Anda di halaman 1dari 3

NAMA : FADILLA RAHMA MAYLANI

BP : 1911022009
KELAS : 1A D4 AKUNTANSI

Desember 2015

Kasus Good Corporate Governance di Indonesia

Bank Indonesia (BI) memberikan sanksi kepada empat bank. Keempat bank tersebut adalah PT
Bank Mega Tbk, PT Bank Panin Tbk, PT Bank Jabar Banten Tbk dan PT Bank Mestika Dharma.
Menurut Deputi Gubernur BI Halim Alamsyah, sanksi berupa pembatasan diberikan lantaran
keempat bank tersebut tak menerapkan Good Corporate Governance (GCG).
“Kita lebih melihat permasalahan ini pelemahan dalam konteks produk GCG-nya, Good
Corporate Governance-nya,” tutur Halim seusai rapat dengan Komisi XI DPR, Senin (24/6).
Pemberian sanksi berupa pembatasan tersebut diterapkan berbeda antara satu bank dengan
bank lainnya. Bahkan, lanjut Halim, dari keempat bank tersebut terdapat bank yang masih
dilarang melakukan ekspansi perbankan oleh BI.
“Ada yang seperti itu (sanksinya tahunan, red), ada yang sampai sekarang kita masih belum
membolehkan dia untuk ekspansi, saya tidak bisa menyampaikan bank perbank,” ujarnya.
Menurut Halim, semua permasalahan yang terjadi di empat bank tersebut sudah disampaikan
BI kepada Komisi XI. Meski terjadi persoalan, kondisi keempat bank tersebut masih relatif stabil.
“Beberapa masalah yang dilaporkan ke Komisi XI itu relatif sudah ditangani dan sampai saat
ini tentu saja sudah tidak ada hal-hal yang mengganggu dari bank tersebut, jadi bank
tersebut tetap baik,” katanya.
Menurutnya, permasalahan yang terjadi di empat bank tersebut masuk kategori sebagai risiko
operasional. Bahkan dari keempat bank tersebut terdapat permasalahan yang bergulir ke ranah
hukum. Sayangnya, Halim enggan mengungkapkan persoalan apa saja yang terjadi di empat
bank tersebut.
Ia berjanji bahwa seluruh persoalan yang terjadi akan ditindaklanjuti oleh BI. Menurut Halim,
selaku regulator, BI berkepentingan untuk menindaklanjuti walaupun harus melakukan fit and
proper (menguji) pejabat bank mengenai kasus yang terjadi. Bukan hanya itu, BI juga bisa
membatasi ekspansi bank serta melakukan pergantian pengurus hingga memperbaikia Standar
Operasional Prosedur (SOP) di bank tersebut.
Meski terdapat persoalan, lanjut Halim, kinerja keempat bank tersebut masih tergolong bagus.
Hal ini pula yang disampaikan BI kepada Komisi XI di dalam rapat yang digelar tertutup.
“Tidak ada masalah likuiditas, tidak ada masalah dengan NPL-nya, tidak ada masalah
dengan permodalan dan dengan stabilitas bank itu sendiri,” tambahnya.
Wakil Ketua Komisi XI DPR Harry Azhar Azis berharap, fungsi mediasi dan pengawasan BI dapat
terus dilakukan terkait dengan persoalan yang terjadi di empat bank tersebut. Menurutnya, dari
laporan BI tak satu pun bank yang masuk ke dalah tahap pengawasan intensif oleh bank sentral
itu.
“Kita minta BI melakukan mediasi lebih intensif, proaktif dan tegakkan governancy. kasus-
kasus ini belum selesai. Tapi poinnya tidak ada bank dalam pengawasan intensif,” ujar politisi
Partai Golkar ini.
Dari laporan BI, lanjut Harry, persoalan di Bank Mega terkait dengan hilangnya sejumlah
deposito milik Elnusa dan Pemerintah Kabupaten Batubara. Total dana yang hilang Rp191
miliar, dengan rincian dana Elnusa Rp111 miliar dan Pemkab Batubara Rp80 miliar. Untuk
persoalan yang dialami Elnusa sudah bergulir ke ranah hukum, dan kini dalam tahap kasasi di
Mahkamah Agung.
Untuk persoalan di BJB terdapat tiga kasus. Pertama mengenai dana Koperasi Bina Usaha
sebesar Rp38 miliar yang dinilai BI terjadi lantaran tak diterapkannya GCG. Persoalan ini sudah
ditangani oleh Kejaksaan Agung. Kasus kedua terkait dengan pembangunan Tower BJB di
wilayah Jakarta sebesar Rp540 miliar. Untuk kasus ini diklaim sudah ditangani oleh KPK.
Sedangkan kasus ketiga terkait dengan kredit di Surabaya. Kasus ini sudah ditangani oleh
Kejaksaan Agung.

Terkait Bank Panisi, lanjut Harry, terdapat dua kasus. Pertama mengenai take over ANZ yang
sudah berjanji menjadi pemegang saham pengendali tapi sampai sekarang belum ada hasilnya.
Hingga kini ANZ memiliki saham sudah lebih dari 25 persen, tapi ANZ berubah pikiran akan
mendivestasikannya. Kasus kedua, mengenai pegawai Bank Panin yang terkena Pemutusan
Hubungan Kerja (PHK). Terkait hal ini, BI telah meminta Bank Panin untuk menyelesaikan secara
internal.
Sedangkan kasus yang terjadi di Bank Mestika Dharma mengenai agunan seorang nasabah yang
bernama Krisyanto sebesar Rp1,2 miliar. Hingga kini, kasus tersebut masih diawasi BI. Di luar
empat bank, BI juga menuturkan sejumlah kasus-kasus lain yang terjadi di beberapa bank.
Menurut Harry, terdapat dua bank yang dilaporkan BI kepada Komisi XI.
Pertama, Bank Danamon cabang Depok bahwa terdapat nasabah yang awalnya memiliki uang
Rp43 miliar, tapi belakangan diketahui dananya tinggal Rp6000. Nasabah tersebut merasa
dirugikan lantaran tak pernah mengambil uang, tapi kenyataannya tabungannya telah
berkurang. Sedangkan kasus lainnya terjadi di Bank Permata. Di bank ini terdapat pegawai yang
diturunkan jabatannya lantaran produktifitas kinerjanya menurun karena menjadi calon
legislatif.

Pertanyaan :

1. Dilihat dari sudut pandang GCG, apakah ada prinsip2 CG yang tidak dipatuhi dalam pengelolaan
perusahaan? sebutkan prinsip2 yang dilanggar dan Jelaskan
Jawab : Menurut saya ke empat bank telah melanggar semua prinsip-prinsip dalam GCG yaitu
TARIF (Transparency/transparansi), (Accountability/akuntabilitas),
(Responsibility/responsibilitas), (Independency/Independensi), (Fairness/kesetaraan). Karena ke
empat bank tidak melakukan prinsip GCG dengan baik seperti penggelembungan biaya dalam
proyek investasi, pemberian komisi dan adanya pemberian suap atau korupsi seperti kasus
kedua terkait dengan pembangunan Tower BJB di wilayah Jakarta sebesar Rp540 miliar. Selain
itu, tidak adanya transparasi terkait keuangan membuat adanya pihak-pihak tertentu yang
mencoba memanfaatkan kondisi dengan melakukan sebuah tindakan yang menguntungkan
dirinya sendiri. Pihak bank juga tidak tegas dalam menjalankan peraturan, malah melemahkan
peraturan demi kepentingan pihak bank tersebut.
2. Dilihat dari sudut pandang komite audit perusahaan, bagaimana seharusnya tanggungjawab dan
peran dari komite audit dalam kasus ini?
Jawab : Komite audit harusnya bertanggung jawab dan berperan dalam
a. Melakukan identifikasi terhadap hal-hal yang membutuhkan perhatian dari Dewan
Komisaris/Dewan Pengawas
b. Memastikan bahwa tersedia prosedur review yang memuaskan terutama terhadap
informasi yang dikeluarkan serta informasi lainnya yang disampaikan kepada para
pemegang saham
c. Melakukan pelaksanaan tugas sekaligus penelaahan pemeriksaan oleh auditor internal
sekaligus bertugas sebagai pengawas internal yang mengawasi pelaksanaan
tindaklanjuti oleh direksi

3. Dilihat dari sudut pandang Direksi dan dewan komisariis, bagaimana seharusnya peran dan
tanggungjawab Direksi dan komisaris dalam kasus ini?
Jawab : Direksi dan komisaris harusnya berperan dalam
a. Mengelola perusahaan secara independen dengan mempertimbangkan kepentingan para
pemegang saham, karyawannya dan pemangku kepentingan lainnya yang bertujuan untuk
menciptakan nilai yang berkelanjutan
b. Memastikan semua peraturan perundang-undangan berlaku dan peraturan internal
perusahaan dipatuhi
c. Memastikan adanya pengelolaan dan pengendalian risiko yang tepat dalam perusahaan

4. Apakah dalam kasus ini terdapat pelanggaran terhadap UU No.40/2007 tentang PT, atau UU
No.8/1995 tentang Pasar modal, atau peraturan OJK lainnya?
Jawab : Menurut saya keempat bank telah melanggar peraturan OJK pada Bagian ketiga tentang
Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang untuk direksi dan Peraturan OJK pada Bagian Kedua
tentang Tugas, Tanggung Jawab, dan Wewenang untuk Dewan Komisaris . Karena Direksi dan
Dewan Komisaris tidak dapat menjalankan tugasnya dengan baik sehingga penyimpangan di
Bank dapat terjadi. Direksi dan Dewan Komisaris juga telah melanggar peraturan OJK pasal 36
ayat 2 yang mengatur kode etik. Dan dari yang telah saya telusuri, BI telah menetapkan Bank
mega melakukan pelanggaran ketentuan intern bank serta kelemahan pada penerapan
manajemen risiko yang tercermin dari kelemahan sistem intern sebagaimana yang diatur dalam
PBI No. 5/8/PBI/2003.

Anda mungkin juga menyukai