PT Garuda Indonesia
DISUSUN OLEH:
KELOMPOK 2
Garuda Indonesia saat ini melayani lebih dari 60 destinasi di seluruh dunia dan
berbagai lokasi eksotis di Indonesia. Sebagai maskapai pembawa bendera bangsa dan
demi mempersembahkan layanan penerbangan full service terbaik, Garuda Indonesia
memberikan pelayanan terbaik melalui konsep layanan “Garuda Indonesia Experience”
pada seluruh touch point layanan penerbangannya yang mengadaptasi nuansa “Indonesian
Hospitality” dengan menghadirkan keramahtamahan dan kekayaan budaya khas Indonesia.
Garuda Indonesia Group mengoperasikan 210 armada pesawat sebagai jumlah keseluruhan
dengan rata-rata usia armada di bawah lima tahun. Adapun Garuda Indonesia sebagai
mainbrand saat ini mengoperasikan sebanyak 142 pesawat sedangkan Citilink
mengoperasikan sebanyak 68 armada.
Kasus terjadi mulai dari hasil laporan keuangan Garuda Indonesia untuk tahun buku
2018. Dalam laporan keuangan tersebut, Garuda Indonesia Group membukukan laba bersih
sebesar USD 809,85 ribu atau setara Rp 11,33 miliar (asumsi kurs Rp14.000 per dolar AS).
Angka ini melonjak tajam dibanding 2017 yang menderita rugi USD 216,5 juta. Namun
laporan keuangan tersebut menimbulkan polemik, lantaran dua komisaris Garuda Indonesia
yakni Chairal Tanjung dan Dony Oskaria (saat ini sudah tidak menjabat), menganggap
laporan keuangan 2018 Garuda Indonesia tidak sesuai dengan Pernyataan Standar
Akuntansi Keuangan (PSAK).
Kerja sama yang diteken pada 31 Oktober 2018 ini mencatatkan pendapatan yang masih
berbentuk piutang sebesar USD 239.940.000 dari Mahata. Dari jumlah itu, USD 28 juta
diantaranya merupakan bagi hasil yang seharusnya dibayarkan Mahata.
BEI selaku otoritas pasar modal kala itu masih menunggu keputusan final dari OJK terkait
sanksi yang akan diberikan kepada Garuda. Manajemen bursa saat itu telah berkoordinasi
intens dengan OJK. Namun BEI belum membeberkan lebih lanjut langkah ke depan itu dari
manajemen bursa.
Setelah perjalanan panjang, akhirnya Garuda Indonesia dikenakan sanksi dari berbagai
pihak. Selain Garuda, sanksi juga diterima oleh auditor laporan keuangan Garuda Indonesia,
yakni Akuntan Publik (AP) Kasner Sirumapea dan Kantor Akuntan Publik (KAP) Tanubrata,
Sutanto, Fahmi, Bambang & Rekan, auditor laporan keuangan PT Garuda Indonesia
(Persero) Tbk (GIAA) dan Entitas Anak Tahun Buku 2018.
Untuk Auditor, Menteri Keuangan Sri Mulyani memberikan sanksi pembekuan izin selama
12 bulan. Selain itu, OJK juga akan mengenakan sanksi kepada jajaran Direksi dan
Komisaris dari Garuda Indonesia. Mereka diharuskan patungan untuk membayar denda
Rp100 juta.
Selain itu ada dua poin sanksi lagi yang diberikan OJK. Yakni, Garuda Indonesia harus
membayar Rp100 Juta. Selain itu, masing-masing Direksi juga diharuskan membayar Rp100
juta.
Selain sanksi dari Kementerian Keuangan dan juga Otoritas Jasa Keuangan, Garuda
Indonesia juga kembali diberikan sanksi oleh Bursa Efek Indonesia. Adapun sanksi tersebut
salah satunya memberikan sanksi sebesar Rp250 juta kepada maskapai berlambang
burung Garuda itu.
1. Angkutan udara niaga berjadwal untuk penumpang, barang dan pos dalam
negeri dan luar negeri;
2. Jasa angkutan udara niaga tidak berjadwal untuk penumpang, barang dan
pos dalam negeri dan luar negeri;
3. Reparasi dan pemeliharaan pesawat udara, baik untuk keperluan sendiri
maupun untuk pihak ketiga;
4. Jasa penunjang operasional angkutan udara niaga, meliputi katering dan
ground handling baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
5. Jasa layanan sistem informasi yang berkaitan dengan industri penerbangan,
baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
6. Jasa layanan konsultasi yang berkaitan dengan industri penerbangan;
7. Jasa layanan pendidikan dan pelatihan yang berkaitan dengan industri
penerbangan, baik untuk keperluan sendiri maupun untuk pihak ketiga;
8. Jasa layanan kesehatan personil penerbangan, baik untuk keperluan sendiri
maupun untuk pihak ketiga.
Garuda Indonesia mengakui piutang dari PT Mahata Aero Teknologi (MAT) terkait pemasangan
wifi sebagai laba perusahaan yang menyebabkan laporan keuangan 2019 mengalami
keuntungan karena apabila tanpa pengakuan pendapatan ini maka perseroan akan
mengalami kerugian 244,95 juta dolar AS. Hal ini dikarenakan Manajemen PT Garuda
Indonesia menganggap memasukan piutang sebagai pendapatan tidak melanggar PSAK
23.
PSAK Nomor 23 tentang Pendapatan menyatakan bahwa “Pendapatan adalah arus masuk
bruto dari manfaat ekonomi yg timbul dari aktivitas normal entitas selama periode jika arus
masuk tersebut mengakibatkan kenaikan ekuitas yang tidak berasal dari kontribusi penanam
modal”.
1. Penjualan barang;
2. Penjualan jasa;
3. Bunga, royalti dan dividen
Apabila salah satu dari kelima syarat tersebut tidak terpenuhi dalam suatu transaksi
penjualan, maka entitas tidak dapat mengakuinya sebagai suatu pendapatan.
Dalam hal ini ada perubahan pada Pernyataan Standar Akuntansi Keuangan
Januari 2020. Dalam hal ini penerapan dini untuk PSAK 73 diperbolehkan
hanya jika entitas telah menerapkan PSAK 72. Pada tanggal 31 Desember
2019, Grup masih mempelajari dampak yang mungkin timbul dari penerapan
kosolidasian Grup.
Identifikasi Redflags