keandalan informasi
perusahaan berbadan hukum perseroan terbatas yang bersifat terbuka (PT. terbuka),
saham perusahaan dijual kepada masyarakat umum melalui pasar modal. Pemegang
saham sebagai pemilik perusahaan terpisah dari manajemen perusahaannya.
Pemakai
Pembuat Asersi
Informasi
Menyajikan (4)
Mengaudit
(melakukan Laporan Keuangan
atestasi) Auditan
(2)
Auditor
Independen
ketentuan dan pedoman utama yang harus diterapkan oleh akuntan publik
dalam melaksanakan audit nantinya
Standar Umum
Standar Pelaporan
bersifat pribadi dan berkaitan
Standar Umum dengan persyaratan auditor dan
mutu pekerjaannya
Standar Umum
1. Audit harus dilaksanakan oleh seorang atau lebih yang memiliki
keahlian dan pelatihan teknis yang cukup sebagai auditor.
2. Dalam semua hal yang berhubungan dengan perikatan, independensi
dalam sikap mental harus dipertahankan oleh auditor.
3. Dalam pelaksanaan audit dan penyusunan laporannya, auditor wajib
menggunakan kemahiran profesionalnya dengan cermat dan saksama.
Standar umum pertama menegaskan bahwa betapa pun tingginya
kemampuan seseorang dalam bidang-bidang lain, termasuk dalam bidang
bisnis dan keuangan, la tidak dapat memenuhi persyaratan yang dimaksudkan
dalam standar auditing ini, jika tidak memiliki pendidikan serta pengalaman
memadai dalam bidang auditing. Pendidikan formal auditor independen dan
pengalaman profesionalnya saling melengkapi satu sama lain.
3. Independent in Mind
Standar pekerjaan lapangan berkaitan dengan pelaksanaan pemeriksaan akuntan di lapangan (audit field
work), mulai dari perencanaan audit dan supervisi, pemahaman dan evaluasi pengendalian intern,
pengumpulan bukti-bukti audit melalui compliance test, substantive test, analytical review, sampai
selesainya audit field work
Standar ini menjelaskan mengenai unsur-unsur pengendalian intern dan bagaimana cara auditor
mempetimbangkan pengendalian intern tersebut dalam merencanakan dan melaksanakan suatu audit.
Standar pekerjaan lapangan ketiga berbunyi:
"Bukti audit kompeten yang cukup harus diperoleh melalui inspeksi, pengamatan,
pengajuan pertanyaan, dan konfirmasi sebagai dasar memadai untuk menyatakan pendapat
atas laporan keuangan yang diaudit".
Standar ini menjelaskan mengenal cara-cara yang harus dilakukan oleh auditor dalam
mengumpulkan bahan bukti yang cukup dan kompeten untuk mendukung pendapat
yang harus diberikan auditor terhadap kewajaran laporan keuangan yang diauditnya.
Standar Pelaporan
Istilah standar akuntansi yang berlaku umum di Indonesia yang digunakan dalam standar
pelaporan pertama dimaksudkan meliputi tidak hanya prinsip dan praktik akuntansi, tetapi juga
metode penerapannya. Standar pelaporan pertama tidak mengharuskan auditor untuk
menyatakan tentang fakta, namun standar tersebut mengharuskan auditor untuk menyatakan
suatu pendapat mengenai apakah laporan keuangan telah disajikan sesuai dengan standar
akuntansi tersebut.
Standar pelaporan kedua
Tujuan standar konsistensi adalah untuk memberikan jaminan bahwa jika daya banding laporan
keuangan di antara dua periode dipengaruhi secara material oleh perubahan standar akuntansi,
auditor akan mengungkapkan perubahan tersebut dalam laporannya. Juga dinyatakan secara tersirat
dalam tujuan standar tersebut bahwa standar akuntansi tersebut telah diamati konsistensi
penerapannya dalam setiap periode akuntansi yang bersangkutan. Standar tersebut secara tersirat
mengandung arti bahwa auditor puas bahwa daya banding laporan keuangan di antara dua periode
akuntansi tidak dipengaruhi secara material oleh perubahan standar akuntansi dan bahwa standar
akuntansi tersebut telah diterapkan secara konsisten di antara dua atau lebih periode akuntansi
Standar pelaporan keempat berbunyi:
“Laporan auditor harus memuat suatu pemyataan pendapat mengenai laporan keuangan
secara keseluruhan atau suatu asersi bahwa pernyataan demikian lidak dapat diberikan.
Jika pendapat secara keseluruhan tidak dapat diberikan, maka alasannya harus
dinyatakan. Dalam hal nama auditor dikaitkan dengan laporan keuangan, maka laporan
auditor harus memuat petunjuk yang jelas mengenai sifat pekerjaan audit yang
dilaksanakan, jika ada, dan tingkat tanggung jawab yang dipikul oleh auditor”.
JENIS-JENIS AUDITOR
1. Auditor Independen
Auditor pemerintah adalah auditor profesional yang bekerja di instansi pemerintah yang
tugas pokoknya melakukan audit atas pertanggungjawaban keuangan yang disajikan oleh
unit-unit organisasi atau entitas pemerintahan atau pertanggungjawaban keuangan yang
ditujukan kepada pemerintah.
Auditor intern adalah auditor yang bekerja dalam perusahaan (perusahaan negara
maupun perusahaan swasta) yang tugas pokoknya adalah menentukan apakah
kebijakan dan prosedur yang ditetapkan oleh manajemen puncak telah dipatuhi,
menentukan baik atau tidaknya penjagaan terhadap kekayaan organisasi, menentukan
efisiensi dan efektivitas prosedur kegiatan organisasi, serta menentukan keandalan
informasi yang dihasilkan oleh berbagai bagian organisasi.
OPINI AUDIT
Jika auditor telah melaksanakan pemeriksaan sesuai dengan standar auditing yang
ditentukan oleh Ikatan Akuntan Indonesia, seperti yang terdapat dalam standar
profesional akuntan publik, dan telah mengumpulkan bahan-bahan pembuktian
cukup untuk mendukung opininya, serta tidak menemukan adanya kesalahan
material atas penyimpangan dari SAK/ETAP/IFRS, maka auditor dapat memberikan
pendapat wajar tanpa pengecualian.
Pendapat ini diberikan jika terdapat keadaan tertentu yang mengharuskan auditor
menambahkan paragraf penjelasan (atau bahasa penjelasan lain) dalam laporan audit,
meskipun tidak mempengaruhi pendapat wajar tanpa pengecualian yang dinyatakan
oleh auditor.
Keadaan tersebut meliputi:
1. Pendapat wajar sebagian didasarkan atas laporan auditor independen lain.
2. Informasi lain dalam suatu dokumen yang berisi laporan keuangan yang diaudit secara material tidak konsisten
dengan informasi yang disajikan dalam laporan keuangan.
3. Data keuangan kuartalan tertentu yang diharuskan oleh Otoritas Jasa Keuangan (OJK) namun tidak disajikan
atau tidak di-review
4. Di antara dua periode akuntansi terdapat suatu perubahan material dalam penggunaan standar akuntansi atau
dalam metode penerapannya.
Pendapat Wajar dengan
Pengecualian
Pendapat wajar dengan pengecualian menyatakan bahwa laporan keuangan menyajikan secara
wajar, dalam semua hal yang material, posisi keuangan, hasil usaha, perubahan ekuitas dan arus
kas sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS, kecuali untuk dampak hal yang berkaitan dengan yang
dikecualikan. Pendapat ini dinyatakan bilamana:
1. Ketiadaan bukti kompeten yang cukup atau adanya pembatasan terhadap lingkup audit yang mengakibatkan auditor
berkesimpulan bahwa ia tidak dapat menyatakan pendapat wajar tanpa pengecualian dan ia berkesimpulan tidak
menyatakan tidak memberikan pendapat.
2. Auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa laporan keuangan berisi penyimpangan dari SAK/ETAP/IFRS, yang
berdampak material, dan ia berkesimpulan untuk tidak menyatakan pendapat tidak wajar.
3. Jika auditor menyatakan pendapat wajar dengan pengecualian, ia harus menjelaskan semua alasan yang menguatkan
dalam satu atau lebih paragraf terpisah yang dicantumkan sebelum paragrat pendapat. la harus juga mencantumkan
bahasa pengecualian yang sesuai dan menunjuk ke paragraf penjelasan di dalam paragraf pendapat.
Pendapat Tidak Wajar
(Adverse opinion)
laporan keuangan tidak menyajikan secara wajar posisi keuangan, hasil usaha, perubahan
ekuitas dan arus kas sesuai dengan SAK/ ETAP/IFRS. Pendapat ini dinyatakan bila, menurut
pertimbangan auditor, laporan keuangan secara keseluruhan tidak disajikan secara wajar
sesuai dengan SAK/ETAP/IFRS. Apabila auditor menyatakan pendapat tidak wajar, ia harus
menjelaskan dalam paragraf terpisah sebelum paragraf pendapat dalam laporannya :
auditor yakin, atas dasar auditnya, bahwa terdapat penyimpangan material dari SAK/ETAP/IFRS. Jika
pemyataan tidak memberikan pendapat disebabkan pembatasan lingkup audit, auditor harus
menunjukkan dalam paragraf terpisah semua alasan substantif yang mendukung pemyataannya tersebut.
la harus menyatakan bahwa lingkup auditnya tidak memadai untuk menyatakan pendapat atas laporan
keuangan.
Judul
Laporan auditor harus memiliki sebuah judul yang mengindikasikan secara jelas bahwa
laporan tersebut adalah laporan auditor independen.
Pihak yang dituju
Laporan auditor harus ditujukan kepada pihak sebagaimana yang diharuskan menurut
ketentuan perikatan.
Paragraf pendahuluan
Paragraf pendahuluan dalam laporan auditor harus:
1. Mengidentifikasi entitas yang laporan keuangannya diaudit;
2. Menyatakan bahwa laporan keuangan telah diaudit;
3. Mengidentifikasi judul setiap laporan yang menjadi bagian dari laporan keuangan;
4. Merujuk pada ikhtisar kebijakan akuntansi signifikan dan informasi penjelasan
lainnya; dan
5. Menyebutkan tanggal atau periode yang dicakup oleh setiap laporan yang menjadi
bagian dari laporan keuangan.
Opini auditor
Laporan auditor harus mencakup suatu bagian dengan judul "Opini".
Ketika menyatakan suatu opini tanpa modifikasian atas laporan keuangan yang disusun
berdasarkan suatu kerangka penyajian wajar, laporan auditor harus menggunakan frasa di
bawah ini:
Laporan keuangan menyajikan secara wajar, dalam semua hal yang material,.. sesuai
dengan Standar Akuntansi keuangan di Indonesia.
Tanggung jawab pelaporan lainnya
Jika auditor menyatakan tanggung jawab pelaporan lainnya dalam laporan auditor atas
laporan keuangan yang merupakan tambahan terhadap tanggung jawab auditor
berdasarkan SA untuk melaporkan laporan keuangan, maka tanggung jawab pelaporan
lain tersebut harus dinyatakan dalam suatu bagian terpisah dalam laporan auditor yang
diberi judul "Pelaporan Lain atas Ketentuan Hukum dan Regulasi," atau judul lain yang
dianggap tepat menurut isi bagian ini.
Alamat auditor
Thank You