ASET &
KEWAJIBAN
1.1 Pengertian Aset
(Aset adalah manfaat ekonomik masa datang yang cukup pasti diperoleh
atau dikuasasi/dikendalikan oleh suatu entitas sebagai akibat transaksi
atau kejadian masa lalu.)
Definisi FASB dan AASB lebih luas dibanding definisi lain dalam hal
entitas yang dicakupi. Dengan menyatakan a particular entity dan reporting
entity bukannya enterprise sebagai pengendali aset, FASB dan AASB tidak
membatasi pengertian aset hanya berlaku untuk organisasi bisnis tetapi juga
untuk organisasi bisnis tetapi juga untuk organisasi nonbisnis. Kata enterprise
yang digunakan oleh IASC dan APB memberi kesan bahwa aset didefinisi
dalam konteks organisasi bisnis.
a. Manfaat Ekonomik
Uang atau kas mempunyai manfaat atau potensi jasa karena apa
yang dapat dia beli atau karena daya tukarnya. Dengan kata lain, potensi
jasa kas dapat ditukarkan dengan potensi jasa apapun yang diperlukan
kesatuan usaha untuk melaksanakan kegiatan ekonomiknya. Kemampuan
ini disebut dengan daya beli atas sumber ekonomik (command over
resources). Daya beli uang menjadi pengukur manfaat ekonomik masa
datang.
(a) Apakah suatu pos yang dikuasai oleh suatu kesatuan usaha pada
mulanya mengandung manfaat ekonomik masa datang.
(b) Apakah semua atau sebagian manfaat ekonomik tersebut masih tetap
ada pada saat penilaian.
Untuk dapat disebut sebagai aset, suatu objek atau pos tidak harus
dimiliki oleh entitas tetapi cukup dikuasai oleh entitas. Pemilikian
(ownership) mempunyai makna yuridis atau legal. Artinya, untuk memiliki
suatu objek diperlukan proses yang disebut transfer hak milik (transfer of
title). Bila pemilikan menjadi kriteria aset, akan banyak pos yang tidak
masuk sebagai aset sehingga tidak dapat dilaporkan dalam neraca. Dengan
kata lain, pemilikan sebagai kriteria akan menyebabkan banyak pos
dilaporkan diluar neraca.
d. Karakteristik Pendukung
Melibatkan Kos
Pemrolehan aset pada umumnya melibatkan kos (pengluaran
sumber ekonomik misalnya kas) sebagai penghargaan sepakatan. Bila
kos terjadi karena pemrolehan suatu objek terjadi akibat pertukaran
atau pembelian, objek tersebut lebih kuat untuk masuk sebagai aset.
Akan tetapi, tiadanya kos tidak membatalkan suatu objek sebagai aset.
Jadi, meskipun suatu kesatuan usaha umumnya mengeluarkan atau
mengorbankan sumber ekonomik (menjadi kos), kos yang terjadi
tersebut tidak dengan sendirinya membentuk aset. Esensi aset lebih
terletak pada manfaat ekonomik masa datang daripada terjadinya kos.
Walaupun demikian, terjadinya kos merupakan hal penting untuk
mengaplikasi definisi kos karena dua hal yaitu : (1) sebagai bukti
pemrolehan suatu aset dan (2) sebagai pengukur atribut aset yang
cukup objektif.
Berwujud
Bila suatu sumber ekonomik secara fisis dapat diamati, dia
memang lebih kuat untuk disebut sebagai aset. Akan tetapi,
keterwujudan bukan kriteria untuk mendefinisi aset.
Most mengajukan tiga tes (kriteria) untuk memasukkan suatu pos ke
dalam aset tak berwujud yaitu :
(1) Apakah pos tersebut diperoleh dari suatu transaksi dengan pihak
independen? Hal ini dimaksudkan agar tidak terjadi penilaian lebih
atas aset tak berwujud.
(2) Dapatkah manfaat ekonomik masa datang diharapkan
diidentifikasi? Dapat diidentifikasi artinya dapat dikaitkan dengan
kemampuan perusahaan mendatangkan laba di masa datang. Hal
ini dimaksudkan untuk meyakinkan bahwa objek tak berwujud
memenuhi kriteria utama aset.
(3) Dapatkah kos pos tersebut dipisahkan dengan kos aset lain yang
diperoleh? Misalnya suatu kesatuan usaha membeli sebuah mesin
yang secara khusus dirancang oleh perusahaan lain melalui riset
dan pengembangan.
Tertukarkan
Untuk memenuhi syarat sebagai aset, suatu sumber ekonomik
harus dapat ditukarkan dengan sumber ekonomik lainnya. Syarat ini
diajukan dengan alasan bahwa manfaat ekonomik akan menjadi cukup
pasti dan terukur kalau suatu sumber ekonomik mempunyai daya atau
nilai tukar.
Terpisahkan
Syarat ini diajukan berkaitan dengan ketertukaran. Untuk dapat
ditukarkan suatu sumber ekonomik harus dapat dipisahkan dengan
sumber ekonomik lain atau berdiri sendiri. Syarat ini diajukan oleh
Chambers dengan alasan bahwa posisi keuangan harus ditentukan
dengan pengukuran nilai berbagai aset dan kewajiban secara
individual. Kalau syarat ini dimasukkan sebagai kriteria aset, goodwill
tidak akan memenuhi syarat untuk disebut dan diakui sebagai aset.
Berkekuatan Hukum
Penguasaan atau hak atas aset tidak harus didukung secara
yuridis formal. Klaim seperti piutang usaha tidak harus didukung oleh
dokumen yang mempunyai daya paksa secara hukum untuk memenuhi
definisi aset. Meskipun demikian, hak paksa yang melekat pada hak-
hak hukum bukan merupakan syarat mutlak untuk mengakui adanya
aset kalau suatu entitas dapat memperoleh dan menguasai manfaat
dengan cara lain.
1.2 Pengukuran
c. Pengukuran Kos
1. Batas Kegiatan
2. Jenis Penghargaan
Kos Dalam Pembelian Kredit. Dengan sistem kredit, nilai waktu uang
menjadi faktor yang sangat penting dalam mengukur kos yang
sebenarnya (true cost). kos yang sebenarnya dalam transaksi kredit
bukanlah berapa nilai kontrak yang harus dilunasi dalam beberapa kali
angsuran tetapi berapa kos yang sebenarnya pada transaksi. Dalam
transaksi kontrak pembelian dengan harga kontrak tertentu, harga
kontrak yang disepakati mungkin melebihi harga pembelian tunai. Pada
umumnya, perusahaan tidak berusaha untuk menentukan harga tunai
efektif baik dengan cara menanyakan langsung ke toko penjual barang
ataupun dengan cara mendiskun nilai kontrak dengan tarip bunga yang
berlaku. Kalau ini terjadi maka akibatnya dalah bahwa kos tercatat
terlalu tinggi. Walaupun demikian, kalau jangka waktu kontrak pendek
maka jumlah kelebihan kos adalah kecil dan tidak cukup berarti
sehingga nilai kontrak dapat dianggap sebagai jumlah rupiah tunai
sebagai dasar untuk mencatat kos.
1.3 Penilaian
c. Nilai Masukan
Kos Historis
Kos standar adalah kos yang seharusnya terjadi dalam kondisi proses
produksi tertentu yang diasumsi. Walaupun kos standar lebih banyak
diterapkan untuk tujuan internal manajemen (untuk pengendalian), kos
standar dapat dipertimbangkan sebagai pengukur aset (khususnya
sediaan barang) untuk merefleksi kos produksi dalam kondisi
perusahaan beroperasi pada tingkat efisiensi dan kapasitas normal.
Kos asli merupakan kos suatu aset bagi perusahaan yang pertama kali
menempatkannya untuk digunakan dalam layanan publik. Kos asli
dikenal dalam konteks layanan publik khususnya bila perusahaan
membeliaset bekas dari perusahaan layanan publik lain. Walaupun
bermanfaat untuk penetapan tarif layanan publik, kos asli tidak relevan
untuk tujuan penilaian aset karena tidak merefleksi penghargaan
sepakatan.
Kos Pengganti
Nilai penaksiran adalah nilai taksiran kos sekarang atau nilai sekarang
yang ditentukan dengan prosedur dan analisis sistematik oleh pihak
independen yang kompeten. Nilai penaksiran biasanya ditujukan untuk
aset tetap perusahaan yang berjalan terus guna menetapkan “nilai buku
sekarang” yaitu kos pengganti atau reproduksi sekarang dikurangi
depresiasi sampai tanggap penaksiran.
Nilai wajar secara umum berarti jumlah rupiah yang dapat diterima
untuk suatu objek dalam suatu transaksi antara pihak-pihak yang
berkehendak bebas tanpa tekanan atau keterpaksaan. Secara khusus,
nilai wajar dimaksudkan untuk menunjuk jumlah rupiah aset untuk
menentukan agar laba yang diperoleh merepresentasi tingkat kembalian
wajar (fair return) bagi investor.
Kos Harapan
d. Nilai Keluaran
Secara teoritis, penilaian atas dasar kos atau pasar yang lebih
rendah mempunyai banyak kelemahan sehingga mengundang banyak
kritik. Penilaian ini dianggap lemah secara teoretis karena alasan
berikut:
1.4 Pengakuan
Suatu jumlah rupiah atau kos diakui sebagai aset apabila jumlah
rupiah tersebut timbul akibat transaksi, kejadian, atau keadaan yang
mempengaruhi aset. Dengan mengutip Sterling, Belkaoui (1993, hlm. 194-
195) menunjukkan kondisi perlu (necessary) dan kondisi cukup (sufficient)
yang merupakan penguji (test) yang cukup rinci untuk mengakui aset yaitu:
b. Sewaguna
c. Kos bunga
Perioda Kapitalisasi
a. Bila tidak ada kos bunga yang dikapitalisasi, total bunga yang
terjadi selama perioda dan dibebankan sebagai biaya perioda
tersebut.
b. Bila sebagian kos bunga dikapitalisasi, bunga total yang terjadi
dan bagian yang dikapitalisasi.
1.5 Penyajian
a. Aset disajikan di sisi debit atau kiri dalam neraca berformat akun atau
dibagian atas dalam neraca berformat laporan.
b. Aset diklasifikasi menjadi aset lancar dan tetap.
c. Aset diurutkan penyajiannya atas dasar likuiditas atau kelancarannya, yang
paling lancar dicantumkan pada urutan pertama.
d. Kebijakan akuntansi yang berkaitan dengan pos-pos tertentu harus
diungkapkan (misalnya metoda depresiasi aset dan dasar penilaian sediaan
barang).
Kalau suatu kontrak sewaguna memuat pasal – pasal atau ketentuan –
ketentuan yang memenuhi salah satu atau lebih kriteria diatas maka sewaguna
tersebut harus diperlakukan sebagai kontrak pembelian angsuran dan
properitas yang terlibat harus dikapitalisasi.
a. Penyewa guna usaha memiliki hak opsi untuk membeli aset yang
disewagunausahakan pada akhir masa masa sewa guna usaha dengan harga
yang disetujui bersama pada saat dimulainya perjanjian sewa guna usaha.
b. Seluruh pembayaran berkala yang dilakukan oleh penyewa guna usaha
ditambah dengan nilai sisa mencakup pengembalian harga perolehan
barang modal yang disewagunakan serta bunganya,sebagai keuntungan
perusahaan sewa guna usaha
c. Masa sewa guna usaha minimum 2 tahun.
KEWAJIBAN
1. Pengertian Kewajiban
Keharusan Sekarang
Hak-Kewajiban Takbersyarat
Karakteristik Pendukung
Pengukuran
Dasar pengukuran asset yang paling objektif adalah kos tunai atau kos
tunai implicit. Karena kewajiban cerminan dari asset, pengukurannya juga
menggunakan pengukuran asset. Bila kewajiban yang timbul dalam rangka
pembelian barang dagangan, kos barang dagangan akan lebih tepat kalau
dicatat atas dasar net invoice method.
Nilai nominal atau jatuh tempo utang obligasi sering dianggap sebagai
jumlah rupiah kesepakatan pada saat penerbitan obligasi baik penerbit
maupun kreditor. Dasar pengukuran demikian sebenarnya tidak tepat. Untuk
suatu kontrak utang dengan ketentuan pembayaran bunga periodic dan
pokok pinjaman pada akhir jangka kontrak, pengukuran jumlah rupiah (kos)
utang dan asset untuk dasar pencatatan pertama kali yang tepat adalah kos
tunai implicit.
Dalam hal obligasi jangka panjang, jumlah rupiah uang yang diterima
oleh penerbit dan yang dibayarkan oleh kredito pada saat penerbitan
hanyalah merupakan bagian kecil dari jumlah rupiah total yang terlibat
dalam kontrak obligasi. Jumlah rupiah ini adalah seluruh jumlah rupiah
pembayaran pembayaran masa dating (bunga periodic dan nominal
obligasi). Pembayaran masa dating ini sebenarnya terdiri dari dua unsure
yaitu (1) nilai sekarang pembayaran bunga periodic dan nilai sekarang
nominal obligasi dan (2) bunga efektif yang terlibat dalam penentuan harga
obligasi tersebut.
Diskun Obligasi
Premium Obligasi
Penilaian
Utang Terkonversi
Pembebasan Substantif
Penyajian
a. Tiap pihak dari dua pihak yang berkontrak utang kepada yang lain
suatu jumlah rupiah tertentu
b. Pihak pelapor (reporting party) mempunyai hak mengontra jumlah
yang diutangnya dengan jumlah yang diutang pihak lain.
c. Pihak pelapor memang berniat untuk mengontra.
d. Hak mengontra terpaksakan secara hukum.