PERENCANAAN
Auditor harus merencanakan pekerjaan dan memsupervisi setiap asisten secara memadai.
Ada tiga alasan utama mengapa auditor harus merencanakan penugasan dengan tepat:
untuk memungkinkan auditor mendapatkan bukti yang tepat dan mencukupi pada situasi
yang dihadapi, untuk membantu menjaga biaya audit tetap wajar, dan untuk menghindarkan
kesalahpahaman dengan klien. Jika kantor akuntan publik ingin meminimalkan kewajiban
hukum dan mempertahankan reputasi yang baik dalam masyarakat bisnis, bukti yang tepat
yang mencukupi harus diperoleh. Agar tetap kompetitif, kantor akuntan publik harus menjaga
kewajaran biayanya. Menghindari kesalahpahaman dengan klien sangat diperlukan untuk
membina hubungan baik dengan klien dan memfasilitasi pekerjaan berkualitas tinggi dengan
biaya yang wajar. Andaikan auditor telah menginformasikan kliennya bahwa audit akan
selesai sebelum tanggal 30 Juni tetapi belum juga selesai hingga bulan Agustus karena
penjadwalan staf yang kurang baik. Klien mungkin kesal dengan kantor akuntan ini dan
bahkan dapat mengajukan tuntutan atas pelanggaran kontrak.
Gambar 1-1
Perencanaan Audit dan Perancangan Pendekatan Audit
Gambar 1-1 menyajikan delapan bagian utama dari perencanaan audit. Masing-
masing dari tujuh bagian pertama ditujukan untuk membantu auditor mengembangkan bagian
terakhir, yaitu perencanaan audit dan program audit yang efektif serta efisien secara
keseluruhan. Empat bagian pertama dari tahap perencanaan audit akan dipelajari dalam bab
ini. Empat bagian lainnya akan dipelajari secara terpisah pada bab-bab berikutnya.
Sebelum memulai pembahasan, kami akan memperkenalkan secara singkat dua istilah
risiko: risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) dan risiko inheren (inherent
risk). Kedua jenis risiko ini sangat mempengaruhi pelaksanaan dan biaya audit. Kebanyakan
perencanaan awal audit berkaitan dengan perolehan informasi untuk membantu auditor
menilai risiko tersebut.
Risiko audit yang dapat diterima (acceptable audit risk) adalah ukuran seberapa
besar auditor bersedia menerima bahwa laporan keuangan akan salah saji secara material
setelah audit diselesaikan dan pendapat wajar tanpa pengecualian telah dikeluarkan. Apabila
auditor memutuskan untuk memilih risiko audit yang dapat diterima besar bahwa laporan
keuangan tidak mengandung salah saji secara material. Risiko nol persen berarti kepastian,
dan risiko 100 persen berarti sama sekali tidak yakin.
Risiko inheren adalah ukuran penilaian auditor atas kemungkinan adanya salah saji
yang material dalam suatu saldo akun sebelum mempertimbangkan keefcktifan pengendalian
internal. Sebagai contoh, jika auditor menyimpulkan bulrwa kemungkinan besar ada salah
saji yang material dalam akun seperti piutang usaha, auditor akan menyimpulkan bahwa ada
risiko inheren yang tinggi pada akun piutang usaha tersebut.
Penilaian risiko audit yang dapat diterima dan risiko inheren adalah bagian yang
penting dari perencanaan audit, karena hal itu membantu menentukan jumlah bukti yang
harus dikumpulkan dan staf yang dibutuhkan untuk penugasan itu. Sebagai contoh, jika risiko
inheren untuk persediaan tinggi karena masalah penilaian yang rumit, lebih banyak bukti
yang harus dikumpulkan dalam audit persediaan, dan staf yang lebih berpengalaman harus
ditugaskan untuk melakukan pengujían di bidang ini.
Perencanaan audit awal (initial audit planning) melibatkan empat hal, yang semuanya
harus dilakukan lebih dulu dalam audit.
1. Auditor memutuskan apakah akan menerima klien baru atau terus melayani klien
yang ada sekarang. Penentuan ini biasanya dilakukan oleh auditor yang
berpengalaman yang berwenang mengambil keputusan penting. Auditor ingin
membuat keputusan ini lebih awal, sebelum mengeluarkan biaya yang cukup besar
yang tidak bisa ditutup kembali.
2. Auditor mengidentifikasi mengapa klien menginginkan atau membutuhkan audit.
Informasi ini akan mempengaruhi bagian dari proses perencanaan selanjutnya.
3. Untuk menghindari kesalahpahaman, auditor harus memahami syarat- syarat
penugasan yang ditetapkan klien.
4. Auditor mengembangkan strategi audit secara keseluruhan, termasuk staf dan setiap
spesialis audit yang diperlukan.
Walaupun memperoleh dan mempertahankan klien bukan hal yang mudah dalam
profesi yang kompetitif seperti akuntansi publik, kantor akuntan publik (KAP) harus berhati-
hati dalam memutuskan klien mana yang dapat diterima. Tanggung jawab hukum dan
profesional KAP adalah sedemikian rupa, sehingga klien yang kurang memiliki integritas
atau selalu memperdebatkan tentang pelaksanaan audit dan fee yang tepat dapat
menimbulkan lebih banyak masalah ketimbang manfaat yang diterima. Beberapa KAP
sekarang menolak klien yang berkecimpung dalam industri tertentu yang berisiko tinggi,
seperti perusahaan simpan pinjam, perusahaan kesehatan, serta perusahaan asuransi
kecelakaan, dan bahkan menghentikan audit atas klien dari industri tersebut. Beberapa KAP
yang lebih kecil tidak bersedia melakukan audit atas klien perusahaan publik karena risiko
litigasi atau karena biaya yang berkaitan dengan pendaftaran kantor akuntan itu ke PCAOB.
Auditor tidak akan menerima klien baru atau terus melayani klien yang ada jika risiko yang
berkaitan dengan klien tersebut lebih besar dari risiko yang bersedia diterima kantor tersebut.
Investagasi atas Klien Baru- Sebelum menerima klien baru, kebanyakan kantor akuntan
publik akan menyelidiki perusahaan tersebut untuk menentukan akseptabilitasnya. Kantor itu
melakukannya dengan memeriksa, sejauh mungkin prospektif klien ini dalam komunitas
bisnis, stabilitas keuangannya, dan hubungannya dengan kantor akuntan publik sebelumnya.
Sebagai contoh, banyak KAP sangat berhati-hati dalam menerima klien baru dari bisnis yang
baru terbentuk dan berkembang cepat. Banyak dari bisnis-bisnis tersebut mengalami masalah
keuangan dan membuat KAP akan menghadapi kewajiban potensial yang signifikan. KAP
juga harus menentukan bahwa klien itu memiliki kompetensi, seperti pengetahuan industri,
untuk menerima penugasan dan bahwa kantor itu dapat memenuhi semua persyaratan
independensi.
Untuk calon klien yang sebelumnya telah diaudit oleh KAP lain, auditor yang baru
(auditor penerus) diharuskan oleh standar auditing untuk berkomunikasi dengan auditor
pendahulu. Tujuan persyaratan ini adalah untuk membantu auditor penerus mengevaluasi
apakah ia akan menerima penugasan tersebut. Sebagai contoh, komunikasi ini dapat
menginformasikan kepada auditor penerus bahwa klien kurang memiliki integritas atau ada
perselisihan tentang prinsip-prinsip akuntansi, prosedur audit, atau fee.
Beban untuk memulai komunikasi ini ditanggung oleh auditor penerus, tetapi auditor
pendahulu diwajibkan untuk merespons permintaan akan informasi. Akan tetapi, persyaratan
kerahasiaan dalam Kode Perilaku Profesional mewajibkan bahwa auditor pendahulu harus
memperoleh izin dari klien sebelum komunikasi dapat dilaksanakan. Dalam peristiwa tidak
biasa seperti masalah hukum atau persengketaan antara klien dengan auditor pendahulu,
respons auditor pendahulu dapat terbatas pada pernyataan bahwa tidak ada informasi yang
akan diberikan. Jika klien tidak mengizinkan komunikasi atau auditor pendahulu tidak akan
memberikan respons yang kompetitif, auditor penerus dapat mempertimbangkan secara serius
keinginannya untuk menerima penugasan prospektif, tanpa memperhitungkan investigasi
lainnya.
Meskipun calon klien telah diaudit oleh KAP lain, auditor penerus dapat melakukan
investigasi lainnya dengan mengumpulkan informasi dari pengacara lokal, KAP lain, bank,
dan perusahaan lainnya. Dalam beberapa kasus, auditor bahkan dapat menyewa investigator
profesional untuk memperoleh informasi mengenai reputasi dan latar belakang anggota kunci
manajemen. Investigasi yang ekstensif semacam ini perlu dilakukan apabila tidak ada auditor
pendahulu, apabila auditor pendahulu tidak akan menyediakan informasi yang diperlukan,
atau jika terdapat beberapa indikasi timbulnya masalah yang berasal dari komunikasi.
Klien yang Berlanjut- Setiap tahun banyak kantor akuntan publik mengevaluasi klien-klien
yang ada saat ini guna menentukan apakah ada alasan untuk menghentikan audit. Konflik
yang terjadi sebelumnya menyangkut ruang lingkup audit yang tepat, jenis pendapat yang
akan diberikan, fee yang belum dibayar, atau hal-hal lain dapat menyebabkan auditor
menghentikan kerja samanya. Auditor dapat juga mengundurkan diri setelah menentukan
bahwa klien tidak mempunyai integritas.
Meskipun tidak ada kondisi yang telah dibahas sebelumnya, kantor akuntan publik
dapat memutuskan untuk menolak meneruskan audit karena risikonya sangat tinggi. Sebagai
contoh, kantor akuntan publik dapat memutuskan bahwa ada risiko yang cukup besar
menyangkut konflik peraturan antara lembaga pemerintah dengan salah satu kliennya, yang
dapat mengakibatkan terjadinya kegagalan keuangan di pihak klien dan akhirnya akan
menimbulkan gugatan hukum terhadap kantor akuntan tersebut. Meskipun penugasan audit
ini menguntungkan, risiko jangka panjangnya mungkin melebihi manfaat jangka pendek dari
pelaksanaan audit itu.
Penyelidikan atas klien baru dan pengevaluasian kembali klien yang ada merupakan
bagian yang penting dalam memutuskan risiko audit yang dapat diterima. Sebagai contoh,
anggaplah calon klien berkecimpung dalam industri yang cukup berisiko, yang
manajemennya memiliki reputasi dalam hal integritas, tetapi juga dikenal sebagai pihak yang
bersedia menerima risiko keuangan yang agresif. Jika kantor akuntan memutuskan bahwa
risiko audit yang dapat diterima sangat rendah, kantor itu dapat memilih untuk tidak
menerima penugasan tersebut. Jika kantor akuntan publik menyimpulkan bahwa risiko audit
yang dapat diterima rendah tetapi klien tersebut masih dapat diterima, kantor akuntan dapat
menerima penugasan itu tetapi mengusulkan kenaikan fee audit kepada klien. Audit dengan
risiko audit yang dapat diterima yang rendah umumnya akan mengakibatkan biaya audit yang
lebih tinggi, yang akan tercermin pada fee audit yang lebih tinggi.
Faktor utama yang mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima adalah pemakai
laporan keuangan yang mungkin dan maksudnya menggunakan laporan tersebut. Auditor
mungkin akan mengumpulkan lebih banyak bukti audit apabila laporan keuangan digunakan
secara ekstensif, seperti yang sering terjadi pada perusahaan terbuka, yang memiliki utang
yang besar, dan perusahaan yang akan dijual dalam waktu dekat. Penggunaan laporan
keuangan yang paling mungkin dapat ditentukan dari pengalaman sebelumnya dengan klien
serta diskusi dengan manajemen. Selama penugasan, auditor dapat memperoleh informasi
tambahan tentang mengapa klien memerlukan audit serta kemungkinan penggunaan laporan
keuangan. Informasi ini dapat mempengaruhi risiko audit yang dapat diterima auditor.
Memahami Klien
Pemahaman yang jernih tentang syarat-syarat penugasan harus dimiliki oleh klien dan
kantor akuntan publik. Standar auditing mensyaratkan bahwa auditor harus
mendokumentasikan pemahamannya dengan klien dalam surat penugasan (engagement
letter), termasuk tujuan penugasan, tanggung jawab auditor dan manajemen, identifikasi
kerangka kerja pelaporan keuangan yang digunakan oleh manajemen, referensi ke bentuk dan
isi laporan audit yang diharapkan, serta batasan-batasan penugasan. Untuk perusahaan publik,
komite audit bertanggung jawab atas perekrutan auditor seperti yang disyaratkan oleh
Sarbanes-Oxley Act. Surat penugasan biasanya ditandatangani oleh manajemen perusahaan
swasta. Suatu contoh surat penugasan untuk audit atas perusahaan swasta disajikan dalam
Gambar 1-2.
Surat penugasan juga dapat mencakup perjanjian untuk memberikan jasa-jasa lain
seperti SPT pajak atau konsultasi manajemen yang diizinkan menurut Kode Perilaku
Profesional dan persyaratan regulatori. Surat penugasan itu juga harus menyatakan setiap
pembatasan yang diberlakukan pada pekerjaan auditor, batas waktu penyelesaian audit,
bantuan yang akan diberikan oleh karyawan klien dalam mencari catatan dan dokumen, serta
skedul yang akan disiapkan auditor. Surat ini sering kali memuat perjanjian tentang fee. Surat
penugasan juga bertujuan menginformasikan klien bahwa auditor tidak dapat menjamin
semua tindakan kecurangan akan ditemukan.
Informasi pada surat penugasan merupakan hal yang penting dalam me- rencanakan
audit, terutama karena hal itu mempengaruhi waktu pengujian serta jumlah waktu untuk
melaksanakan audit serta jasa-jasa lainnya. Sebagai contoh, jika batas waktu untuk
menyerahkan laporan audit tidak lama setelah tanggal neraca, sebagian besar audit harus
dilaksanakan sebelum akhir tahun. Jika timbul situasi yang tidak diharapkan atau jika bantuan
dari klien tidak tersedia, harus dibuat perjanjian untuk memperpanjang waktu penugasan.
Pembatasan yang diberlakukan klien pada audit dapat mempengaruhi prosedur yang
dilaksanakan dan mungkin sampai pada jenis pendapat audit yang dikeluarkan.
Setelah memahami alasan klien untuk melakukan audit, auditor harus me-
ngembangkan dan mendokumentasikan strategi audit pendahuluan, yang menetapkan
lingkup, penetapan waktu, dan arah audit serta memandu pengembangan rencana audit.
Strategi ini harus mempertimbangkan sifat bisnis dan industri klien, termasuk bidang-bidang
di mana terdapat risiko salah saji yang signifikan yang lebih besar. Auditor juga harus
mempertimbangkan faktor-faktor lainnya, seperti jumlah lokasi klien dan keefektifan
pengendalian klien di masa lalu, dalam mengembangkan pendekatan audit pendahuluan.
Strategi yang terencana akan membantu auditor menentukan sumber daya yang diperlukan
dalam penugasan itu, termasuk penyusunan staf penugasan.
Memilih Staf untuk Melakukan Penugasan - Auditor harus menempatkan staf yang tepat
pada penugasan agar sesuai dengan standar auditing dan untuk meningkatkan efisiensi audit.
Salah satu prinsip dasar dalam standar auditing adalah bahwa:
Auditor bertanggung jawab untuk memiliki kompetensi dan kemampuan yang memadai
demi melaksanakan audit.
Karena itu, setiap staf yang ditugaskan harus mengingat persyaratan tersebut di
samping harus mempunyai pengetahuan tentang industri klien. Dalam penugasan audit yang
lebih besar, mungkin diperlukan satu atau lebih partner dan staf yang memiliki berbagai
tingkatan pengalaman. Para spesialis dalam bidang teknis seperti sampling statistik dan
penilaian risiko komputer juga dapat ditugaskan. Pada audit yang lebih kecil, mungkin hanya
diperlukan satu atau dua anggota staf.
Pertimbangan utama dalam penentuan staf adalah kebutuhan akan kontinuitas dari
tahun ke tahun. Kontinuitas dapat membantu kantor akuntan publik mempertahankan
pemahamannya atas persyaratan teknis serta hubungan antar pribadi yang lebih dekat dengan
personil klien. Seorang asisten staf yang belum berpengalaman mungkin akan menjadi staf
nonpartner yang paling berpengalaman pada penugasan dalam beberapa tahun lagi.
Auditor harus memiliki pemahaman yang memadai atas bisnis klien untuk
mengetahui apakah spesialis memang diperlukan. Auditor perlu mengevaluasi kualifikasi
profesional spesialis itu dan memahami tujuan serta ruang lingkup pekerjaannya. Auditor
juga harus mempertimbangkan hubungan spesialis tersebut dengan klien, termasuk situasi
yang mungkin mengganggu objektivitasnya. Penggunaan spesialis tidak akan mempengaruhi
tanggung jawab auditor untuk melaksanakan audit, laporan audit tidak boleh mengacu pada
pekerjaan spesialis kecuali laporan spesialis mengakibatkan perlunya modifikasi atas laporan
audit.
Pemahaman yang menyeluruh atas bisnis dan industri klien serta pengetahuan tentang
operasi perusahaan sangat penting bagi auditor untuk melaksanakan audit yang memadai.
Prinsip-prinsip dasar lain dalam standar auditing menyatakan:
Auditor mengidentifikasi dan menilai risiko salah saji yang material, apakah karena
kecurangan atau kesalahan, berdasarkan pemahaman tentang entitas dan lingkungannya,
termasuk pengendalian internal entitas.
Sifat bisnis dan industri klien mempengaruhi risiko bisnis klien serta risiko salah saji
yang material dalam laporan keuangan. (Risiko bisnis klien adalah risiko bahwa klien akan
gagal memenuhi tujuannya. Hal ini akan dibahas lebih lanjut dalam bab ini). Dalam tahun-
tahun terakhir ini, beberapa faktor telah meningkatkan arti penting dari pemahaman atas
bisnis dan industri klien:
Penurunan yang signifikan pada kondisi ekonomi baru-baru ini di seluruh dunia
mungkin akan meningkatkan secara signifikan risiko bisnis klien. Auditor harus
memahami sifat bisnis klien untuk mengetahui dampak dari kemerosotan ekonomi
yang parah terhadap laporan keuangan klien dan kemampuan untuk terus going
concern.
Teknologi informasi yang menghubungkan perusahaan klien dan pemasok utama.
Akibatnya, auditor memerlukan pengetahuan yang lebih mendalam tentang
pelanggan dan pemasok utama itu serta risiko yang berkaitan.
Klien telah memperluas operasinya secara global, yang sering kali melalui joini
venture atau aliansi strategis. Teknologi informasi mempengaruhi proses internal
klien, yang meningkatkan mutu dan ketepatan waktu informasi akuntansi.
Semakin pentingnya modal manusia dan aset tidak berwujud lainnya telah
meningkatkan kerumitan akuntansi serta pentingnya penilaian dan estimasi
manajemen.
Banyak klien yang mungkin telah berinvestasi dalam instrumen keuangan yang
kompleks, seperti obligasi utang yang dijadikan jaminan atau sekuritas dengan
jaminan hipotek, yang mungkin telah menurun nilainya, memerlukan perlakuan
akuntansi yang rumit, dan sering kali melibatkan pihak tak-dikenal yang dapat
menimbulkan risiko keuangan yang tidak diharapkan oleh klien.
Banyak kasus litigasi yang melibatkan auditor timbul akibat kegagalan auditor
untuk memahami sepenuhnya sifat transaksi dalam industri klien, seperti apa yang terjadi
pada kasus Enron. Auditor juga harus memahami lingkungan eksternal klien, termasuk
hal-hal seperti volatilitas kondisi ekonomi, tingkat persaingan, dan persyaratan regulatori.
Sebagai contoh, auditor perusahaan utilitas memerlukan lebih dari sekadar pemahaman
atas persyaratan akuntansi yang unik dalam industri ini. Mereka juga harus mengetahui
bagaimana deregulasi terbaru dalam industri ini telah meningkatkan persaingan dan
bagaimana fluktuasi harga energi mempengaruhi operasi perusahaan. Untuk
mengembangkan rencana audit yang efektif, auditor pada semua perusahaan harus
mempunyai keahlian untuk menilai risiko lingkungan eksternal.
Gambar 1-2
Pemahaman Sistem Strategis atas Bisnis dan Industri Klien
Tata kelola perusahaan meliputi struktur organisasi klien, serta aktivitas dewan
direksi dan komite audit. Dewan direksi yang efektif dapat membantu memastikan bahwa
perusahaan hanya mengambil risiko yang tepat, sedangkan komite audit, yang
mengawasi pelaporan keuangan, dapat mengurangi kemungkinan akuntansi yang terlalu
agresif. Untuk memahami sistem tata kelola klien, auditor harus memahami bagaimana
dewan dan komite audit melakukan pengawasan, termasuk mempertimbangkan kode etik
perusahaan, serta membaca notulen rapat perusahaan.
Kode Etik - Perusahaan sering mengomunikasikan standar nilai dan etika perusahaan
melalui pernyataan kebijakan serta kode perilaku. Sebagai respons atas persyaratan
dalam Sarbanes-Ozley Act, SEC mewajibkan setiap perusahaan publik untuk
mengungkapkan apakah telah menggunakan kode etik yang berlaku bagi manajemen
senior, termasuk CEO, CFO, dan pejabat akuntansi utama atau kontroler. Perusahaan
yang belum menggunakan kode tersebut harus mengungkapkan fakta ini dan
menjelaskan mengapa belum menerapkannya. SEC juga mewajibkan perusahaan untuk
segera mengungkapkan amandemen atau perubahan dan pengecualian dari kode etik itu
bagi setiap pejabat perusahaan. Auditor harus mengetahui kode etik perusahaan dan
menelaah setiap perubahan serta pengecualian dari kode perilaku yang berdampak
terhadap sistem tata kelola dan integritas serta nilai etis terkait dari manajemen senior.
Notulen Rapat Notulen rapat perusahaan (corporate minutes) - adalah catatan resmi
tentang pertemuan dewan direksi dan para pemegang saham. Notulen ini mencakup
otorisasi dan ikhtisar kunci mengenai topik-topik penting yang dibahas pada pertemuan
tersebut dan keputusan yang diambil oleh para direktur serta saham. Otorisasi umum
dalam notulen rapat ini mencakup kompensasi pemegang bagi para pejabat perusahaan,
kontrak dan perjanjian baru, akuisisi properti, pinjaman dan pembayaran dividen. Contoh
informasi lainnya yang relevan bagi audit mencakup pembahasan tentang litigasi atau
perkara hukum, penundaan penerbitan saham, atau kemungkinan merger.
Strategi adalah pendekatan yang diikuti oleh entitas untuk mencapai tujuan
organisasi. Auditor harus memahami tujuan klien yang berkaitan dengan:
Sebagai bagian dari pemahaman atas tujuan klien yang berkaitan dengan
ketaatan pada hukum dan peraturan, auditor harus menguasai syarat-syarat kontrak dan
kewajiban hukum lainnya. Ini dapat meliputi beragam pos seperti wesel jangka panjang
dan utang obligasi, opsi saham, program pensiun, kontrak dengan pemasok untuk
pengiriman perlengkapan di masa mendatang, kontrak dengan pemerintah untuk
menyelesaikan dan mengirimkan produk yang dibuat, perjanjian royalti, kontrak
perserikatan, dan lease. Sebagian besar kontrak ini merupakan kepentingan utama pada
setiap bagian audit dan, pada praktiknya, mendapat perhatian khusus selama fase yang
berbeda dari pengujian yang terinci. Sebagai contoh, provisi program pensiun akan
sangat ditekankan sebagai bagian dari audit atas kewajiban pensiun yang belum didanai.
Auditor harus mereview dan merangkum dokumen sejak awal penugasan audit untuk
memperoleh perspektif yang lebih baik atas organisasi klien dan untuk menilai risiko
inheren dengan lebih baik. Selanjutnya, dokumen-dokumen tersebut dapat ditelaah secara
lebih cermat sebagai bagian dari pengujian atas masing-masing area audit.
Ukuran dan Kinerja - Sistem pengukuran kinerja klien meliputi indikator kinerja utama
yang digunakan manajemen untuk mengukur kemajuan pencapaian tujuan. Indikator ini
melampaui angka laporan keuangan, seperti penjualan dan laba bersih, yang mencakup
ukuran yang disesuikan dengan klien dan tujuannya. Indikator kinerja utama tersebut
dapat meliputi pangsa pasar, penjualan per karyawan, pertumbuhan unit penjualan,
pengunjung ke sebuah Website yang unik, penjualan same store, dan penjualan per kaki
persegi untuk pengecer.
Risiko inheren untuk salah saji laporan keuangan bisa meningkat jika klien
telah menetapkan tujuan yang tidak wajar, atau jika sistem pengukuran kinerja
mendorong akuntansi yang agresil. Sebagai contoh, perusahaan mungkin menetapkan
tujuan untuk menjadi pemimpin pangsa pasar dari penjualan industri. Jika manajemen
dan wiraniaga mendapatkan kompensasi berdasarkan pencapaian tujuan ini, ada
peningkatan insentif untuk mencatat penjualan sebelum hasilnya diperoleh atau mencatat
penjualan untuk transaksi fiktif. Dalam situasi semacam ini, auditor mungkin akan
meningkatkan penilaian risiko inheren dan memperluas pengujian atas tujuan audit yang
berkaitan dengan keterjadian transaksi penjualan.
Pengukuran kinerja meliputi analisis rasio dan tolok ukur atau benchmarking
terhadap pesaing utama. Sebagai bagian dari pemahaman atas bisnis klien, auditor harus
melakukan analisis rasio atau mereview perhitungan klien atas rasio kinerja yang
penting. Pelaksanaan prosedur analitis pendahuluan adalah langkah keempat dalam
proses perencanaan dan akan dibahas nanti dalam bab ini.
Gambar 1-3 mengikhtisarkan hubungan antara bisnis dan industri klien, risiko
bisnis klien, dan penilaian auditor atas risiko salah saji yang material dalam laporan
keuangan. Penilaian auditor atas risiko bisnis klien mempertimbangkan industri yang
digeluti klien dan faktor eksternal Jainnya, serta strategi bisnis klien, proses, dan faktor
internal lainnya. Auditor juga mempertimbangkan pengendalian manajemen yang dapat
mengurangi risiko bisnis, seperti praktik penilaian risiko yang efektif dan tata kelola
perusahaan. Risiko lainnya setelah mempertimbangkan keefektifan pengendalian
manajemen puncak ada kalanya disebut risiko residu (residual risk). Setelah
mengevaluasi risiko bisnis klien, kemudian auditor dapat menilai risiko salah saji yang
material dalam laporan keuangan, dan kemudian menerapkan model risiko audit untuk
menentukan luas bukti audit yang tepat.
Gambar 1-3
Memahami Bisnis dan Industri Klien, Risiko Bisnis Klien, dan Risiko Salah saji yang
material
PROSEDUR ANALITIS
Prosedur analitis adalah salah satu dari delapan jenis bukti audit. Karena
meningkatnya penekanan pada prosedur analitis dalam praktik profesional, bagian ini
akan melewati prosedur analitis pendahuluan yang dibahas sebelumnya dalam bab ini
dalam rangka membahas penggunaan prosedur analitis selama audit.
Gambar 1-4 menunjukkan tujuan prosedur analitis dalam ketiga tahap itu. Kotak yang
lebih gelap menunjukkan kapan tujuan itu dapat diterapkan dalam setiap tahap. Lebih
dari satu tujuan dapat diperlihatkan. Perhatikan bagaimana prosedur analitis dilaksanakan
selama tahap perencanaan untuk keempat tujuan, sementara prosedur selama dua tahap
lainnya digunakan terutama untuk menentukan bukti audit yang tepat dan untuk
membuat kesimpulan kewajaran tentang penyajian laporan keuangan.
GAMBAR 1-4
Penetapan Waktu dan Tujuan Prosedur Analitis
Fase
(Diwajibkan)
(Diwajibkan) Tahap
Tahap
Penyelesaian
Perencamaan
Memahami industri dan
Tujuan utama
bisnis klien
Menilai going concern Tujuan sekunder Tujuan sekunder
Menunjukkan kemungkinan
Tujuan
salah saji (pengarahan Tujuan utama Tujuan utama
sekunder
perhatian)
Mengurangi pengujian yang Tujuan
Tujuan sekunder
terinci utama
Kegunaan prosedur analitis sebagai bukti audit sangat bergantung pada auditor yang
mengembangkan ekspektasi tentang berapa saldo akun atau rasio yang harus dicatat,
tanpa memperhatikan jenis prosedur analitis yang digunakan. Auditor mengembangkan
ekspektasi menyangkut saldo akun atau rasio dengan mempertimbangkan informasi dari
periode sebelumnya, tren industri, ekspektasi anggaran yang disiapkan klien, dan
informasi nonkeuangan. Biasanya auditor membandingkan saldo dan rasio klien dengan
saldo dan rasio yang diharapkan dengan menggunakan satu atau lebih jenis prosedur
analitis berikut. Dalam setiap kasus, auditor membandingkan data klien dengan:
1. Data industri.
2. Data periode sebelumnya yang serupa.
3. Hasil yang diharapkan yang ditentukan klien.
4. Hasil yang diharapkan yang ditentukan auditor.
5. Hasil yang diharapkan dengan menggunakan data nonkeuangan.
Manfaat paling penting dari perbandingan industri adalah membantu memahami bisnis
klien dan sebagai indikasi atas kemungkinan adanya kegagalan keuangan, tetapi mungkin
kurang membantu auditor dalam mengidentifikasi salah saji yang potensial. Sebagai
contoh, informasi keuangan yang dikumpulkan oleh Risk Management Association
terutama adalah jenis yang digunakan para bankir dan eksekutif kredit lainnya untuk
mengevaluasi apakah perusahaan mampu melunasi pinjamannya. Informasi yang sama
itu juga berguna bagi auditor dalam menilai kekuatan relatif dari struktur modal klien,
kapasitas pinjamannya, dan kemungkinan kegagalan keuangan.
Andaikan bahwa persentase marjin kotor sebuah perusahaan berada antara 26 dan 27
persen untuk masing-masing dari 4 tahun terakhir tetapi turun menjadi 23 pada persen
tahun berjalan. Penurunan marjin kotor ini harus diperhatikan oleh auditor jika
penurunan itu tidak diperkirakan. Penyebab penurunan ini dapat berupa perubahan
kondisi ekonomi, di samping dapat juga disebabkan oleh salah saji laporan keuangan,
seperti kesalahan cutoff penjualan atau pembelian, penjualan yang belum tercatat, lebih
saji utang usaha, atau kesalahan kalkulasi biaya persediaan. Penurunan marjin kotor
mungkin akan mengakibatkan meningkatnya bukti dalam satu atau lebih akun yang
mempengaruhi marjin kotor tersebut. Auditor harus menentukan penyebab penurunan
marjin kotor ini untuk meyakinkan bahwa laporan keuangan tidak salah saji secara
material. Berbagai prosedur analitis akan memungkinkan auditor untuk membandingkan
data klien dengan data serupa dari satu lebih periode sebelumnya.
Membandingkan Saldo Tahun Berjalan dengan Tahun Sebelumnya- Salah satu cara
termudah untuk melaksanakan pengujian ini adalah mencantumkan hasil neraca saldo
tahun lalu yang telah disesuaikan ke dalam kolom terpisah dari spreadsheet neraca saldo
tahun berjalan. Auditor dapat dengan mudah membandingkan saldo tahun berjalan
dengan tahun sebelumnya untuk memutuskan, secara dini dalam audit, apakah suatu
akun harus mendapat perhatian lebih dari biasanya karena terjadi perubahan yang
signifikan dalam saldo. Sebagai contoh, jika auditor mengamati kenaikan beban
perlengkapan yang substansial, auditor harus menentukan apakah penyebabnya adalah
kenaikan penggunaan perlengkapan. kesalahan dalam akun akibat misklasifikasi, atau
salah saji persediaan perlengkapan.
Perbandingan umum lainnya antara data klien dengan hasil yang diharapkan
terjadi ca ketika auditor menghitung saldo yang diharapkan untuk dibandingkan dengan
saldo aktual. Pada jenis prosedur analitis ini, auditor membuat estimasi tentang saldo
akun apa yang seharusnya dengan menghubungkannya ke beberapa akun neraca atau
akun laporan laba-rugi lainnya, atau membuat proyeksi berdasarkan beberapa tren
historis. Gambar 8-8 mengilustrasikan bagaimana auditor dapat melakukan perhitungan
independen terhadap beban bunga atas wesel bayar dengan mengalikan saldo akhir rata-
rata dengan suku bunga baik untuk wesel bayar jangka pendek maupun jangka panjang
sebagai pengujian substantif atas kelayakan beban bunga yang tercatat.
Perusahaan membutuhkan tingkat likuiditas yang wajar untuk membayar utangnya ketika
jatuh tempo, dan rasio dapat mengukur likuiditas. Misalnya rasio kas mungkin berguna
untuk mengevaluasi kemampuan membayar utang dengan segera, sedangkan rasio lancar
(current ratio) memerlukan konversi aset seperti persediaan dan piutang usaha menjadi
kas sebelum utang dapat dibayar. Perbedaan yang paling penting antara rasio cepat
(quick ratio) dan rasio lancar adalah pencantuman persediaan dalam aset lancar untuk
rasio lancar.
Jika sebuah perusahaan tidak memiliki kas dan item yang mirip dengan kas yang
mencukupi untuk memenuhi kewajibannya, kunci bagi kemampuan membayur utangnya
adalah waktu yang dibutuhkan perusahaan untuk mengkonversi aktiva lancar yang
kurang likuid menjadi kas. Hal ini diukur dengan rasio aktivitas likuiditas. Rasio aktivitas
untuk piutang usaha dan persediaan terutama berguna bagi auditor, yang sering kali
menggunakan tren dalam rasio perputaran piutang usaha untuk menilai kelayakan
penyisihan piutang tak tertagih. Auditor menggunakan tren dalam rasio perputaran
persediaan untuk mengidentifikasi keusangan persediaan yang potensial. Jumlah hari
rata-rata penagihan adalah cara yang berbeda untuk memandang rata-rata data perputaran
piutang usaha. Hal yang sama juga berlaku bagi rata-rata hari untuk menjual
dibandingkan dengan rata-rata perputaran persediaan.
Rasio utang terhadap ekuitas menunjukkan tingkat penggunaan utang dalam membiayai
aktivitas perusahaan. Jika rasio utang terhadap ekuitas terlalu tinggi, ini dapat
menunjukkan bahwa perusahaan telah menggunakan seluruh kapasitasnya untuk
meminjam dan tidak memiliki jaminan atas utang tambahan. Jika terlalu rendah, ini dapat
berarti bahwa leverage yang tersedia tidak digunakan untuk kepentingan pemilik.
Kemampuan membayar bunga tergantung pada kemampuan perusahaan untuk
menghasilkan arus kas yang positif dari operasi. Rasio berapa kali bunga dihasilkan (time
interest earned ratio) menunjukkan apakah perusahaan dengan leluasa melakukan
pembayaran bunga., dengan asumsi bahwa tren laba stabil.
Rasio Profitabilitas