Makalah
Disusun oleh:
Steven : 36170149
Jakarta
2019
https://tirto.id/soal-laporan-keuangan-garuda-klaim-sudah-sesuai-standar-akuntansi-dnh6
Memang sah-sah saja Garuda mengklaim transaksinya dengan Mahata sebagai pendapatan.
Praktik semacam ini lazim dilakukan oleh perusahaan. Akuntansi mengenalnya sebagai
metode akrual, yakni ketika penerimaan dan pengeluaran dicatatkan saat transaksi terjadi,
bukan ketika uangnya diterima atau dikeluarkan.
Garuda baru mendapat pembayaran dari Mahata sebesar Rp 96,56 miliar. Ini cuma 2,8 persen
dari total kesepakatan. Adapun sisa pembayarannya dimasukkan dalam pendapatan 2018
sebagai piutang lain-lain. Hal ini berpotensi memicu masalah neraca keuangan di masa
depan, karena pendapatan dari Mahata sudah tak bisa lagi dibukukan pada tahun-tahun
berikutnya, sementara pengeluaran terus berlangsung.
Garuda lebih baik meningkatkan kinerja. Tak bakal gampang, memang. Industri penerbangan
sedang menghadapi masa sulit, bahkan untuk maskapai terbaik dunia sekalipun, seperti
Cathay Pacific. Maskapai Hong Kong ini mengalami kerugian hampir setengah triliun rupiah
pada semester pertama tahun lalu. Penyebabnya di antaranya adalah peningkatan biaya
operasional akibat kenaikan biaya perawatan dan harga bahan bakar.
Bagi Garuda, ada problem kronis lainnya. Maskapai ini terus menghadapi krisis
kepemimpinan. Sejak Emirsyah Satar mengundurkan diri pada Desember 2014, maskapai
pelat merah ini telah berganti direktur utama tiga kali. Belakangan, Komisi Pemberantasan
Korupsi menetapkan Emirsyah sebagai tersangka dugaan suap pengadaan mesin pesawat
Garuda.
Sebenarnya tren kinerja Garuda membaik. Pada triwulan pertama 2019, pendapatan Garuda
dilaporkan naik 36 persen dibanding periode yang sama tahun lalu. Maka, sungguh
disayangkan upaya keras itu dirusak. Gara-gara skandal ini, harga saham Garuda di Bursa
Efek Indonesia merosot 7,6 persen, menjadi Rp 462 per lembar, pada penutupan Jumat lalu.
Karena itu, langkah Badan Pemeriksa Keuangan dan BEI memeriksa kantor akuntan publik
yang mengaudit laporan keuangan Garuda patut didukung. Seharusnya Otoritas Jasa
Keuangan juga menelusuri kasus ini, termasuk menemukan motifnya, karena lembaga inilah
yang bertanggung jawab meloloskan laporan keuangan sebuah perusahaan terbuka.
Garuda Indonesia juga harus segera memberi klarifikasi kepada publik, mengingat statusnya
sebagai perusahaan terbuka. Jangan sampai publik menganggap Garuda mengarang angka.
https://www.academia.edu/40194279/MAKALAH_KASUS_AUDIT_PT_GARUDA_INDONESIA_
2019
Analisis Kasus Garuda:
Otoritas Jasa Keuangan (OJK) telah memutuskan bahwa PT Garuda Indonesia(Persero) Tbk
melakukan kesalahan terkait kasus penyajian Laporan KeuanganTahunan per 31 Desember
2018.Pihak OJK yang diwakili oleh Deputi KomisionerHubungan Masyarakat dan
Manajemen Strategis, Anto Prabowo, mengungkapkanbahwa Garuda Indonesia telah terbukti
melanggar1. Pasal 69 Undang-Undang Nomor 8 Tahun 1995 tentang Pasar Modal (UU PM)
(1) Laporan keuangan yang disampaikan kepada Bapepam wajib disusunberdasarkan prinsip
akuntansi yang berlaku umum. (2) Tanpa mengurangiketentuan sebagaimana dimaksud dalam
ayat (1), Bapepam dapatmenentukan ketentuan akuntansi di bidang Pasar Modal.
3. Sanksi Untuk PT Garuda IndonesiaDeputi Komisioner Pengawas Pasar Modal II, Fakhri
Hilmi, mengatakan setelahberkoordinasi dengan Kementerian Keuangan Republik
Indonesia ,Pusat PembinaanProfesi Keuangan, PT Bursa Efek Indonesia, dan pihak terkait
lainnya, OJK memutuskan memberikan sejumlah sanksi.
2. Selain itu juga Perintah Tertulis kepada KAP Tanubrata, Sutanto, Fahmi,Bambang &
Rekan (Member of BDO International Limited) untuk melakukanperbaikan kebijakan dan
prosedur pengendalian mutu atas pelanggaranPeraturan OJK Nomor 13/POJK.03/2017 jo.
SPAP Standar PengendalianMutu (SPM 1) paling lambat 3 (tiga) bulan setelah ditetapkannya
surat perintahdari OJK.3. Deputi Komisioner Hubungan Masyarakat dan Manajemen
Strategis, AntoPrabowo mengatakan, OJK juga mengenakan Sanksi Administratif
berupadenda sebesar Rp 100 juta kepada PT Garuda Indonesia (Persero) Tbk ataspelanggaran
Peraturan OJK Nomor 29/POJK.04/2016 tentang LaporanTahunan Emiten atau Perusahaan
Publik.
https://www.liputan6.com/bisnis/read/3653257/begini-awal-mula-kasus-snp-finance-yang-
rugikan-14-bank
https://keuangan.kontan.co.id/news/terseret-kasus-snp-finance-deloitte-indonesia-berupaya-cari-jalan-
keluar
Terseret kasus SNP Finance, Deloitte Indonesia berupaya cari jalan keluar
"Sudah kami jatuhkan sejak Agustus lalu," ujar Kepala Biro Komunikasi dan Layanan
Informasi Kementerian Keuangan Nufransa Wira Sakti kepada Tempo, Jumat, 28 September
2018. Tiga akuntan publik yang diberi sanksi itu adalah Akuntan Publik Marlinna, Akuntan
Publik Merliyana Syamsul, dan Kantor Akuntan Publik Satrio Bing Eny dan Rekan. KAP
Satrio Bing Eny atau KAP SBE merupakan salah satu entitas Deloitte Indonesia.
Seperti diketahui, SNP Finance merupakan anak usaha Grup Columbia, yang selama ini
dikenal bergerak di bidang pembiayaan untuk pembelian alat-alat rumah tangga. Pada Senin
lalu, Badan Reserse Kriminal Markas Besar Kepolisian RI menindaklanjuti laporan PT
Bank Panin Tbk atas dugaan jaminan piutang fiktif SNP dan menetapkan lima pimpinan
SNP sebagai tersangka. Laporan keuangan hasil audit dari akuntan pubik itu yang kemudian
dijadikan dasar bagi SNP untuk meraup kredit dari bank lain.
Menurut data Bareskrim Polri, yang diperoleh dari dokumen pencairan kredit yang pernah
diterima SNP, total penggelapan mencapai Rp 14 triliun. Namun OJK menyebutkan kredit
yang disalurkan perbankan kepada SNP Finance tidak mencapai Rp 14 triliun. Sebanyak 14
bank yang terlibat dalam kasus ini hanya menyalurkan pendanaan sekitar Rp 2,2 triliun.
Adapun KAP SBE dan Rekan dikenakan sanksi berupa rekomendasi untuk membuat
kebijakan dan prosedur dalam sistem pengendalian mutu KAP terkait dengan ancaman
kedekatan anggota tim perikatan senior. "KAP juga diwajibkan mengimplementasikan
kebijakan dan prosedur dimaksud dan melaporkan pelaksanaannya paling lambat 2 Februari
2019," ujar Nufransa.
Untuk memastikan hal tersebut, PPPK memeriksa KAP dan dua akuntan publik yang
dimaksud. Hasil pemeriksaan menyimpulkan bahwa akuntan publik Marlinna dan
Merliyana Syamsul belum sepenuhnya mematuhi Standar Audit-Standar Profesional
Akuntan Publik dalam pelaksanaan audit umum atas laporan keuangan SNP Finance.
Hal-hal yang belum sepenuhnya terpenuhi antara lain pemahaman pengendalian sistem
informasi terkait dengan data nasabah dan akurasi jurnal piutang pembiayaan serta
pemerolehan bukti audit yang cukup dan tepat atas akun Piutang Pembiayaan Konsumen.
Selain itu, dalam meyakini kewajaran asersi keterjadian dan asersi pisah batas akun
Pendapatan Pembiayaan, pelaksanaan prosedur yang memadai terkait dengan proses deteksi
risiko kecurangan, serta respons atas risiko kecurangan, serta skeptisisme profesional dalam
perencanaan dan pelaksanaan audit.
Selain hal tersebut, sistem pengendalian mutu yang dimiliki KAP mengandung kelemahan
karena belum dapat melakukan pencegahan yang tepat atas ancaman kedekatan berupa
keterkaitan yang cukup lama di antara personel senior, yakni manajer tim audit dalam
perikatan audit pada klien yang sama untuk suatu periode yang cukup lama. Kementerian
Keuangan menilai hal tersebut berdampak pada berkurangnya skeptisisme profesional.
ANALISIS KASUS SNP FINANCE
https://accounting.binus.ac.id/2018/12/03/merunut-kasus-snp-finance-auditor-deloitte-indonesia-2/
Apa yang menjadi dasar dari OJK untuk pemberian sanksi tersebut? Bahwa AP Marlinna,
AP Merliyana Syamsul dan Deloitte telah melakukan pelanggaran berat yaitu melanggar
POJK Nomor 13/POJK.03/2017 tentang Penggunaan Jasa Akuntan Publik dan Kantor
Akuntan Publik. Pertimbangannya antara lain adalah sebagai berikut: