Anda di halaman 1dari 10

DEPARTEMEN PENDIDIKAN NASIONAL UNIVERSITAS GADJAH MADA FAKULTAS HUKUM

TUGAS MATA KULIAH HUKUM PERBANKAN


ANALISA TINDAKAN KEJAHATAN TERHADAP SISTEM PERBANKAN NASIONAL ( STUDI KASUS PEMBOBOLAN BNI MELALUI MEKANISME EKSPOR FIKTIF DAN PEMBUKAAN LETTER OF CREDIT )

Disusun oleh : Nama : Delta Arga Prayudha NIM : 05/189815/HK/17087

YOGYAKARTA 2009

BAB I PENDAHULUAN

A. Latar Belakang Masalah Lembaga perbankan merupakan inti dari sistem keuangan dari setiap Negara,bank adalah lembaga keuangan yang menjadi tempat bagi orang perseorangan ,badan-badan usaha swasta ,badan-badan usaha milik negara , bahkan lembaga-lembaga pemerintah menyimpan dana-dana yang dimilikinya. Melalui kegiatan perkreditan dan berbagai jasa yang diberikan,bank melayani kebutuhan pembiayaan serta melancarkan mekanisme sistem pembayaran bagi semua sektor perekonomian.Oleh karena peranan bank yang sangat vital bagi sistem ekonomi suatu bangsa,bank juga tidak terlepas dari tindakan atau perbuatan sebagian orang yang akan mengambil keuntungan secara melawan hukum melalui tindakan yang dapat dikategorikan sebagai kejatan kerah putihkarena melibatkan sarana dan prasarana yang berteknologi tinggi serta melibatkan berbagai pihak termasuk orang dalam dari suatu bank tersebut.Salah satu contoh tindakan kejahatan di bidang perbankan ialah saat dunia perbankan Indonesia kembali mendapatkan kabar yang kurang sedap yang datang dari salah satu bank pemerintah yang dapat dikatakan telah bermain cukup lama dalam dunia perbankan yaitu Bank Negara Indonesia (BNI). Bank Negara Indonesia kembali tersangkut kasus yang merugikan negara maupun bank itu sendiri, yaitu pembobolan bank tersebut yang bernilai 1,7 Triliun Rupiah yang diduga dilakukan oleh orang dalam dari institusi (bank) tersebut. Hal ini menunjukkan bahwa bank dalam pengawasan terhadap karyawan atau pegawainya sangat lemah, namun hal ini juga dapat disebabkan karena lemahnya sistem yang dianut oleh 2

BNI. Masalah inilah yang melatarbelakangi penulis untuk mengangkatnya sebagai bahan yang akan dikaji dalam tulisan ini. Penulis sangat tertarik meneliti atau mengkaji masalah ini karena penulis juga sangat penasaran apakah sejauh itu kredibilitas bank pemerintah itu jatuh? Hal ini juga telah mengakibatkan kebingungan diantara nasabah-nasabah bank tersebut dan mereka bertanya-tanya apakah bank tersebut masih dapat dipercaya? Penulis secara kebetulan merupakan nasabah dari bank tersebut sehingga lebih ingin mengetahui sejauh mana bank tersebut dapat membangun kepercayaan nasabahnya. Selain hal di atas, penulis juga tertarik mengkaji secara hukum mengacu pada peraturan perundang-undangan tentang perbankan yang berlaku di Indonesia sehingga diharapkan dapat diketahui apakah ada yang salah dengan sistem BNI atau peraturan perundang-undangannya yang kurang memadai sehingga kasus tersebut di atas dapat terulang lagi. Dalam menganalisa kasus di atas penulis mencoba mengambil dari sudut pandang hukum dan secara subyektif penulis sebagai nasabah dari bank tersebut, sehingga nantinya diharapkan dapat diperoleh suatu keadaan dan analisis secara obyektif dalam hal ini secara hukum dan subyektiffitas penulis dalam menganalisa kasus di atas. Kemudian, penulis menyusun karya tulis ini sebagai bagian dari tugas untuk memenuhi mata kuliah konsentrasi Hukum Perbankan yang penulis pelajari di Fakultas Hukum Universitas Gadjah Mada, penulis berharap semoga paper ytang dibuat ini dapat berguna sebagai referensi atau hanya sebagai wacana yang dapat digunakan untuk suatu karya ilmiah yang lain maupun untuk yang lainnya.

B. Rumusan Masalah Dari latar belakang yang penulis susun di atas, penulis mencoba mengambil beberapa rumusan dari masalah-masalah di atas sebagai berikut : 1) Bagaimanakah cara/modus yang dilakukan oleh para pelaku kejahatan ? 2) Termasuk dalam kejahatan apakah pembobolan bank di atas ? 3) Bagaimanakah solusi atau pemecahan masalah untuk mencegah kejahatan tersebut terulang kembali?

BAB II PEMBAHASAN

Praktisi perbankan dan pemerintah Iindonesia semua terkaget-kaget mendengar satu lagi kasus pembobolan bank yang mempunyai nilai yang besar. Sebuah kasus dengan nilai Rp 1,7 triliun terjadi di Bank BNI yang melibatkan orang dalam. Kesimpangsiuran mengenai penjelasan atas berita ini cukup membingungkan masyarakat. Tulisan ini mencoba mengangkat masalah tersebut sesederhana mungkin. Kasus ini sebenarnya merupakan modus operandi gaya lama, yaitu kasus ekspor fiktif. Dengan ekspor fiktif ini maka akan menimbulkan satu masalah yang disebut unpaid atau tidak dibayarnya tagihan ekspornya. Namun, Bank BNI masih menggunakan sistem yang lama dalam pemrosesan dokumen sehingga kasus ini berulang kembali. Dalam kasus ini, peranan pejabat bank sangatlah penting karena tanpa bantuannya kasus ini tidak akan terjadi. Dalam perbankan terdapat satu fasilitas yang berkaitan dengan ekspor, yaitu fasilitas diskonto. Diskonto ini adalah fasilitas yang diberikan oleh pihak bank untuk menalangi terlebih dahulu atas transaksi ekspor yang dilakukan nasabahnya. Untuk pelunasan fasilitas diskonto ini pihak bank akan menerima pembayaran dari pihak bank pembuka surat pemberitahuan kredit (letter of creditL/C) ekspor di luar negeri pada saat jatuh tempo,mengenai apa yang dimaksudkan dengan letter of credit ( L/C ) dapat dikemukakan bahwa L/C adalah suatu kontrak dengan mana suatu bank ( issusing bank ) bertindak atas permintaan dan perintah dari seorang nasabah ( pemohon L/C) yang 5

biasanya berkedudukan sebagai importer untuk melakukan pembayaran kepada pihak pengekspor ( eksportir) atau pihak ketigta ( beneficiary) atau membayar atau mengakseptasi wesel- wesel yang ditarik oleh pihak ketiga, atau member kuasa kepada bank lain untuk melakukan pembayaran atau untuk mengakseptasi atau mengambil alih wesel-wesel tersebut, atas dasar penyerahan dokumen tertentu yang sebelumnya telah itentukan asalkan sesuai dengan syarat-syarat yang telah ditentukan.1 Namun, fasilitas diskonto ini tidak langsung diberikan begitu saja oleh pihak bank kepada nasabahnya. Syarat utama diberikannya fasilitas ini kepada nasabah adalah setelah pihak bank menerima surat akseptasi dari pihak bank pembuka L/C. Selain itu, terdapat dua aspek lain yang perlu dipertimbangkan seperti adanya jaminan asset nasabah dan L/C ekspor yang diterima haruslah dari bank koresponden. Pada kasus Bank BNI kelihatannya keseluruhan aspek di atas ternyata tidak terpenuhi. Keterlibatan pejabat Bank BNI sangat jelas dari tindakan mendiskonto wesel ekspor berjangka (WEB) tanpa memperoleh surat akseptasi atau surat sanggup bayar dari bank pembuka L/C di luar negeri. Di sinilah kunci utama kejahatan pembobolan bank itu dilakukan. Mengingat lemahnya pengawasan internal, baik di cabang maupun kantor pusat maka kesalahan mendiskonto dokumen ekspor fiktif tersebut, berulang kali dilakukan. Tindakan itu dilakukan dalam jangka waktu yang cukup lama sampai akhirnya menimbulkan pos terbuka mencapai Rp 1,7 triliun atau 200 juta dollar AS.

Hermansyah S.H, M.Hum, Hukum perbankan nasional Indonesia ,prenada medis group,jakarta

Pihak eksportir jelas tidak bisa mempertanggungjawabkan dengan asetnya atas tidak terbayarnya tagihan ekspor kepada pihak Bank BNI. Seharusnya ada jaminan dari eksportir apabila tagihan ekspor tersebut tidak terbayar, pihaknya akan mengembalikan uang talangan kepada pihak Bank BNI. Sisi lain yang tak kalah penting adalah sisi bank koresponden di luar negeri sebagai pihak bank pembuka L/C tersebut. Dengan memberikan fasilitas diskonto atas L/C ekspor yang diperoleh dari bank yang bukan bank koresponden merupakan kesalahan fatal dan kelihatannya disengaja dalam kasus ini. Hal ini karena tidak ada jaminan apa pun dari pihak bank pembuka L/C, apabila terjadi unpaid. Jadi, bukan tidak mungkin pihak importir yang membuka L/C impor di luar negeri merupakan bagian dari komplotan yang membobol Bank BNI. Dalam kasus ini kita dapat melihat bahwa penanganan ekspor dari Bank BNI masih menggunakan sistem lama dan tradisional. Pada sistem ini, bagian pemrosesan transaksi dokumen ekspor dan pihak yang memutus masih berada pada satu unit kerja, yaitu Bank BNI Cabang Kebayoran Baru. Sebenarnya sistem lama ini sudah sejak lama ditinggalkan oleh dunia perbankan Internasional. Beberapa bank asing seperti HSBC, Standard Chartered Bank, ABN AMRO Bank, dan di perbankan nasional, seperti Bank Mandiri telah menggunakan sistem baru dalam pemrosesan dokumen ekspornya. Sistem ini merupakan sistem sentralisasi untuk menangani transaksi ekspor dan pembukaan L/C impor yang biasa disebut sebagai bill processing. Unit kerja ini bekerja terpisah dari unit kerja yang memutus. Dengan demikian, proses dual control dapat berfungsi dengan baik. Otomatis kejadian unpaid 7

dapat dideteksi secara dini dan kecil kemungkinan kejadian tersebut dapat berlangsung berulang kali. Sistem baru ini bagian dari sistem manajemen risiko yang merupakan barang baru bagi perbankan nasional. Risiko dibagi menjadi beberapa bagian. Documentary risk berada pada bill processing, customer risk ada di tangan cabang atau bisnis unit dan bank risk merupakan bagian dari Divisi Internasional Banking dari sebuah bank. Diharapkan dengan pemisahan risiko ini, system kontrol ini dapat berjalan secara sistematis.

BAB III KESIMPULAN

Dari uraian diatas kita dapat menyimpulkan bahwa tindakan kejahatan terhadap system perbankan nasional,dapat terjadi setiap saat dan setiap waktu,dimanapun kapanpun. Oleh karenanya untuk mencegah agar dilain waktu kejadian pembobolan bank seperti kasus bank BNI tersebut tak terulang lagi,maka perbankan di Indonesia wajib meningkatkan ketelitian dan kewaspadaannya,dan selektif dalam melakukan suatu corporate action, agar tindakan corporate action tersebut tidak dimanfaatkan oleh pihakpihak yang tidak bertanggung jawab yang pada akhirnya akan merugikan bank tersebut. Selain itu sistem perbankan kita hendaknya meningkatkan pengawasan internal secara kontinyu dan sistematis guna mengurangi terjadinya suatu tindakan oleh individu di internal suatu bank yang akan merugikan bank tersebut,dilain pihak penerapan dan pelaksanaan sistem manajemen resiko yang baru pun perlu dipertimbangkan untuk diadaptasi dan sesegera mungkin diaplikasikan oleh seluruh bank di Indonesia.Semoga di masa yang akan dating perbankan kita menjadi perbankan yang sehat serta dapat menunjang perekonomian bangsa secara maksimal.

DAFTAR PUSTAKA Hermansyah,S.H.M.Hum, Hukum perbankan Nasional Indonesia,Prenada Media Group,Jakarta,2005. Kompas Cyber Media.

10

Anda mungkin juga menyukai