Anda di halaman 1dari 15

PERKEMBANGAN STANDAR AKUNTANSI KEUANGAN INDONESIA

MENUJU IFRS

Fenny Dian Pratiwi,Imanita Septian Rusdianti, Desy Wulandari, Dian Pahlawan,


Novi Dwi Jayanti
STIE Widya Gama Lumajang
fenidianpratiwi@gmail.com

Abstrak
Penelitian ini bertujuan melakukan analisis untuk: mengetahui standar akuntansi keuangan di
Indonesia dan mengetahui perkembangan standar akuntansi keuangan Indonesia menuju IFRS.
Penelitian merupakan penelitian deskriptif kuantitatif. Hasil penelitian menyimpulkan bahwa
konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu didukung agar Indonesia mendapatkan pengakuan
maksimal dari komunitas internasional, sehingga Indonesia dapat ditingkatkan posisinya sebagai
negara yang dapat dipercaya didunia dengan tata kelola dan pertanggungjawaban kepada rakyat
dengan lebih baik dan konsisten, sesuai dengan standar internasional. Indonesia akan mendapatkan
manfaat dengan mengadopsi IFRS yaitu dari mengingkatnya kredibilitas pasar modal Indonesia
dimata investor global, meluasnya pasar investasi lintas batas negara dan meningkatkan efisiensi
alokasi modal.
Kata Kunci: Standar Akuntansi Keuangan, IRFS, Konvergensi

1. Pendahuluan
Akuntansi keuangan yaitu akuntansi yang bertujuan menghasilkan informasi keuangan suatu
entitas yang berguna bagi para pemangku kepentingan sebagai penerima dan pengguna laporan
keuangan (Hadi, 2012). Akuntansi keuangan terutama penting bagi suatu perseroan terbatas, di mana
terjadi pemisahan antara pemilik modal dengan manajemen, terlebih lagi entitas yang menyangkut
kepentingan publik, antara lain: (1) perusahaan yang menjual saham atau menerbitkan obligasi di
bursa efek, (2) BUMN, (3) perusahaan yang memperoleh pinjaman dari bank, (4) bank, (5)
perusahaan asuransi, (6) dana pensiun, dan lain-lain.
Ghozali (2014:223) mengungkapkan standar akuntansi diartikan sebagai pedoman umum
penyusunan laporan keuangan yang merupakan pernyataan resmi tentang masalah akuntansi tertentu,
yang dikeluarkan oleh badan yang berwenang dan berlaku dalam lingkungan tertentu. Standar
akuntansi akan terus berubah, dihapus, atau ditambah. Standar akuntansi diharapkan dapat diterima
secara umum sebagai aturan – aturan perusahaan dan didukung oleh adanya sanksi bagi mereka yang
tidak mematuhi.
Akuntansi Indonesia mengalami pasang surut perkembangan. Ada berrbagai faktor yang
mempengaruhi perkembangan akuntansi di Indonesia. Faktor tersebut antara lain lingkungan politik
dan ekonomi serta organisasi profesi.
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan
menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, nilai perusahaan yang
semakin tinggi, manajemen akan memilki tingkat akuntabilitas tinggi dalam menjalankan perusahaan,
laporan keuagnan menghasilkan informasi yang lebih relevan dan akurat, dan laporan keuangan akan
lebih dapat diperbandingkan dan menghasilkan inforamsi yang valid utnuk aktiva, hutang, ekuitas,
pendapatan dan beban perusahaan (Petreski, 2005).
Diera globalisasi saat ini menuntut adanya suatu sistem akuntansi international, dengan tujuan
untuk menghasilkan informasi keuangan yang dapat diakses oleh seluruh pihak – pihak yang

36
berkepentingan (stakeholder). Teknologi informasi yang semakin berkembang saat ini membuat para
investor dari berbagai negara dapat memasuki pasar modal seluruh dunia, termasuk Indonesia. Oleh
karena itu diperlukan standar akuntansi yang dapat digunakan oleh seluruh negara. Hal inilah yang
melatarbelakangi pengadopsian IFRS saat ini.
2. Rumusan Masalah
Rumusan masalah penelitian ini adalah sebagai berikut:
a. Bagaimana standar akuntansi keuangan di Indonesia?
b. Bagaimana perkembangan standar akuntansi keuangan Indonesia menuju IFRS?
3. Tujuan
Penelitian ini bertujuan melakukan analisis untuk:
a. Mengetahui standar akuntansi keuangan di Indonesia.
b. Mengetahui perkembangan standar akuntansi keuangan Indonesia menuju IFRS
4. Tinjauan Pustaka
4.1. Akuntansi, Akuntansi Bisnis dan Akuntansi Keuangan
a. Akuntansi
Akuntansi adalah suatu sistem informasi keuangan yang bertujuan untuk meghasilkan dan
melaporkan informasi yang relevan bagi berbagai pihak yang berkepentingan. Sebagai suatu sistem
informasi keuangan, jelas informasi yang diproses dan dilaporkan adalah yang bersifat keuangan.
Sedangkan sifat dari informasinya adalah relevan. Mengingat penerima informasi, tujuan, tempat dan
waktu pelaporan merupakan faktor-faktor yang beragam, maka sebagai suatu sistem, akuntansi
mengenal tata cara dan disiplin dalam mengelola dan mengoordinasikan berbagai unsur-unsur dalam
proses menghasilkan informasi yang beragam dan relevan. Akuntansi sebagai suatu sistem informasi
keuangan secara teori dan praktik dapat dibedakan menjadi berikut ini:
1. Akuntansi Sektor Mikro
a. Akuntansi Bisnis
 Akuntansi Keuangan
 Akuntansi Mananjemen
 Akuntansi Pajak
 Akuntansi Biaya
b. Akuntansi Organisasi Nirlaba
2. Akuntansi Sektor Makro
a. Akuntansi Pemerintahan
b. Akuntansi Pendapatan Nasional
c. Akuntansi Lingkungan
Secara lebih rinci akuntansi sebagai suatu sistem informasi keuangan secara teori dan praktik
dijelaskan sebagai berikut:
1. Akuntansi Sektor Mikro
Untuk entitas yang tidak bertujuan mencari laba atau sering disebut entitas nirlaba, lazimnya
sistem akuntansi, jenis informasi dan laporan keuangan yang dihasilkan tidak serumit dan sekompleks
untuk entitas bisnis atau perusahaan. Informasi pokok adalah tentang posisi atau keadaan dana pada
suatu saat dan sumber penerimaan dan pengeluaran selama suatu periode tertentu. Informasi tersebut
dibutuhkan untuk mengelola dan juga sebagai bentuk pertanggungjawaban pengurus kepada
pemangku kepentingan (stakeholders) organisasi. Laporan keuangan dalam rangka
pertanggungjawaban tersebut harus disusun sesuai PSAK 45 (Revisi 2011): Pelaporan Keuangan
Entitas Nirlaba.
a. Akuntansi Bisnis
Sesuai dengan dinamika dunia usaha dan kompleksitas permasalahan yang dihadapi dunia
bisnis, maka jenis informasi keuangan yang diperlukan juga menjadi sangat kompleks. Untuk

37
dapat meleyani kompleksitas informasi sesuai tujuan penerima atau pengguna informasi,
akuntansi bisnis harus bersifat multidimensi. Dalam teori dan praktik, akuntansi bisnis terdiri
atas empat bidang yaitu sebagai berikut:
1. Akuntansi Keuangan
2. Akuntansi Manajemen
3. Akuntansi Pajak
4. Akuntansi Biaya
b. Akuntansi Keuangan
Akuntansi keuangan yaitu akuntansi yang bertujuan menghasilkan infoemasi keuangan
suatu entias yang berguna bagi para pemangku kepentingan sebagai penerima dan pengguna
laporan keuangan. Akuntansi keuangan terutama penting bagi suatu perseroan terbatas, di
mana terjadi pemisahan antara pemilik modal dengan manajemen, terlebih lagi entitas yang
menyangkut kepentingan publik, antara lain: (1) perusahaan yang menjual saham atau
menerbitkan obligasi di bursa efek, (2) BUMN, (3) perusahaan yang memperoleh pinjaman
dari bank, (4) bank, (5) perusahaan asuransi, (6) dana pensiun, dan lain-lain. Laporan
keuangan yang disusun oleh manajemen untuk dilaporkan dan digunakan oleh para pemangku
kepentingan yang sangat beragam dan umumnya di luar manajemen haruslah disusun secara
wajar, lengkap, transparan, dapat dimengerti, dan tidak menyesatkan. Oleh karena itu,
penyusunan laporan keuangan dala bidang akuntansi keuangan harus mengacu pada standar
akuntansi keuangan yang berlaku.
c. Akuntansi Manajemen
Tujuan akuntansi manajemen adalah mengelola, menhasilkan, dan melapokan iformasi
keuangan kepada manajemen yang berguna dalam perencanaan, pelaksanaan dan
pengendalian kegiatan usaha. Jenis informasi yang dihasilkan akan disesuaikan dengan
fungsi, tugas, tanggung jawab, dan tujuan pengguna informasi masing-masing bagian
manajemen. Akntansi manajemen haruslah bersifat sesuai dengan sifat manajemen yang
dilayani yaitu dinamis, bervariasi dan inovatif. Konsep biaya standar bersamaan dengan biaya
historis maupun biaya sebenarnya lazim pula digunakan untuk tujuan pengendalian biaya.
Sedangkan konsep biaya penggantian akan digunakan dalam melakukan kalkulasi harga
pokok untuk menetapkan harga jual yang mampu menghasilkan laba nyata. Penerapan
akuntansi biaya di bidang akuntansi manajemen adalah biaya yang berbeda untuk tujuan yang
berbeda. Akuntansi manajemen sangat penting untuk membantu manajemen dalam
persaingan di pasar produk barang dan jasa, khususnya dalam era globalisasi informasi
keuanganyang efektif bukan saja dibutuhkan untuk menentukan strategi persaingan, tapi juga
untuk dapat membela diri bila ada tuduhan dumpling dari negara pengimpor.
d. Akuntansi Pajak
Akuntansi pajak adalah bidang akuntansi yang bertujuan menghitung dan melaporkan
objek pajak agar kewajiban pajak dapat dihitung, dilaporkan dan dibayar sesuai dengan
peraturan perpajakan yang berlaku. Di sini jelas ynag menjadi acuan penyusunan laporan
keuangan adalah hukum pajak yakni peraturan perundangan pajak yang berlaku di suatu
negara. Laporan keuangan yang disusun untuk tujuan perpajakan disebut laporan keuangan
fiskal. Hukum pajak tidak identik dengan standar akuntansi keuangan, maka laporan
keuangan fiskal tidak akan sama dengan laporan keuangan komersial. Cara pelaporan selisih
antar perhitungan menurut peraturan perundangan pajak dengan standar akuntansi keuangan
di laporan keuangan komersial diatur dalam standar akuntansi keuangan yang berlaku, PSAK
No. 46 (Revisi 2010): Pajak Penghasilan.
e. Akuntansi Biaya

38
Masalah perhitungan dan pelaporan biaya sebenarnya terdapat di ketiga bidang akuntansi
tersebut di atas, yaitu akuntansi keuangan, akuntansi manajemen dan akuntansi pajak. Tapi
dalam bidang akuntansi keuangan, masalah perhitungan dan pelaporan biaya telah diatur
secara tertib dlam standar akuntansi keuangan, da dalam bidang aluntansi pajak masalah
perhitungan dan pelaporan biaya atau beban juga telah diatur secara dogmatis dala hukum
pajak atau peraturan perundangan pajak yang berlaku. Maka dalam teori akuntansi biaya
lazimnya yang dibahas adalah sehubungan dengan bidang akuntansi manajemen, seperti yang
dijelaskan di atas adalah bersifat dinamis dan bervariasi.
2. Akuntansi Sektor Makro
Akuntansi sektor makro adalah akuntansi yang mengelola dan melaporkan informasi keuangan di
bidang makro, yaitu negara, bagian negara, pemerintah, bagian pemerintah atau masyarakat.
a. Akuntansi Pemerintahan
Jika akuntansi keuangan sangat penting dalam rangka pertanggungjawaban manajemen
kepada pemangku kepentingan suatu entitas, maka akuntansi pemerintahan adalah mutlak
penting dalam rangka pertanggungjawaban keuangan publik oleh pemerintah kepada rakyat.
Pelaksanaan Anggaran Pendapatan dan Belanja Negara (APBN) perlu dilakukan dan
dilaporkan secara akurat dan andal. Untuk itu perlu dibina sistem akuntansi pemerintahan
secara tertib, efektif dan efisien. Sebagai acuan penyusunan laporan keuangan di sektor
pemerintahan, pada tahun 2005 telah disusun Standar Akuntansi Pemerintahan. Dengan
berlakunya Undang-Undang No. 2 Tahun 1999 tentang Pemerintah Daerah yang mengatur
tentang desentralisasi di bidang politik dan administrasi dan Undang-Undang No. 25 Tahun
1999 tentang Pertimbangan Keuangan antara Pemerintah Pusat dan Daerah yang mengatur
desentralisasi di bidang fiskal, sistem akuntansi pemerintah RI perlu ditata kembali. Mulai
tahun 25 akuntansi pemerintah di Indonesia telah mulai dengan lembaran baru. Mulai
disusun neraca pembukaan untuk pemerintah pusat dan pemerintah daerah berdasarkan SAP.
Badan Pemeriksa Keuangan sebagai auditor negara yang independen, berwenang dan
bertugas untuk melakukan audit atas laporan keuangan pemerintah pusat dan pemerintah
daerah.
b. Akuntansi Pendapatan Nasional
Akuntansi pendapatan nasional sebagai sistem informasi di sektor makro sangat penting
untuk menghitung dan melaporkan berbagai indikator ekonomi makro. Indikator ekonomi
makro yang andal dan dapat dipercaya akan lebih memberikan kepastian dalam perencanan
dan pengambilan keputusan di sektor publik maupun di sektor riil. Pengertian, perhitungan
dan penyusunan neraca perdagangan, neraca pembayaran dan neraca fiskal mengenai konsep
dan metode tersndiri yang berlainan tapi seharusnya terkait dengan akuntansi di sektor mikro.
Perhitungan indikator makro tersebut secara langsung atau tidak langsung menggunakn data
yang terakumulasi dari sektor mikro dunia usaha ynag sering kali disebut sebagai sektor riil.
Sampai berapa jauh keakuran perhitungan produk domestik bruto (PDB), rasio utang negara
terhadap PDB, pendapatan per kapita rata-rata, tingkat kemiskinan, laju pertumbuhan
ekonomi, laju inflansi dan lain-lain indikator ekonomi, hanya dapat diandalkan bila data dari
sektor mikro dunia usaha yang diterima dan diioleh Badan Pusat Statistik (BPS), BI, dan
instansi pemerintah tertentu tidak menyesatkan atau bias.
c. Akuntansi Lingkungan
Di bidang industri kehutanandan pertambangan, perusahaan melakukan kalkulasi biaya
dari segi mikro untuk kepentingan perusahaan tapi pada umumnya tidak memperhitungkan
kerugian dampak lingkungan yang harus ditanggung masyarakat. Sering kali terjadi
pelanggaran kewajiban reboisasi hutan, kecerobohan di bidang pertambangan dan industri
tertentu juga dapat menimbulkan pencemaran dan perusakan lingkungan, pengawasan dan

39
audit sering kali juga tidak dapat berjalan secara efektif. Undang-Undang No. 40 Tahun 2007
tentang Perseroan Terbatas Pasal 66 ayat 2 (c) mewajibkan suatu Perseroan Terbatas setiap
tahun menyusun laporan pelaksanaan Tanggung Jawab Sosial dan Lingkungan.
4.2. Peran Akuntansi dalam Pengalokasian Sumber Ekonomi
Akuntansi manajemen berperan membantu manajemen dalam mengelola faktor produksi secara
efektif dan efisien, dan sangat penting dalam persaingan di pasar barang dan jasa. Bila perusahaan
mencari pendanaan dari pasar uang dan pasar modal, maka akuntansi keuangan yang mampu
menyusun dan melaporkan keadaan posisi keuangan, arus kas dan kinerja atau laba rugi suatu
perusahaan secara akurat, dapat diandalkan , transparan dan tidak menyesatkan tentunya dapat
mendukung suatu pasar uang dan pasar modal yang efisien. Dengan demikian para investor dapat
mempertimbangkan dengan penuh kehati-hatian dalam pengambilan keputusan yang bijak kemana
dananya akan diinvestasikan, apakah berupa deposito, surat utang, bligasi, atau saham serta jenis
industri dan perusahaan mana yang akan dipilih. Sedangkan akuntansi pajak diperlukan untuk
penyaluran dana masyarakat dalam wujd pajak ke kas negara sesuai dengan peraturan perundangan
yang berlaku secara adil dan tertib. Kumpulan informasi keuangna sektor mikro akan membentuk
informasi sektor makro yang mampu menghitung dan melaporkan indikator ekonomi secara andal,
dan akhirnya kembali mamu memberikan masukan bagi para pelaku dalam sektor riil atau mikro.
4.3. Laporan Keuangan dan Laporan Lainnya
Laporan keuangan adalah media utama bagi suatu entitas untuk mengkomunikasikan informasi
keuangan oleh manajemen kepada para pemangku kepentingan. Laporan keuangan pada umumnya
disusun dan dilaporkan berupa unsur-unsur sebagai berikut:
1. Laporan PosisiKeuangan atau Neraca berisikan informasi tentang posisi keuangan, yatu
keadaan aset, liabilitas dan ekuitas dari suatu entitas pada suatu tanggal tertentu.
2. Laporan Laba Rugi Komprehensif melaporkan kinerja atau hasil usaha suatu entitas yang
terjadi selama suatu periode tertentu.
3. Laporan Perubahan Ekuitas melaporkan perubahan ekuitas suatu entitas yang terjadi selama
suatu periode tertentu.
4. Laporan Arus Kas menjelaskan perubahan saldo kas dan setara kas pada awal dan akhir
periode, rincian arus kas masuk dan keluar suatu entitas selama suatu periode tertentu.
5. Catatan atas Laporan Keuangan berfungsi untuk memberikan penjelasan tambahan atau
rincian unsur-unsur laporan posisi keuangan (neraca), laporan laba rugi komprehensif laporan
arus kas, laporan perubahan ekuitas atau penjelasan yang bersifat kualitatif, agar laporan
keuangan lebih transparan dan tidak menyesatkan.
6. Laporan Posisi Keuangan pada awal periode komparatif yang disajikan ketika entitas
menerapkan suatu kebijakan akuntansi secara retrospektif atau membuat penyajian kembali
pos-pos laporan keuangan, atau ketika entitas mereklasifikasi pos-pos dalam laporan
keuangannya.
Selain lpaoran keuangan tersebut, terdapat jenis pelaporan khusus yang diwajibkan oleh otoritas
tertentu ataupun atas inisiatif manajemen. Misalnya peraturan Badan Pengawas Pasar Modal dan
Lembaga Keuangan (Bapepam-LK) No. X.K.6, yang mewajibkan emiten dan perusahaan publik
untuk menyampaikan laporan tahunan. Dalam laporan tahunan tersebut selai laporan keuangan, juga
dimuat berbagai informasi, misalnya diskusi dan analisis manajemen dan informasi lain-lain yang
dianggap relevan bagi stakeholders.
4.4. Standar Akuntansi Keuangan
Laporan keuangan yang disusun oleh manajemen suatu entitas usaha terutama ditunjukkan untuk
dilaporkan dan digunakanoleh para stakeholders untuk pengambilan keputusan ekonomi. Kepentingan
dan tujuan penggunaan informasi keuangan para stakeholders tidak selalu sama, misalnya pemegang
saham sebagai investor sangat berkepentingan atas laba usaha, dividen yang dibagikan dan kenaikan

40
nilai saham. Sedangkan bagi kreditur yang lebih penting adalah solvabilitas dan likuiditas perusahaan
yaitu kemampuan perusahaan untuk membayar kembali utangnya baik pokok maupun bunga tepat
waktu. Bagi manajemen dan karyawan sangat berkepentingan atas gaji, bonus dan kompensasi
lainnya yang semuanya merupakan beban biaya yang merupakan faktor pengurang atas laba usaha.
Laporan keuangan dilaporkan dan digunakan pada periode atau dalam waktu yang tidak lama setelah
periode pelaporan. Tetapi laporan keuangan suatu periode usaha dapat juga diperlukan lama setelah
periode usaha berlalu.
Tempat di mana laporan keuangan akan digunakan juga sangat tidak menentu, khususnya dalam
era globalisasi, laporan keuangan bukan saja dilaporkan dan digunakan di suatu daerah atau suatu
negara tertentu namun juga meluas sesuai dengan kegiatan usaha perusahaan serta dari mana dan ke
mana sumber dana mengalir. Misalnya, untuk PT Telkom Tbk, yang telah dual listing di Bursa Efek
Indonesia dan New York Stock Exchange, laporan keuangannya digunakan bukan sajam di Indonesia
tapi juga di Amerika Serikat dan mancanegara, karena stakeholders PT Telkom Tbk tersebut telah
menyebar secara global. Mengingat stakeholders, waktu dan tempat penggunaan laporan keuangan
adalah sangat bervariasi, agar laporan keuangan tidak mementingkan salah satu pihak dan agar tidak
menyesakan bagi pengguna informasi, maka laporan keuangan yang disusun dalam rangka akuntansi
keuangan harus disusun berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku. Tujuannya agar
penyusun maupun pembaca laporan keuangan mempunyai persamaan persepsi dan tidak salah paham.
Untuk menjamin kepastian bahwa suatu laporan keuangan telah disusun dan disajikan secara wajar
berdasarkan standar akuntansi keuangan yang berlaku, maka perlu dilakukan audit yang menghasilkan
opini (opinion audit) atas laporan keuangan oleh auditor independen, yakni akuntan publik.
4.5. Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
a. Dari Prinsip Akuntansi Indonesia (PAI) ke Standar Akuntansi Keuangan (SAK)
Sebelum tanggal 2 Desember 1973, Indonesia belum mempunyai prinsip akuntansi maupun
standar akuntansi yang dapat dijadikan pegangan resmi yang diterbitkan dan dilakukan oleh badan
otoritas yang berwenang. Pada saat itu profesi akuntan di Indonesia lazimnya berpegang pada standar
akuntansi keuangan yang berlaku di Belanda atau Amerika Serikat. Pada tahun 1972 atas inisiatif
Radius Prawiro sebagai ketua Ikatan Akuntan Indonesia dan Rachmat Saleh selaku Ketua Dewan
Pimpinan Badan Pembina Pasar Uang dan Modal dan merangkap Pimpinan Harian Badan Pembina
Pasar Uang maka dibentuklah Panitia Penghimpun Bahan-Bahan dan Struktur atas Generally
Accepted Accounting Principles dan Generally Accepted Auditing Standards yang terdiri dari Dewan
Penasihat dan Panitia Kerja. Bahan rujukan penyusunan Prinsip Akuntansi Indonesia pertama adalah
sebagai berikut:
1. Prinsip-prinsip Accounting Direktorat Akuntan Negara, Direktorat Jenderal Pengawasan
Keuangan Negara (yang kemudian menjadi Badan Pemeriksa Keuangan dan Pembangunan).
2. Inventory of Generally Accepted Accounting Principles for Business Enterprises, Paul Grady,
AICPC.
3. Statements of the Accounting Principles Board No. 4, AICPA.
4. Opinions of the Accounting Principles Board, AICPA.
5. Accounting Research Bulletines, AICPA.
6. A Statement of Australian Accounting Principles, Accounting and Auditing Research
Committee, Accountancy Research Foundation.
7. Wet op de Jaarrekening van Ondernemingen, NIVRA.
8. Beberapa literatur lainnya.
b. Penyusun Standar Akuntansi Keuangan
Sejak 1973 sampai sekarang Ikatan Akuntansi Indonesia adalah organisasi profesi ynag
dipercayakan dan diberikan wewenang untuk menyusun Standar Akuntansi Keuangan. Sejak 1973
sampai dengan 1994 pelaksanaan amanah tersebut dilakukan oleh Komite Prinsip Akuntansi

41
Indonesia, dan sejak tahun 1994 sampai sekarang tugas tersebut dilakukan oleh Dewan Standar
Akuntansi Keuangan (DSAK). Keanggotaan DSAK terdiri atas anggota IAI denganberbagai latar
belakang bidang kegiatan: akuntan publik, akademisi, akuntan manajemen, dan perwakilan dari Bank
Indonesia, perwakilan dari BAPEPAM-LK, perwakilan Direktrat Jenderal Pajak, perwakilan auditor
intern pemerintah (BPKP). Selain IAI-DSAK, BAPEPAM-LK juga berwenang mengeluarkan
peraturan tentang akuntansi dan pelaporan keuangan bagi perusahaan publik dan emiten yang
terdaftar di Bursa Efek Indonesia (BEI).
c. Standar Akuntansi untuk Akuntansi Keuangan yang Berlaku di Indonesia
Pada saat ini di Indonesia berlaku 3 (set) standar akuntansi untuk akuntansi keuangan:
1. Standar Akuntansi Keuangan (SAK) untuk entitas berakuntabilitas publik secara signifikan.
2. Standar Akuntansi Keuangan khusus untuk entitas tanpa akuntabilitas publik (ETAP).
3. Standar Akuntansi Syariah khusus untuk entitas dan transaksi syariah.
SAK umum dan SAK ETAP diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK),
sedangkan Standar Akuntansi Syariah diterbitkan oleh Dewan Standar Akuntansi Syariah. Kedua
Dewan tersebut berada di bawah naungan IAI.
d. Standar Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (ETAP)
Sejak 1991 ketika diadakan Seminar Prinsip Akuntansi Indonesia, IAI telah memikirkan apakah
perlu dibuatkan dua perangkat standar akuntansi keuangan. Stau perangkat berlaku bagi perusahaan
berskala besar dan menyangkut kepentingan publik, dan perangkat lain adalah untuk perusahaan
berskala kecil dan menengah (UKM). Pada waktu itu keputusannya adalah lebih baik memusatkan
waktu, tenaga dan dana yang serba terbatas untuk merampungkan satu perangkat standar akuntansi,
yaitu mengubah PAI menjadi SAK. Dalam kongres X IAI telah diputuskan untuk membentuk
KomiteStandar Akuntansi Keuangan ETAP di bawah koordinasi Dewan Standar Akuntansi
Keuangan. Pada tahun 2009 telah berhasil disusun SAK ETAP, yang berlaku efektif 1 Januari 2011
(penerapan dini diperbolehkan per 1 Januari 2010).
e. Standar Akuntansi Syariah
Sehubungan dengan perkembangan transaksi dan entitas syariah yang pesat, dirasakan perlu
menyusun seperangkat standar akuntansi syariah. Dewan Standar Akuntansi Keuangan IAI atas
persetujuan Badan Pelaksana Harian Dewan Syariah Nasional Majelis Ulama Indonesia telah
menyusun secara khusus Kerangka Dasar Penyusunan dan Penyajian Laporan Keuangan Syariah.
Sejak tahun 2009, Dewan Pimpinan Nasional IAI membentuk Dewan Standar Akuntansi Syariah yang
terpisah dari Dewan Standar Akuntansi Keuangan.
f. Standar Akuntansi Pemerintah
Di samping standar akuntansi untuk akuntansi keuangan, di Indonesia juga terdapat Standar
Akuntansi Pemerintah yang berlaku untuk bidang akuntansi pemerintahan. Standar Akuntansi
Pemerintah pertama kali terbit berdasarkan Peraturan Pemerintah Republik Indonesia No. 24 Tahun
2005 Tanggal 13 Juni 2005. Akan tetapi, kemudian diubah berdasarkan Peraturan Pemerintah
Republik Indonesia No. 71 Tahun 2010 Tanggal 22 Oktober 2010, yang pada dasarnya telah
menggunakan basis akrual. Dengan demikian entitas pemerintah paling lambat tahun 2014 wajib
menyusun laporan keuangan berdasarkan Standar Akuntansi Pemerintah Berbasis Akrual. Standar
Akuntansi Pemerintahan Pernyataan No. 1 Penyajian Laporan Keuangan, Ruang Lingkup butir 4
menyebutkan bahwa: “Pernyataan Standar ini berlaku untuk entitas pelaporan dalam menyusun
laporan keuangan suatu entitas pemerintah pusat, pemerintah daerah dan laporan keuangan
konsolidasian, tidak termasuk perusahaan negara/daerah.”
4.6. Sejarah Perkembangan SAK Di Indonesia
Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) merupakan pedoman dalam melakukan praktek
akuntansi dimana uraian materi di dalamnya mencakup hampir semua aspek yang berkaitan dengan
akuntansi, yang dalam penyusunannya melibatkan sekumpulan orang dengan kemampuan dalam

42
bidang akuntansi yang tergabung dalam suatu lembaga yang dinamakan Ikatan Akuntan Indonesia
(IAI). Dengan kata lain, Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan (PSAK) adalah buku petunjuk bagi
pelaku akuntansi yang berisi pedoman tentang segala hal yang ada hubungannya dengan akuntansi.
Adanya perubahan lingkungan global yang semakin menyatukan hampir seluruh negara di dunia
dalam komunitas tunggal, yang dijembatani perkembangan teknologi komunikasi dan informasi yang
semakin murah, menuntut adanya transparansi di segala bidang. Standar akuntansi keuangan yang
berkualitas merupakan salah satu prasarana penting untuk mewujudkan transparasi tersebut. Standar
akuntansi keuangan dapat diibaratkan sebagai sebuah cermin, di mana cermin yang baik akan mampu
menggambarkan kondisi praktis bisnis yang sebenarnya. Oleh karena itu, pengembangan standar
akuntansi keuangan yang baik, sangat relevan dan mutlak diperlukan pada masa sekarang ini.
Salah satunya yaitu adalah Ikatan Akuntan Indonesia (IAI) yang merupakan organisasi profesi
akuntan yang juga merupakan badan yang menyusun standar akuntansi di Indonesia. Organisasi
profesi ini terus berusaha menanggapi perkembangan akuntansi keuangan yang terjadi baik tingkat
nasional, regional maupun global, khususnya yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntansi
sendiri. Perkembangan akuntansi keuangan sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga kini
perkembangan standar akuntansi ini dilakukan secara terus menerus, pada tahun 1973 terbentuk
Panitia Penghimpunan Bahan-bahan dan Struktur GAAP dan GAAS. Kemudian pada tahun 1974
dibentuk Komite Prinsip Akuntansi Indonesia (Komite PAI) yang bertugas menyusun standar
keuangan. Komite PAI telah bertugas selama empat periode kepengurusan IAI sejak tahun 1974
hingga 1994 dengan susunan personel yang selalu diperbarui. Selanjutnya, pada periode kepengurusan
IAI tahun 1994-1998 nama Komite PAI diubah menjadi Komite Standar Akuntansi Keuangan
(Komite SAK), kemudian pada kongres VIII, tanggal 23-24 September 1998 di Jakarta, Komite SAK
diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan untuk masa bakti 1998-2000 dan diberikan
otonomi untuk menyusun dan mengesahkan PSAK.
a. Sejarah Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia
SAK yang berkualitas merupakan salah satu pedoman pokok untuk menyusun dan menyajikan
laporan keuangan bagi perusahaan. Dengan adanya standar akuntansi yang baik, maka laporan
keuangan dapat menjadi lebih berguna dan menciptakan transparasi bagi perusahaan. Ikatan Akuntan
Indonesia (IAI) sebagai wadah profesi akuntansi di Indonesia, senantiasa berusaha untuk tanggap
terhadap perkembangan yang terjadi, baik dalam lingkup nasional, regional, maupun global,
khususnya dalam hal yang mempengaruhi dunia usaha dan profesi akuntansi. Hal ini dapat dilihat dari
dinamika kegiatan pengembangan standar akuntansi sejak berdirinya IAI pada tahun 1957 hingga
kini. Setidaknya, terdapat tiga tonggak sejarah yang pernah dicapai sebelumnya dalam pengembangan
Standar Akuntansi Keuangan di Indonesia:
Pada periode 1973-1984, Ikatan Akuntansi Indonesia (IAI) telah membentuk Komite. Prinsip-
prinsip Akuntansi Indonesia untuk menetapkan standar-standar akuntansi, yang kemudian dikenal
dengan Prinsip-prinsip Akuntansi Indonesia (PAI).
Pada periode 1984-1994, komite PAI melakukan revisi secara mendasar PAI 1973 dan kemudian
menerbitkan Prinsip Akuntansi Indonesia 1984 (PAI 1984). Menjelang akhir 1994, Komite standar
akuntansi memulai suatu revisi besar atas prinsip-prinsip akuntansi Indonesia dengan mengumumkan
pernyataan-pernyataan standar akuntansi tambahan dan menerbitkan interpretasi atas standar tersebut.
Revisi tersebut menghasilkan 35 pernyataan standar akuntansi keuangan, yang sebagian besar
harmonis dengan IAS yang dikeluarkan oleh IASB.
Pada periode 1994-2004, ada perubahan Kiblat dari US GAAP ke IFRS, hal ini ditunjukkan
Sejak tahun 1994, telah menjadi kebijakan dari Komite Standar Akuntansi Keuangan untuk
menggunakan International Accounting Standards sebagai dasar untuk membangun standar akuntansi
keuangan Indonesia. Dan pada tahun 1995, IAI melakukan revisi besar untuk menerapkan standar-

43
standar akuntansi baru, yang kebanyakan konsisten dengan IAS. Beberapa standar diadopsi dari US
GAAP dan lainnya dibuat sendiri.
Pada periode 2006-2008, merupakan konvergensi IFRS Tahap 1, Sejak tahun 1995 sampai tahun
2010, buku Standar Akuntansi Keuangan (SAK) terus direvisi secara berkesinambungan, baik berupa
penyempurnaan maupun penambahan standar baru. Proses revisi dilakukan sebanyak enam kali yakni
pada tanggal 1 Oktober 1995, 1 Juni 1999, 1 April 2002, 1 Oktober 2004, 1 Juni 2006, 1 September
2007, dan versi 1 Juli 2009. Pada tahun 2006 dalam kongres IAI (Cek Lagi nanti) X di Jakarta
ditetapkan bahwa konvergensi penuh IFRS akan diselesaikan pada tahun 2008. Target ketika itu
adalah taat penuh dengan semua standar IFRS pada tahun 2008. Namun dalam perjalanannya ternyata
tidak mudah. Sampai akhir tahun 2008 jumlah IFRS yang diadopsi baru mencapai 10 standar IFRS
dari total 33 standar.
b. Penetapan SAK-ETAP
Ikatan Akuntan Indonesia pada tanggal 17 Juli 2009 yang lalu, telah menerbitkan Standar
Akuntansi Keuangan untuk Entitas Tanpa Akuntabilitas Publik (SAK-ETAP) atau atau The
Indonesian Accounting Standards for Non-Publicly-Accountable Entities, dan telah disahkan oleh
DSAK IAI pada tanggal 19 Mei 2009. Dewan tandar Akuntansi Keuangan Ikatan Akuntan Indonesia
(DSAK IAI) sendiri beranggotakan 17 orang mewakili: Akuntan Publik, Akademisi, Akuntan Sektor
Publik, dan Akuntan Manajemen. Alasan IAI menerbitkan standar ini adalah untuk mempermudah
perusahaan kecil dan menengah (UKM) (yang jumlahnya hampir dari 90% dari total perusahaan di
Indonesia) dalam menyusun laporan keuangan mereka. Dimana jikalau standar ini tidak diterbitkan
mereka juga harus mengikuti SAK baru (yang merupakan SAK yang sedang dalam tahap
pengadopsian IFRS – konvergensi penuh tahun 2012) untuk menyusun laporan keuangan mereka.
SAK berbasis IFRS ini relatif lebih kompleks dan sangat mahal bagi perusahaan kecil dan menengah
untuk menerapkannya.
Pada saat diluncurkanya standar akuntansi ETAP (SAK-ETAP) bertepatan dalam acara Seminar
Nasional Akuntansi “Tiga pilar Standar Akuntansi Indonesia” yang dilaksanakan oleh Universitas
Brawijaya dan Ikatan Akuntan Indonesia. Nama standard ini sedikit unik karena exposure draftnya
diberi nama Standar Akuntansi UKM (Usaha Kecil dan Menengah), namun mengingat definisi UKM
sendiri sering berubah, maka untuk menghindari kerancuan, standard ini diberi nama SAK Entitas
Tanpa Akuntabilitas Publik.
Apabila SAK-ETAP ini telah berlaku efektif, maka perusahaan kecil seperti UKM tidak perlu
membuat laporan keuangan dengan menggunakan PSAK umum yang berlaku. Di dalam beberapa hal
SAK-ETAP memberikan banyak kemudahan untuk perusahaan dibandingkan dengan PSAK dengan
ketentuan pelaporan yang lebih kompleks. Perbedaan secara kasat mata dapat dilihat dari ketebalan
SAK-ETAP yang hanya sekitar seratus halaman dengan menyajikan 30 bab.
Sesuai dengan ruang lingkup SAK-ETAP maka Standar ini dimaksudkan untuk digunakan oleh
entitas tanpa akuntabilitas publik. Entitas tanpa akuntabilitas publik yang dimaksud adalah entitas
yang tidak memiliki akuntabilitas publik signifikan; dan tidak menerbitkan laporan keuangan untuk
tujuan umum (general purpose financial statement) bagi pengguna eksternal. Contoh pengguna
eksternal adalah pemilik yang tidak terlibat langsung dalam pengelolaan usaha, kreditur, dan lembaga
pemeringkat kredit.
c. Perkembangan Ifrs Di Indonesia
1) Definisi IFRS
IFRS (Internasional Financial Accounting Standard) adalah suatu upaya untuk
memperkuat arsitektur keuangan global dan mencari solusi jangka panjang terhadap
kurangnya transparansi informasi keuangan. IFRS merupakan standar akuntansi internasional
yang diterbitkan oleh International Accounting Standard Board (IASB). Standar Akuntansi
Internasional (International Accounting Standards/IAS) disusun oleh empat organisasi utama

44
dunia yaitu Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB), Komisi Masyarakat Eropa (EC),
Organisasi Internasional Pasar Modal (IOSOC), dan Federasi Akuntansi Internasioanal
(IFAC).
Badan Standar Akuntansi Internasional (IASB) yang dahulu bernama Komisi Standar
Akuntansi Internasional (AISC), merupakan lembaga independen untuk menyusun standar
akuntansi. Organisasi ini memiliki tujuan mengembangkan dan mendorong penggunaan
standar akuntansi global yang berkualitas tinggi, dapat dipahami dan dapat diperbandingkan
(Choi et al., 1999 dalam Intan Immanuela, puslit2.petra.ac.id).
Natawidnyana(2008), menyatakan bahwa Sebagian besar standar yang menjadi bagian
dari IFRS sebelumnya merupakan International Accounting Standards (IAS). IAS diterbitkan
antara tahun 1973 sampai dengan 2001 oleh International Accounting Standards Committee
(IASC). Pada bulan April 2001, IASB mengadospsi seluruh IAS dan melanjutkan
pengembangan standar yang dilakukan.
2) Struktur IFRS
International Financial Reporting Standards mencakup:
a) International Financial Reporting Standards (IFRS) – standar yang diterbitkan setelah
tahun 2001.
b) International Accounting Standards (IAS) – standar yang diterbitkan sebelum tahun
2001.
c) Interpretations yang diterbitkan oleh International Financial Reporting Interpretations
Committee (IFRIC) – setelah tahun 2001.
d) Interpretations yang diterbitkan oleh Standing Interpretations Committee (SIC) –
sebelum tahun 2001.
e) Framework for the Preparation and Presentation of Financial Statement ( Kerangka Kerja
persiapan dan Penyajian laporan Keuangan ).
Secara garis besar ada empat hal pokok yang diatur dalam standar akuntansi. Yang
pertama berkaitan dengan definisi elemen laporan keuangan atau informasi lain yang
berkaitan. Definisi digunakan dalam standar akuntansi untuk menentukan apakah transaksi
tertentu harus dicatat dan dikelompokkan ke dalam aktiva, hutang, modal, pendapatan dan
biaya. Yang kedua adalah pengukuran dan penilaian. Pedoman ini digunakan untuk
menentukan nilai dari suatu elemen laporan keuangan baik pada saat terjadinya transaksi
keuangan maupun pada saat penyajian laporan keuangan (pada tanggal neraca). Hal ketiga
yang dimuat dalam standar adalah pengakuan, yaitu kriteria yang digunakan untuk mengakui
elemen laporan keuangan sehingga elemen tersebut dapat disajikan dalam laporan keuangan.
Yang terakhir adalah penyajian dan pengungkapan laporan keuangan. Komponen keempat ini
digunakan untuk menentukan jenis informasi dan bagaimana informasi tersebut disajikan dan
diungkapkan dalam laporan keuangan. Suatu informasi dapat disajikan dalam badan laporan
(Neraca, Laporan Laba/Rugi) atau berupa penjelasan (notes) yang menyertai laporan
keuangan.
3) Konversi Ke IFRS Di Indonesia
Indonesia saat ini belum mewajibkan bagi perusahaan-perusahaan di Indonesia
menggunakan IFRS melainkan masih mengacu kepada standar akuntansi keuangan lokal.
Dewan Pengurus Nasional IAI bersama-sama dengan Dewan Konsultatif SAK dan Dewan
SAK merencanakan tahun 2012 akan menerapkan standar akuntansi yang mendekati
konvergensi penuh kepada IFRS. Dari data-data di atas kebutuhan Indonesia untuk turut serta
melakukan program konverjensi tampaknya sudah menjadi keharusan jika kita tidak ingin
tertinggal. Sehingga, dalam perkembangan penyusunan standar akuntansi di Indonesia oleh
Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) tidak dapat terlepas dari perkembangan

45
penyusunan standar akuntansi internasional yang dilakukan oleh International Accounting
Standards Board (IASB). Standar akuntansi keuangan nasional saat ini sedang dalam proses
secara bertahap menuju konverjensi secara penuh dengan International Financial Reporting
Standards yang dikeluarkan oleh IASB. Adapun posisi IFRS/IAS yang sudah diadopsi
hingga saat ini dan akan diadopsi pada tahun 2009 dan 2010 adalah seperti yang tercantum
dalam daftar- daftar berikut ini:
1) IFRS/IAS yang Telah Diadopsi ke dalam PSAK hingga 31 Desember 2008:
a. IAS 2 Inventories
b. IAS 10 Events after balance sheet date
c. IAS 11 Construction contracts
d. IAS 16 Property, plant and equipment
e. IAS 17 Leases
f. IAS 18 Revenues
g. IAS 19 Employee benefit
h. IAS 23 Borrowing costs
i. IAS 32 Financial instruments: presentation
j. IAS 39 Financial instruments: recognition and measurement
k. IAS 40 Investment propert
2) IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2009
a. IFRS 2 Share-based payment
b. IFRS 4 Insurance contracts
c. IFRS 5 Non-current assets held for sale and discontinued operations
d. IFRS 6 Exploration for and evaluation of mineral resources
e. IFRS 7 Financial instruments: disclosures
f. IAS 1 Presentation of financial statements
g. IAS 27 Consolidated and separate financial statements
h. IAS 28 Investments in associates
i. IFRS 3 Business combination
j. IFRS 8 Segment reporting
k. IAS 8 Accounting policies, changes in accounting estimates and errors
l. IAS 12 Income taxes
m. IAS 21 The effects of changes in foreign exchange rates
n. IAS 26 Accounting and reporting by retirement benefit plans
o. IAS 31 Interests in joint ventures
p. IAS 36 Impairment of assets
q. IAS 37 Provisions, contingent liabilities and contingent assets
r. IAS 38 Intangible assets
3) IFRS/IAS yang Akan Diadopsi ke dalam PSAK pada Tahun 2010
a. IAS 7 Cash flow statements
b. IAS 20 Accounting for government grants and disclosure of government assistance
c. IAS 24 Related party disclosure
d. IAS 29 Financial reporting in hyperinflationary economies
e. IAS 33 Earning per share
f. IAS 34 Interim financial reporting
Indonesia harus mengadopsi standar akuntansi internasional (International
Accounting Standard/IAS) untuk memudahkan perusahaan asing yang akan menjual
saham di negara ini atau sebaliknya. Namun demikian, untuk mengadopsi standar
internasional itu bukan perkara mudah karena memerlukan pemahaman dan biaya

46
sosialisasi yang mahal. Membahas tentang IAS saat ini lembaga-lembaga yang aktif dalam
usaha harmonisasi standar akuntansi ini antara lain adalah IASC (International Accounting
Standard Committee), Perserikatan Bangsa-Bangsa dan OECD (Organization for
Economic Cooperation and Development). Beberapa pihak yang diuntungkan dengan
adanya harmonisasi ini adalah perusahaan-perusahaan multinasional, kantor akuntan
internasional, organisasi perdagangan, serta IOSCO (International Organization of
Securities Commissions).
4) Tujuan IFRS
Tujuan IFRS adalah :memastikan bahwa laporan keungan interim perusahaan untuk
periode-periode yang dimaksukan dalam laporan keuangan tahunan, mengandung
informasi berkualitas tinggi yang:
a) Transparansi bagi para pengguna dan dapat dibandingkan sepanjang peiode yang
disajikan.
b) menyediakan titik awal yang memadai untuk akuntansi yang berdasarkan pada IFRS.
c) dapat dihasilkan dengan biaya yang tidak melebihi manfaat untuk para pengguna.
5) Manfaat Dari Adanya Suatu Standard Global
a) Pasar modal menjadi global dan modal investasi dapat bergerak di seluruh dunia
tanpa hambatan berarti. Stadart pelaporan keuangan berkualitas tinggi yang
digunakan secara konsisten di seluruh dunia akan memperbaiki efisiensi alokasi lokal.
b) Investor dapat membuat keputusan yang lebih baik.
c) Perusahaan-perusahaan dapat memperbaiki proses pengambilan keputusan mengenai
merger dan akuisisi.
d) Gagasan terbaik yang timbul dari aktivitas pembuatan standard dapat disebarkan
dalam mengembangkan standard global yang berkualitas tertinggi.
Hamonisasi telah berjalan cepat dan efektif, terlihat bahwa sejumlah besar perusahaan
secara sukarela mengadopsi standard pelaporan keuangan Internasional (IFRS). Banyak
Negara yang telah mengadopsi IFRS secara keseluruhan dan menggunakan IFRS sebagai
dasar standard nasional. Hal ini dilakukan untuk menjawab permintaan investor
institusional dan pengguna laporan keuangan lainnya. Usaha-usaha standard internasional
ini dilakukan secara sukarela (Paramita, 2017).
6) Penerapan IFRS di Indonesia
a. Menurut Sri Mulyani, konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu di dukung agar
Indonesia mendapatkan pengakuan maksimal dari komunitas internasional yang sudah
lama menganut standar ini. “kalau standar itu dibutuhkan dan akan meningkatkan posisi
indonesia sebagai negara yang bisa dipercaya di dunia dengan tata kelola dan
pertanggungjawaban kepada rakyat dengan lebih baik dan konsisten, tentu itu perlu
dilakukan” ujarnya.
b. Menurut Suryanto Sebenarnya penerapan IFRS di indonesia telah di mulai secara
bertahap sejak tahun 2007, namunakan diterapkan penuh tahun 2012.
Saat standard internasional tidak berbeda dengan standard nasional, maka tidak akan
ada masalah. Yang menjadi masalah, apabila standard internasional berbeda dengan
standard nasional. Bila hal ini terjadi, maka yang didahulukan adalah standard nasional
(rujukan pertama). Banyak pro dan kontra dalam penerapan standard internasional, namun
seiring waktu Standard internasional telah bergerak maju.
Dengan pengadopsian IFRS memang diperuntukkan sebagai contoh bahwa dalam
hidup kita memang mengalami perubahan, dan perubahan ini terjadi akibat adanya
perkembangan dari segala aspek. Namun dalam mengadopsi IFRS , sayangnya masih
terdapat pihak-pihak yang mungkin menentangnya, contoh alasannya adalah pemahaman

47
yang mungkin masih dirasa kurang. Mengapa tidak, IFRS ini dalam penjelasannya masih
menggunakan bahasa Inggris yang berarti kita harus menerjemahkannya kedalam bahasa
yang sesuai dengan Negara yang akan menganutnya. Dengan ini, permasalahannya adalah
kita memerlukan banyak waktu untuk menerjemahkan. Serta anggapan bahwa dengan
pengubahan ini menimbulkan biaya yang lumayan besar, karena inilah pengadopsian IFRS
di Indonesia belum berjalan.
5. Metodologi Penelitian
5.1. Rancangan Penelitian
Berdasarkan data penelitiannya, penelitian ini termasuk penelitian kualitatif yang
menggambarkan bagaimana sejarah akuntansi keuangan dan standar akuntansi keuangan di Indonesia.
Serta bagaimana perkembangannya dalam menyesuaikan dengan standar yang berkembang didunia,
yaitu disesuaikan dengan IFRS.
5.2. Obyek Penelitian
Obyek penelitian dalam penelitian standar akuntansi keuangan dan International Financial
Reporting Standards (IFRS). Penelitian ini dilakukan untuk mengetahui sejarah akuntansi keuangan
dan standar akuntansi keuangan di Indonesia dan perkembangannya dalam menyesuaikan dengan
standar yang berkembang yaitu IFRS.
5.3. Sumber dan Jenis Data
Sumber data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data yang berasal dari sumber data
eksternal yang merupakan bagian dari standar akuntansi keuangan dan International Financial
Reporting Standards (IFRS).
Jenis data yang digunakan dalam penelitian ini adalah data sekunder dari standar akuntansi
keuangan dan International Financial Reporting Standards (IFRS). Data sekunder merupakan data
yang sudah tersedia dan dikumpulkan oleh pihak lain yang di peroleh dari data standar akuntansi
keuangan dan International Financial Reporting Standards (IFRS).
6. Pembahasan
Akuntansi di Indonesia mulai berkembang, di awal perkembangan, akuntansi di Indonesia
menganut sistem kontinental atau disebut juga dengan tata buku. Sejak tahun 1950, akuntansi mulai
berubah dan mengacu pada sistem akuntansi yang dianut Amerika yaitu General Accepted
Accounting Principles (GAAP), kemudian tahun 2008 pemerintah mencanangkan standar
internasional, yaitu IFRS sebagai standar akuntansi Indonesia yang dengan perkiraan penerapan
penuh akan terjadi tahun 2012.
Pengadopsian standar akuntansi internasional ke dalam standar akuntansi domestik bertujuan
menghasilkan laporan keuangan yang memiliki tingkat kredibilitas tinggi, persyaratan akan item –
item pengungkapan akna semakin tinggi, sehingga nilai perusahaan akan semakin tinggi pula.
Manfaat utama dalam adopsi IFRS ini yaitu memudahkan perusahaan menjual sahamnya secara
lintas negara atau lintas pasar modal, memberikan efisiensi dalam penyusunan laporan keuangan dan
dapat menambah kepercayaan investor asing terhadap laporan keuangan perusahaan – perusahaan
nasional. Membuat perubahan ke IFRS, artinya mengadopsi bahasa pealporan global, yang akan
membuat perusahaan dimengerti oleh global market (pasar dunia).
Standar Akutansi Keuangan (SAK)
Pada tahun 1994, IAI melakukan revisi total terhadap PAI dan melakukan kodifikasi dalam buku
“Standar Akuntansi Keuangan (SAK)” yang mulai berharmonisasi dengan standar akuntansi
keuangan internasional. Perubahan nama dari PAI menjadi SAK dilakukan dengan pertimbangan
bahwa prinsip lebih bersifat baku dan memberikan konsep dasar penyusunan standar sedangkan
standar bersifat lebih fleksibel dan dapat berubah sesuai dengan dinamika bisnis. Karena pergantian
nama tersebut, Komite PAI lalu juga berganti menjadi Komite SAK. Pada tahun 1998, Komite SAK

48
lalu diubah menjadi Dewan Standar Akuntansi Keuangan (DSAK) yang diberikan otonomi untuk
menyusun dan mengesahkan SAK.
Konvergensi SAK
Sebagai tindak lanjut dari salah satu butir kesepakatan Anggota G-20 pada tahun 2009, IAI telah
mencanangkan dilaksanakannya program konvergensi SAK ke International Financial Reporting
Standards (IFRS Standards) secara bertahap dengan dukungan dari regulator seperti Otoritas Jasa
Keuangan (d/h Bapepam-LK), Bank Indonesia, Kementerian Negara BUMN, Direktorat Jenderal
Pajak, dan regulator lainnya. Dampak program konvergensi ini meyebabkan SAK menjadi bersifat
principle-based, banyak menggunakan dasar pengukuran nilai wajar, memerlukan professional
judgement, serta pengungkapan dalam laporan keuangan. Dampak lain dari program kovergensi ini
adalah dicabutnya beberapa PSAK yang khusu untuk industri tertentu karena pengaturan tersebut
sudah diatur secara umum dalam SAK yang mengacu ke IFRS Standards.
Konvergensi Tahap Pertama
Konvergensi tahap pertama dilakukan pada tahun 2012 dimana pada umumnya SAK per 1 Juni
2012 telah mengacu pada IFRS Standards per 1 Januari 2009. SAK per 1 Juni 2012 terdiri dari
Pernyataan Standards Akuntansi Keuangan (PSAK), Interpretasi Standar Akuntansi Keuangan
(ISAK), dan Pernyataan Pencabutan Standar Akuntansi Keuangan (PPSAK) yang telah disahkan
termasuk yang sudah berlaku efektif per tahun 2012 maupun yang belum berlaku efektif per tahun
2012. SAK per 1 Juni 2012 juga dilengkapi dengan Buletin Teknis (Bultek) yang merupakan salah
satu produk yang diterbitkan DSAK IAI namun bukan merupakan bagian dari standar.
Konvergensi Tahap Kedua
Dalam rangka mengikuti perkembangan standar akuntansi global yang sangat progresif,
konvergensi tahap kedua terus dilakukan pada tahun 2013 dan 2014. Efektif per 1 Januari 2015, SAK
yang berlaku di Indonesia secara garis besar telah berkonvergen dengan IFRS Standards yang berlaku
efektif per 1 Januari 2014. SAK efktif per 1 Januari 2015 terdiri dari produk berbasis IFRS Standards
seperti PSAK dan ISAK baru, revisi, amandemen, dan telah melakukan proses penyesuaian. SAK
efektif per 1 Januari 2015 juga dilengkapi PPSAK dan produk non-IFRS Standards seperti PSAK 28:
Akuntansi Kontrak Asuransi Kerugian, PSAK 36: Akuntansi Kontrak Asuransi Jiwa, PSAK 38:
Kombinasi Bisnis Entitas Sepengendali, PSAK 45:Pelaporan Keuangan Entitas Nirlaba, dan ISAK 25:
Hak Atas Tanah.
SAK efektif per 1 Januari 2017 menambahkan PSAK/ISAK baru yang terdiri dari PSAK 70:
Akuntansi Aset dan Liabilitas Pengampunan Pajak, ISAK 30: Pungutan, dan ISAK 31: Interpretasi
Atas Ruang Lingkup PSAK 13: Properti Investasi. Selain itu, SAK per 1 Januari 2017 juga
menambahkan beberapa PSAK yang telah mengalami amandemen dan penyesuaian tahunan.
7. Kesimpulan
Konvergensi akuntansi Indonesia ke IFRS perlu didukung agar Indonesia mendapatkan
pengakuan maksimal dari komunitas internasional, sehingga Indonesia dapat ditingkatkan posisinya
sebagai negara yang dapat dipercaya didunia dengan tata kelola dan pertanggungjawaban kepada
rakyat dengan lebih baik dan konsisten, sesuai dengan standar internasional. Indonesia akan
mendapatkan manfaat dengan mengadopsi IFRS yaitu dari mengingkatnya kredibilitas pasar modal
Indonesia dimata investor global, meluasnya pasar investasi lintas batas negara dan meningkatkan
efisiensi alokasi modal.
Teknologi informasi yang berkembang pesat telah mengubah lingkungan pelaporan keuangan,
membawa jutaan investor kelantai pasar modal diseluruh penjuru dunia. Konvergensi IFRS kedalam
PSAK akan berdampak besar bagi dunia usaha, terutama sis pengambilan kebijakan perusahaan yang
didasarkan pada data – data akuntansi. Jadi pengimplementasian IFRS ini sangat dibutuhkan dan
menguntungkan bagi perusahaan – perusahaan di Indonesia.

49
Daftar Pustaka
Gamayuni, Rindu Rika. 2009. Perkembangan Standar Akuntansi Keuangan Indonesia Menuju International
Financial Reporting Standards. Jurnal Akuntansi dan Keuangan, Vol 14 No. 2. Juli.
Kartikahadi, Hans. dkk. 2012. Akuntansi Keuangan berdasarkan SAK berbasis IFRS. Jakarta: Salemba Empat.
Martani, Dwi. dkk. 2016. Akuntansi Keuangan Menengah Berbasis PSAK: Edisi 2-Buku 1. Jakarta: Salemba
Empat
Petreski, Marjan. 2005. “The Impact of International Accounting Standards on Firms”.
Paramita, R. W. D. (2017). Refleksi Perataan Laba terhadap Respon Pasar. Journal of Research and
Applications: Accounting and Management, 2(2), 129–134.

50

Anda mungkin juga menyukai