Anda di halaman 1dari 3

KASUS BANK MEGA

Bank Indonesia (BI) memberikan sanksi kepada empat bank. Keempat bank tersebut adalah
PT Bank Mega Tbk, PT Bank Panin Tbk, PT Bank Jabar Banten Tbk dan PT Bank Mestika
Dharma. Menurut Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah, sanksi berupa pembatasan diberikan
lantaran keempat bank tersebut tak menerapkan Good Corporate Governance (GCG). “Kita lebih
melihat permasalahan ini pelemahan dalam konteks produk GCG-nya, Good Corporate
Governance-nya,” tutur Halim seusai rapat dengan Komisi XI DPR, Senin (24/6).
Pemberian sanksi berupa pembatasan tersebut diterapkan berbeda antara satu bank dengan
bank lainnya. Bahkan, lanjut Halim, dari keempat bank tersebut terdapat bank yang masih dilarang
melakukan ekspansi perbankan oleh BI. “Ada yang seperti itu (sanksinya tahunan, red), ada yang
sampai sekarang kita masih belum membolehkan dia untuk ekspansi, saya tidak bisa
menyampaikan bank perbank,” ujarnya. Menurut Halim, semua permasalahan yang terjadi di
empat bank tersebut sudah disampaikan BI kepada Komisi XI. Meski terjadi persoalan, kondisi
keempat bank tersebut masih relatif stabil. “Beberapa masalah yang dilaporkan ke Komisi XI itu
relatif sudah ditangani dan sampai saat ini tentu saja sudah tidak ada hal-hal yang mengganggu
dari bank tersebut, jadi bank tersebut tetap baik,” katanya.
Menurutnya, permasalahan yang terjadi di empat bank tersebut masuk kategori sebagai
risiko operasional. Bahkan dari keempat bank tersebut terdapat permasalahan yang bergulir ke
ranah hukum. Sayangnya, Halim enggan mengungkapkan persoalan apa saja yang terjadi di empat
bank tersebut. Ia berjanji bahwa seluruh persoalan yang terjadi akan ditindaklanjuti oleh BI.
Menurut Halim, selaku regulator, BI berkepentingan untuk menindaklanjuti walaupun harus
melakukan fit and proper (menguji) pejabat bank mengenai kasus yang terjadi. Bukan hanya itu,
BI juga bisa membatasi ekspansi bank serta melakukan pergantian pengurus hingga memperbaiki
Standar Operasional Prosedur (SOP) di bank tersebut.
Meski terdapat persoalan, lanjut Halim, kinerja keempat bank tersebut masih tergolong
bagus. Hal ini pula yang disampaikan BI kepada Komisi XI di dalam rapat yang digelar tertutup.
“Tidak ada masalah likuiditas, tidak ada masalah dengan NPL-nya, tidak ada masalah dengan
permodalan dan dengan stabilitas bank itu sendiri,” tambahnya. Wakil Ketua Komisi XI DPR
Harry Azhar Azis berharap, fungsi mediasi dan pengawasan BI dapat terus dilakukan terkait
dengan persoalan yang terjadi di empat bank tersebut. Menurutnya, dari laporan BI tak satu pun
bank yang masuk ke dalam tahap pengawasan intensif oleh bank sentral itu. “Kita minta BI
melakukan mediasi lebih intensif, proaktif dan tegakkan governancy. kasus-kasus ini belum
selesai. Tapi poinnya tidak ada bank dalam pengawasan intensif,” ujar politisi Partai Golkar ini.
Dari laporan BI, lanjut Harry, persoalan di Bank Mega terkait dengan hilangnya sejumlah deposito
milik Elnusa dan Pemerintah Kabupaten Batubara. Total dana yang hilang Rp 191 miliar, dengan
rincian dana Elnusa Rp 111 miliar dan Pemkab Batubara Rp 80 miliar. Untuk persoalan yang
dialami Elnusa sudah bergulir ke ranah hukum, dan kini dalam tahap kasasi di Mahkamah Agung.
Untuk persoalan di BJB terdapat tiga kasus. Pertama mengenai dana Koperasi Bina Usaha sebesar
Rp 38 miliar yang dinilai BI terjadi lantaran tak diterapkannya GCG. Persoalan ini sudah ditangani
oleh Kejaksaan Agung. Kasus kedua terkait dengan pembangunan Tower BJB di wilayah Jakarta
sebesar Rp 540 miliar. Untuk kasus ini diklaim sudah ditangani oleh KPK. Sedangkan kasus ketiga
terkait dengan kredit di Surabaya. Kasus ini sudah ditangani oleh Kejaksaan Agung. Terkait Bank
Panin, lanjut Harry, terdapat dua kasus. Pertama mengenai take over ANZ yang sudah berjanji
menjadi pemegang saham pengendali tapi sampai sekarang belum ada hasilnya. Hingga kini ANZ
memiliki saham sudah lebih dari 25 persen, tapi ANZ berubah pikiran akan mendivestasikannya.
Kasus kedua, mengenai pegawai Bank Panin yang terkena Pemutusan Hubungan Kerja (PHK).
Terkait hal ini, BI telah meminta Bank Panin untuk menyelesaikan secara internal. Sedangkan
kasus yang terjadi di Bank Mestika Dharma mengenai agunan seorang nasabah yang bernama
Krisyanto sebesar Rp 1,2 miliar. Hingga kini, kasus tersebut masih diawasi BI. Di luar empat bank,
BI juga menuturkan sejumlah kasus-kasus lain yang terjadi di beberapa bank. Menurut Harry,
terdapat dua bank yang dilaporkan BI kepada Komisi XI. Pertama, Bank Danamon cabang Depok
bahwa terdapat nasabah yang awalnya memiliki uang Rp 43 miliar, tapi belakangan diketahui
dananya tinggal Rp 6000. Nasabah tersebut merasa dirugikan lantaran tak pernah mengambil uang,
tapi kenyataannya tabungannya telah berkurang. Sedangkan kasus lainnya terjadi di Bank Permata.
Di bank ini terdapat pegawai yang diturunkan jabatannya lantaran produktifitas kinerjanya
menurun karena menjadi calon legislatif.

ANALISIS KASUS

PT Bank Mega Tbk, PT Bank Panin Tbk, PT Bank Jabar Banten Tbk dan PT Bank Mestika
Dharma dinilai tidak menerapkan good goverment pada instansi masing-masing. Seperti Bank
Mega yang mengalami hilangnya sejumlah deposito milik nasabahnya, Bank Panin yang mem-
PHK pegawainya dan ANZ yang mendivestasi saham milknya, BJB mengenai dana koperasi dana
bina usaha, pembangunan tower di Jakarta, dan kredit di Surabaya, serta kasus yang terjadi pada
Bank Mestika Dharma mengenai agunan nasabahnya.

Kasus yang terjadi tidak lepas dari permasalahan yang berkaitan dengan keuangan.
Kerugian yang dialami oleh nasabah sangat disayangkan sehingga masyarakat menilai kinerja
bank buruk karena beberapa masalah dan bisa menurunkan kepercayaan masyarakat terhadap bank
tersebut, walaupun di Indonesia sudah ada Lembaga Penjamin Simpanan (LPS).

Kasus diatas dapat terjadi karena pihak bank tidak menjalani prosedur yang telah
ditetapkan oleh undang-undang. Selain itu, tidak adanya transparansi terkait keuangan membuat
adanya pihak yang memanfaatkan kondisi tersebut sehingga dapat mengambil keuntungan untuk
pribadi. Pihak bank dinilai tidak tegas untuk menjalankan aturan yang dibuat, justru pihak bank
melemahkan aturan yang ada demi melancarkan keinginan bank sendiri.

KESIMPULAN

Melihat kasus yang terjadi, Keempat bank diatas dinilai melanggar asas good
governance sehingga mereka terkena dampaknya yaitu harus berurusan dengan hukum. Perlunya
ketegasan dalam menjalani undang-undang dinilai sangat penting karena bank adalah tempat
menyimpan dan menyalurkan dana milik masyarakat. Walaupun ada LPS sebagai lembaga
penjamin simpanan, pihak bank tidak bisa serta merta lepas tangan dengan tanggung jawabnya.
Kepercayaan masyarakat akan menurun kepada bank itu sendiri jika bank tidak menjalankan
tanggung jawabnya.

SARAN

1. Memperketat aturan terkait good governance oleh OJK {Otoritas Jasa Keuangan)
2. Perlunya kesadaran pihak bank terkait penerapan good governance
3. Perlunya penindakan hukum secara tegas bagi pelanggar good governance

Anda mungkin juga menyukai