestasikan pada jenis-jenis usaha yang tidak melanggar kaidah islam. Namun saying
dalam perjalanan perusahaan ini mengalami kesulitan likuiditas, dan akhirnya malah
diakuisisi perusahaan sehingga program pensiunnya terhenti.
Selain PT Principal, perusahaan dana yang telah bergerak di dana pensiun syariah adalah
PT Bank Muamalah Indonesia (BMI). Semula BMI hanya mengelola dana pensiun
karyawannya sendiri, sehingga produk itu tidak aktif dipasarkan. Namun karena permintaan
dari masyarakat terus meningkat, BMI pun berfikir untuk meluaskan jangkauan
pemasarannya. Pemasaran produk ini dilakukan sampai daerah-daerah dengan memanfaatkan
jaringan kantor cabang Bank Muamalat.
Terkait dengan DPLK syariah, maka penulis buku Lembaga Keuangan Islam: Tinjauan
Teoritis dan Praktis ‘Nurul Huda dan Mohamad Heykal’ mengutip langsung artikel
“Menggagas Tata Kelola yang Baik Bagi Dana Pensiun Islam” (Manaf, Setiawan, Idris, dan
Witoyo, 2007) dalam konsultasi muamalat. Wordpress.com dengan sedikit penyesuaian.
Pertumbuhan lembaga keuangan syariah tersebut, secara lambat tapi pasti juga akan
mendorong perkembangan dana pensiun syariah. Sampai sekarang, baru beberapa perusahaan
yang mengelola danapensiun syariah diantaranya; Bank Muamalat Indonesia (BMI), Manulife
(Principal Indonesia), dan Allianz. Lambannya pertumbuhan dana pensiun syariah disebabkan
beberapa faktor diantaranya: keterbatasan regulasi; keterbatasan instrument investasi, belum
jelasnya model tata kelola dana pensiun syariah serta kurangnya sosialisasi dan edukasi
tentang pentingnya dana pensiun syariah.
1. Pengertian
Dana pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan berdasarkan
prinsip syariah. Pertumbuhan lebaga keuangan syariah di Indonesia, secara lambat tetapi pasti
juga mendorong perkembangan dana pensiunyang beroperasi sesuai dengan prinsip syariah.
Sampai saat ini dana pensiun syariah berkembang pada Dana Pensiun Lembaga Keuangan
(DPLK) yang dilaksanakan oleh beberapa bank dan asuransi syariah. Kondisi ini memang
menunjukkan lambannya pertumbuhan dana pensiun syariah.
2. Manajemen
Bagi dana pensiun yang beroperasi secara syariah, maka kebijakan investasi harus memenuhi
prinsip-prinsip syariah. Investasi hanya boleh dilakukan pada instrumen-instrumen yang
dibenarkan menurut Fatwa DSN-MUI. Dana pensiun syariah harus mengelola dan
menginvestasikan dananya pada portofolio instrumen syariah. Hampir seluruh investasi yang
ditentukan oleh Peraturan Menteri Keuangan diatas sudah tersedia dalam bentuk instrument
syariah.
Kebijakan investasi dana pensiun syariah disamping terpenuhinya prinsip syariah juga
minimal mencakup komponen:
 Tingkat keuntungan (rate of return), yang dapat dilakukan dengan berbagai cara,
antara lain dengan memaksimalkan keuntungan dengan memerhatikan keamanan dana
dan kebutuhan likuiditas. Beberapa strategi dapat dilakukan baik dengan tidak
menyebutkan suatu jumlah tertentu, menyebutkan besaran jumlah pengembangan yang
diinginkan, atau menyatakan tingkat bunga nominal keuntungan.
 Risiko yang dapat diterima, yaitu penentuan jumlah risiko yang mungkin dihadapi
dalam kegiatan investasi.
 Kebutuhan likuiditas, dana pensiun membutuhkan likuiditas lebih kecil, apabila ada
kebutuhan likuiditas khusus, maka perlu ditetapkan dalam pedoman kebijakan
investasi.
 Diversifikasi yang merupakan metode untuk mencapai tingkat keuntungan yang
diinginkan, menjaga berkurangnya dana dari risiko investasi, dan memenuhi
kebutuhan likuiditas. Diversifikasi portofolio dapat dilakukan dengan menggunakan
jenis kekayaan, sektor dan kualitas perangkat aset yang akan dijadikan sebagai
instrumen investasi.
3. Kebutuhan Regulasi Dana Pensiun Islam
Harus diakui bahwa perkembangan dana pensiun syariah relative tertinggal bila
dibandingkan dengan industry keuangan syariah yang lain. Hal ini terjadi diantaranya
disebabkan minimnya dukungan strategi dan regulasi. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa
hal:
a. Strategi pengembangan industry. Ketika perbankan, asuransi dan pasar modal syariah
sudah memiliki dan masuk dalam road map strategi pengembangan masing-masing
industry, dana pensiun syariah belum disentuh sedikit pun dalam Kebijakan dan
Strategi Pengembangan Industri Dana Pensiun 2007-2011.
b. Regulasi. Jika perbankan, asuransi, obligasi dan reksa dana syariah sudah banyak
memiliki peraturan dan juga dukungan Fatwa DSN-MUI, maka dana pensiun syariah
belum ada satupun peraturan dan fatwa yang mendukung. Sehingga regulasi sebagai
kerangka operasional dana pensiun syariah hanya pengacu pada peraturan dana
pensiun yang umum dan Fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus.
c. Ketentuan investasi langsung dalam UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun. Selama
ini Dana Pensiun Lembaga Keuangan Islam mengeluhkan tentang produk investasi
terikat (mudarabah mukayyadah/restricted investment) yang berpotensi besar, tidak
dapat dimasuki oleh DPLK Islam. Produk mudharabah mukayyadah merupakan
produk bank syariah berupa investasi dibidang property atau infrastruktur dengan nilai
proyek sangat besar. Selama ini bank syariah kesulitan membiayai proyek tersebut
karena terbentur dengan Batas Maksimum Pemberian Kredit (BMPK). Hal ini menjadi
peluang investasi yang menarik bagi DPLK syariah. Jika dana pensiun syariah masuk,
berpotensi mendapat bagi hasil mencapai 20-30% dari return investasi jenis ini.
Sayangnya, ketentuan UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun menganggap produk
tersebut sebagai investasi langsung. Sehingga dana pensiun syariah diharuskan membuat anak
perusahaan ketika hendak masuk keinvestasi seperti ini. Bagi dana pensiun syariah, hal
tersebut tentunya menjadi terlalu menyulitkan dan akan menghabiskan biaya yang besar.
Padahal dengan karakter khasnya, seharusnya dana pensiun islam bias bekerja sama dengan
banksyariah untuk menggarap investasi tersebut. Dalam kerja sama tersebut dana pensiun
syariah dapat terlibat lebih jauh untuk menganalisis studi kelayakan proyeknya (feasibility
study).
Selama ini para pengelola DPLK syariah sudah meminta pemerintah memasukkan
regulasi tentang instrumen investasi dana pensiun syariah kedalam revisi UU Dana Pensiun.
DPLK syariah memerlukan regulasi itu untuk memperluas instrument investasi yang sesuai
dengan karakternya. Keterbatasan instrumen investasi ini kemudian berakibat dana kelolaan
dana pensiun syariah justru kebanyakan ditanam dalam bentuk deposito syariah, baik rupiah
maupun valas, juga obligasi, saham, dan reksa dana syariah saja. hlebar tentunya dana pensiun
syariah memiliki masa depan yang cerah.
4. Keterbatasan Instrumen Investasi Islam
Pilihan investasi syariah masih menjadi salah satu hambatan bagi dana pensiun syariah.
Padahal sebagaimana asuransi dan perbankan syariah, dana pensiun syariah pun harus
mengelola dan menginvestasikan dananya pada portofolio instrumen syariah. Ada beberapa
jenis portofolio instrumen investasi syariah yang sudah tersedia, antara lain:
a. Deposito Mudarabah. Merupakan jenis investasi syariah yang dikeluarkan oleh bank
syariah dalam bentuk akad mudarabah. Dalam transaksi ini nasabah bertindak sebagai
shahibul maal atau pemilik dana, dan bank bertindak sebagai mudharib atau pengelola
dana. Dalam kapasitasnya sebagai mudharib, bank dapat melakukan berbagai macam
usaha yang tidak bertentangan dengan prinsip syariah dan mengembangkannya,
termasuk didalamnya melekukan mudarabah dengan pihak lain. Modal dalam bentuk
tunai dan bukan piutang dan harus dinyatakan dalam jumlahnya. Pembagian
keuntungan dinyatakan dalam bentuk nisbah dan dituangkan dalam akad pembukaan
rekening.
b. Saham syariah merupakan bukti kepemilikan atas suatu perusahaan yang memenuhi
criteria islam, dan tidak termasuk saham yang memiliki hak-hak istimewa. Saham
syariah dapat diakses pada kelompok Jakarta Islamic Index (JII). JII adalah papan
indeks untuk 30 saham yang sudah dikategorikan shariah compliance atau tidak
bertentangan dengan islam. Biasanya JII ini di-review setiap enam bulan sekali.
Tetapi, bukan hanya saham yang masuk JII saja yang sudah sesuai dengan ketentuan
syariah islam. Karena JII hanya menampung 30 saha terbaik yang sudah sesuai
syariah. Diluar JII-pun masih ada saham yang bias kita kategorikan sebagai saham
yang sesuai dengan kaidah islam. Saat ini sudah dikembangkan Daftar Efek Islam
yang meliputi lebih dari 100 emiten yang memenuhi kriteria saham syariah.
Setidaknya ada dua syarat untuk menyatakan bahwa suatu saham bias dikategorikan
tidak melanggar ketentuan syariah, yaitu:
 Perusahaan tidak bertentangan dengan syariat islam. Yang dimaksud
perusahaan tidak bertentangan dengan syariat islam, yaitu perusahaan dengan
bidang usaha dan manajemen yang tidak bertentangan dengan syariat, serta
memiliki produk yang halal.perusahaan yang memproduksi minuman keras
atau perusahaan keuangan konvensional tentu saja tidak memenuhi kategori
ini; dan
 Semua saham yang diterbitkan memiliki hak yang sama. Saham adalah bukti
kepemilikan atas sebuah perusahaan, maka peran setiap pemilik saham
ditentukan dari jumlah lembar saham yang dimilikinya. Namun pada
kenyataannya ada perusahaan yang menerbitkan dua macam saham, yaitu
saham biasa dan saham preferen yang tidak punya hak suara namun punya hak
untuk mendapatkan dividen yang sudah pasti. Tentunya hal ini bertentangan
dengan aturan syariat tentang bagi hasil. Maka saham yang sesuai dengan
syariah islam adalah saham yang setiap pemiliknya memiliki hak sama dan
proporsional dengan jumlah lembar saham yang dimilikinya.
c. Reksa dana syariah. Merupakan reksa dana yang beroperasi menurut ketentuan dan
prinsip syariah, baik dalam bentuk akad antara pemodal sebagai pemilik harta (shahib
al-mal/rabb al-mal) dengan manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal, maupun
antara manajer investasi sebagai wakil shahib al-mal dengan pengguna investasi. Saat
ini sudah banyak reksa dana syariah telah ditawarkan dan terkategori pada reksa dana
pendapatan tetap dan reksa dana campuran. Reksa dana pendapatan tetap adalah reksa
dana yang sebahagian besar komposisi portofolionya diefek berpendapatan relative
tetap seperti; Obligasi syariah, SWBI, Certificate Deposit Mudarabah, Sertifikat
Investasi Mudarabah antarbankserta efek-efek sejenis. Yang termasuk reksa dana
syariah seperti ini diantaranya; BNI Dana Syariah (2004), Dompet Dhuafah-BTS
Syariah (2004), PNM Amanah Syariah (2004), Big Dana Syariah (2004),dan I-Hajj
Syariah Fund (2005). Adapun reksa dana campuran merupakan reksa dana yang
sebahagian besar komposisi portofolionya ditempatkan diefek yang bersifat ekuitas
seperti saham syariah (JII) dengan campuran beberapa instrument investasi lain
nonsaham yang memberikan keuntungan relative lebih tinggi. Termasuk dalam reksa
dana seperti ini diantaranya: Reksa Dana PNM Syariah (2000), Reksa Dana Syariah
Berimbang (2000), Batasa Syariah (2003), BNI Dana Plus Syariah (2004), AAA
Syariah Fund (2004), dan BSM Investa Berimbang (2004).
d. Obligasi Syariah. Merupakan surat berharga jangka panjang berdasarkan prinsip islam
yang dikeluarkan perusahaan (emiten) kepada pemegang obligasi syariah yang
mewajibkan emiten untuk membayar pendapatan kepada pemegang obligasi syariah
berupa bagi hasil/margin/fee serta membayar kembali dana obligasi pada saat jatuh
tempo. Saat ini setidaknya ada dua jenis obligasi syariah yang sedangberkembang di
Indonesia; Obligasi Mudarabah dan Ijarah.
Selain itu, ketentuan UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun yang menganggap produk
mudarabah mukayyadah sebagai investasilangsung yang dilarang tampaknya perlu
ditinjau kembali. Dengan tuntutan skema akad islam yang khas, sesuai khitah-nya mau
tidak mau dana pensiun syariah memang membutuhkan sarana melakukan investasi
secara langsung. Sehingga pilihan investasi dana pensiun syariah lebih luas dan bias
mendapat bagi hasil yang tinggi dari retur investasi sejenis ini.
5. Good Pensiun Fund Governance (GPFG)
Dalam mengelola program pensiun, diperlukan komitmen pendiri dan pengelola untuk
mengelola dana peserta secara hati-hati (prudent), meminimalkan segala kemungkinan moral
hazard untuk kepentingan pihak tertentu yang tidak ada kaitannya dengan upaya peningkatan
kesejahteraan peserta. Selain itu, juga dibutuhkan komitmen pendiri untuk memenuhi
kewajibannya, baik adanya akibat masa kerja lalu, maupun pendanaan untuk jangka panjang
guna mencapai kekayaan yang cukup untuk membayar pensiun yang dilakukan melalui proses
pengumpulan dan pengelolaan dana dengan memastikan bahwa investasi yang dilakukan
sudah tepat dengan biaya seefisien mungkin.
Oleh Karena itu, dalam mengelola dana pensiun agar dapat memenuhi harapan para stake
holder, perlu dikelola secara professional. Salah satunya dengan menerapkan TataKelola Dana
Pensiun yang Baik (Good Pensiun Fund Governance). Karena apabila pengelolaan dana
public tersebut tidak dilaksanakan secara amanah dan mengabaikan aspek GPFG dapat
menimbulkan penyalahgunaan bahkan penyimpangan yang pada gilirannya akan merugikan
masyarakat peserta sebagai pemilik akhir dana tersebut (ultimate owner).
Badan Pengawas Pasar Modal dan Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) telah mewajibkan
seluruh lembaga dana pensiun untuk menyusun sekaligus menerapkan Pedoman dan Tata
Kelola Dana Pensiun sejak 1 Januari 2008.keputusan tersebut dituangkan dalam Keputusa
Ketua Nomor KEP-136/BL/2006 dengan tujuan mendorong penyusunan pedoman tata kelola
yang baik dilingkungan dana pensiun sekaligus memberikan acuan kepada pendiri, pemberi
kerja, penguru, dan pengawas dana pensiun. Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun diharapkan
akan disusun dengan pedoman pada kaidah yang meliputi pada keterbukaan (transparency),
akuntabilita (accountability), pertanggungjawaban (responsibility), kemandirian
(independency), serta kesetaraan dan kewajara (fairness).
Keputusan tersebut sesungguhnya merupakan pelaksanaan paket kebajikan sektor
keuangan (PKSK) pada sektor dana pensiun. Adapun pokok-pokok yang diatur dalam
keputusan tersebut mencakup antara lain:
a. Kewajiban dana pensuin untuk menyusun dan menerapkan Pedoman Tata Kelola Dana
Pensiun;
b. Pedoman Tata Kelola Dana Pensiun yang dibuat oleh lembaga dana pensiun tersebut
sekuran-kurangnya wajib memuat:
 Kaidah-kaidah perilaku terkait prinsip tata kelola dan kode etik sesuai praktik
yang berlaku umum,
 Pengaturan kedudukan, tugas, fungsi, wewenag, tanggungjawab, dan
 Hak dan kewajiban serta hubungan antara pihak terkait.
 Dimuatnya pedoman teknis pelaksanaan dalam pelaksanaan tata kelola dana
pensiun;selain itu
 Keputusan tersebut mewajibkan dewan pengawas dana pensiun untuk melakukan
investasi dan menyusun hasil evaluasi secara tertulis atas penerapan Pedoman Tata
Kelola Dana Pensiun akan ditelaah secara berkala oleh Bapepam-LK.
Pada dasarnya GPFG mencakup lima hal yang mendasar, yaitu struktur governace,
pengelolaan dana peserta secara amanah, kepatuhan kepada regulasi dan penerapan GPFG,
implementasi manajemen risiko serta Corporate Social Responsibility (CSR) secara
menyeluruh. GPFG merupakan suatu proses dan struktur yang digunakan oleh dana pensiun
untuk mendorong pengembangan lembaga, pengelola sumber daya dan risiko secara efisien
dan efektif, serta pertanggungjawaban Pengurus Dana Pensiun kepada peserta,
Pendiri/Pemberi Kerja dan pihak terkait lainnya.
GPFG dapat juga digunakan sebagai tolak ukur kinerja pengurus dalam mengelola dana
pensiun dengan cara melakukan assessment (penilaian) baik secara internal maupun eksternal
(pihak independen). Pedoman GPFG mengatur mengenai masing-masing pihak yang terlibat
langsung dalam Penyelenggaraan Dana Pensiun, yaitu Pendiri, Mitra Pendiri, Dewan
Pengawas, Pengurus, Peserta, Karyawan, dan Mitra Bisnis Lainnya. Karena karakter dana
pensiun syariah berbeda, maka untuk industry ini model GPFG nya harus diformulasikan
ulang.
6. Good Islamic Pension Fund Governance (GIPFG)
Lembaga keuangan syariah telah bermunculan dipenjuru dunia dan sejauh ini telah
berjalan cukup baik dan diterima oleh dunia internasional. Dengan penerimaan yang baik ini,
institusi keuangan syariah termasuk dana pensiun syariah tersebut tetap perlu diperkuat lebih
jauh lagi sehingga memungkinkan untuk terus berekspansi secara cepat dan pennerimaan
masyarakat juga semakin meningkat.
Dalam konteks pengembangan Dana Pensiun Syariah, dibutuhkan tindakan-tindakan
penting yang harus diambil untuk memperkuat kelembagaannya. Tindakan yang paling
mendasar adalah menegakkan Good Islamic Pension Fund Governance (GIPFG). Tanpa
GIPFG yang efektif, kecil kemungkinan untuk memperkuat dana pensiun syariah dan
memungkinkan mereka untuk berekspansi secara cepat serta menjalankan perannya secara
efektif. Kebutuhan ini akan semakin serius sejalaan dengan ekspansi lembaga-lembaga
tersebut. Selain itu, jika masalah tata kelola ini tidak segera selesai, maka masalah akan
menjadi semakin kompleks, dan dalam jangka panjang, akan mendorong kemampuan mereka
dalam menjawab tantangan industry dengan sukses.
Dalam system nilai syariah, perlindungan hak-hak semua stakeholder secara adil, tanpa
memandang mereka memiliki saham atau tidak sangat ditekankan. Konsep syariah
memberikan kerangka system nilai yang memberikan prioritas maksimum pada realisasi
keadilan dan kewajaran. Sehingga tidak akan ada keraguan tentang proteksi kepentingan
semua pihak secara adil. Stakeholder terpenting dalam keuangan syariah, didalamnya juga
dana pensiun syariah itu sendiri. Jika dana pensiun syariah tersebut tidak beroperasi deengan
baik, publik akan berfikir bahwa system syariah sudah tidak relevan dengan dunia modern,
dan mereka akan menyalahkan islam atas rendahnya kinerja institusi tersebut meskipun
islamnya sendiri tidak ada hubungan apa-apa dengan hal itu. Porsi untuk memerhatikan
kepentingan pemegang saham jelas ada.
Namun selain itu, para peserta dana pensiun yang kepentingannya juga dipertaruhkan,
dalam pembahasan corporate governance model Anglo-American maupum model Franco-
German secara umum tidak mendapat banyak perhatian di perusahaan konvensional. Peserta
dana pensiun telah berinvestasi dan mengambil bagian dala untung atau rugi pada system
syariah, sehingga kepentingan mereka harus dilindungi. Para pegawai juga memiliki
kepentingan. Kontribusi mereka terhadap kinerja dana pensiun syariah yang efisien dan
imbalan mereka keduanya ditentukan oleh struktur insentif perusahaan.
Makin baik perusahaan tersebut beroperasi, makin baik pula gaji mereka dan efek
insentifnya makin baik pula. Selain itu, system keuangan juga menghadapi risiko, karena
kegagalan sebagian besar dana pensiun dapat menciptakan krisis dan merusak ekonomi secara
keseluruhan. Kepentingan pemerintah juga menghadapi risiko, karena kinerja efektif dari
dana pensiun menguntungkan mereka dalam banyak hal. Kepentingan tersebut seharusnya
mendororng pemerintah untuk memastikan otoritas regulasi dan supervisi. Dalam hal ini
Bapepam-LK mengerjakan tugasnya secara bersungguh-sungguh sesuai dengan kepentingan
publik.
Tujuan pemuasan kepentingan yang bermacam-maca dari semua takeholder dana pensiun
syariah terangkum pada peran krusial dari GIPFG. Tujuan dari peran ini adalah menciptakan
kesetimbangan yang adil diantara stakeholder melalui bermacam-macam peraturan, baik
formal maupun informal. Hal ini ditujukan untuk mengarahkan dan mengontrol dana pensiun
syariah dengan biaya yang relatif murah. Biaya merupakan konsideran penting, karena jika
biayanya tinggi, akan ada alas an untuk tidak melindungi kepentingan semua stakeholder.
Untuk stakeholder yang lemah akan sangat dirugikan, dan kesetimbangan menjadi tidak
stabil. Akan ada ketidakpuasan dan kegelisahan, yang terefleksikan dalam bentuk rendahnya
kepercayaan para stakeholder terhadap keadilan system dan hal ini akan mengakibatkan
pertumbuhan dana pensiun, sector keuangan dan ekonomi yang tidak memuaskan.
M. Mekanisme Dana Pensiun Lembaga Keuangan Syariah
Sejauh ini, program pensiun syariah di Indonesia masih dilaksanakan secara terbatas oleh
DPLK (Dana Pensiun Lembaga Keuangan) di beberapa bank dan asuransi syariah. Umumya,
produk DPLK syariah merupakan salah satu poduk penghimpunan dana yang ditawarkan oleh
bank atau asuransi syariah untuk memberikan jaminan kesejahteraan di hari tua atau di akhir
masa jabatan karyawan ataupun nasabahnya.
Prosedur yang harus dilalui oleh peserta program DPLK syariah, umumnya adalah:
1. Peserta merupakan perorangan atau badan usaha
2. Usia minimal 18 tahun atau telah menikah
3. Mengisi formulir pendaftaran kepesertaan DPLK Syariah
4. Iuran bulanan dengan minimum jumlah tertentu, misalnya Rp 100.000
5. Menyerahkan copian kartu identitas diri dan kartu keluarga
6. Membayar biaya pendaftaran
7. Membayar iuran tambahan berupa premi bagi peserta program dana pensiun plus
asuransi jiwa
8. Memenuhi semua akad yang ditetapkan oleh DPLK Syariah.

Umumnya, produk dana pensiun yang ditawarkan oleh DPLK Syariah menawarkan
produk pensiun dengan konsep tabungan dan produk pensiun plus asuransi jiwa. Karakteristik
produk dana pensiun dengan konsep tabungan antara lain:
 Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam ketentuan
 Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa
 Manfaat pensiun sebesar total iuran dan hasil investasinya.
Sedangkan karakteristik produk dana pensiun plus asuransi jiwa antara lain:
 Berbentuk setoran tabungan dengan jadwal penarikan diatur dalam ketentuan
 Selama masa kepesertaan tidak dilindungi oleh asuransi jiwa
 Manfaat pensiun yang akan diterima adalah sebesar:
 Manfaat asuransi apabila peserta meninggal dunia sebelum memasuki usia pensiun.
 Total iuran ditambah hasil investasinya apabila telah memasuki usia pensiun.

Para peserta DPLK Syariah memiliki beberapa hak, antara lain:


1. Menetapkan sendiri usia pensiun, umumnya antara usia 45 s/d 65 tahun
2. Batas menentukan pilihan atau perubahan jenis investasi
3. Melakukan penarikan sejumlah iuran tertentu selama masa kepesertaan sesuai dengan
ketentuan yang berlaku
4. Mendapatkan informasi saldo dana pensiun/statement setiap periode tertentu, misalnya
6 bulan atau melalui telepon setiap saat diinginkan.
5. Menunjuk dan mengganti pihak yang ditunjuk sebagai ahli warisnya
6. Memilih perusahaan asuransi jiwa guna memperoleh pembayaran dana pensiun
bulanan
7. Mengalihkan kepesertaan ke DPLK lain
8. Memperoleh manfaat pensiun.
N. Kebijakan dan Kendala Pengembangan Dana Pensiun Syariah
Pengelolan dana pensiun yang sesuai dengan ajaran islam akan memiliki banyak manfaat
bagi masyarakat, khususnya masyarakat yang loyal terhadap syariah. Al-Quran sendiri
mengajarkan umatnya untuk tidak meninggalkan keturunan yang lemah dan menyiapkan hari
esok agar lebih baik. Ajaran tersebut dapat dimaknai sebagai pentingnya pencadangan
sebagian kekayaan untuk hari depan. Hal ini sangat penting, mengingat setelah pensiun
manusia masih memiliki kebutuhan dasar yang harus dipenuhi. Dengan pencadangan tersebut
ketika seseorang memasuki masa kurang produktif, masih memiliki sumber pendapatan.
Dana pensiun syariah memiliki potensi besar untuk berkembang di Indonesia dengan
sejumlah alasan:
1. Masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau mengikuti program dana pensiun.
Kecuali pegawai negeri yang secara otomatis menjadi anggota taspen dan Askes,
pegawai swasta dan pegawai mandiri (wiraswasta) yang jumlahnya sangat besar
sangat potensial untuk menjadi target pasar program dana pensiun syariah
2. Dengan berkembangnya lembaga keuangan dan bisnis syariah, tentunya SDM yang
bekerja dalam institusi tersebut menjadi pasar khusus yang jelas bagi dana pensiun
syariah.
3. Rasa percaya, rasa memiliki, dan kesadaran masyarakat terhadap pentingnya industri
keuangan dan bisnis syariah yang terus membaik akan menjadi modal dasar yang
penting untuk terus memperbesar konsumen dan nasabah yang loyal, terutama bagi
dana pensiun syariah.

Untuk itu, kebijakan dan program akselerasi sangat dibutuhkan untuk mempercepat
pertumbuhan dana pensiun syariah. Kebijakan dan program tersebut diharapkan mencukupi
untuk dapat mendorong pertumbuhan dari sisi supply dan demand secara seimbang dan
memperkuat permodalan, manajemen, dan sumber daya manusia bagi dana pensiun syariah.
Selain itu, sasaran selanjutnya yang juga penting adalah melibatkan seluruh stakeholder dana
pensiun syariah untuk berpartisipasi aktif dalam program akselerasi sesuai otoritas, tanggung
jawab, dan kompetensi masing-masing.
Harus diakui bahwa perkembangan dana pensiun syariah relatif tertinggal bila
dibandingkan dengan industri keuangan syariah yang lain. Hal ini terjadi diantaranya
disebabkan minimnya dukungan strategi dan regulasi. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa
hal:
1. Dalam konteks strategi pengembangan industri. Ketika perbankan, asuransi, dan pasar
modal syariah sudah memiliki dan masuk dalam road map strategi pengembangan
masing-masing industri, dana pensiun syariah belum disentuh sedikit pun dalam
kebijakan dan strategi pengembangan Industri Dana Pensiun Tahun 2007-2011.
2. Dalam konteks regulasi. Jika perbankan, asuransi, obligasi, dan reksa dana syariah
sudah banyak memiliki peraturan dan juga dukungan fatwa DSN-MUI, maka dana
pensiun syariah belum ada satu pun peraturan dan fatwa yang mendukung. Sehingga
regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada
peraturan dana pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat
khusus dan mendetail.
3. Ketentuan Investasi langsung dalam UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun. Selama
ini Dana Pensiun Lembaga Keuangan (DPLK) Syariah mengeluhkan tentang produk
investasi terikat (Mudharabah muqayadah/restricted investment) yang berpotensi
besar, tidak dapat dimasuki oleh DPLK Syariah. Produk mudharabah muqayadah
merupakan produk bank syariah berupa investasi di bidang properti atau infrastruktur
dengan nilai proyek sangat besar, tidak dapat dimasuki oleh DPLK Syariah. Selama ini
bank syariah kesulitan membiayai proyek tersebut karena terbentur dengan batas
maksimum pemberian kredit.
Instrumen investasi dana pensiun syariah perlu dimasukkan ke dalam revisi UU Dana
Pensiun. DPLK Syariah memerlukan regulasi itu untuk memperluas instrumen investasi yang
sesuai dengan karakternya. Keterbatasan instrumen investasi ini kemudian berakibat dana
kelolaan dana pensiun syariah justru kebanyakan ditanam dalam bentuk obligasi, saham, dan
reksa dana syariah saja. Padahal dengan potensi besar masyarakat muslim dan dengan pasar
yang sangat terbuka lebar tentunya dana pensiun syariah memiliki harapan masa depan yang
cerah.

O. Kelemahan Dana Pensiun


Sebelum UU no.11 tahun 1992, layanan kesejahteraan pensiun dilakukan oleh Yayasan
Dana Pensiun / YDP. Disamping itu ada berbagai jaminan hari tua dan jaminan kesejahteraan
karyawan. Asuransi yang berkaitan dengan kesejahteraan karyawan disediakan melalui
berbagai lembaga seperti : tabungan dan asuransi sosial pegawai negeri / TASPEN, jaminan
sosial tenaga kerja / jamsostek, dsb. Di bawah ini terdapat beberapa kelemahan dari beberapa
program YDP tersebut :
1. Belum ada ketentuan yang mengatur hal hal mendasar untuk menjamin terpenuhinya
hak dan kewajiban para pihak penyelenggara program pension
2. Pengelolaan YDP masih banyak yang kurang profesional.
3. Arahan investasi kurang jelas dan kurang konsisten terhadap pencapaian tujuan
program pensiun.
4. Banyak investasi dilakukan pada aktiva tetap yang kurang produktif sehingga kurang
cepat menghasilkan.
5. Investasi gedung kantor yang berlebihan/mewah.
6. Keuntungan lembaga / yayasan dana pensiun yang besar tidak diimbangi dengan
perbaikan manfaat pensiun.
7. Beberapa program pensiun masih membedakan jumnlah manfaat pensiun untuk
kalangan pensiunan, janda/duda dan anak yatim/piatu dari para pensiunan.

P. Keunggulan Dana Pensiun


Keunggulan dana pensiun yaitu :
1. Pengelola yang ditunjuk harusnya loyal, setia, profesional, jujur serta mampu
menyusun rencana dan berpikir jangka panjang.
2. Sesuai dengan UU No. 11 tahun 1992, dana pensiun dibebaskan dari pajak
penghasilan dengan demikian para peserta dapat menikmati manfaat pensiun sekurang
kurangnya 15% lebih tinggi dari manfaat program lain.
3. Seluruh himpunan iuran dan hasil pengelolaan kekayaan, investasi dibagikan kepada
peserta atau ahli warisnya secara merata menurut jumlah iuran dan masa
kepesertaannya.
4. Biaya tetap relatif rendah.
5. Dana pensiun mempunyai prospek menjadi suatu lembaga keuangan dengan likuiditas
dan solvabilitas yang tinggi sehingga memberikan posisi tawar menawar / bargaining
position yang kuat dalam melakukan kerjasama dengan lembaga keuangan lain .
6. Untuk mengurangi resiko kematian/kecelakaan dari peserta, maka seluruh peserta
dapat dipertanggungjawabkan dengan asuransi jiwa/kecelakaan kepada perusahaan
asuransi dengan premi asuransi relatif rendah karena sifat kolektif
7. Dana pensiun dapat mempunyai 3 fungsi yang terpadu yang dapat dilakukan dengan
cara kerjasama antar 3 lembaga.

BAB III
PENUTUP

A. Kesimpulan
Dana pensiun menurut UU No. 11 Tahun 1992 tentang Dana Pensiun adalah badan
hukum yang mengelola dan menjalankan program yang menjanjikan manfaat pensiun.. Dana
pensiun syariah adalah dana pensiun yang dikelola dan dijalankan berdasarkan prinsip
syariah.
Dalam pengelolaan dana pensiun, pemerintah menganut asas-asas penyelenggaraan yang
dilakukan dengan sistem pendanaan, pemisahan kekayaan dana pensiun dari kekayaan
pendiri, kesempatan untuk mendirikan dana pensiun, penundaan manfaat, serta kebebasan
untuk membentuk atau tidak membentuk dana pensiun.
Landasan hukum operasional dana pensiun adalah Undang-undang Dana Pensiun No. 11
Tahun 1992 yang merupakan kerangka hukum dasar untuk dana pensiun swasta di Indonesia.
Sedangkan untuk landasan hukum operasional dana pensiun syariah, dalam konteks regulasi
misalnya, menurut seorang konsultan Ekonomi Syariah, yang juga seorang praktisi, Izzuddin
Abdul Manaf, Lc. MA Belum ada satupun peraturaan dan fatwa yang mendukung. Sehingga
regulasi sebagai kerangka operasional dana pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan
dana pensiun yang umum dan fatwa MUI yang juga umum, tidak bersifat khusus.

Tujuan dari dana pensiun bagi perusahan adalah sebagai kewajiban moral untuk
memberikan rasa aman kepada karyawan, jaminan yang diberikan untuk karyawan akan
memberikan dampak positif pada perusahaan, dengan memasukkan program pensiun sebagai
suatu bagian dari total kompensasi yang diberikan kepada karyawan diharapkan perusahaan
akan memiliki daya saing dan nilai lebih dalam usaha mendapatkan karyawan yang
berkualitas dan professional di pasaran tenaga kerja, peserta mempunyai tambahan
kompensasi meskipun baru bisa dinikmati pada saat mencapai usia pensiun.
Program pensiun syariah di Indonesia masih dilaksanakan secara terbatas oleh DPLK
(Dana Pensiun Lembaga Keuangan) di beberapa bank dan asuransi syariah. Umumya, produk
DPLK syariah merupakan salah satu poduk penghimpunan dana yang ditawarkan oleh bank
atau asuransi syariah untuk memberikan jaminan kesejahteraan di hari tua atau di akhir masa
jabatan karyawan ataupun nasabahnya. Umumnya, produk dana pensiun yang ditawarkan oleh
DPLK Syariah menawarkan produk pensiun dengan konsep tabungan dan produk pensiun
plus asuransi jiwa
Perkembangan dana pensiun syariah relatif tertinggal bila dibandingkan dengan industri
keuangan syariah yang lain. Hal ini terjadi diantaranya disebabkan minimnya dukungan
strategi dan regulasi. Hal ini dapat terlihat dalam beberapa hal, dalam konteks strategi
pengembangan industri dana pensiun syariah belum disentuh sedikit pun dalam kebijakan dan
strategi pengembangan industri dana pensiun, dana pensiun syariah belum ada satu pun
peraturan dan fatwa yang mendukung. Sehingga regulasi sebagai kerangka operasional dana
pensiun syariah hanya mengacu pada peraturan dana pensiun yang umum dan fatwa MUI
yang juga umum, tidak bersifat khusus dan mendetail, ketentuan Investasi langsung dalam
UU No. 11/1992 tentang Dana Pensiun.
Instumen investasi dana pensiun syariah perlu dimasukkan dalam revisi UU Dana
Pensiun. DPLK syariah memerlukan regulasi itu untuk memperluas instrumen investasi yang
sesuai dengan karakternya. Keterbatasan investasi ini kemudian berakibat dana kelolaan dana
pensiun syariah justru kebanyakan ditanam dalam bentuk deposito syariah, baik rupiah
maupun valas, juga obligasi, saham, dan reksa dana syariah saja. Padahal dengan potensi
besar masyarakat muslim dan dengan pasar yang sangat terbuka lebar tentunya dana pensiun
syhariah memiliki harapan masa depan yang cerah.8

B. Saran
Mengingat mayoritas penduduk Indonesia adalah penduduk beragama islam terbesar di
dunia, seharusnya lembaga-lembaga keuangan syariah pada umumnya dan dana pensiun
syariah pada khususnya memiliki potensi yang cukup besar untuk berkembang di Indonesia.

8
Andri soemitra, Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010, hlm.301-303
Tetapi kenyataanya masih sedikit sekali proporsi masyarakat yang mau mengikuti program
dana pensiun, dengan berkembangnya lembaga keuangan dan bisnis syariah. Melihat prospek
perkembangan dana pensiun syariah yang tergolong bagus maka sebaiknya pemerintah harus
cepat tanggap mengenai upaya-upaya yang harus dilakukan untuk meminimalisir faktor-faktor
penghambat tersebut dan mendorong perkembangan dana pensiun syariah di Indonesia.
DAFTAR PUSTAKA

Kasmir. Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya. Jakarta : Raja Grafindo Persada. 2011.
David, Scott L. Wall Street Words. Boston : Houghton Mifflin. 1988.
Perry. F.E. A Dictionary of Banking. London : MC Donald & Evan
Siamat, Dahlan. Manajemen Lembaga Keuangan : Kebijakan Moneter dan Perbankan, Jakarta
: Raja Grafindo. 2005.
McGill, dan M.,et.al. Fundamentals of Private Pensions.Penssylvania, 1984.
soemitra, Andri Bank dan Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010,
hlm.301-303
Adler Haymans Manurung, Financial Planner ; Panduan Praktis Mengelola Keuangan
Keluarga, Jakarta : Kompas, 2008.
Nurul Huda, Lembaga Keuangan Syariah, (Jakarta : Kencana Prenada), 2010.
Kasmir, Bank dan Lembaga Keuangan Lainnya, Jakarta : Raja Grafindo Persada, 2011.
Scott, L. David, Wall Street Words, Boston : Houghton Mifflin, 1988.

Anda mungkin juga menyukai